Anda di halaman 1dari 2

Istana Niat Lima Laras

Istana Niat Lima Laras adalah salah satu Istana kerajaan Melayu pesisir yang berada di


Kabupaten Batu Bara, provinsi Sumatra Utara. Istana Niat Lima Laras terletak di kawasan
pemukiman/perkampungan nelayan yang dibangun berawal dari nazar atau niat
seorang Datuk Matyoeda Sri Diraja (Raja Kerajaan Lima Laras XII) yang dikenal dengan nama
Datuk Muhammad Yuda, putera tertua dari seorang Raja yaitu Datuk Haji Djafar gelar Raja Sri Indra
(Raja Kerajaan Lima Laras XI).[2]
Istana Niat Lima Laras memiliki 6 anjungan yang masing-masing menghadap ke arah empat mata
angin, memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Lantai bawah dan balai ruangan berornamen China
dan terbuat dari beton yang dipergunakan sebagai tempat bermusyawarah. Pada lantai II dan III
bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan hanya terbuat dari kayu.
Terdapat beberapa kamar dengan ukuran 30 m2 di lantai II dan III yang dihubungkan oleh tangga
yang melingkar di tengah-tengah ruangan istana.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda terhadap para
raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja Kerajaan Lima Laras
XII, yang bertahta pada tahun 1883 - 1919. Larangan Berdagang tanpa alasan yang jelas oleh
pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli perdagangan hasil bumi. Bila ada
yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah
Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi (Kopra, Damar, dan Rotan)
ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Datuk Matyoeda sering berhadapan dengan
pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan tersebut, sehingga timbul niat/nazar Datuk
Matyoeda untuk membangun sebuah Istana apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata
Datuk Matyoeda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki untung besar dari
berdagang hasil bumi.
Berkas:Istana Niat Lima Laras Kab. Batubara.png
Istana Niat Lima Larassebelum dilakukan pemugaran.

Kemudian istana dapat dibangun dengan biaya sebesar 150.000 Gulden, dengan mendatangkan 80
orang tenaga ahli dari negeri China dan Pulau Penang Malaysia, dan sejumlah tukang yang berasal
dari sekitar pembangunan istana. Datuk Matyoeda bersama keluarga beserta unsur
pemerintahannya mendiami lokasi istana sejak tahun 1883 (awal perencanaan pembangunan
istana) hingga berdirinya istana pada tahun 1912. Waktu wafatnya Datuk Matyoeda pada 7 Juni
1919, sekaligus penanda berakhirnya kejayaan Kerajaan Lima Laras. Aktivitas di istana berakhir
pada tahun 1923, yaitu akhir dari pemerintahan Datuk Muda Abdul Roni (Raja Kerajaan Lima Laras
XIII). Pada tahun 1942 tentara Jepang masuk ke Asahan dan menguasai istana. Pada masa Agresi
Militer II, Istana Niat Lima Laras kembali ke Republik Indonesia dan ditempati oleh Angkatan
Laut RI di bawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution.
Pantai Bunga Batubara, Ramai dan Berpasir Putih tapi Tak Terurus

Sekitar satu jam dari Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara terdapat sebuah tempat wisata yang
cukup digemari masyarakat sekitar. Pantai Bunga namanya. Pantai ini terletak di wilayah pesisir
timur Sumatera Utara dan berada di daerah Kabupaten Batubara. Pantai Bunga memiliki tanah
berpasir yang sangat putih. Akan tetapi, pantai ini sangat kecil dan minim wahana-wahana
wisata. Tempatnya pun terasa kurang terurus meskipun relatif bersih dibanding pantai terkenal
lain. Panjang lokasi wisata hanya sekitar 100-200 meter saja.

Di sekitar Pantai Bunga sebenarnya ada objek wisata pantai-pantai lain loh seperti Pantai Sejarah
dan Pantai Datuk, tetapi yang saya dan keluarga kunjungi waktu itu adalah Pantai Bunga ini.
Masuk pantai ini dari jalan raya luar juga cukup jauh, belasan kilometer. Di jalan ini kita
disuguhi pemandangan pepohonan sawit dan daerah perkebunan. Jalannya juga cukup bagus dan
lancar.

Masuk ke daerah Pantai Bunga kita diharuskan membayar tiket masuk. Pantai ini gemar
dikunjungi orang karena tempatnya lumayan dan tiketnya paling murah katanya, hanya
Rp10.000,- per orang saja.

Di dekat pusat wisata Pantai Bunga terdapat jalan panjang yang berpasir putih. Kita bisa
berjalan-jalan disini sambil menikmati pemandangan. Saya tidak tahu persis kemana ujung jalan
akan membawa kita, mungkin ke pantai sebelah. Oh, ya pasir putih di Pantai Bunga ini sudah
sedikit loh sebenarnya. Konon katanya beberapa puluh tahun lalu pasirnya dijual ke Singapura
untuk dipakai di sana.

Pantai ini tidak cocok untuk berenang. Bisa sih, tetapi saya sarankan tidak. Alasannya karena air
pantai cenderung coklat dan pantai sangat berpasir sehingga tampak kotor. Pantai ini cocok
untuk duduk bersantai sambil menikmati hembusan angin laut dan keindahan pasir putih. Di
pinggir pantai tersedia banyak (apa itu namanya) panggung tempat duduk yang bisa disewa.
Harga sewanya bergantung nego dengan pemiliki panggung. Sambil berduduk santai bersama
keluarga, kita bisa memesan makanan seperti ikan bakar, kerang, dan makanan laut lainnya.

Jika ingin berputar ke laut, kita bisa menyewa salah satu sampan [dan pengemudinya tentu].
Seperti sampan pada umumnya, sampan ini dijalankan dengan mesin tunggal dan dayuh. Ombak
lautnya cukup kencang jadi mungkin agak seram naiknya. Kita bisa memilih satu dari dua paket
perjalanan, dekat dan jauh. Paket perjalanan jauh akan membawa kita sampai ke tengah laut
dekat mercusuar dan mungkin bisa melihat pantai lain. Karena waktu itu sudah sore, saya dan
keluarga memilih paket yang dekat saja, hanya memutar daerah Pantai Bunga dan sekitar.
Berapa biaya menyewa sampan ini saya lupa.

Sorenya separo dari pinggir pantai ini tergenang air pasang. Beberapa panggung tadi juga
tergenang air dan tidak bisa dinaiki lagi.

Akhir kata, pantai ini termasuk objek wisata yang digemari warga sekitar. Akan tetapi, bagi
orang yang sudah menyicipi pantai-pantai spektakuler lain di Indonesia mungkin akan merasa
kecewa dengan pantai ini, karena memang terlalu biasa saja. Hampir tidak ada kelebihan pantai
ini selain pasir putihnya yang sudah surut dan makan sambil bersantainya. Walaupun begitu,
bolehlah main-main kesini bila kebetulan Anda lewat daerah Batubara dan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai