Anda di halaman 1dari 8

SK- Conginetal Dysplasia Hip

“Tugas Matakuliah FT. Pediatri”

Dosen Pengampu :

Hj. Zaimah, SST.FT

Oleh

Mutiara Sari EFT10180106

DIII FISIOTERAPI

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN

BANJARMASIN

2020
STATUS KLINIS

A. Pemeriksaan Fisioterapi
a. Anamnesis
Anamnesis Umum
Nama : An. St.N
Umur : 7 bulan
Alamat : Jl. Kamboja RT.03 No. 01
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
b. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama
Adanya keterbatasan gerak pada hip pasien dan saat lutut pasien di fleksikan tidak simetris.

Letak Keluhan
Pada area sekitar pinggul hingga bagian lutut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan kalau anak nya memiliki keterbatasan gerak pada pinggul
dan adanya asimetris/ketidaksamaan lutut saat di bengkokkan serta adanya lipatan
pada paha/skin fold, ibu pasien mengatakan bahwa saat kelahiran anak nya terlalu
keras di tarik oleh bidan dan bb bayi saat dilahirkan berlebih serta dimana terjadi
hiper/hipo pada hormon khususnya hormon maternal estrogen dan relaksin terbawa
sampai saat bersalin/kelahiran dan menyebabkan kelainan pada longgarnya ligament,
ibu pasien langsung membawa kedokter anak dan disarankan ke poli rehab medik dan
di tangani oleh fisioterapis, sebelum ke fisioterapis anak sudah di rontgen pelvic dan
di USG.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
Riwayat Penyakit Penyerta
Pasien tidak ada riwayat penyakit penyerta.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
Medika Mentosa
Ibu pasien mengatakan sebelumnya pernah dibawa ke dokter spesialis anak dan
dilakukan pemeriksaan rontgen pelvic dan USG, pasien belum pernah mengkonsumsi
obat-obatan.

c. Anamnesis Sistem
Musculoskeletal : Pasien mengalami keterbatasan gerak pada Hip dan asimetris
pada knee.
Sistem Nervorum : Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem nervorum.
Sistem Respirasi : Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem respirasi.
Sistem Kardiovaskuler : Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem
kardiovaskuler.
Sistem Gastrointestinal : Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem
gastrointestinal.
Sistem Urinaria : Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem urinaria.
Sistem Integumen : Pasien memiliki gangguan pada sistem ini, pasien
mempunyai lipatan pada paha (skin fold)
1. Pemeriksaan Fisik

a. Vital Sign
Denyut Nadi : 95x/menit (normal).
Pernapasan : 28x/menit (normal).
Temperatur : 36,7 oC (normal).
b. Antropometri
Tinggi badan : 64 cm.
Berat badan : 7,1 kg.

2. Inspeksi & Observasi


Kaki pasien asimetris dan terdapat lipatan paha.
3. Palpasi
Suhu : normal
Spasme : tidak terdapat spasme.
Oedema : tidak terdapat oedema.
Tenderness : tidak terdapat tenderness.

4. Pemeriksaan Spesifik
a. Pemeriksaan ROM

Table 1. Tes ROM

Gerakan ROM ROM Normal


Ekstensi-Fleksi Hip S. 5o – 0o – 40o S. 15o/30o – 0o – 120o
Abduksi-Adduksi Hip F. 20o – 0o – 10o F. 45o – 0o – 15o/30o
Eksorotasi-Endorotasi Hip R. 20o – 0o – 20o R. 45o – 0o – 45o
Ekstensi-Fleksi Knee S. 0o – 0o – 120o S. 0o – 0o – 130o

IP : Terdapat keterbatasan pada semua hasil tes ROM di Hip joint dan Knee joint.

b. Manual Muscles Testing (MMT)


Table 2. Skala MMT

Nilai Keterangan
5 (Normal) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh dan dapat melawan tahanan
maksimal.
4 (Good) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh dan dapat melawan tahanan
minimal.
3 (Fair) Klien dapat melawan gravitasi dan LGS penuh.
2 (Poor) Klien tidak mampu melawan gravitasi namun memiliki LGS penuh.
1 (Trace) Hanya terdapat sedikit kontraksi.
0 (Zero) Tidak ada kontraksi

Table Nilai MMT 3. Pasien

Otot penggerak gerakan Dextra Sinistra


Fleksi Hip 3- 3-
Ekstensi Hip 3- 3-
Abduksi Hip 3 3
Adduksi Hip 3- 3-
Eksorotasi Hip 3 3
Endorotasi Hip 3 3
Fleksi Knee 3- 3-
Ekstensi Knee 3- 3-

IP : MMT Pasien pada gerakan di region Hip bernilai 3 dan 3-, untuk 3- ada gerakan
fleks-ekstensi-adduksi dextra-sinistra, dan nilai 3 pada gerakan abduksi-eksorotasi-
endorotasi dextra-sinistra dan semua gerakan di regio Knee adalah 3- yaitu fleksi-
ekstensi dextra-sinistra.

c. Test barlow
Caranya bayi tidur terlentang kemudian mengeluarkan kaput femur ke acetabulum
dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa diletakan dilipatan paha.
Interpretasi : Pada saat dilakukan test barlow fisioterapis mengeluarkan kaput
femurnya dan teraba kaput oleh ibu jari fisioterapis dan terdengar bunyi klik hasilnya
positif.

d. Test Ortolani
Caranya bayi tidur terlentang memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan
melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).
Interpretasi : Pada saat dilakukan test ortolani terdengar bunyi klik saat trokhantor
mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat tes barlow masuk ke
acetabulum.

e. Test Galeazzi
Caranya fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan lihat apakah
lututnya sama tinggi atau tidak, bila tidak sama atau lebih rendah salah satunya
berarti ada dislokasi hasil test positif.
Interpretasi : Pada saat dilakukan test galeazzi lutut pasien terlihat tinggi sebelah hasil
test positif.
f. Test Tradelenberg
Caranya anak diminta berdiri dengan satu kaki secara bergantian saat berdiri pada
kaki yang DDH (+) akan terlihat : Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh)
Normalnya otot panggul akan mempertahankan posisinya tetap lurus.
Interpretasi : Pada saat dilakukan test otot abduktur menjauhi garis tubuh yang
normalnya akan mempertahankan posisinya tetap lurus, hasil test positif.
5. Pemeriksaan penunjang

a. Rontgen Pelvic
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler, garis horizontal
Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.

b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG pada bayi dilakukan untuk menggantikan pencitraan panggul
dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir, acetabulum dan caput femoris
dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa tidak terlihat. Dengan
pemeriksaan USG, meskipun penderita berusia di bawah 3 bulan, hubungan antara
caput femoris dan acetabulum dapat diamati.

USG secara luas telah menggantikan radiografi untuk pencitraan panggul neonatus.
Pada saat kelahiran, acetabulum dan caput femoris merupakan tulang rawan sehingga
tak kelihatan pada foto rontgen biasa. USG nyata memberikan gambaran yang tepat
mengenai tata hubungan antara satu dengan yang lainnya.

6. Diagnosis Fisioterapi
Pasien mengalami gangguan aktivitas fungsional pada pinggul dan lutut dan di
diagnosa Konginetal Dysplasia Hip (CDH).

7. Problematika Fisioterapi
a. Impairment
Terdapat kelemahan Otot pada ekstremitas bawah
Terdapat keterbatasan ROM Hip dan Knee
b. Disability
Keterbatasan gerak pada Hip joint.
b. Fungsional limitation
Kesulitan bergerak karna ada nya ketidaksamaan antara panjang kedua kaki pasien.
8. Program Rencana Tindakan Fisioterapi
a. Tujuan Jangka Pendek
1). Meningkatkan kekuatan Otot
2). Meningkatkan ROM
b. Tujuan Jangka Panjang
1). Memelihara dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
2). Melanjutkan tujuan jangka pendek.

9. Prognosis
a. Qou ad vitam : dubia at bonam
b. Qou ad sanam : dubia at bonam
c. Qou ad fungsionam : dubia at malam
d. Qou d cosmeticam : sanam

10. Intervensi Fisioterapi


Table 4. Intervensi Fisioterapi

Problematika Modalitas Dosis


Meningkatkan Aktivitas Latihan Fungsional F : 3x seminggu
Fungsional I : 4x repitisi
T : Latihan fungsional
T : 5 menit
Meningkatkan kekuatan Otot Manual Terapi F : 1-2 bulan
I:-
T : Pelvik Hammesc
T:-
Meningkatkan ROM Manual Terapi F : 3x seminggu
I : 4x repetisi
T : PROMEX
T : 5-10 menit

11. Home Program


Pasien diminta untuk selalu rutin dalam melakukan latihan dibantu dengan orang
tuanya
12. Edukasi
Orang tua pasien diminta untuk selalu memeriksakan anaknya ke dokter dan terapis
Orang tua pasien diminta untuk selalu rutin mendatangi fisioterapis
Orang tua pasien diminta untuk selalu memperhatikan dan memberi motivasi ke anak.

Anda mungkin juga menyukai