Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma Bronchialis


1. Pengertian
Asma Bronchial adalah suatu keadaan dimana saluran
nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada
rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara (Wahid & Suprapto, 2013).
Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermitten,
bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan
atau inflamasi (Padila, 2013)
Menurut Murphy dan Kelly (2011) Asma merupakan
penyakit obstruksi jalan nafas, yang revelsibel dan kronis, dengan
karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran
bronkial atau pembengkakan mukosa setelah terpajam berbagai
stimulus. Prevelensi, morbiditas dan martalitas asma meningkat
akibat dari peningkatan polusi udara.
2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), asma adalah obstruksi jalan
napas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang
berikut ini:
a. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan
napas.
b. Pembengkakan membrane yang melapisi bronki.
c. Pengisian bronki dengan mucus yang kental.
3. Jenis – Jenis Asma
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), asma sering dicirikan sebagai
alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan.

8
a. Asma alergik disebabkan oleh allergen atau alaergen allergen yang
dikenal (misalnya: serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur).
Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma.
b. Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan alergen
spesifik. Faktor-faktor, seperti Common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik
atau nonalergik.
Sedangkan menurut Panggabean & gultom (2005), ada 2 bentuk asma
bronchialis yaitu :
a. Asma Ekstrinsik
Asma bronchialis ekstrinsik mulai pada usia muda, sering pada anak
kecil. Gejala awal dapat berupa eczema atau hay fever ditandai oleh
serangan bersin-bersin dengan ingus yang encer). eczema dapat timbul
pada pencerita yang berdasarkan sifat imunologik peka terhadap
allergen yaitu bahan-bahan yang terdapat dalam udara. Keadaanini
disebut atopi.
b. Asma Intrinsik
Asma brnkhial intrinsic timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir
sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi
yang menjadi penyebabnya, tetapi ditemukan kepekaan yang
berlebihan dari bronchus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi
misalnya: infeksi virus atau bakteri dari bronkus, kadang-kadang
kegiatan jasmani, dan kadang karena menghirup udara dingin (air
conditioning).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer Arif (2001), gejala-gejala asma bronchialis antara lain:
a. Bising mengi (weezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari.
c. Napas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
Menurut Brunner dan Suddart (2002), tanda dari asma bronchialis
selanjutnya adalah sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-
gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi. Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit
sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan
asma jarang yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat,
yang disebut “status asmatikus”. Kondisi ini merupakan keadaan yang
mengancam hidup. Asma sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran
di sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan
lainnya termasuk perawatan diri seseorang (personal hygiene) yang mana
merupakan salah satu sumber pencetus asma (Brunner dan Suddart, 2002).
Menurut Brunner dan Suddart (2002), reaksi asma dapat
menyebabkan bronkospasme sehingga menyebabkan ventilasi di daerah
paru menurun, hal ini akan mengakibatkan penderita menjadi dispnea dan
sesak napas sehingga akan terjadi ketidakefektifan pengisian oksigen ke
jaringan tubuh dan menyebabkan tubuh penderita menjadi letih dan lemah.
Hal inilah yang akan mengganggu penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari khususnya mengenai perawatan diri (personal Hygiene).

5. Diagnosis
Menurut Mansjoer Arif (2001), diagnosis asma berdasarkan :
a. Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat adanya
alergi, serta gejala klinis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium: darah (teruatama eosinofil, IgE total, IgE
spesifik), sputum (eosinofil, spiral Curshman, kristal Charcot-leyden).
d. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
menentukan adanya obstruksi jalan napas.
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer Arif (2001), komplikasi dari asma yaitu:
pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis,
aspergilosisi bronkopulmonar alergik, gagal nafas, bronchitis, dan fraktur
iga.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi: Foto Rontgen dada dapat
menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma. Pemeriksaan sputum
dan darah dapat menunjukkan eosinofisilia (peningkatan kadar eosinofil).
Terjadi peningkatan kadar serum Imunoglobulin E (IgE) pada asma
alergik.
Pada pemeriksaan sputum, terlihat sputum dapat jernih atau berbusa
(asma alergik) atau kental (asma nonalergik) dan berserabut (nonalergik).
Pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama
serangan akut.
8. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah (Mansjoer Arif, 2001):
a. Menyembuhkan dan mengendalikan asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya.
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan latitahan (exercise).
e. Menghindari efek samping obat asma.
f. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.
Menurut Brunner dan Suddart (2002), terdapat lima kategori pengobatan
yang digunakan dalam mengobati asma yaitu :
a. Agonis beta (agen β-adrenergik), adalah medikasi awal yang
digunakan dalam mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-
otot polos bronchialis. Agens adrenergic yang paling umum digunakan
adalah epinephrine, albuterol, metaproterenol, isoproterenol,
isoetharine, dan terbutalin.
b. Metilsantin, seperti aminofilin da teofilin, digunakan karena
mempunyai efek bronkodilatasi.
c. Antikolinergik, seperti atropine, antikolinergik secara khusus mungkin
bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk agonis beta
dan metilsantin karena penyakit jantung yang mendasari.
d. Kortikosteroid, kortikosteroid penting dalam pengobatan asma.
Medikasi ini diberikan secara intravena (hidrokortison), secara oral
(prednisone, prednisolon), atau melalui inhalasi (beklometason,
deksametason).
9. Pencegahan
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan
mengidentifikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, kuda, detergen, sabun, makanan tertentu, jamur, dan
serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari
dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen
penyabab kapan saja memungkinkan.
B. KONSEP DASAR SEMI FOWLER DAN DEEP BREATHING

1. Pengertian
A. Semi fowler adalah posisi yang di berikan ke pada pasien asma
yang di lakukan untuk membantu mengurangi sesak nafas .posisi semi
fowler dengan derajat 45 derajat .
B. Deep Breathing adalah latihan pernafasan dengan teknik bernapas
secara perlahan dan dalam mengunakan otot diafragma sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh ( smeltzer et al., 2008 )

B. Manfaat semi fowler dan deep breathing


Untuk membantu dan menugurangi sesak nafas dan melatih tekhnik
bernafas untuk mengurangi sesak nafas untuk penderita asma
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Suprajitno, 2004).

2. Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang


diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dan
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan keluarga terbagi atas 2 yaitu:

1) Tujuan umum: meningkatkan kemampuan keluarga dalam


mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
2) Tujuan khusus : di tingkatkannya kemampuan keluarga untuk:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
terhadap kesehatan keluarga.
c) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada
anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi
tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai
dengan kemampuan keluarga.
d) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga sehingga
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
(Suprajitno,2004).
c. Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan
(Suprajitno,2004).
3. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Suprajitno, 2004).
4. Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) Pengelompokkan tipe keluarga tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkanya.
Pengelompokkan tipe keluarga antara lain :
a. Keluarga inti (nuclear family).
b. Keluarga besar (extended family).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
d. Orang tua tunggal (single parent family)
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried
teenage mother)
f. Orang dewasa (laki - laki, perempuan) yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
g. Keluarga denagn anak tanpa pernikahan sebelumnya
(the nonmarietal heterosexual cohabiting family).
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama (gay and lesbian family).
5. Struktur Keluarga
Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengemukakan
ada empat elemen struktur keluarga yang saling terkait dan berinterksi
antara lain :
a. Peran Keluarga, mengganbarkan peran dari sikap anggota keluarga
yang dibagi dalam dua katagori peran formal atau peran yang nampak
jelas dalam keluarga (peran sebagai ayah, ibu) dan peran informal
atau peran tertutup yang tidak jelas dimainkan hanya untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan suatu sistem ide, sikap
dan kepercayaan yang diyakini seluruh anggota keluarga, khususnya
dibidang kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan cara dan pola komunikasi
yang digunakan oleh setiap anggota keluarga.
d. Stuktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengendalikan orang
lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
6. Fungsi Keluarga
Secara umum fingsi keluarga ada lima antara lain :
a. Fungsi afektif (the affective function) merupakan fungsi keluarga
dalam melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi anggota keluarga dengan memenuhi
kebutuhan sosio-emosional (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
plecement function) adalah fungsi untuk mengembangkan dan melatih
anak menjadi anggota keluarga yang produktif.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction finction) adalah keluarga
berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic finction) adalah keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) adalah fungsi
keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarga dengan
memberikan perawatan yang bersifat preventif, secara bersama - sama
merawat anggota keluarga yang sakit dan mencari pelayanan
kesehatan yang tepat (Suprajitno, 2004).
7. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga juga mengalami tahap-tahap perkembangan. Ada delapan tahap
perkembangan yang dikemukakan oleh Duvall (1985) antara lain :
a. Tahap I adalah keluarga pemula ( pasangan menikah atau tahap
pernikahan ).
b. Tahap II adalah keluarga sedang mengasuh anak ( anak tertua adalah
bayi sampai usia 30 bulan).
c. Tahap III adalah keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua,
berumur 2 hingga 6 tahun).
d. Tahap IV adalah keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
berumur 6 hingga 13 tahun).
e. Tahap V adalah keluarga dengan anak remaja (anak tertua
berumur 13 tahun hingga 20 tahun).
f. Tahap VI adalah keluarga yang melepaskan anak usia dewasa
muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah).
g. Tahap VII adalah orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
pensiun).
h. Tahap VIII adalah keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga
menunjukkan kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau
pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia).pada tahap ini
ada berbagai macam stressor yang dialami dan dapat mengacaukan
transisi peran mereka antara lain ekonomi, perumahan, sosial
pekerjaan, kesehatan yaitu menurunnya funsi fisik, mental dan
kognitif (Friedman, 1998).

8. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan antara lain :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga. .
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain
dilingkungan tinggal keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Apabila keluarga mengalami keterbatasan maka perlu ada tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di
rumah.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk memjamin kesehatan
keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga (Suprajitno, 2004).
9. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan.
Keluarga merupakan bagan dari masyarakat yang dapat dijadikan
gambaran dari masyarakat. Perilaku keluarga dapat menimbulkan
masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecahan masalah.
Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi
terhadap anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan lingkungan
yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.
Keluarga merupakan pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah
kesehatan, keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan
dan mengembangkan kesehatan kepada masyarakat. (Suprajitno, 2004).
D. Proses Keperawatan Keluarga dengan Asma bronchial
1. Pengertian proses keperawatan
Proses keperawatan adalah rangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan, melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu pasien untuk mencapai dan memelihara kesehataannya
seoptimal mungkin (Wolf dan Weitzel dalam Effndy, 2002 ).
Tahap dari proses keperawatan adalah:
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah tahap di mana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat
digunakan metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah,
pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan
data sekunder (hasil laboratorium, foto rontgen, rekam kesehatan unit
pelayanan kesehatan dan catatan lain yang dapat dipercaya
keakuratanya). Dalam pengngumpulan data yang perlu di kaji
meliputi unsur bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
(Suprajitno, 2004).
Pengkajian keluarga ini meliputi :
1) Data umum, meliputi nama kepala keluarga, alamat dan
pendidikan, komposisi keluarga, nama, jenis kelamin, agama, dan
lain - lain.
2) Struktur keluarga, meliputi peran keluarga, nilai atau norma
keluarga, pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga.
3) Tipe dan tahap perkembangan keluarga, meliputi tahap
perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi.
4) Fungsi keluarga, meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
perawatan kesehatan, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi.
5) Stres dan koping keluarga
6) Pengkajian terhadap pasien asma bronchial sebagai anggota
keluarga
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (North American Nurse Diagnosis Asosiation)
dalam (Doenges 1999) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan
adalah keputusan klinik mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah - masalah kesehatan / proses
kehidupan yang aktual atau potensial.
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga berrdasarkan data yang
diperoleh pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan antara
lain : masalah (problem, P), penyebab (etiologi, E), dan tanda (sign,
S). Selanjutnya dikenal dengan PES. Tipologi diagnosa keperawatan
antara lain : diagnosa aktual / gangguan kesehatan, diagnosa resiko /
resiko tinggi (ancaman kesehatan, dan diagnosa potensial/ keadaan
sejahtera atau “ wellness ”. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada keluarga dengan asma bronchial adalah :
1) Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan dan pencegahan
penyakit asma bronchial .
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat karena tidak memahami mengenai
asma bronchial .
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
disebabkan karena tidak mengetahui keadaan asma bronchial
misalnya stadium atau tingkatan penyakit, gejala dan
penatalaksanaanya.
4) Kurangnya informasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memilih alternative yang lain untuk menurunkan sesak
nafas .
5) Ketidakmampuan mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumber daya/ fasilitas kesehatan guna upaya memperbaiki
masalah kesehatan yang disebabkan kurang percaya terhadap
petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.

c. Prioritas masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga.
Proses skoring dilakukan oleh setiap dagnosa keperawatan dengan
cara :
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat.
2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor yang tertinggi dan dikalikan
dengan bobot.
Skor yang diperoleh
x Bobot
Skor Tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kriteria skor maksimum sama dengan
jumlah bobot yaitu 5 ( Nursalam .2001 )
Tabel 1
Skoring diagnosa keperawatan

NO KRITERIA SKOR BOBOT

1 Sifat masalah 1
3
Skala : - Tidak / kurang sehat
2
- Ancaman kesehatan
1
- Keadaan sejahtera

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2


Skala : - Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah 1


Skala : - Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : - Masalah berat harus segera 2
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Suprajitno, 2004

d. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah ,mengurangi atau mengoreksi masalah – masalah yang
diindentifikasi pada diagnosis keperawatan tahap ini,di mulai setelah
menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi .( Nursalam ,2001 )
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan
keluarga adalah :
1) Menentukan tujuan
Merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terinci
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
akan dilakukan pada keluarga Tn. "H" dengan asma bronchial
baik dalam bentuk tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka
panjang.
2) Menentukan sasaran
Menentukan sasaran yang tepat untuk dilaksanakan tindakan
keperawatan
3) Kriteria dan standar
Kriteria dan standar adalah gambaran tentang faktor – faktor yang
dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan telah dicapai setelah
dilakukan tindakan keperawatan kepada keluarga Tn. "H" dengan
asma bronchial.
Perencanaan pada keluarga dengan asma bronchial dilakukan
bertujuan untuk:
(1) Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah
kesehatan dengan cara :
(a) Memberikan informasi yang tepat tentang asma bronchial
dan terapi semi fowler dan deep breathing .
(b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan.
(2) Menolong keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara :
(a) Mendiskusikan tindakan yang dapat dilakukan untuk
menurunkan sesak nafas pada pasien dengan asma
bronchial dengan terapi semi fowler dan deep breathing .
(3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara :
(a) Mendemonstrasikan cara perawatan anggota keluarga
yang menderita asma bronchial dengan terapi semi fowler
dan deep breathing .
(b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah yang
menunjang untuk dilakukannya terapi semi fowler dan
deep breathing .
(c) Mengawasi keluarga saat melakukan terapi semi fowler
dan deep breathing .
e. Implementasi/ Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak
sebelumnya untuk pelaksanaan rencana yang telah disusun. Kontrak
yang dilaksanakan meliputi : kapan dilaksanakan, berapa lama waktu
yang dibutuhkan, materi, siapa yang melaksanakan, sasaran dan
mungkin peralatan yang perlu disiapkan keluarga ( Nursalam ,2001 )
Tindakan keperawatan keluarga mencakup tindakan yang telah
termuat pada rencana tindakan (intervensi).
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat keberhasilan dari
tindakan yang telah diberikan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil
sebagian perlu disusun rencana keperawatan baru yang sesuai
( Nursalam ,2001 )Ada beberapa macam evaluasi antara lain:
1) Evaluasi struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, atau
bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan,
misalnya; kecakapan perawat, minat atau dorongan, waktu atau
tenaga yang dipakai, macam dan banyaknya peralatan yang
dipakai dan dana yang tersedia.
2) Evaluasi proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujaun, misalnya: mutu penyuluhan
yang diberikan kepada keluarga dengan masalah asma bronchial
dalam upaya menurunkan sesak nafas dengan terapi semi fowler
dan deep breathing .
3) Evaluasi hasil.
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga melaksanakan tugas - tugas kesehatan (Nursalam ,2001)
Evaluasi hasil meliputi : pengetahuan, sikap dan tindakan/
psikomotor (Nursalam ,2001)
D. KERANGKA KONSEP

Proses Keperawatan
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan PADA SESAK
Implementasi NAFAS
PASIEN
Evaluasi
PENDERITA
ASMA

upaya menurunkan
SESAK NAFAS dengan
terapi semi fowler dan
Keterangan:
deep breathing .

= Variabel Pengaruh/Bebas/Independen

= Variabel Terpengaruh/Terikat/Dependen

= Out Put

Anda mungkin juga menyukai