TINJAUAN PUSTAKA
8
a. Asma alergik disebabkan oleh allergen atau alaergen allergen yang
dikenal (misalnya: serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur).
Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma.
b. Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan alergen
spesifik. Faktor-faktor, seperti Common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik
atau nonalergik.
Sedangkan menurut Panggabean & gultom (2005), ada 2 bentuk asma
bronchialis yaitu :
a. Asma Ekstrinsik
Asma bronchialis ekstrinsik mulai pada usia muda, sering pada anak
kecil. Gejala awal dapat berupa eczema atau hay fever ditandai oleh
serangan bersin-bersin dengan ingus yang encer). eczema dapat timbul
pada pencerita yang berdasarkan sifat imunologik peka terhadap
allergen yaitu bahan-bahan yang terdapat dalam udara. Keadaanini
disebut atopi.
b. Asma Intrinsik
Asma brnkhial intrinsic timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir
sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi
yang menjadi penyebabnya, tetapi ditemukan kepekaan yang
berlebihan dari bronchus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi
misalnya: infeksi virus atau bakteri dari bronkus, kadang-kadang
kegiatan jasmani, dan kadang karena menghirup udara dingin (air
conditioning).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer Arif (2001), gejala-gejala asma bronchialis antara lain:
a. Bising mengi (weezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari.
c. Napas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
Menurut Brunner dan Suddart (2002), tanda dari asma bronchialis
selanjutnya adalah sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-
gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi. Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit
sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan
asma jarang yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat,
yang disebut “status asmatikus”. Kondisi ini merupakan keadaan yang
mengancam hidup. Asma sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran
di sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan
lainnya termasuk perawatan diri seseorang (personal hygiene) yang mana
merupakan salah satu sumber pencetus asma (Brunner dan Suddart, 2002).
Menurut Brunner dan Suddart (2002), reaksi asma dapat
menyebabkan bronkospasme sehingga menyebabkan ventilasi di daerah
paru menurun, hal ini akan mengakibatkan penderita menjadi dispnea dan
sesak napas sehingga akan terjadi ketidakefektifan pengisian oksigen ke
jaringan tubuh dan menyebabkan tubuh penderita menjadi letih dan lemah.
Hal inilah yang akan mengganggu penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari khususnya mengenai perawatan diri (personal Hygiene).
5. Diagnosis
Menurut Mansjoer Arif (2001), diagnosis asma berdasarkan :
a. Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat adanya
alergi, serta gejala klinis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium: darah (teruatama eosinofil, IgE total, IgE
spesifik), sputum (eosinofil, spiral Curshman, kristal Charcot-leyden).
d. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
menentukan adanya obstruksi jalan napas.
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer Arif (2001), komplikasi dari asma yaitu:
pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis,
aspergilosisi bronkopulmonar alergik, gagal nafas, bronchitis, dan fraktur
iga.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi: Foto Rontgen dada dapat
menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma. Pemeriksaan sputum
dan darah dapat menunjukkan eosinofisilia (peningkatan kadar eosinofil).
Terjadi peningkatan kadar serum Imunoglobulin E (IgE) pada asma
alergik.
Pada pemeriksaan sputum, terlihat sputum dapat jernih atau berbusa
(asma alergik) atau kental (asma nonalergik) dan berserabut (nonalergik).
Pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama
serangan akut.
8. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah (Mansjoer Arif, 2001):
a. Menyembuhkan dan mengendalikan asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya.
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan latitahan (exercise).
e. Menghindari efek samping obat asma.
f. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel.
Menurut Brunner dan Suddart (2002), terdapat lima kategori pengobatan
yang digunakan dalam mengobati asma yaitu :
a. Agonis beta (agen β-adrenergik), adalah medikasi awal yang
digunakan dalam mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-
otot polos bronchialis. Agens adrenergic yang paling umum digunakan
adalah epinephrine, albuterol, metaproterenol, isoproterenol,
isoetharine, dan terbutalin.
b. Metilsantin, seperti aminofilin da teofilin, digunakan karena
mempunyai efek bronkodilatasi.
c. Antikolinergik, seperti atropine, antikolinergik secara khusus mungkin
bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk agonis beta
dan metilsantin karena penyakit jantung yang mendasari.
d. Kortikosteroid, kortikosteroid penting dalam pengobatan asma.
Medikasi ini diberikan secara intravena (hidrokortison), secara oral
(prednisone, prednisolon), atau melalui inhalasi (beklometason,
deksametason).
9. Pencegahan
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan
mengidentifikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, kuda, detergen, sabun, makanan tertentu, jamur, dan
serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari
dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen
penyabab kapan saja memungkinkan.
B. KONSEP DASAR SEMI FOWLER DAN DEEP BREATHING
1. Pengertian
A. Semi fowler adalah posisi yang di berikan ke pada pasien asma
yang di lakukan untuk membantu mengurangi sesak nafas .posisi semi
fowler dengan derajat 45 derajat .
B. Deep Breathing adalah latihan pernafasan dengan teknik bernapas
secara perlahan dan dalam mengunakan otot diafragma sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh ( smeltzer et al., 2008 )
1. Pengertian keperawatan
c. Prioritas masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga.
Proses skoring dilakukan oleh setiap dagnosa keperawatan dengan
cara :
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat.
2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor yang tertinggi dan dikalikan
dengan bobot.
Skor yang diperoleh
x Bobot
Skor Tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kriteria skor maksimum sama dengan
jumlah bobot yaitu 5 ( Nursalam .2001 )
Tabel 1
Skoring diagnosa keperawatan
1 Sifat masalah 1
3
Skala : - Tidak / kurang sehat
2
- Ancaman kesehatan
1
- Keadaan sejahtera
Proses Keperawatan
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan PADA SESAK
Implementasi NAFAS
PASIEN
Evaluasi
PENDERITA
ASMA
upaya menurunkan
SESAK NAFAS dengan
terapi semi fowler dan
Keterangan:
deep breathing .
= Variabel Pengaruh/Bebas/Independen
= Variabel Terpengaruh/Terikat/Dependen
= Out Put