Anda di halaman 1dari 19

AGAMA, BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, DAN SIKAP YANG ADIL

Dosen Pengampu :

Aditya Novali, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Tingkat IB

1. Rizqi Dimas Sandika ( PO7120119080 )


2. Tri Oktariana ( PO7120119090 )
3. Putri Nabilah ( PO7120119073 )
4. Putri Apriyandini ( PO7120119072 )

Poltekkes Kemenkes Palembang

DIII Keperawatan

Tahun Ajaran 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya lah Tugas Membuat Makalah Mata Kuliah Agama dengan

tema “Agama, Budaya Akademik, Etos Kerja, dan Sikap yang Adil” dapat

terselesaikan.

Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung

Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman

yang terang benderang yakni agama islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini

sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya atas ketidak sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis

mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin yarobbal’alamin.

Palembang, 10 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Tujuan Masalah.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN……................................................................................6

A. Budaya Akademik...................................................................................6

B. Etos Kerja................................................................................................8

C. Sikap Terbuka dan Adil.........................................................................10

D. Makna Budaya Akademik dalam Pandangan Agama Islam.................11

E. Makna Etos Kerja dalam Pandangan Islam..........................................13

F. Makna Sikap Terbuka dalam Pandangan Islam.....................................13

G. Makna Sikap Adil dalam Pandangan Islam..........................................15

BAB III PENUTUP…………………………………..............…..……......……17

A, Kesimpulan...........................................................................................17

B. Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas

dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan

oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga

penelitian.

Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak

maju bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.

Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju

kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang

mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan

penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang

kemajuan.

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja

dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.

sikap terbuka antara lain adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang

penting di dalam Islam. Selain itu dalam agama islamkita diharapkan dapat

berlaku Adil.

Dari ketiga hal diatas penulis berkeinginan membuat sebuah makalah yang

berjudul “Budaya akademik dan etos kerja serta sikap terbuka dan adil dalam

islam”.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Budaya Akademik?

2. Apa pengertian dari Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil?

3. Bagaimana Budaya Akademik, Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil dalam

Pandangan Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Pengertian dari Budaya Akademik

2. Mengetahui Pengertian dari Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil

3. Mengetahui Budaya Akademik, Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil dalam

Pandangan Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Budaya Akademik

Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan

yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau

dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan

Islam. 

Pembahasan Tentang Budaya Akademik

Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang

berkembang di Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam pendapat di

antaranya :

1) Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik

Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian

tentang Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar responden adalah

budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan

akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan

berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis, rasional dan obyektif oleh warga

masyarakat yang akademik.

Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung

perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri Perkembangan

Budaya Akademik” yang meliputi berkembangnya :

(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif

6
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral

(3) kebiasaan membaca

(4) penambahan ilmu dan wawasan

(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat

(6) penulisan artikel, makalah, buku

(7) diskusi ilmiah

(8) proses belajar-mengajar, dan

(9) manajemen perguruan tinggi yang baik

2) Tradisi Akademik

Pemahaman mayoritas responden mengenai Tradisi Akademik adalah

tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan

menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa,

menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta

mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di

lingkungan akademik.

Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid,

antara pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan

tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan

pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian

adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan

inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan

pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus

diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental

7
paternalistik dan ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat

akademik yang mengidap tradisi lama, terutama dalam paradigma patron-client

relationship yang mendarah daging.

3) Kebebasan Akademik

            Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang

responden adalah Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas

akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang

berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang

mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan

menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat,

pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka

akademis. Kebebasan Akademik mengiringi tradisi intelektual masyarakat

akademik, tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi

dinamika dan perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter,

kiranya kebebasan akademik akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan

internasional kebebasan akademik dipandang sebagai inti dari budaya akademik

dan berkaitan dengan kebebasan.

Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-

sikap dalam kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan

tertentu menimbulkan hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik,

khususnya kebebasan berpendapat. Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik

suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan situasi politik

dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa.

8
B. Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja

dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri

khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok. secara terminologis kata

etos adalah yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam

tiga pengertian yang berbeda yaitu:

-          Suatu aturan umum atau cara hidup

-          Suatu tatanan aturan perilaku.

-          Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .

Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang

berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka

mencapai cita-cita yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr.

Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap

yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah

dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .

Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos

berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa

kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna

mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap

hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan

9
dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilainilai yang berdimensi

transenden.

  Fungsi dan Tujuan Etos Kerja

            Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan

dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:

Pendorang timbulnya perbuatan, Penggairah dalam aktivitas, Penggerak, seperti

mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu

perbuatan.

            Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus

W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan.

Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk

usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik

bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat.

Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan

mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau

kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang

disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.

C. Sikap terbuka dan Adil

Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan

transparan, yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah

dipahami, tidak keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan.  Dengan demikian

Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu

persoalan menjadi jelas mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi

10
kebenarannya.  Kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan, keterbukaan

atau transparansi berarti kesediaan pemerintah untuk senantiasa memberikan

informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan proses

penyelenggaraan pemerintahan. Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia berasal darai kata adil yang berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan

dan tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang.

Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart:Tidak berat sebelah atau

tidak memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada setiap orang

sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, Mengetahui hak dan kewajiban, mana

yang benar dan yang salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih

kasih dan pandang siapapun, setiap orang diperlakukan sesuai hak dan

kewajibannya.

D. Makna Budaya Akademik Dalam Pandangan Agama Islam

Telah dijelaskan di muka bahwa hakekat manusia terletak pada amal atau

eksistensi diri atau penciptaan kebudayaan yang terus menerus untuk mencapai

kesempurnaan dirinya sebagai manusia (full human). Yang menghentikan proses

penciptaan kebudayaan ini hanya kalau dia meninggal. Amal, bereksistensi, atau

aktifitas budaya (penciptaan, pelestarian, perubahan, penyempurnaan,

pemantapan) merupakan kesatuan dari akal, qalbu, dan aksi budaya serta

kesadaran akan tujuannya. Tujuan seluruh aktifitas kebudayaan adalah

pelaksanaan perintah Tuhan. Allah berfirman dalam ( QS. Adz Dzariyat : 56 ).

11
Artinya :

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku “.

Wujud penyembahan atau pengabdian manusia kepada Allah adalah

melaksanakan tugas sebagai khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik terhadap

alam semesta, sesama manusia, dan Allah. Penghambaan, penyembahan, atau

pengabdian itu sebenarnya bukan untuk menambahkan agar Allah semakin agung,

melainkan kepada manusia itu sendiri. Allah tak berkurang sedikitpun

kesempurnaannya.

Budaya insan akademis bukanlah jenis manusia yang bekerja atas

dorongan emosional “hantam dulu urusan belakang”, melainkan penerapan harga

diri secara utuh sebagaimana baru saja disebutkan itu dan emosi menjadi salah

satu komponennya, khususnya menjadi pendorong untuk memperoleh sukses

secara akademis yang memiliki karakter berpikir kritis, kerja keras, jujur, dan fair

dalam menggapai prestise akademis dan selanjutnya bermuara pada kualitas diri

sebagai manusia yang sepenuh-penuhnya. Indikasinya antara lain: memiliki

pengetahuan, berilmu, sikap belajar lebih lanjut, unggul, kompeten,

berkepribadian siap pakai, produktif, dan profesional. Yang secara singkat

menurut Islam adalah wakil Tuhan di bumi (khalifat-llah fi al ard) yang memiliki

tanggung jawab kehidupan alam semesta secara makmur, damai, dan sejahtera.

12
E. Makna Etos Kerja dalam Pandangan Islam

Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)

1.      Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah.

QS.Saba’,34 : 13 “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali

dari hamba-hambaku yang bersyukur”.

2.      Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah,2 :

202 “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka

usahakan”.

3.      Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur, amanah).

Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, 28 : 26 “

Sesungguhnya oarng yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang

yang kuat lagi dapat dipercaya”.

4.      Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja keras

tidak mengenal kata gagal.

5.      Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara

tepat (pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.

6.      Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan sekedar

membayar kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal,

fastabiqul khairat).

F. Makna Sikap Terbuka dalam Pandangan Islam

Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang

penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak

jujur antara lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa,

13
kita amat prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam

terbesar di dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian

terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil,

justru dalam tataran praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil.

Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.

Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap

ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran.

Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu

ia mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan

salat mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar. Termasuk koherensi antara

ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera

mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau

sesama manusia).

Menurut Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:

.‫ا‬FF‫ا ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عند هللا صد يق‬

‫ذا‬FF‫د هلل ك‬FF‫تى يكتب عن‬FF‫ذ ب ح‬FF‫ل ليك‬FF‫ وا ن الرج‬.‫ا ر‬FF‫دى ا لن‬FF‫ور يه‬FF‫ وا ن ا لفج‬.‫وا ن ا لكذ ب يهد ا لى ا لفجور‬

)‫با( متفق عليه‬

      Artinya: (Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan

itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan

sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta.

Dusta itu menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat

bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi,

[t.th.]:42).

14
G. Makna Sikap Adil dalam Pandangan Islam

Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara

tertib dan seimbang. Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-syaja’ah,

dan al-‘iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat membedakan antara

yang benar dan salah, baik dan buruk, haq dan batal secara tepat, tetapi belum

tentu ia selalu memilih yang benar, yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti

berani tanpa rasa takut. Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utama ini jika tidak

seimbang menjadi tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi kecerdasannya

dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain karena tidak ada ‘iffah di dalam

dirinya. Orang selalu berani menangani setiap masalah yang dihadapi, tentu akan

menampakkan profil preman karena tidak ada al-hikmah dan ‘iffah di dalam

dirinya. Orang cerdas dan berani lalu digunakan untuk mengeruk kekayaan negara

secara tidak syah adalah tidak baik karena tidak ‘iffah di dalam dirinya. Orang

selalu hanya memilih kesucian dalam semua suasana secara terang-terangan tentu

dapat membahayakan diri sendiri.

  Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata

adil dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang

sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita

supaya berlaku adil dalam semua hal. Allah berfirman dalam (QS. Al Maidah: 8).

Artinya :“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” Kata adil

sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama: iqshitu, al-

muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran (‘Abd al-

15
Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut secara

besama-sama dan satu sama lain berarti sama. 

Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah

baik dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar

dunia dan di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang

tidak baik seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah

citra buruk itu salah satu cara strategis adalah membudayakan sikap adil dalam

semua lapangan kehidupan. Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus

menerus secara berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai

sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari diri sendiri”,Inilah komitmen

untuk mulaiu pembiasaan berlaku adil. Jika langkah awal ini dapat dilalui dengan

baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai

komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia

berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika idola tidak

bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.      Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami

sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati,

dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan

tinggi dan lembaga penelitian. Dalam islam kita dianjurkan untuk menempuh

pendidikan yang paling tinggi, oleh karenanya setiap insan yang bisa menempuh

kediatan akademisi dengan baik sesuai norma agam islam akan beroleh tempat

yang tinggi di akhirat kelak.

2.      Etos kerja menurut islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari

rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang

maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja

mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan

dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.

Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa

dan  enaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa

menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang mempunyai

pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer,

direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran

menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang

banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara

17
pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan tanggung jawab

sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya

3.      Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang

penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur, islam sangat

mengutamakan tindakan yang jujur dan adil.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan

mahasiswa, dan dapat dijadikan sumber referensi serta apabila ada kekurangan

atau ada salah dalam penulisan dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abrorinnisail Masruroh dan Moh. Mudzakkir, “Praktik Budaya Akademik

Mahasiswa”, E-journal Unesa, http://ejournal.unesa.ac.id, 2012.

Al-Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung:

Diponegoro.

Dwi Nur Nikmah, “Implementasi Budaya Akademik Dan Sikap

Ilmiah Mahasiswa” UM Malang

http://maknaartikel.blogspot.com/2010/01/budaya-akademik/survei.html

https://www.scribd.com/document/377683490/Budaya-Akademik-Etos-Kerja-

Sikap-Terbuka-Dan-Adil

19

Anda mungkin juga menyukai