Anda di halaman 1dari 14

PERANAN AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN

DAN KESATUAN BANGSA

( TUGAS INI UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AGAMA)

DOSEN PENGAMPU

Aditya Novali M.Pd.I

DISUSUN OLEH:

1. PENI ANA SARI


2. PITIONO
3. MAYANG KARTIKA
4. SITI ARDIYANTI

KELOMPOK 13

TINGKAT 1.B

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“PERANAN AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN
BANGSA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Aditya Novali M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Agama yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai kontribusi agama dalam kehidupan politik. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dari jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Palembang, November 2019

Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Pengertian Persatuan Dan Kesatuan .......................................................... 3
2.2 Makna Dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa ......................... 3
2.3 Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa ..................................... 4
2.4 Cara Mewujudkan Persatuan Dan Kesatuan Bangsa ................................. 5
2.5 Peran Agama Dalam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Menurut Islam ....
.................................................................................................................... 7
BAB III Penutup ............................................................................................ 10
3.1 Simpulan .................................................................................................... 10
3.2 Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Persatuan bangsa adalah suatu tujuan politik yang mesti dipunyai dan diwujudkan
oleh suatu negara, khususnya negara kebangsaan. Tanpa persamaan itu tujuan-tujuan
yang lebih luhur, seperti terciptanya kesejahteraan umum dan keadilan sosial tidak akan
terlaksana. Namun persatuan yang berhikmah dan produktif ialah persatuan yang
dinamis yang tumbuh di atas kesadaran warga masyarakat berdasarkan persepsi yang
benar tentang kenyataan-kenyataan kehidupan sosial manusia. Salah satu kenyataan itu
ialah adanya perbedaan alamiah antarpribadi dan antarkelompok yang membuat
mustahilnya penyatuan dan penyeragaman sempurna antarmereka.

Penyebutan perbedaan itu sebagai perbedaan alamiah untuk menunjukkan segi


orsinalitas dan kesejatiannya sebagai kelanjutan hakikat kemanusiaan itu sendiri,
dengan hikmah-hikmah yang terkandung dan tersembunyi di dalamnya. Disebut
perbedaan alamiah juga untuk tidak memasukkan perbedaan-perbedaan buatan atau
artifisal, seperti yang muncul karena dorongan dendam kusumat, dengki, iri hati dan
sebagainya.

Sebab, dalam perbedaan-perbedaan tidak alamiah serupa itu dengan sendirinya tidak
terkandung hikmah-hikmah yang akan membawa kebaikan hidup bersama, tapi justru
mengandung segi-segi destruktif. Karena itu, persatuan yang dinamis dan produktif
tidaklah selamanya identik dengan "kesatuan." Sebab, yang akhir itu acapkali dilakukan
penyeragaman, dengan kemungkinan adanya sikap yang kurang menghargai perbedaan.

Dalam jenjang hubungan sibernetik antara agama dan budaya, "persatuan bangsa"
sebagai suatu nilai politik adalah fungsi dari budaya, dan budaya itu sendiri, menurut
jenjang sibernetiknya adalah fungsi dari agama.

Karena itu, sebenarnya agama, budaya, dan politik tidak dapat dipisahkan sekalipun
dalam kehidupan. Hal ini menjadi amat jelas jika kita telaah bahwa agama adalah
sumber atau dasar kesadaran akan makna dan tujuan hidup luhur (transendental) yang
mengatasi tujuan-tujuan hidup duniawi. Budaya adalah ekspresi simbolik rasa makna
dan tujuan hidup itu dalam kehidupan nyata yang ke dalam dirinya melibatkan dimensi
peradaban. Adapun politik adalah suatu kesepakatan tentang bagaimana mengatur
interaksi sosial hidup manusia dengan sesamanya dalam lingkup pola kebudayaan dan
peradaban tertentu.

Jadi, masalah persatuan bangsa adalah masalah politik dan kita dapat bicara tentang
"politik persatuan." Karena itu, untuk memperoleh pengertian yang lebih baik persoalan

1
persatuan itu perlu kita mengetahui beberapa pengertian dasar tentang politik.
Kemudian kita akan lihat, bagaimana politik persatuan terkait dengan masalah budaya
dan agama.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa definisi persatuan dan kesatuan?

2. Apa makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan?

3. Apa saja prinsip dalam persatuan an kesatuan?

4. Bagaimana peran agama dalam persatuan dan kesatuan?

5. Bagaimana peran agama dalam persatuan dan kesatuan menurut katolik?

6. Bagaimana peran agama dalam persatuan dan kesatuan menurut Isalam?

1.3 Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi persatuan dan kesatuan?

2. Untuk mengetahui makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan?

3. Untuk mengetahui prinsip dalam persatuan an kesatuan?

4. Untuk mengetahui eran agama dalam persatuan dan kesatuan?

5. Untuk mengetahui peran agama dalam persatuan dan kesatuan menurut katolik?

6. Untuk mengetahui peran agama dalam persatuan dan kesatuan menurut Isalam?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persatuan dan Kesatuan

Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.

Indonesia:Mengandung dua pengertian, yaitu pengertian Indonesia ditinjau dari segi


geografis dan dari segi bangsa. Dari segi geografis, Indonesia berarti bagian bumi yang
membentang dari 95° sampai 141° Bujur Timur dan 6° Lintang Utara sampai 11o
Lintang Selatan atau wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Indonesia
dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan sepenanggungan yang
bermukim di dalam wilayah itu. Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti
persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

2.2 Makna dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam
proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa
terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia
sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali.Unsur-unsur sosial
budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur
itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan
dan kebudayaan.Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi
(percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam,
Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur
kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia.Kemudian sifat-sifat
lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama
yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang
mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia.Jadi makna persatuan dan kesatuan
bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan
lain sebagainya.

Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses
yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk
dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri,
yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu
antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu
merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan
kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi
(percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam,

3
Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur
kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat
lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama
yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang
mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-
royong, musyawarah dan lain sebagainya.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah
sebagai berikut:

 Perasaan senasib.
 Kebangkitan Nasional
 Sumpah Pemuda
 Proklamasi Kemerdekaan

2.3 Prisip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji
lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu
kita amalkan. Prinsip-prinsip itu adalah :

1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika

Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal
ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2) Prinsip Nasionalisme Indonesia

Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita
sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada
bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab
pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu
juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil
dan beradab.

3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab

Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki
kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.

4) Prinsip Wawasan Nusantara

4
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka
kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan
itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air,
serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.

5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi

Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur

punya orang pintar alias kaum inteletual yang ilmunya bahkan diperoleh dari sekolah-
sekolah tinggi di luar negeri, sebuah kata, yaitu “pluralisme” yang artinya sama dengan
keberagaman, tiba-tiba saja menjadi istilah yang begitu gencar disebut. Setiap orang
seakan kurang yakin dengan keintelekannya bila tidak menyebut kata pluralisme setiap
kali bicara, berdiskusi, berpidato dan lain sebagainya.

2.4 Cara Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi


kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki
kualitas diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan
masa depan yang kian kompetitif. Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan
kesatuan paling kurang terdapat sepuluh hal yang perlu dilakukan:

1. Berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan


2. Bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja
3. Bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah
4. Selalu membuat perencanaan
5. Memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi
6. Menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain
7. Rasional dan percaya kepada kemampuan iptek
8. Menjunjung tinggi keadilan dan
9. Berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

2.5 Peran Agama dalam persatuan dan kesatuan bangsa

Agama kelihatan telah menjadi faktor pemecah-belah. Selama setahun terakhir ini, telah
terjadi banyak kasus kebringasan massal dalam masyarakat yang sering kelihatan
terkaitkan dengan sentimen keagamaan.

Sebab itu, persatuan bangsa kedengaran ironis.Tetapi kerukunan dan kerjasama antar
berbagai kelompok agama merupakan keharusan, kalau dengan membentuk Indonesia
merdeka sebagai negara-bangsa, kita semua bertekad untuk terus hidup demokratis, dan
damai.

5
Kini rasanya kita mengalami kemunduran dalam pemeliharaan persatuan bangsa,
terutama dalam pengertian ras dan keagamaan, kalaupun dalam arti etnis dan budaya
kita sudah banyak mencapai kemajuan. Yang seringkali dilupakan orang kelihatannya
adalah bahwa kebangsaan Indonesia merupakan konsep politik, tidak didasarkan atas
ikatan etnis, rasial, keagamaan, kultural, bahasa, atau ikatan-ikatan sektarian atau
“primordial” lainnya. Bangsa Indonesia dibentuk oleh kehendak “bangsa-bangsa” dalam
arti sempit (Jawa, Sunda, Minangkabau, dsb.) untuk hidup bersama dan senasib-
sepenanggungan dalam suatu bangsa baru, yaitu bangsa Indonesia, sehingga Indonesia
merdeka yang hendak didirikan akan merupakan negara-bangsa, dalam wilayah tanah
air Indonesia, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang merupakan konsensus
atau kompromi antara bahasa berbagai “bangsa” dalam pengertian sempit tadi. Itulah
yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

Pemikiran dan aspirasi politik itulah yang merupakan faktor pemersatu utama bangsa
Indonesia. Kemudian, dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi negara,
sebenarnya berbagai agama yang hidup dalam masyarakat Indonesia dipersatukan oleh
sila Ketuhanan YME.

Implikasi konsep kebangsaan itu ialah bahwa tiada kelompok dalam Indonesia merdeka,
besar atau kecil, apa pun dasar atau ikatannya, mempunyai kedudukan istimewa atau
menikmati hak-hak istimewa. Semua orang dan semua kelompok mempunyai hak,
kesempatan dan kewajiban atau komitmen yang sama sebagai warga negara dan
berkedudukan sama (equal) di depan hukum

Apakah musuh bersama yang akan selalu dapat mempersatukan bangsa? Musuh
bersama itu terutama adalah ketidakadilan. Kita tidak dapat memelihara persatuan dan
integrasi bangsa tanpa mengusahakan pemerataan atau mewujudkan keadilan. Tiada
orang atau kelompok bersedia diajak bersatu atau berintegrasi jika dalam persatuan itu
dia atau mereka merasa diperlakukan secara tidak adil, atau menderita sesuatu bentuk
ketidakadilan seperti diskriminasi, apa pun dasarnya, yang menyangkut kepentingannya.

Sebab itu inti masalahnya adalah, bagaimana berbagai golongan agama di Indonesia
dapat bekerjasama dalam perjuangan menegakkan keadilan, di samping menanggulangi
masalah-masalah bersama lainnya, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan lingkungan
hidup, yang melampaui batas-batas keagamaan, etnis, rasial, bahasa ataupun budaya.

Keadilan merupakan prinsip, norma, atau sikap, yang menuntut persamaan. Dalam
pengertian ini keadilan sama dengan asas demokrasi sebagai suatu cita-cita. Sebab itu
demokrasi dan keadilan saling berkaitan, bahkan merupakan suatu kesatuan yang tak
terpisahkan. Demokrasi menuntut persamaan dan keadilan, sedang keadilan dalam
masyarakat atau keadilan sosial hanya dapat diwujudkan secara lebih baik dalam sistem
demokrasi.

6
Tuntutan atas persamaan itu ialah agar hak setiap orang dihormati dan semua manusia
diperlakukan secara sama, karena semua manusia diciptakan sama di hadapan Tuhan.
Ini berlaku pada kepentingan manusia dalam semua hidang kehidupan.

2.6 Peran Agama dalam persatuan dan kesatuan bangsa menurut Islam

Menurut Al-Attas Nusantara adalah satu kesatuan peradaban Melayu, dengan


menempatkan faktor Islam sebagai unsur yang dominan. Wilayah inilah yang saat
sekarang dihuni lebih dari 200 juta kaum Muslim. Memang sudah banyak cendekiawan
yang menyatakan bahwa agama adalah unsur pokok dari suatu peradaban. Misalnya,
Bernard Lewis menyebut Peradaban Barat dengan sebutan “Christian Civilization”
dengan agama Kristen sebagai unsur utama. Samuel P. Huntington menulis: “Religion
is a central defining characteristic of civilizations.” Bahkan Christopher Dawson
menyatakan: “The great religions are the foundations of which the great civilizations
rest.” Lebih lanjut apabila kita mencermati dan memaknai Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 secara objektif, sudah jelas bahwa sebenarnya Islam-lah spirit Bangsa
Indonesia sebenarnya. Hal ini nampak dari penyebutan frase “atas berkat rahmat Allah”.

Siapa lagi umat yang menyebut Tuhannya “Allah” kalau bukan seorang Muslim?
Bahkan Sila pertama ,Ketuhanan Yang Maha Esa, sebenarnya juga semakin
menegaskan bahwa spirit Islam yang dahulu menjadi pemersatu dan pematik semangat
perjuangan. Bukankah hanya Islam yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa atau
Tunggal. Spirit inilah yang para pendiri bangsa kita rumuskan. Hanya saja saat ini
terjadi begitu banyak makar untuk memisahkan antara kaum Muslimin dari identitas
kenegaraan. “Tuhan Yang Maha Esa” pun kemudian ditafsirkan “Tuhan yang mana
saja”.

Adapun Islam dalam menaggapi perbedaab dalam persatuan dan kesatuan bangsa
adalah:

1. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia
waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra
Islam dengan mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah agama
yang sangat toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim
dan radikal. Apalagi dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai
inti dari semua teror.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam


Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya
dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

7
‫ال إكراه في الدين‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Jika kita menilik kembali sejarah Islam, akan kita dapatkan simahah al islam yang
disana tidak ditemukan tentang adanya hukuman mati atau sisksaan pada seseorang
yang tidak mahu masuk Islam. Contoh riilnya adalah bisa kita lihat bagaimana cara
penyebaran Islam yang dilakukan oleh wali songo rahimahumullah di Indonesia.

Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau
dalam memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam
“Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam disebutkan tentang adanya
kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah atau penduduknya,
maka semua ahlu shahifah (yang terlibat dalam Piagam Madinah) wajib
mempertahankan dan menolong kota Madinah dan penduduknya tanpa melihat
perbedaan agama dan qabilah

2. Batasan toleransi dalam perspektif islam

Islam mengakui pluralitas agama, dan menghormati pemeluk agama lain. Tapi
bagaimana jika ada sebagian kelompok yang melecehkan agama Islam atau aksi
kemaksiatan yang jelas dilarang oleh agama? Apakah umat Islam harus berpura-pura
menutup mata dan telinga atas dasar toleransi?!

Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al
Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi
Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan
pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah
untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam
kehidupan umat Islam[1][4]. Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas bahwa
NabiMuhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah Nabi
Muhammad.

‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول هللا وخاتم النبيين وكان هللا بكل شيء عليما‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang yang
mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi
setelah Nabi Muhammad saw.

8
3. Al Asas al fikri li tasamuh al muslimin

D. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan


beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:

a. Nilai kemanusiaan yang mulia.

‫ولقد كرمنا بني آدم‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

b. Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang
Maha Pencita alam semesta dan isinya.

‫ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة وال يزالون مختلفين‬

“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

c. Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah
di akhirat nanti.

‫وإن جادلوك فقل هللا أعلم بما تعملون هللا يحكم بينكم يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون‬

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui tentang
apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang
apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

d. Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.

‫\يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-
belah. Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi”. Kebudayaan dari luar itu
adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang
beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh
bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan
yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan
musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa
Indonesia.

Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya. Membangun
Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi kemanusiaan lebih baik
dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri ini amat sejalan
dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang kian
kompetitif.Banyak tokoh-tokoh Katolik yang berperan/berjasa dalam perjuangan dan
pembangunan bangsa. Di antaranya adalah Mgr Soegiyopranoto, I.J. Kasimo dan
Ignatius Adisucipto, serta Yos Sudarso. Bahkan Mgr Soegiyopranoto sudah dianugerahi
pahlawan nasional.

SARAN

Apabila kita mencermati dan memaknai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 secara
objektif, sudah jelas bahwa sebenarnya Islam-lah spirit Bangsa Indonesia sebenarnya.
Hal ini nampak dari penyebutan frase “atas berkat rahmat Allah”. Siapa lagi umat yang
menyebut Tuhannya “Allah” kalau bukan seorang Muslim? Bahkan Sila pertama
,Ketuhanan Yang Maha Esa, sebenarnya juga semakin menegaskan bahwa spirit Islam
yang dahulu menjadi pemersatu dan pematik semangat perjuangan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Masyhur. 1995. Dinamika Islam. Yogyakarta : LKPSM.

Ansyari Fuad. 1990. Strategi Umat Islamdi Indonesia. Bandung : Mizan.

Ashraf, Adudus Salam. 1995. Bahaya ashabiyyah bagi Keimanan Muslim.Panji


Masyarakat No. 820.1-10 maret 1995.

Assegaf, Arifin. 2001. Memahami sumber Konflik antar Iman(ed) Suwartana dan
kawa–kawan dalam Pluralisme Konflik dan Pendidikan Agama diIndonesia.Yogyakrta
: Pustaka Pelajar.

Boisard, Marcel. 1980. Humanisme dalam Islam. Jakarta : Inter Masa.

11

Anda mungkin juga menyukai