Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Stres

1. Pengertian Stres

Stress adalah suatu ketida kseimbangan diri/jiwa dan realits kehidupan

setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian,

sering di anggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat

menimbulkan stress, seperti cidera, sakit atau kematian yang dicintai, putus cinta.

Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat,

perkawinan, jatuh cinta. (Rochima, 2010).

Stress merupakan tekanan yang menimbulkan reaksi fisik dan emosional.

Sampai pada skala tertentu stress kita perlu dalam kehidupan sehari-hari. Stress

positif yang biasa di kenal dengan eustress dibutuhkan karena dapat

memicusemangat beraktifitas dan bersifatmendorong. Sedangkan stress yang

negative yang disebut distress yang bersifat merusak dan dapat merugikan

kesehatan diri sendiri. (Suiraoka, 2012).

Stress adalah realita kehidupan setiap hari yang ridak dapat dihindari.

stress bukan sesuatu yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan bagian

kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari stress,

masalahnya adalah bagaimana hidup beradaptasi dengan stress tanpa harus

mengalami distress, tidak semua bentuk stress itu mempunyai konotasi negatif,

cukup banyak yang bersifat positif, misalnya promosi jabatan. Jabatan yang lebih

tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih berat yang merupakan tantangan

bagi yang bersangkutan. Bila ia sanggup menjalankan beban tugas jabatan yang

baru itu dengan baik tanpa ada keluhan baik fisik maupun mentalserta merasa
senang. Maka ia dikatakan tidak mengalami stress melainkan disebut eustress.

Pada psikologi dan ilmuwan yang lain telah berjuang beberapa tahun untuk

membuat definisi stress. Istilah ini dipakai secara luas saat ini dan masih belum

mempunyai penjelasan yang didefinisi pasti.

Stress adalah suatu kondisi dinamik dimana seorang individu

dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala atau tuntutan yang dikaitkan

dengan apa yang sangat di inginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai

tidak pasti dan penting.

Sress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu

dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal

dari situasi dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

(Ermawati, 2010).

2. Tahap-Tahap Stress

Gangguan stress biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan

mulainya dan seringkali kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian praktik

psiakitri para ahli mencoba membagi stress tersebut dalam enam tahapan. Setiap

tahapan memperlihatkan jumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang

bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala

stress sebelum memeriksakannya ke tenaga pelayanan kesehatan. Menurut Robert

Van Amberg (1976) yang disadur Hawari (2001), bahwa tahapan stress adalah

sebagai berikut :

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)


2) Pennglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya

3) Merasa mampu menyelesaikan pekejaan lebih dari biasanya namun tanpa

disadari cadangan energy dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan

pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat

namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.

b. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan seperti yang di

paparkan di atas mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang

disebabkan karena cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari karena

tidak cukup waktu untuk beristirahat. Adapun keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan pleh seseorang yang berada pada stress tahap II yaitu:

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

4) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

5) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

6) Tidak biasa santai

c. Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II

diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan gastritis,

diare.
2) Ketegangan otot semakin terasa

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat

4) Ganggguan pola tidur

5) Koordinasi tubuh terganggu (serasa mau pingsang)

d. Stres tahap IV

Adapun gejala-gejala pada tahap ini akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untuk merespon secara memadai

4) Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan

6) Seringkali menolak ajakan karena tidak ada semangat dan gairah

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan

apa penyebabnya

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V

yang ditandai dengan :

1.) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

2.) Ketidakmampuan untuk menyelesaiakan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhan

3.) Gangguan system pencernaan sema


4.) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik

f. Stres tahap V

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan

panic,dan perasaan takkut mati. Gambaran stress tahap VI yaitu:

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan. (Dadang Hawari, 2013)

3. Penyebab Stress

Banyak sekali eadaan atau peristiwa yang dapat menimbulkan stress .

keadaan atau peristiwa tadi di sebut “stereo psikososial” Hawari (2000)

membagi stressor psikososial sebagai berikut :

a. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang menduduki urutan

kedua setelah masalah perkawinan, banyak orang menderita depresi dan

kecemasan karena masalah pekerjaan ini misalnya pekerjaan terlalu

banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pensiun,

dan kehilangan pekerjaan (PHK).

b. Hubungan Interpersonal (antara pribadi)

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang

mengalami konflik, konflik dengan oacar, antara atasan dengan bawahan.

Konflik hubungan interpersonal ini dapat merupakan sumber stress bagi


seseorang dan yang bersangkutan dapat mengalami depresi dan

kecemasan.

c. Perkawinan

Berbagai perkawinan merupakan sumber stress yang dialami seseorang

misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian, salah satu dari

pasangan ketidaksetiaan.

d. Problem orang tua

Permasalahan yang dihadapi orang tua misalnya, tidak punya anak,

kebanyakan anak, kenakaalan anak, anak-anak sakit, hubungan yang tidak

baik dengan mertua dan ipar, permasalahan tersebut diatas dapat

menyebabkan stress.

4. Gejala Stress

Stress sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat

merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.

Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda-beda untuk

setiap orang. Seseorang yang mengalami stress dapat mengalami perubahan-

perubahan yang terjadi.

Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress dapat

berupa tanda-tanda berikut ini :

a. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan

lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, letih

yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

b. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah

paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan

semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya.


c. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebuhan,

menjadi lekas panik, kurang percaya diri, penjengkel.

Menurut Braham, gejala stress dapat berupa tanda-tanda, sebagai

berikut :

a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak daoat tidur teratur, sakit kepala,

sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus,

kulit gatal-gatal.

b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,

gelisah dan cemas, suasana hatimudah berubah-ubah, sedih mudah

menangis.

c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat

menurun, sulit berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya

dipenuhi satu pikiran saja.

d. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering

mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri,

mudah menyalahkan orang lain.

5. Ciri-Ciri Stress

Ciri-ciri Stress yang baik :

a. Menghadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut

dalam diri.

b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang

padat itu ada aktivitas yang sangat diharapkan sangat dinikmati.

c. Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang anda sayangi.


d. Bekerja dengan tujuan tertentu dan anda tau kecepatan anda saat bergerak

akan berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.

e. Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan

menyelesaiakn tugas yang akan dihadapi.

f. Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan

menikmati tidur yang lelap dan nyaman.

Ciri-ciri stress yang jahat :

a. Menghadapi segala sesuatu dengan perasaan takut, resah, gelisah, dan

khawatir.

b. Memiliki jadwal ang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang anda

nikmati dan mau tidak mau harus anda penuhi kewajiban itu.

c. Merasa bahwa semua yang dilakukan tidaklah penting, tidak memenuhi

seluruh kebutuhan, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu

yang dicurahkan.

d. Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panikseakan-akan tidak

ada jalan keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya

dan merasa tidak ada yang membantu menyelesaikannya.

e. Merasa lebih baik bekerja dari pada beristirahat sejenak saat jam kerja.

f. Memiliki tidur yang tidak tetap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit

punggung dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhu Stress

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor.

Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya kariawan
mengalami stress karena kombinasi stressor. Menurut Robbins ada tiga sumber

utama yang dapatmenyebabkan timbulnya stress yaitu :

a. Faktor lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan menyebabkan pengaruh

pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam

faktor lingkungan ada tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan

yaitu ekonomi, politik dan teknologi.

b. Faktor organisasi

Dalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan

stress yaitu :

1) Role demands

Peratutan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu

organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk

memberikan hasil akhir yang ingin dicapaibersama dalam organisasi

tersebut.

2) Interpersonal demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam

organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan

satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi

yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi

terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat

perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan

karyawan yang lain.

3) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan

tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat

keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja

seorang karyawan dalam organisasi.

c. Faktor individu

Pada dasarnya faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,

masalah ekonomi, pribadi dan karakteristikpribadi dari keturunan, hubungan

pribadi antara keluara yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada

pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam

pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana

seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi

kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan

sepenuhnya.

B. Tinjauan Tentang Keperawatan

1. Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

berbentuk peleyanan bio-psiko-sosial-spiritual kultural yang komperehensif dan

ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Syarif La Ode, 2012.2).

WHO Expert Commite on Nursing dalam aditama, 2000, mengatakan bahwa

keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi

asuhan (care), suatu gabungan humanistic dari ilmu pengetahuan, fisiologi

keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.


2. Fungsi Perawat

a. Fungsi independen

Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.

Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh

karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari

tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi

independen adalah :

1) Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji

secara fisik untuk menentukan status kesehatan.

2) Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk

memelihara atau memperbaiki kesehatan.

3) Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

4) Mendorong untuk berperilaku secara wajar.

b. Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan

tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter da seharusnya dilakukan

dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan.

Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab

dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan

menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab pasien.

c. Fungsi interdependen

Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim

kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya

berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung

dalam sebuah tim yang dipimpin olrh dokter. Sebagai sesama tenaga
kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajuban untuk

memberi pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.

Dalam kolaborasi ini pasien sesuai dengan bidang ilmunya. (Syarif La Ode,

2012).

a. Proses keperawatan

Penerapan proses keperawatan dalam askep untuk klien merupakan

salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap

klien. Pada akhirnya, penerapan proses ini akan meningkatkan kualitas

layanan keperawatan kepada klien.

Proses keperawatn menurut yura dan wals (1983), adalah suatu metode

yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau

mempertahankan keadaan bio-psiko-sosial-spiritual yang optimal melalui

tahap pengkajian, identifikasi diagnosis, penentuan rencana keperawatan,

implementasi tindakan keperawatan serta evaluasi.

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan disini,

semua data dikumpulkan secara sistematis, guna menentukan status

kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara

konprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial mauoun

spiritual klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan

membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien

masukinstansi layanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna

untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.


2) Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat

profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status

kesehatan klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan

berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan

diagnosis keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah

kesehatan klien .

3) Perencanaan (Intervensi)

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat,

klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana

tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.

Perancanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang

menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang

dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

diagnosis keperawatan.

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari

proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal

yang memberi arah bagi tujuan yang ingin tercapai, hal yang akan

dilakukan , termaksud bagaima. Karenanya, dalam penyusunan rencana

keperawatanna, kapan dan siapa yang akan melakukan rencana

tindakan keperawatan untuk klien, keluargadan orang terdekat perlu

dilibatkan secara maksimal.

4) Pelaksanaan (implementasi)

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikanrencana

askep kedalam brntuk intervensi keperawatan guna membantu klien


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunokasi yang efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubugan saling percaya, dan saling

membantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan

melakukan obsorvasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan

kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama

merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang

validasi rencana, implementasi rencana, persiappan klien dan

keluaraga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan

yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat berusaha

menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase ketiga

merupakan terminasi perawat klien setelah implementasi keperawatan

selesai dilakukan. Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil

pelaksanaan intervensi keperawatan tersebut.

5) Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil

akhir yang teramatir dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil

evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa

keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan

masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang

(reassessment). (Ikhsan Kadir, 2014).


b. Standar Praktek Keperawatan

Menurut America Nursing Association (ANA) standar Praktek

keperawatan merefleksikan nilai-nilai dan prioritas profesi keperawatan.

Standar tersebut memberikan arah dalam melakukan praktik keperawatan

profesional dan menjadiakan kerangka dalam mengevaluasi praktik

tersebut. Perawat bertanggung jawab kepada masyarakat tentang hasil

akhir askep yang diberikannya. Penetapan ini juga bertujuan untuk

mempertahankan mutu pemberian askep yang tinggi.

Standar keperawatan menurut ANA terdiri dari enam standar, yaitu

perawat mengumpulkan data tentangkesehatan klien. Perawat menetapkan

diagnosis keperawatan. Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan

untuk setiap klien. Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan

yang berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam

rencana askep. Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam

mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan. (Ikhsan Kadir, 2014)

c. Shift Kerja

Seseorang akan berbicara mengenai shift kerja bila dua atau lebih

pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pada pekerjaan yang sama.

Bagi seseorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang

sama, baik teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau pada

waktu yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan kerja

hari biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur

pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat

dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari.


Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan shift

kerja ini. (Jacinta, 2004; 2000).

d. Perputaran dan Rekomendasi Shift Kerja

Merancang perputaran shift tidak bisa dilakukan sembarangan, ada hal-

hal yang harus diperhatikan dan diingat, seperti yang dikemukakan oleh

pribadi (2000) berikut ini :

1) Kekurangan tidur atau istrahat hendaknya ditekan sekecil mungkin

sehingga dapat meminimumkan kelelahan.

2) Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan

kontak sosial.

Perubahan jadwal shift kerja tidak bisa mengembalikan aspek-aspek

yang mempengaruhinya. Grandjean (2002) mengemukakan teori

Scwartzenau yang menyebutkan ada beberapa saran yang harus

diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu:

1) Pekerja shift malam sebaiknya berurmur antara 25-50 tahun

2) Pekerja yang cenderung punya penyakit di perut dan di usus, serta

yang punya emosi yang tidak stabil disarankan untuk tidak di

tempatkan di shift malam.

3) Yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di

lingkungan yang ramai tidak dapat bekerja malam.

4) Sistem shift tiga rotasi biasanya berganti pada pukul 6 -14-22,

lebih baik diganti pada pukul 7-17-23 atau 8-16 -24.

5) Rotasi pendek lebih baik dari pada rotasi panjang dan harus

dihindarkan kerja malam secara terus menerus.


6) Rotasi yang baik 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2-2-3 (continental

pola).

7) Kerja malam 3 hari berturut-turut harus segera diikuti istrahat

paling sedikit 24 jam.

8) Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari libur

berurutan.

9) Tiap shift terdiri dari satu kali istrahat yang cukup untuk makan

3. Peran Perawat

Peran perawat merupakan keadaan dan tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang, sesuai dengan kedudukannya dalam suatu

lingkungan. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari luar maupun

dari dalam profesi keperawatan dan bersifat constant.

a. Care Giver ( pemberi asuhan keperawatan )

Peran perawat sebagai care giver adalah perawat sebagai pelaku atau pemberi

asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Client advocate ( pembela )

Peran perawat sebagai client advokat adalah perawat sebagai pembela atau

penghubung antara klien , membela hak ataupun kepentingan klien dan

membantu klien untuk memahami semua informasi dan upaya kesehatan

yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun

profesional.
c. Counsellor konselor)

Peran perawat sebagai counsellor adalah mengidentifikasi perubahan pola

interksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya interaksi itu merupakan dasar

dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasi klien

dan juga memberikan konseling atau bimbingan pada klien, keluarga maupun

masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai dengan prioritas masalah yang

dialaminya.

d. Educator (pendidik).

Perawan perawat sebagai pendidik klien adalah perawat membantu klien

meningkatkan kesehatan melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik yang diterima klien, sehingga klien atau

keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

e. Collaborator (kolaborasi).

Peran perawat sebagai collaborator adalah perawat bekerjasama dengan

keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam menentukan rencana ataupun

pelaksanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien untuk

memenuhi kebutuhan klien terhadap kesehatannya.

f. Coordinator (koordinator).

Peran perawat sebagai coordinator, adalah perawat dalam memberikan

perawatan kepada klien dapat memanfaatkan semua sumber-sumber dan

potensi yang ada baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi

sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.

g. Change agen (pembaharu)

Perawat sebagai pembaharu adalah perawat mengadakan inovasi atau

pembaharuan kepada klien terhadap cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku
untuk meningkatkan keterampilan klien atau keluarga untuk mencapai hidup

yang sehat.

h. Consultan (konsultan).

Peran perawat sebagai konsultan adalah perawat sebagai pusat atau sumber

informasi yang berkaitan dengan kondisi klien.

4. Tugas dan tanggung jawab perawat

Tugas perawat yang disepakati dalam lokakarya tahun 1983, yang merupakan

tugas dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

sebagai berikut :

a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset).

b. Jika perawat terpaksa menunda pelayanan maka perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanation about the delay).

c. Menunjukan pada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukan pada

perilaku perawat.

d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the

patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.

e. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina

(derogatory).

f. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut

pandang klien (see the patient point of view).

Selanjutnya dilihat dari jenis tanggung jawab (responsibility) perawat

dalam menjalanlkan tugas dan fungsinya dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Tanggung jawab utama terhadap tuhannya (responsibility to god).


b. Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat (responsibility to client on

society).

c. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (responsibility to

colleague and supervisor). (Syarif La Ode, 2012).

C. Tinjauan Umum Variabel yang Diteliti

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap

pembentukan kerja seseorang Menurut Gibson (2003), umur sebagau subvariabel

demografik mempunyai efek tidak langsung pada perilaku kerja individu. Hal

tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilannya.

Sementara kortonegoro (2001) dalam menyebutkan umur mempunyai

pengaru terhadap turnover atau umpan balik, absensi, produktivitas, dan kepuasan

kerja. Semakin tinggi umur karyawan , semakin kecil kemungkinan untuk berhenti

bekerja karena makin terbatas alternative kesempatan kerja. Semakin tinggi umur

karyawan maka semakin rendah tingkat absensi yang dapat dihadiri tetapi makin

tinggi absensi yang tidak dapat dihadiri,misalnya karena sakit.

Menurut Siagian (2002), terdapat korelasi antara kinerja dan kepuasan kerja

dengan umur seorang karyawan, artinya kecenderungan yang seiring terlihat ialah

bahwa semakin lanjut umur karyawan , kinerja dan tingkat kepuasan kerjapun

biasanya semakin tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukakan menjelaskan

fenomena ini, antara lain adalah :

a. Bagi karyawan yang sudah lanjut usia , semakin sulit memulai karir baru di

tempat lain.
b. Sikap yang matang dan dewasa mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan

cita-cita.

c. Gaya hidup yang sudah mapan..

d. Sumber penghasilan yang relative terjamin.

e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan

rekan-rekannya dalam organisasi. Sebaliknya, para karyawan yang lebih muda

usianya, kepuasan kerja cenderung lebih kecil karena berbagai pengharapan

yang lebih tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya serta

pengalaman yang relative lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang

berusia lebih tua. (Wulandary, 2010).

2. Beban Kerja

Marquish dan Marquish (2000), pengertian bebean kerja perawat adalah

seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seorang perawat selama bertugas

disuatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja (work load) biasanya diartikan

sebagai patient days yang menunjuk pada sejumlah prosedur, pemeriksaan, kunjungan

(visite) pada pasien.

Peraturan pemerintah RI No. 97 tahun 2000 pasal 4 ayat (2) huruf C tentang

formasi pegawai sipil menyatakan bahwa beban kerja adalah frekuensi masing-

masing rata-rata jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dimana dalam

memperkirakan beban kerja organisasi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan dan

pengukuran.

Beban kerja yang harus dilakukan oleh seorang perawat, dipengaruhi oleh

sarana dan jumlah tenaga yang tidak tersedia. Beban kerja dalam keperawatan yang

dimaksud sejumlah kegiatan yang dilkanakan oleh perawat terhadap pasien dalam
waktu dan satuan hasil. Gillies (1994), menyatakan beban kerja dapat diperkirakan

dengan melihat beberapa komponen antara lain :

a. Jumlah pasien yang dirawat

Pelayanan dan rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau

pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlihat dalam pelayanan di sebuah

rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna,

sehingga kebutuhan jumlah tenaga yang diperlukan senantiasa berdasarkan jumlah

pasien.

b. Tingkat ketergantungan pasien

Keterrgantungan pasien dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Edwaston

dalam Gillies (1994) pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan

klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantunga pasien ini

dikelompokan sesuai dengan tingkat ketergantungannya pada perawat atau lama

waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokan ini dijadikan sebagai informasi

perkiraan beban kerja perawat.

Klasifikasi ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap

pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu

selama perawatan. Seperti makan , minum, kebersihan diri, eliminasi, aktivitas,

perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan.. tingkat ketergantungan akan mengukur

jumlah usaha yang diperlukan untuk melaksanakn kegiatan keperawatan yang

dilakukan pasien (Luwis dan Carini).

c. Sistem metode penguasaan dalam keperawatan

Gillies (2000) menyatakan metode penugasan asuhan keperawatan yang dapat

diimplementasikan antara lain : metode fingsional, metode tim, dan metode


modular. Arwani (2006) ; Sitorus (2006) metode penugasaan lain selain yang

disebutkan di atas yaitu metode manajemen kasus dan perawatan primer.

d. Jenis tindakan keperawatan

Pekerjaan yang sangat berfariasi yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana

sehingga beban kerja dipisahkan menurut jenis kegiatan. Pemberian pelayanan

keperawatan menurut susanto (2002). Dalam Trisna, 92007) aktivitas keperawatan

dibagi tiga jenis yaitu :

1) Kegiatan perawat langsung

Aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara

khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual pasien. Kebutuhan ini

meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum,

kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur seperti tindakan: mengukur

tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi,

memasang dan mengobservasi infus dan memberikan dan mengontrol

pemasangan oksigen.

2) Kegiatan perawatan tidak langsung

Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh

peerawat kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk

melegkapi tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara

lain: administrasi pasien, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat,

melakukan koordinasi dan konsultan demi kepentingan pasien, dan kegiatan

kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan

keperawatan misalnya membaca buku keperawatan.

D. Kerangka Teori

umur Beban Kerja Tanggung


Jawab kerja
Stress Kerja Perawat

Stres Psikososial Peran Perawat

1. Pekerjaan 1. Care Giver


2. Perkawinan 2. Klien Advokat
3. Problem Orang Tu 3. Counseller
4. Educator
5. Collaborator
6. Coordinator
Sumber Stres
7. Change Agent
1. Lingkungan 8. Consultan
2. Faktor Organisasi
3. Faktor Individu
Fungsi Perawat

1. Independen
2. Dependen
3. Interdependen

Beban Kerja Faktor-faktor penyebab stress

1. Jumlah pasien yang dirawat 1. Beban kerja yang sulit dan


2. Tingkat keteergantungan berlebihan.
pasien 2. Tekanan dan sikap
3. Sistem metode penguasaan pemimpin yang kurang adil.
dalam keperawatan 3. Waktu dan peralatan kerja
4. Jenis tindakan keperawatan yang kurang memadai.
4. Balas jasa yang terlalu
rendah.
5. Masalah keluarga

Stres kerja perawat shif


malam di ruangan igd RSUD
Labuang Baji Makassar
E. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran di atas, maka disusunlah pola pikir variabel yang akan

diteliti secara sederhana sebagai berikut:

umur

Beban Kerja STRES KERJA

Tanggung jawab Kerja

Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

F. Defeneisi Operasional Variabel yang akan diteliti


1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap

pembentukan kerja seseorang. Yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini

adalah suatu batasan yang menunjukan lamanya hidup responden yang dihitung

sejak lahir dan ulang tahun terakhir dari perawat shift malam sampai saat

penelitian ini di hitung dlam tahun.

20 – 40

1. 41 – 50

Kriteria Objective :

a. Baik : Bila responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Kurang Baik : Bila responden menjawab pertanyaan < 50%

2. Beban kerja

Tuntutan yang dirasakan perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Beban kerja berlebihan misalnya merwat terlalu banyak pasien, mengalami

kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan. Untuk pengukuran beban ketja

diukur dengan menggunakan kuisioner

Kriterio Objektif :

a. Baik : Jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Kurang Baik : jika responden menjawab pertanyaaan < 50%

1. Tanggung Jawab Kerja

Semua pekerjaan yang harus diselesaikan/dipenuhi perawat shift malam.

Apakah sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab dengan baik tanpa

adanya tumpang tindih tugas atau tidak, masing-masing perawat mengetahui apa

yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dan dapat melaksanakanny dengan baik
guna tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. Untuk mengukur tanggung jawab

kerja diukur dengan menggunakan kuisioner.

Kriteria Objektif :

a. Baik : Jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Kurang Baik : Jika responden menjawab pertanyaan < 50%

Anda mungkin juga menyukai