Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL

“ASUHAN KEPERAWATAN MARTENITAS PADA NY.X DENGAN POST

PARTUM DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI LUKA PERENIUM

DENGAN TINDAKAN VULVA HYGIENE DI WILAYAH BENTAS RT 001

RW 002 “.

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Pendidikan D-III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

NAMA : APRILIA SAHERTIAN

NIM : 124021 2017 017

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA AKADEMI KEPERAWATAN

RUMKITTK III Dr.J.A.LATUMETEN

AMBON

2020
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Aprilia sahertian

NIM : 1240212017017

Institusi : Akademi Keperawatan Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya

tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan

bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain

yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis

Ilmiah ini hasil ciplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Ambon, 30- Mei -2020

Pembuat Pernyataan,

Aprilia sahertian

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

T.Pangandaheng.,s.kep.,Ns.,MSN B.latumenase.,s.kep.,Ns.,M.kep

SURAT PERNYATAAN MENYETUJUI UJIAN PROPOSAL

i
Saya Yang BertandaTangan DibawahIni :

NAMA : T. Pangandaheng, S.Kep,

Ns, MSN NIDN/ NIP : 1229099101

Menyatakan bahwa mahasiswa dibawah ini;

1. Aprilia Sahertian Nim : 1240212017017

Dengan ini, bahwa mahasiswa tersebut diatas telah layak dan


disetujui oleh pembimbing 1 & 2 untuk melakukan ujian proposal.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Ambon, 5 Juni 2020

Yang Menyatakan

Dosen Pembimbing

HALAMAN PERSETUJUAN

ii
Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN MATTERNITAS

PADA NY. X DENGAN POST PARTUM DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI LUKA

PERINEUM DENGAN TTINDAKAN VULVA HYGIENE DI WILAYAH BENTAS RT 001

RW 002 ini telah disetuji oleh dosen pembimbing Akademi

Keperawatan Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten Ambon.

Ambon, ..............................................2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(T. pangandaheng ,S kep, Ns, MSN) (B. Latumenase,S. kep,Ns,M.kep)

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. X DENGAN POST PARTUM DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI LUKA

PERINEUM DENGAN TINDAKAN VULVA HYGIENE DI WILAYAH BENTAS RT 001 RW

002 SIRIMAU KOTA AMBON ini telah disetuji oleh Tim Penguji Sidang

Akademi Keperawatan Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten Ambon, pada

iii
tanggal 2020 dan telah diperbaiki dengan masukan dari

Tim Penguji.

Penguji I (satu)

( S , latuamury AMK,S,pd,M,KES )

Penguji II (dua)

( Ns H. TUASIKAL,S kep,M.kep)

Mengetahui

Wadir I

( I. Tauran, S. Kep. Ns., M.Kes )

KATA PENGANTAR

puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena Berkat,dan

karunianya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA YN.X DENGAN POST

PARTUM DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI LUKA PERINEUM

DENGAN TINDAKAN VULVA HYGIENE DI WILAYAH BENTAS RT001

RW 0002 , AMBON telah disetujui oleh timpenguji sidang Akdemik

Keperawatan Rumkit TK lll dr J.A Latumeten Ambon sebagai salah satuh

iv
syarat dalam penempuhan ujian akhir program D lll keperawatan di

Akademik Keperawatan Rumkit TK lll dr J.A Latumeten Ambon

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1 .Deden Muhamad Hidayat., S. Si., Apt selaku Direktur Akper

Rumkit TK. III Dr. J. A. Latumeten Ambon.

2. I. Tauran, S. Kep. Ns., M.Kes selaku Wadir I Bidang Akademik

Akper Rumkit TK. III Dr. J. A. Latumeten Ambon.

3.H. Tuasikal, S. Kep. Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Akper Rumkit TK. III Dr. J. A. Latumeten Ambon.

4.T.Pangdaheng,s,kep.,Ns.,MSN selaku Pembimbing I dalam penyusunan

laporan Karya Tulis Ilmiah.

5.B,Latumenase.,S,Kep.,Ns,M,Kep selaku Pembimbing II dalam

penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah.

6. S. Latuamury,AMK,S,pd, M.kes selaku Penguji I dalam sidang

laporan Karya Tulis Ilmiah.

7.Ns H. Tuasikal,S.kep,M. Kep selaku Penguji II dalam sidang

laporan Karya Tulis Ilmiah.

8.Seluruh dosen dan staf Akper Rumkit TK. III Dr. J. A.

Latumeten Ambon.

v
9. Ke-2 Orang Tua, Adik-adik,keluarga dan Teman –teman(Ode ana

puspita, kurnia damer,maria blandina labobo, yermina

latumahina, marlins musnter dan ,claudia noya) seperjuangan

yang menjadi penguat dan penyemangat dalam menjalani Studi D

III Keperawatan Akper Rumkit TK. III Dr. J. A. Latumeten

Ambon.

10.Rekan-rekan Angkatan XV PEGASUS Akper Rumkit TK. III Dr. J.

A. Latumeten Ambon yang sama-sama berjuang dalam Studi D III

Keperawatan.

Penyusun

APRILIA SAHERTIAN

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul..................................................................................................

Halaman keaslian penulisan..........................................................................i

Halaman persetujuan ....................................................................................ii

Halaman Pengesahan...........................................................................................iii

Kata Pengantar....................................................................................................iv

Daftar Isi..............................................................................................................v

Daftar Tabel .......................................................................................................vi

Daftar Diagram ...........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
vi
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................5
E. Keaslian Penelitian.................................................................................6
F. SistematikaPenelitian.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Maternitas......................................................................7


B. Konsep Perawatan Vulva Hygeine........................................................18
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga……………….........….25
D. Proses Keperawatan Keluarga dengan Maternitas...………............32
E. Kerangka Konsep ............................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................41
B. Subjek penelitian..............................................................................41
C. Variabel penelitian............................................................................41
D. Defenisi operasional…………………………....................
………………….….....42
E. Lokasi dan waktu penelitian............................................................43
F. Teknik Pengumpulan Data………………………...............
……………….........43
G. Instrumen Penelitian........................................................................44

Daftar Pustaka 45

Lampiran-Lampiran

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skoring diagnosa keperawatan keluarga ...............................46

viii
DAFTAR DIAGRAM

Gambar 1.1 Kerangka


Konsep ...........................................................
......47

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya.robekan perineum umumnya terjadi digaris

tengah dan biasa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus

pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah

dengan ukuran yng lebih besar dari pada sirkum ferensia suboksipito brekmatika

(Sukarni dan Margareth,2013)

Menurut world health organitation (WHO) setiap menit seorang perempuan

meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan post partum. Dengn

kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000

perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinn dan nifas.

Kemudian angka kematian ibu (AKI) di Negara ASEAN lainnya, seperti di

Thailand pada tahun 2011 adalah 44/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia

39/100.000 kelahiran hidup dan singapura 6/100.000 kelahiran hidup (herawati

2010).

Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia, AKI di Indonesia

masih cukup tinggi 228/100.000 kelahiran hidup tahun 2011, sedangkan target

milennium depelopment goals (MDGs) pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan

menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia tahun

1
2

2010 meliputi preeklamsia (12,9%), komplikasi abortus (11,1%), sepsis post

partum( 9,6%),persalinan lama (6,5%), anemia (1,6%) (Herawati 2010)

Salah satuh penyebab langsung kematian maternal terbesar selain perdarahan

eklamsia dan komplikasi masah nifas adalah infeksi. Diantara infeksi pada masa

nifas adalah infeksi yang terjadi karena perlukaan jalan lahir. Perlukaan jalan lahir

dapat terjadi karena kesalahan sewaktu memimpin suatu persalinan tetapi dapat

juga terjadi karena laserasi atau tindakan efisiotomi. Efisiotomi dilakukan

dikarenakan mempunyai beberapa manfaat di antaranya yaitu mencegah robekan

perineum , mengurangi rengangan otot penyangah kandung kemih atau sektum

yang terlalu kuat dan berkepanjangan mengurangi lama tahap kedua (bobek

dkk,2005 )

Menurut danise 2006, untuk menghindari infeksi perineum perlu dilakukan

perawatan vulva yang disebut vulva hygiene. Vulva hygiene adalah

membersihkan alat kelamin wanita bagian luar ditambahkan oleh Siswone

2001,bahwa manfaat vulva hygiene untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya

tetap bersih dan nyaman, mencegah munculnya keputihan ,bau tak sedap dan

gatal-gatal serta menjaga pH vagina tetap normal. Munculnya infeksi perineum

dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir, infeksi

tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi juga dapat

menyebabkan kerusakan sel penunjang, sehinggah akan menambah ukuran dari

luka itu sendiri baik panjang maupun kedalaman dari luka (Suwiyoga,2004)
3

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di rumah sakit pancaran kasih

GMIM manado di mana jumlah ibu post partum normal selama 4 bulan terakhir

dari September – desember 2014 berjumblah 168 klien atau rata- rata perbulan 42

klien. Hasil wawancara langsung yang dilakukan peneliti pada 7 dari 11 orang ibu

post partum normal yang ada pada saat mengambilan data awal, ditemukan 3

orang ibu mengatakan membersihkan perineumnya hanya dengan air tanpa sabun,

2 oraang ibu jarang ganti pembalut sehingga mereka merasab kurang nyaman serta

bau vagina yang tidak enak, sedangkan 2 ibu lainnya mengatakan tidak mencuci

tanggan sebelum membersihkan luka jahitan perineum sehingga sering kali

menimbulkan gatal-gatal. Kemudian setelah di wawancarai juga mengenai

keadaan luka perineum pada hari ke 3, mereka mengatakan bahwa masih ada

sisah-sisah cairan yang keluar dari alat genetalia. Berdasarakan uraian latar

belakang masalah,penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan vulva hygiene dengan pencegahan infeksi luka perineum padaibu post

partum di rumah sakit ppancaran kasih GMIM manado.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “Asuhan keperawatan martenita pada Ny.X dengan post

partum dalam upaya pencegahan infeksi luka pereniumdengan tindakan vulva

hygienes di wilayah bentas Rt 001 Rw 002 “.

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana penerapan Asuhan

keperawatan martenitas pada ny x dengan post partum dalam upaya

pencegahan infeksi luka perenium dengan tindakan vulva hygienes di wilayah

bentas rt 001 rw 002 ”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada ny x dengan post partum

dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium dengan tindakan vulva

hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002.

Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada ny x dengan post

partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium dengan

tindakan vulva hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada ny x

dengan post partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulva hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002.

c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada ny x

dengan post partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulva hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002..


5

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada ny x

dengan post partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulva hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002..

e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan ny x

dengan post partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulva hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002..

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk

meningkatkan mutu praktek keperawatan khususnya dalam upaya

pencegahan infeksi luka perenium dengan tindakan vulma hygienes .

Manfaat praktis

a. Bagi Penulis

Dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam rangka menambah

wawasan pengetahuan dilakukan ny x dengan post partum dalam

upaya pencegahan infeksi luka perenium dengan tindakan vulma

hygienes . sebagai masukan bagi kalangan profesi keperawatan dalam

rangka meningkatkan pemberian pelayanan asuhan keperawatan

martenitas dengan post partum.

D. Keaslian Penelitian
6

Usulan penelitian ini disusun oleh penulis sendiri dan bukan merupakan

duplikasi atau penjiplakan dari penulisan karya tulis ilmiah yang lainnya. Dan

di dukung oleh beberapa jurnal .

E. Sistematika penulisan

Usulan penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan terdiri dari

bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman

judul, halaman persetujuan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.

Bagian utama dibagi dalam tiga Bab yang terdiri dari : Bab I, yang berisi latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

keaslian penulisan dan sistematika penlisan . Bab II yang berisi : dasar-dasar

teoritis dan berbagai konsep yang relevansi dengan penelitian ini dan kerangka

konsep penelitian. Bab III yang merupakan metode penelitian ini berisi : jenis

penelitian, Subjek penelitian, Variabel penelitian, Defenisi operasional, Lokasi

dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data, instrumen

penelitian dan sistematika penelitian serta bagian akhir yang berisi Daftar

Pustaka dan Lampiran-Lampiran.


BAB II

TINJAU PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PERSALINAN

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin plasenta,

selaput ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009)

Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta

danselaput ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit.

Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun ke

dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Saifudin, 2010)

2. Tanda –Tanda permulaan persalinan

a.Lightening

7
8

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadanyaanya

menjadi lebih enteng, ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa

berjalanan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada

anggota bawah

b. Pollakisuria

Kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan

kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang

disebut pollakisuria

c. False labor

3 atau 4 minggu sebelum persalinan. Calon ibu diganggu oleh his pendahuluan

yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks.

d. Perubahan serviks

Pada akhir bulan Ke-IX hasil pemeriksaan serviks menunjukan bahwa

serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak namun menjadi :

lebih lembut, beberapa menunjukan telah terjadi pembukaan dan penipisan.

e. Energy sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum

persalinan mulai, setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik


9

karena tuanya kehamilan maka ibu akan mendapati satu hari sebelum persalinan

dengan energi yang penuh.

f. Gastrointestinal upsests

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi mual

dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan (Yanti,

2010)

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Faktor power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin lahir keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot- otot perut,

kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

1) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik

dan sempurna dengan sifat- sifat : kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian

diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga

menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong

janin dan kantong amnion kerah bawah rahim dan serviks. Menurut Yanti(2010),

dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan

ibu bersalin adalah :


10

a) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per

10 menit

b) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah)

c) Durasi lama his : lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan

dengan detik, misalnya 50 detik.

d) Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya .

e) Misal his datang tiap 2-3 menit

f) Datangnya his : apakah sering / teratur atau tidak

2) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong

anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontrkasi otot-otot dinding

perut yang mengakibatkan peninggian tekanan .intra abdominal. Tenaga ini

serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebi kuat

lagi.

Saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek yang mengakibatkan

ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan

diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya akan dapat berhasil, bila

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif suatu ada his (Yanti, 2010)

a. Passage (jalan lahir)


11

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,

vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya

lapisan-lapisan otot dasar panggul menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu

jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan

dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan

bentuk panggul haris ditentukan , sebelum persalinan dimulai. (Sumarah

2008)

b. Passenger (janin dan plasenta)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir yang merupakan akibat

interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap

dan posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan lahir, maka dianggap juga

sebagai bagian dari passanger yang menyertai jalan janin, namun plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. Presentasi adalah bagian

janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan melalui jalan lahir

persalinan. Tiga presentase janin yaitu kepala (96%), bokong (3%), bahu (1%).

Sedangkan letak janin ada dua macam yaitu letak memanjang dan letak

melintang. Letak memanjang dapat berupa presentase kepala tauapun bokong.

Presentase ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki

panggul ibu.

c. Psikis
12

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan, ibu bersalin

yang didampingi suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung mengalami

proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa

didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa

dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh

pada kelancaran proses persalinan (Asrinah 2010).

Tingkat kecemasan ibu selama bersalin akan meningkat jika ia tidak

memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Ibu

bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Membantu

ibu berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan. Memenuhi

harapan ibu akan hasil akhir persalinannya, membantu ibu menghemat

tenaga, mengendalikan rasanyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam

mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologi dari orang- orang

terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang

berlangsung. Kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi analgesia jika

diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah dukungan

psikologi (Sumarah 2009).

Faktor psikis ibu tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah proses

persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot-otot tubuhnya termasuk otot

rahim mengalami spasme yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan

sehingga menghambat proses persalinan (Yanti, 2010).


13

Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap

sakit. Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui.

d. Penolong

Perubahan psikologis ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun

ibu memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar

dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan sehingga dapat

beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis

selama persalinan sehingga dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi

pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh

penolong persalinan dalam melaksanakan tuganya sebagai pendamping atau

penolong persalinan. Tidah hanya itu, penolong yang sudah mendapat

kepercayaan dari ibu yang akan bersalin harus menunjukan keahlianya maupun

ketrampilannya, sehingga disini ibu yang akan bersalin merasa nyaman dan

tenang dalam menghadapi proses persalinannya (Sumarah , 2008).

4. Istilah Dalam Persalinan

Menurut Wiknjosastro (2008) istilah-istilah yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan adalah:

a. Primipara : Adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan bayi aterm

sebanyak satu kali.

b. Multipara (pleuripara) Adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup

beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali. Multipara
14

adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa

kali.

c. Grandemultipara Adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih

dari lima kali.

d. Nulipara Adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi

viable.

5. Tahap Persalinan

 Menurut Wiknojosastro (2008) tahap-tahap pada persalinan antara lain :

A. Kala I

Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –

kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I ini

dimulai bila timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut

berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau

mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh– pembuluh kapiler yang

berada disekitar kanalis serviks itu pecah karena pergeseran ketika serviks

membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase

yaitu :

1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lamban

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.


15

2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam pembukaan berlangsung

sampai cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Fase– fase tersebut dijumpai

pada primigravida, pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase

laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebuh pendek.

Menurut Depkes RI 2008, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)

hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase

laten dan fase aktif.

1) Fase laten pada kala I persalinan :

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

2) Fase aktif pada kala I persalinan :


16

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap

(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dlam waktu

10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan

terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)

atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara)

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

B. Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala

pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan adalah: Ibu merasa ingin

meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan adannya

peningkatan tekanan pada rektum dan vagina, perineum menonjol, Vulva dan

spingter ani membuka, meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.

Sedangkan tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang

hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian

kepala bayi melalui introitus vagina

C. Kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga
17

langkah yaitu pemberian oksitosin dalam menit pertama setelah bayi lahir,

melakukan penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri.

D. Kala IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah itu dilakukan dengan melakukan pemantauan pada kala IV

yaitu lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus baik

dan kuat, evaluasi tinggi fundus uteri, memperkirakan kehilangan darah secara

keseluruhan, periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau

episiotomi) perineum, evaluasi keadaan ibu, dokumentasikan semua asuhan dan

temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf,

B . KONSEP TINDAKAN VULMA HYGIENES

A. Vulva Hygiene
18

1. Pengertian vulva hygiene

Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar (vulva)

guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat kelamin, serta untuk

mencegah terjadinya infeksi. Perilaku tersebut seperti melakukan cebok dari arah

vagina ke arah anus menggunakan air bersih, tanpa memakai antiseptik,

mengeringkannya dengan handuk kering atau tisu kering, mencuci tangan

sebelum membersihkan daerah kewanitaan (Darma, 2017). Menurut Mumpuni

(2013) menyatakan bahwa organ reproduksi perempuan memang membutuhkan

perhatian khusus. Bentuknya yang terbuka, memudahkan masuknya kuman

melalui mulut vagina. Tubuh dan organ intim yang sehat dapat pula memicu

kepercayaan diri seseorang.

2. Manfaat vulva hygiene

Menurut Andira (2012), perawatan vagina mempunyai beberapa manfaat

diantaranya :

a. Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman.

b. Dapat mencegah munculnya keputihan, gatal-gatal, dan bau tak sedap. c.

Dapat menjaga pH vagina dalam kondisi normal (3,5 – 4,5).

3. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku

manusia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :


19

a) Faktor predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor-faktor yang dapat memudahkan terbentuknya suatu perilaku

seseorang adalah pengetahuan, sikap, dan kebiasaan. Seseorang akan

mampu melakukan vulva hygiene yang benar jika seseorang tersebut tahu

bagaimana cara melakukannya. Tanpa adanya pengetahuan tentang vulva hygiene

yang benar seseorang tersebut tidak akan mampu melakukan prosedur dengan

baik. Sedangkan, sikap merupakan reaksi yang secara tidak langsung muncul

ketika seseorang mendapat stimulus tertentu. Sikap tersebut akan terbentuk jika

seseorang terbiasa. Maka secara tidak langsung sikap seseorang yang terus-

menerus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh, seorang

remaja tahu bagaimana cara cebok yang benar yaitu membasuh kemaluan dari

arah depan (vagina) ke belakang (anus), namun remaja tersebut tidak menerapkan

ilmu yang ia miliki, justru remaja tersebut membasuh kemaluannya dari arah

belakang (anus) ke depan (vagina). Sehingga perilaku buruk tersebut dilakukan

secara terus-menerus dan menjadi kebiasaan.

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor-faktor yang mendukung atau yang menjadi pemungkin terjadinya

suatu perilaku seseorang adalah tersedianya sarana dan prasarana yang

memfasilitasi untuk terjadinya suatu perilaku. Baik buruknya seseorang dalam

melakukan vulva hygiene tergantung pada sarana dan prasarana yang ada. Sebagai

contoh, seseorang akan membersihkan alat kelaminnya menggunakan air bersih

jika tersedia air bersih. Tetapi jika tidak tersedia air bersih maka dengan terpaksa
20

menggunakan air seadanya, misalnya air sungai. Berdasarkan contoh tersebut

terlihat jelas bahwa keberadaan sarana dan prasarana menjadi faktor pendukung

terbentuknya suatu perilaku.

c) Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor-faktor yang dapat menjadi pendorong atau faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku adalah sikap dan perilaku seseorang yang

menjadi panutan. Seorang panutan yang dimaksud adalah seperti teman, keluarga,

lingkungan sekitar, atau tokoh masyarakat. Sebagai contoh, seorang remaja tahu

jika sering menggunakan sabun antiseptik untuk membersihkan vagina akan

memicu terjadinya keputihan, namun tetap saja ia membersihkan vagina dengan

sabun antiseptik karena ibunya juga menggunakan sabun antiseptik untuk

membersihkan vagina. Dari contoh tersebut terlihat jelas bahwa seorang panutan

merupakan faktor penguat terjadinya perilaku pada seseora

4. Cara melakukan vulva hygiene yang benar

a. Memelihara kebersihan alat kelamin

Wijayanti (2009) menyatakan bahwa memelihara kebersihan alat kelamin dapat

dilakukan dengan cara :

1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tujuannya untuk mencegah alat

kelamin terkontaminasi oleh bakteri yang ada pada tangan (Kusyati, 2012).

2) Melakukan cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang (anus).Supaya

bibit penyakit yang bersarang di sekitar anus tidak terbawa ke dalam vagina,
21

karena hal tersebut dapat menimbulkan infeksi, peradangan, dan rangsangan

gatal.

3) Selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan tidak lembab, karena

keadaan basah akan mempermudah berkembangnya bakteri pathogen.

4) Tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak akan menyebabkan

jamur dan bakteri tumbuh di sekitar vagina.

5) Tidak sembarangan menggunakan cairan pembersih organ kewanitaan

karena dapat merusak keasaman vagina. Keasaman vagina ini berfungsi untuk

mencegah pertumbuhan kuman atau bakteri pathogen yang masuk. Kebanyakan

wanita Indonesia membersihkan vagina dengan cairan pembersih (antiseptic) agar

vagina kesat dan terbebas dari bakteri penyebab keputihan, namun kandungan

antiseptic pada sabun justru dapat memudahkan kuman dan bakteri masuk ke

dalam liang vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2013)

pembersih organ kewanitaan pada umumnya mengandung berbagai senyawa

kimia meliputi petroleum, syntetic chemical, dan petrocheminal yang dapat

merusak kulit dan lingkungan. Sabun pembersih organ kewanitaan juga

mengandung natrium dan kalium yang dapat menyebabkan vagina dalam

keadaan basa, akibatnya tingkat keasaman vagina akan rusak dan

menyebabkan mudah berkembangbiaknya bakteri pathogen di vagina. Cara

terbaik untuk membersihkan organ kewanitaan adalah membasuhnya

menggunakan air bersih dari arah depan (vagina) ke arah belakang (anus).

Apabila ingin menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun pembersih organ


22

kewanitaan yang mengandung pH tidak lebih dari 3,5-4,5 misalnya sabun bayi

atau membersihkan organ intim dengan sabun yang tidak mengubah

kestabilan pH di sekitar vagina, salah satunya produk yang berbahan dasar dari

susu.

6) Pada saat menstruasi diwajibkan mengganti pembalut 2-3 kali dalam

sehari atau setiap 4 jam sekali secara teratur. Andira (2012) mengungkapkan

bahwa pada saat haid, kuman-kuman lebih mudah masuk ke dalam organ

reproduksi. Pembalut dengan gumpalan darah yang banyak akan menjadi

tempat tumbuh dan berkembangnya jamur maupun bakteri. Oleh sebab itu, pada

saat menstruasi dianjurkan untuk mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari atau

setiap 4 jam sekali, atau setiap saat jika sudah merasa tidak nyaman. Sebelum

mengganti pembalut wajib membersihkan vagina terlebih dahulu.

7) Tidak sering memakai pantyliner. Pantyliner adalah salah satu jenis

pembalut wanita yang digunakan diluar periode menstruasi, dan ukurannya lebih

kecil. Pantyliner jika digunakan terlalu lama dapat menyebabkan peningkatan

jumlah bakteri pathogen dan membunuh lactobacillus dalam vagina, pantyliner

juga dapat mentransfer flora intestinal seperti Eschericia Coli ke dalam

vagina. Sebaiknya gunakan pantyliner saat perlu saja dan jangan terlalu lama,

paling tidak 3-6 jam sehari.

8) Mengganti pakaian dalam dua kali sehari saat mandi.

9) Memakai pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap keringat misalnya

katun. Bahan lain yang tidak menyerap keringat seperti nylon atau polyester
23

menyebabkan alat kelamin terasa gerah dan panas, sehingga vagina menjadi

lembab dan menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan jamur.

10) Memakai celana dalam yang tidak ketat. Celana dalam yang terlalu ketat

menyebabkan tidak adanya sirkulasi udara di sekitar alat kelamin sehingga

daerah sekitar vagina menjadi lembab.

b. Menjalani pola makan sehat

Andira (2012) mengungkapkan bahwa untuk merawat organ reproduksi

disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang manis karena menurut

sebuah penelitian, 90% wanita yang mengurangi konsumsi gula akan

mengalami penurunan infeksi jamur. Menurut Shadine (2009) dalam Darma

(2017) dinyatakan bahwa dalam beberapa penelitian menunjukkan jika

mengkonsumsi makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat

menimbulkan efek negatif pada bakteri lactobacillus yang ada di vagina.

c. Mencegah stress dan kelelahan

Menurut Shadine (2009) dalam Darma (2017) dinyatakan bahwa untuk mencegah

terjadinya keputihan dengan istirahat cukup dan menghindari stress. Misalkan

dengan cara tidak mengerjakan tugas atau belajar hingga larut malam,

melakukan aktifitas-aktifitas yang menyenangkan, dan berlibur. Dengan demikian

stress dapat dicegah.


24

d.Infeksi adalah masalah kesehatan yang di sebabkan oleh organisme seperti

virus ,bakteri,jamur,dan parasite .

e.hubungan vulva hygiene dengan infeksi adalah tindakan membersihkan vulva

untuk mencegah terjadinya infeksi .

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual

yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia (Suprajitno, 2004).

2. Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dan

bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami

keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.


25

b. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan keluarga terbagi atas 2 yaitu:

1) Tujuan umum: meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.

2) Tujuan khusus: di tingkatkannya kemampuan keluarga untuk:

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

terhadap kesehatan keluarga.

c) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada

anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi

tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai

dengan kemampuan keluarga.

d) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga sehingga

dapat meningkatkan kesehatan keluarga.

e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga

(Suprajitno,2004).

c.Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang

rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan


26

atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan

(Suprajitno,2004).

3. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Suprajitno,

2004).

4. Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004) Pengelompokkan tipe keluarga tergantung

pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkanya.

Pengelompokkan tipe keluarga antara lain :

a. Keluarga inti (nuclear family).

b. Keluarga besar (extended family).

c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

d. Orang tua tunggal (single parent family)

e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried

teenage mother)

f. Orang dewasa (laki - laki, perempuan) yang tinggal

sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).

g. Keluarga denagn anak tanpa pernikahan sebelumnya

(the nonmarietal heterosexual cohabiting family).


27

h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama (gay and lesbian family)

5. Struktur Keluarga

Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengemukakan

ada empat elemen struktur keluarga yang saling terkait dan berinterksi

antara lain :

a. Peran Keluarga, mengganbarkan peran dari sikap anggota keluarga

yang dibagi dalam dua katagori peran formal atau peran yang nampak

jelas dalam keluarga peran sebagai ayah, ibu dan peran informal atau

peran tertutup yang tidak jelas dimainkan hanya untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga.

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan suatu sistem ide, sikap

dan kepercayaan yang diyakini seluruh anggota keluarga, khususnya

dibidang kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan cara dan pola komunikasi

yang digunakan oleh setiap anggota keluarga.

d. Stuktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengendalikan orang

lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

6. Fungsi Keluarga

Secara umum fingsi keluarga ada lima antara lain :


28

a. Fungsi afektif (the affective function) merupakan fungsi keluarga

dalam melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat bagi anggota keluarga dengan memenuhi

kebutuhan sosio-emosional (Friedman, 1998).

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and

social plecement function) adalah fungsi untuk mengembangkan dan

melatih anak menjadi anggota keluarga yang produktif.

c. Fungsi reproduksi (the reproduction finction) adalah keluarga

berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangungan

keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic finction) adalah keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) adalah

fungsi keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarga

dengan memberikan perawatan yang bersifat preventif, secara

bersama - sama merawat anggota keluarga yang sakit dan mencari

pelayanan kesehatan yang tepat (Suprajitno, 2004).

7. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga juga mengalami tahap-tahap perkembangan. Ada delapan tahap

perkembangan yang dikemukakan oleh Duvall (1985) antara lain :


29

a. Tahap I adalah keluarga pemula (pasangan menikah atau tahap

pernikahan).

b. Tahap II adalah keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua

adalah bayi sampai usia 30 bulan).

c. Tahap III adalah keluarga dengan anak usia prasekolah (anak

tertua, berumur 2 hingga 6 tahun).

d. Tahap IV adalah keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua

berumur 6 hingga 13 tahun).

e. Tahap V adalah keluarga dengan anak remaja (anak tertua

berumur 13 tahun hingga 20 tahun).

f. Tahap VI adalah keluarga yang melepaskan anak usia dewasa

muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang

meninggalkan rumah).

g. Tahap VII adalah orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,

pensiun).

h. Tahap VIII adalah keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga

menunjukkan kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau

pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia).pada tahap ini

ada berbagai macam stressor yang dialami dan dapat mengacaukan

transisi peran mereka antara lain ekonomi, perumahan, sosial

pekerjaan, kesehatan yaitu menurunnya funsi fisik, mental dan

kognitif (Friedman, 1998).

8. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan


30

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan antara lain :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan

perubahan yang dialami anggota keluarga. .

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain

dilingkungan tinggal keluarga.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Apabila keluarga mengalami keterbatasan maka perlu ada tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di

rumah.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk memjamin kesehatan

keluarga.
31

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga (Suprajitno, 2004).

9. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan.

Keluarga merupakan bagan dari masyarakat yang dapat dijadikan

gambaran dari masyarakat. Perilaku keluarga dapat menimbulkan

masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecahan masalah.

Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap

anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi

untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. Keluarga

merupakan pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan,

keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan

mengembangkan kesehatan kepada masyarakat. (Suprajitno, 2004).

D. Proses Keperawatan Keluarga dengan post partum

1. Pengertian proses keperawatan

Proses keperawatan adalah rangkaian perbuatan atau tindakan untuk

menetapkan, merencanakan, melaksanakan pelayanan keperawatan dalam

rangka membantu pasien untuk mencapai dan memelihara kesehataannya

seoptimal mungkin (Wolf dan Weitzel dalam Effndy, 2002 ).

Tahap dari proses keperawatan adalah:

a. Tahap Pengkajian
32

Pengkajian adalah tahap di mana seorang perawat mengambil

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Pengumpulan data informasi dari keluarga dapat

digunakan metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah,

pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan

data sekunder hasil laboratorium, foto rontgen, rekam kesehatan unit

pelayanan kesehatan dan catatan lain yang dapat dipercaya

keakuratanya. Dalam pengngumpulan data yang perlu di kaji meliputi

unsur bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif (Suprajitno, 2004).

Pengkajian keluarga ini meliputi :

1) Data umum, meliputi nama kepala keluarga, alamat dan

pendidikan, komposisi keluarga, nama, jenis kelamin, agama, dan

lain - lain.

2) Struktur keluarga, meliputi peran keluarga, nilai atau norma

keluarga, pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga.

3) Tipe dan tahap perkembangan keluarga, meliputi tahap

perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga

yang belum terpenuhi.

4) Fungsi keluarga, meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi

perawatan kesehatan, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi.

5) Stres dan koping keluarga


33

6) Pengkajian terhadap Ny.X dengan post partum sebagai anggota

keluarga

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut (North American Nurse Diagnosis Asosiation) dalam

(Doenges 1999) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah

keputusan klinik mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah - masalah kesehatan/proses kehidupan

yang aktual atau potensial.

Perumusan diagnosa keperawatan keluarga berrdasarkan data yang

diperoleh pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan antara

lain : masalah (problem, P), penyebab (etiologi, E), dan tanda (sign,

S). Selanjutnya dikenal dengan PES. Tipologi diagnosa keperawatan

antara lain: diagnosa aktuaL/gangguan kesehatan, diagnosa resiko /

resiko tinggi (ancaman kesehatan, dan diagnosa potensial/ keadaan

sejahtera atau “ wellness ”. Diagnosa keperawatan yang sering

muncul pada keluarga dengan post partum adalah :

1) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit

disebabkan karena tidak mengetahui keadaan infeksi luka

perinium

c. Prioritas masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah

selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga.


34

Proses skoring dilakukan oleh setiap dagnosa keperawatan dengan

cara :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor yang tertinggi dan dikalikan

dengan bobot.

Skor yang diperoleh


x Bobot
Skor Tertinggi

3) Jumlah skor untuk semua kriteria skor maksimum sama dengan

jumlah bobot yaitu 5 ( Nursalam .2011 )

Tabel I

Skoring diagnosa keperawatan

NO KRITERIA SKOR BOBOT

1 Sifat masalah 1

3
Skala : - Tidak / kurang sehat

2
- Ancaman kesehatan

1
- Keadaan sejahtera

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

2
Skala : - Dengan mudah

1
- Hanya sebagian
35

- Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah 1

3
Skala : - Tinggi

2
- Cukup

1
- Rendah

4 Menonjolnya masalah 1

Skala : - Masalah berat harus segera 2

ditangani

- Ada masalah tetapi tidak perlu 1

ditangani

- Masalah tidak dirasakan


0
Sumber : Suprajitno, 2004

d. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah ,mengurangi atau mengoreksi masalah – masalah yang

diindentifikasi pada diagnosis keperawatan tahap ini,di mulai setelah

menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi .( Nursalam ,2001 )

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan

keluarga adalah:
36

1) Menentukan tujuan

Merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terinci

tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang

akan dilakukan pada keluarga Ny. "X” dengan post partum baik

dalam bentuk tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka

panjang.

2) Menentukan sasaran

Menentukan sasaran yang tepat untuk dilaksanakan tindakan

keperawatan

3) Kriteria dan standar

Kriteria dan standar adalah gambaran tentang faktor – faktor yang

dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan telah dicapai setelah

dilakukan tindakan keperawatan kepada keluarga Ny . "X" dengan

post partum .(Padila, 2013).

Perencanaan pada keluarga dengan post partum dilakukan

bertujuan untuk:

(1) Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah

kesehatan dengan cara :

(a) Memberikan informasi yang tepat tentang pencegahan

infeksi luka perenium dengan tindakan vulma hygienes.

(b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang

kesehatan.
37

(2) Menolong keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, dengan cara : Mendiskusikan tindakan yang

dapat dilakukan untuk pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulva hygienes. .

(3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara :

(a) Mendemonstrasikan cara perawatan anggota keluarga yang

post partum untuk mencegah infeksi luka prenium dengan

tindakan vulva hygienes.

(b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah yang

menunjang untuk dilakukannya tindakan vulva hygienes .

(c) Mengawasi keluarga saat melakukan tindakan vulva

hygienes.

e. Implementasi/ Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya untuk pelaksanaan rencana yang telah disusun. Kontrak

yang dilaksanakan meliputi : kapan dilaksanakan, berapa lama waktu

yang dibutuhkan, materi, siapa yang melaksanakan, sasaran dan

mungkin peralatan yang perlu disiapkan keluarga ( Nursalam ,2001 )

Tindakan keperawatan keluarga mencakup tindakan yang telah

termuat pada rencana tindakan (intervensi).


38

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat keberhasilan dari

tindakan yang telah diberikan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil

sebagian perlu disusun rencana keperawatan baru yang sesuai

( Nursalam ,2001 )Ada beberapa macam evaluasi antara lain:

1) Evaluasi struktur atau sumber

Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, atau

bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan,

misalnya; kecakapan perawat, minat atau dorongan, waktu atau

tenaga yang dipakai, macam dan banyaknya peralatan yang

dipakai dan dana yang tersedia.

2) Evaluasi proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai tujaun, misalnya: mutu penyuluhan

yang diberikan kepada keluarga dengan masalah post partum

dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium dengan tindakan

vulma hygienes.

3) Evaluasi hasil.
39

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan

keluarga melaksanakan tugas - tugas kesehatan (Nursalam ,2001)

Evaluasi hasil meliputi : pengetahuan, sikap dan tindakan/

psikomotor (Nursalam ,2011)

E.KERANGKA KONSEP

Proses Keperawatan

Pengkajian

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan
NY .X
Implementasi
DENGAN
Evaluasi POST pencegahan
PARTUM infeksi luka
perenium
pencegahan
upaya pencegahan
infeksi luka
infeksi luka perenium
perenium
dengan tindakan vuva
hygienes

Keterangan:

= Variabel Pengaruh/Bebas/Independen
40

= Variabel Terpengaruh/Terikat/Dependen

= Out Put

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada usulan penelitian ini adalah deskriptif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalah

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat

gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Sedangkan studi kasus

adalah cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari

unit tunggal .

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam usulan penelitian ini adalah Ny. X

dengan post partum di wilayah bentas rt 001 rw 002.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen
41

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

nilainya mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2005). Adapun yang

termasuk dalam variabel ini adalah proses keperawatan yang mencakup

lima tahap antara lain : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya

terpengaruh oleh variabel lain. Adapun yang menjadi variabel dependen

dalam usulan penelitian ini adalah untuk pencegahan infeksi luka

perenium dengan tindakan vulma hygienes.

D. Defenisi Operasional

1. Asuhan keperawatan adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat

berdasarkan pada ilmu dan konsep keperawatan kepada pasien dalam

upaya mencapai derajat kesehatan seoptimal mungkin yang meliputi lima

tahapan antara lain : penakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaliasi.

2. Pasien adalah individu yang merupakan bagian dalam keluarga yang

mengalami masalah kesehatan post partum .


42

3. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi

diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

4. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin plasenta,

selaput ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009)

5. Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar

(vulva) guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat

kelamin

6. Manfaat tindakan vulva hygienes adalah vagina tetap dalam keadaan

bersih dan nyaman dan terhindar dari infeksi .

E. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi atau tempat penelitian adalah rumah keluarga ny x

dengan post partum dalam upaya pencegahan infeksi luka perenium

dengan tindakan vulma hygienes di wilayah bentas rt 001 rw 002.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai

juni tahun 2020.

F. Teknik Pengumpulan Dan Sumber Data

1. Teknik Pengumpulan Data


43

Dalam penelitian ada beberapa teknik pengumpulan data yang

dipergunakan antara lain :

a. Wawancara/Anamnesa

Yaitu peneliti akan melakukantanya jawab secara langsung kepada

pasien atau keluarga pasien guna mendapatkan data yang akurat.

b. Observasi

Peneliti akan mengadakan pengamatan langsung pada pasien guna

mengetahui keadaan pasien.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi.

2. Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penulisan ini adalah pasien, keluarga

pasien, petugas kesehatan dan dokumen serta catatan lain yang dapat di

jadikan sumber data dari keluarga Ny. X.

G. Instrumen Penulisan dan pemeriksaan

Instrumen penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah format

pengkajian keperawatan keluarga dan format dokumentasi keperawatan.

Instrumen pemeriksaan fisik antara lain : Stetoskop, spignomanometer, SAP

dan demonstrasi.
44

DAFTAR PUSTAKA

Bobek dkk, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC.

Fiolen, 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan Dengan Penyembuhan

Luka Episiotomi Pada Ibu Post Partum Di Ruangan Irina D Bawah RSUP Prof.Dr.

R.D. Kandou Malalayang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ratulangi

Manado.

Harijati, 2012. Gambaran Perilaku Ibu Nifas Tentang Vulva Hygiene DiRB/BKIA

Ponorogo.

Herawati, 2010. Hubungan Perawatan Perineum DenganKesembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas Hari Keenam Di Bidan Praktik Swasta Mojokerto

Kedawung Sragen. Program Studi Di Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Sukarni & Margareth, 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas. Yogyakarta :Nuha

Medika.

Suwiyoga, 2004. Vulva Hygiene Masa Nifas. Jakarta. Graha Medika.

Yuliana, 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka

Perawatan Luka Perineum Di Rumah Sakit Bersalin Fitri Candra Wonogiri.


45

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Setiawan & Suyanto, 2013. Buku Ajar Statistik Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sri Rejeki & Ernawati, 2010. Faktor -Faktor Yang Berpengaruh Pada

Penyembuhan Luka Perineum Ibu Pasca Persalinan Di Puskesmas Brangsong Dan

Kaliwungu Kabupaten Kendal.

Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas

Yogyakarta : Fitramaya.

Nursalam. 2011. Dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktek.

Jakarta : salemba medika.

Suprajitno. 2004. Asuhan keperawaatan keluarga : aplikasi dan praktik.

Jakarta : EGC

Effendy, nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat.

Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai