Anda di halaman 1dari 49

Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA DIABETES MILITUS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI

OLEH

Ramiati,S.Kep
14420192147

CI INSTITUSI CI LAHAN

(.............................) (..........................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
BAB I
KONSEP DASAR GERONTIK
A. Pengertian Penuaan
Penuaan adalah dimana proses menurunnya fungsi tubuh yang dikarenakan
berkurangnya atau rusaknya sel-sel yang ada di dalam tubuh. Proses penuaan ini
akan terjadi apabila seseorang telah melewati tahap dewasa akhir. Seiring dengan
proses menua maka tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan termasuk
mengalami penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif umumnya akan menyerang
fisik lansia, termasuk menyerang sistem musculoskeletal pada lansia. Proses
menua umumnya akan membuat cairan tulang menurun sehingga rapuh, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengkerut dan
mengalami sklerosis (Padila, 2012).
Masalah yang sering dijumpai pada lansia dikarenakan menurunnya
fungsi tubuh dan terganggunya psikologis pada lansia. Masalah yang sering
terjadi diantaranya mudah jatuh, mudah lelah, dan sesak nafas saat beraktivitas
fisik serta nyeri pada persendian. Rheumatoid arthritis merupakan salah satu
radang sendi yang dialami lansia (Reni, 2016)
Menurut WHO batasan usia lanjut adalah :
1. usia pertengahan(middle age) antara 45-59 tahun
2. lanjut usia(elderly) antara 60-74 tahun
3. lanjut usia tua (old)antara 75-90 tahun dan
4. dikatakan usia sangat tua (very old) berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini
ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk
kepada kelompok lanjut usia muda (young old), lanjut usia tua (old old) dan
lanjut usia tertua (oldest old) (Pomarida Simbolon 2018):.
Depkes, membag lansia sebagai berikut :
1. Kelompok mejelang usia lanjut ( 45-54) tahun masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut ( 55 – 64 ) tahun presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 >) tahun senium (Pomarida Simbolon, 2018)

B. Pengertian Lansia
Lansia adalah suatu masa dimana orang merasa puas dengan
keberhasilannya, tetapi bagi orang lain periode ini merupakan masa kemunduran.
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran dan masa kelemahan. Pandangan
ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang
yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda bertambah tua
atau lansia selalu berhubungan dengan penurunan tingkat aktivitas fisik.
(Mosjoer,2015).

Hal ini disebabkan oleh : Perubahan pada struktur dan jaringan


penghubung (kolagen dan elastin) pada sendi. Tipe dan aktivitas pada lansia
berpengaruh sangat signifikan terhadap struktur dan fungsi jaringan pada sendi.
Patologi dapat mempengaruhi jaringan penghubung sendi, sehingga menyebabkan
Functional Limitation atau keterbatasan fungsi dan disability. Faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi penurunan tingkat aktivitas fisik lansia adalah genetik,
kebiasaan hidup sebelumnya, trauma atau kecelakaan, dan lain-lain (Smart,2014).

C. Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain :


Perubahan-perubahan fisik pada Sistem Persarafan Berat otak menurun
10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya). Cepatnya
menurun hubungan persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih
sensitif dalam perubahan sushu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Kurang sensitif terhadap sentuhan (Nazrullah,2016).
Sistem Kardiovaskuler Elastisitas dinding aurta menurun. Katup jantung
menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal
ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah peifer(Nazrullah,2016).
Sistem Respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku. Menurunya aktivitas dari silia. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan jumlahnya
berkurang. Kemampuan untuk batuk berkurang. Kemampuan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia(Nazrullah,2016).
Sistem Integumen Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemakPermukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. Kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu. Tambut dalam hidung dan telinga menebal.
Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
Pertumbuhan kuku lebih lambat. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan
kurang bercahaya. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan cairan (density) dan makin
rapuh. Kifosis. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. Pesendian
membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami skelorosis. Atrofi
serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut mengecil sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. Otot-otot
polos tidak begitu berpengaruh. Maka dari itu lanjut usia merupakan tahap akhir
dari siklus kehidupan manusia di dunia ini. Dimana pada tahap ini akan terjadi
perubahan anatomi dan penurunan berbagai sistem fisiologis dalam tubuh
manusia yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya. Selain secara fisiologis menua juga dapat
terjadi secara patologis yaitu dengan adanya berbagai macam penyakit,
diantaranya yang terkait dengan perubahan muskuloskeletal yaitu Reumatoid
Arthritis(Nazrullah,2016)..

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :


a. Perubahan fisik, khususnya organ perasaaan
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Kenangan Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-
10 menit, kenangan buruk. Perubahan-perubahan Psikososial Pensiun : bila
seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain : Kehilangan finansial (income berkurang). Kehilangan status (dulu
mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitas)
(Padila, 2012)..
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan
perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa
keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit DM belum menempati.
kala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system
saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin
sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi
atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2
macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM
ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin
dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah
tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II
dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM
setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa
Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double
diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin,
latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes,
LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih
setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C
pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan
janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan
hidup.

B. Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm antara lain
dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
1. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan
2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari
organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau
terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke
dalam duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan
sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke
darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat
total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-
masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m,

sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225


m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2juta
Gambar 1.
1 anatomi fisiologi pankreas

2. Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya
1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. paling tebal (6mm) terdapat di
telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis
(0,5mm) terdapat di penis. Bagian-bagian kulit manusia sebagai berikut :
a) Epidermis
Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan basal atau stratum
germinativium, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan
glanular atau stratum gronulosum, lapisan tanduk atau stratum
korneum. Epidermis mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar
apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada
dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan
panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat
disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya
berjulah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan.
Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke
folikel rambut, terdapat diketiak, daerah anogenital. Puting susu dan
areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali di telapak
tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit
kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan
mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain
b) Dermis
dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas
jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas
terjalin rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih
longgar (pars reticularis). Lapisan pars tetucularis mengandung
pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus.
c) Jaringan subkutan,
merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas
antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
terbanyak adalah limposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
sebkutan mengandung saraf, pembuluh darah limfe. Kandungan
rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar
keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah penyekat panas,
bantalan terhadap 1. Gambar 1. 2 Struktur Kulit Manusia

2.
3. Gambar 1. 3 Ulkus Kaki
Diabetik
4.
C. . Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai
peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2017).
Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
Diabetus Melitus antara lain :
1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai
dengan terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
2. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara
lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan
kehamilan.
3. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system
imunologi
4. Faktor genetik
5. Adanya kelainan insulin
6. Pola hidup yang tidak sehat

D. Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat pada reseptor khususdi
permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin tersebut maka, akan terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel tersebut.
Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai adanya
penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal tersebut insulin
menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut.
Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya
glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam
sel untuk disekresikan .
Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini
diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta kadar
glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam
sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa
dalam darah akan otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II
ini.Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan
cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin
dalam sel yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan
produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut
ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :


1. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan somnolen
yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
2. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika tidak
segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
3. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk
mengontrol karbohidrat di dalam sel.Sedangkan manifestasi klinis untuk
NIDDM atau diabetes tipe II antara lain :Jarang adanya gejala klinis yamg
muncul, diagnosa untuk NIDDM ini dibuat setelah adanya pemeriksaan
darah serta tes toleransi glukosa di didalam laboratorium, keadaan
hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala polidipsia, poliuria, lemah
dan somnolen, ketoadosis jarang menyerang pada penderita diabetes
mellitus tipe II ini.

F. Komplikasi

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :

1. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari


ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan
ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut. Komplikasi kronik.
Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah makrovaskuler
dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian
mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa
menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga
yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan
gangren.
2. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan
penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan
penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam ,
penyembuhan luka yang jelek.
3. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak
ditangani dengan prinsip steril.
G. Phatway
H.
Penatalaksanaan Medis
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah
menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan
dalam jangka panjang.
1. Medis
Menurut Sugondo (2017 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
a. Obat hiperglikemik Oral

b. Insulin

1) Ada penurunan BB dengan drastis

2) Hiperglikemi berat

3) Munculnya ketoadosis diabetikum

4) Gangguan pada organ ginjal atau hati.

c. Pembedahan

Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang


bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih
sehat, tindakannya antara lain

1) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka


ulkus diabetikum.
2) Neucrotomi

3) Amputasi

2. Keperawatan

Menurut Sugondo (2017), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan


yaitu :
a. Diit

Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.


b. Latihan

Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan –


jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulk
c. Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri
dan optimal.
d. Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
e. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
f. Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang
dikeluarkan.
g. Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan
mencegah infeksi luka setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
h. Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :

Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak ada.
Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka
terkontrol dengan baik.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah


komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi :
1. Biodata

a. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis)
b. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien)
2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat


dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki
diabetik yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)

b. Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian berisi


tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD
sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.

c. Riwayat kesehatan dahulu Adakah riwayat penyakit terdahulu yang


pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.

d. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keluarga , adakah


anggota keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes
Mellitus karena DM ini termasuk penyakit yang menurun.
3. Pola Fungsional Gordon

a. Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi


pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.

b. Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan
minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak,
jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.

c. Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.

d. Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul


keringat dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah
aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.

e. Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.

f. Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan


mengetahui tentang penyakitnya

g. Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

h. Pola reproduksi dan seksual

i. Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap


penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

j. Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,


komunikasi, car berkomunikasi

k. Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah


selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2. Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh
obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien
diposisikan semi fowler untuk mengurangi atau menghilangkan
sesak napas.
3. Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
4. Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu
makan, bising usus, berat badan.
5. Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 –
4 dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas
pada bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6. Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas
untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit
tersebut
B. Diagnosa yang Mungkin Muncul
Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
3. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
4. PK: Hipoglikemia
5. PK: Hiperglikemi
6. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri :
berhubungan dengan
1. Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri secara
agen injuri biologis
2. Nyeri terkontrol komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
(penurunan perfusi
3. Tingkat kenyamanan durasi, frekuensi, kualitas dan ontro
jaringan perifer)
Setelah dilakukan asuhan presipitasi.
keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Observasi  reaksi nonverbal dari
klien dapat : ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator :
mengetahui pengalaman nyeri klien
a. Mengenal faktor-faktor penyebab
sebelumnya.
b. Mengenal onset nyeri
4. Kontrol ontro lingkungan yang
c. Tindakan pertolongan non
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
farmakologi
pencahayaan, kebisingan.
d. Menggunakan analgetik
5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
e. Melaporkan gejala-gejala nyeri
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
kepada tim kesehatan.
(farmakologis/non farmakologis)..
f. Nyeri terkontrol
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
indikator:
1. Melaporkan nyeri 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2. Frekuensi nyeri 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol
3. Lamanya episode nyeri nyeri.
4. Ekspresi nyeri; wajah 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
5. Perubahan respirasi rate tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
6. Perubahan tekanan darah 11. Monitor penerimaan klien tentang
7. Kehilangan nafsu makan manajemen nyeri.
.
Administrasi analgetik :.

1. Cek program pemberian analogetik; jenis,


dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Food and Fluid Intake Nutrition Management
nutrisi kurang dari
1. Intake makanan peroral yang adekuat 1. Monitor intake makanan dan minuman yang
kebutuhan tubuh b.d.
2. Intake NGT adekuat dikonsumsi klien setiap hari
ketidakmampuan
3. Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat
menggunakan glukose
4. Intake cairan yang adekuat gizi yang dibutuhkan dengan berkolaborasi
(tipe 1)
5. Intake TPN adekuat dengan ahli gizi
3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi,
protein dan vitamin C
4. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien sudah bisa makan
lewat oral

3 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Nutrient Intake Weight Management


nutrisi lebih dari
1. Kalori 1. Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan
kebutuhan tubuh b.d.
2. Protein dan budaya serta faktor hereditas yang
kelebihan intake nutrisi
3. Lemak mempengaruhi berat badan.
(tipe 2)
4. Karbohidrat 2. Diskusikan resiko kelebihan berat badan.
5. Vitamin 3. Kaji berat badan ideal klien.
6. Mineral 4. Kaji persentase normal lemak tubuh klien.
7. Zat besi 5. Beri motivasi kepada klien untuk
8. Kalsium menurunkan   berat badan.
6. Timbang berat badan setiap hari.
7. Buat rencana untuk menurunkan berat badan
klien.
8. Buat rencana olahraga untuk klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisinya.

4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


b.d Kehilangan volume Fluid management
1. Fluid balance
cairan secara aktif,
2. Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Kegagalan mekanisme
3. Nutritional Status : Food and Fluid 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
pengaturan
Intake akurat
Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
1. Mempertahankan urine output sesuai
darah ortostatik ), jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ urine normal,
4. Monitor vital sign
HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Monitor masukan makanan / cairan dan
batas normal hitung intake kalori harian
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Elastisitas turgor kulit baik, membran 7. Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
berlebihan 9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
2. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
3. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
4. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
5. Atur kemungkinan tranfusi
6. Persiapan untuk tranfusi
5 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan askep….x24 jam Managemen Hipoglikemia:
PK: Hiperglikemi diharapkan perawat akan menangani dan
1. Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
meminimalkan episode hipo/ hiperglikemia.
2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar
gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah,
tidak sadar , bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk /
sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar
gula darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai
protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dietnya.

Managemen Hiperglikemia

1. Monitor GDR sesuai indikasi


2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan
gejala Hiperglikemia menetap atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi
hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler,
nadi perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
6 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b.d hipoksemia Peripheral Sensation Management
1. Circulation status
jaringan. (Manajemen sensasi perifer)
2. Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
a. mendemonstrasikan status sirkulasi
2. Monitor adanya paretese
1. Tekanan systole dandiastole dalam
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
rentang yang diharapkan
2. Tidak ada ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau laserasi
3. Tidak ada tanda tanda peningkatan 4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
tekanan intrakranial (tidak lebih dari 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
15 mmHg) punggung
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif 6. Monitor kemampuan BAB
yang ditandai dengan: 7. Kolaborasi pemberian analgetik
1. berkomunikasi dengan jelas dan sesuai 8. Monitor adanya tromboplebitis
dengan kemampuan 9. Diskusikan menganai penyebab perubahan
2. menunjukkan perhatian, konsentrasi sensasi
dan orientasi
3. memproses informasi
4. membuat keputusan dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2016. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2018. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan

Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Nazrullah (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta :EGC

Padila, 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pomarida simbolo, nagoklan simbolon.2018. Association between Social- Cultural and the

Utilization of Elderly Integrated Health Services (Posyandu Lansia) in Hamparan Perak

Health Center. Unnes journal of public healt vol.7 No.1

Rab, T. 2018. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Reni Yuli Aspiani (2016). Buku ajar asuhan kepperawatan gerontik aplikasi nanda

nic noc jilid 1. Jakarta : Trans Info Media

Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2016. Jakarta: Prima

Medika

Smart, A. 2014. Rematik Dan Asam Urat: Pengobatan Dan Terapi Sampai Sembuh Total.

Jogjakarta: A+Plus Books.


Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA DIABETES MILITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI

OLEH

Ramiati,S.Kep
14420192160

CI INSTITUSI CI LAHAN

(.............................) (..........................)

KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Hari/tgl : Rabu/ 17 Desember 2020 kasus ke-1/ inisial klien : Diabetes Militus/ “R”
1. Riwayat Klien / Data Biografis

Nama : Ny “ R”
Tempat /tgl lahir : Ujung Pandang/ 26 maret 1955
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : tamat SD
Alamat / no tlpn : Jl. Toddopuli 1 Kamp. Kassi-kassi
Suku : Makassar
Agama : Islam
Status : Cerai
Orang yang paling dekat di hubungi : Tidak ada

2. Riwayat Hidup
- Pasangan :-

Hidup :-
Status kesehatan :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Meninggal :-
Tahun meninggal :-
Penyebab kematian :-

- Anak-anak : 12

Hidup :7
Nama & alamat : Hasaruddi (JL. Dekkuliang), Ramla (jl. Toddopuli 1),
samsuddin ( Kalimantan), paharuddin (jl. Toddopuli 1),
kamaruddin ( Gorontalo ), suardiansyah ( jl. puri ), amrah
maulana kamsuri ( Gorontalo )
Meninggal :5
Tahun meninggal : tidak ingat
Penyebab kematian : sakit

3. Riwayat Pekerjaan

Status pekerjaan saat ini : wiraswasta


Pekerjaan sebelumnya : tidak ada
Sumber pendapatan saat ini : warung sembako
4. Riwayat Tempat Tinggal ( Gambar Denah Rumah )

Kamar Kamar
Tidur Tidur

LANTAI 2

WC

Kamar Tempat
Tidur Pintu Masak
PINTU

dapur & Cuci


Piring

Teras

T LANTAI 1
E
R Pintu masuk
A
S

Pintu

Warung
PINTU Sembako
WC MASU
K
Tipe tempat tinggal : permanen
Jumlah kamar :3
Jumlah orang yang tinggal di rumah :4
Jumlah tingkat :2
Derajat privasi : baik
Tetangga terdekat :

5. Riwayat Aktivitas di Waktu Luang

Hobi/ minat :-
Keanggotaan organisasi :-
Liburan / perjalanan :-

6. Sistem Pelayanan Kesehatan yang digunakan

Dokter / perawat :-
Rumah sakit / puskesmas : Puskesmas Terdekat
Klinik :-
Pelayanan kesehatan di rumah :-
Lain-lain :-

7. Deskripsi Aktivitas Selama 24 Jam (uraikan bersama jam-nya )

Pada pagi hari ibu melakukan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan membersihkan
rumah, mencuci (piring atau baju), memasak. Pada jam 8 ibu sarapan pagi dengan kopi
ditambah dengan kopi dan makanan berat dengan porsi sedikit. Setelah makan ibu istirahat
sekaligus menjaga warung. Lalu pada jam 12 siang ibu makan siang setelahnya menonton
dan tidur siang. Jam 5 sore ibu makan kembali dengan porsi sedikit. Pada malam hari ibu
nonton dan tidur sekitar jam 10 nalam. Ibu melaksanakan sholat diwaktu yang sesuai dengan
waktu sholat.
8. Riwayat Kesehatan

Keluhan-keluhan utama : Lemah

Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini : Klien mengatakan tahu tentang
penyakitnya. Klien sering merasa
pusing, mata kabur dan cepat lelah dan
sering BAK pada malam hari
Pemahamannya terhadap proses penuaan :
Status kesehatan umur sejak 6 bulan terakhir : ibu menderita Diabetes mellitus,
hipertensi dan rematik
Status kesehatan umur sejak 5 tahun terakhir :
Penyakit masa kanak – kanak : Cacar air
Penyakit serius kronik : tidak ada
Trauma : tidak ada
Perawatan di RS (Catat alasan masuk, tanggal, tempat, lama rawat) : tidak ada
Riwayat operasi ( catat jenis, tanggal, tempat, alasan operasi ) : tidak ada
Status obstetris : G 12 P 12 A0

9. Obat-obatan

Nama obat dan dosis : bionerveet


Bagaimana / kapan menggunakannya : ketika tekanan darahnya naik
Dokter yang menginstruksikan : bukan
Tanggal resep :-

Masalah-masalah berkaitan dengan Konsumsi Obat


Defisit (uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat) : tidak ada
Efek samping yang tidak menyenangkan : tidak ada
Persepsi keefektifan : sangat efektif dalam menghilangkan rasa pusing
yang dialami
Kesulitan memperoleh : tidak sulit

10. Riwayat Alergi

Obat-obatan : tidak ada


Makanan : tidak ada
Alergi lain : tidak ada
11. Nutrisi

Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang & malam :


Pagi : pada pagi hari ibu mengkomsumsi kopi dengan kue
Siang : pada siang hari nasi putih, ikan, dan sayur tapi dalam porsi sedikit
Malam : pada malam hari ibu tidak makan karena sudah makan pada jam 5 sore
BB saat ini : 53 kg
Riwayat peningkatan/ penurunan BB :
Frekuensi makan : 3 x sehari tapi porsi sedikit
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis: pendapatan tidak adekuat,
kurang transportasi, masalah menelan/ mengunyah, stress emosional) : tidak ada

Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan :


12. Riwayat keluarga (gambar silsilah keluarga, minimal 3 generasi disertai keterangan)

13. Tinjauan Sistem


Tanda-tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg S : 36,5oc
N : 68x/m P : 20x/m
Beri tanda cek (✔) untuk setiap gejala yang ditemukan, disertai keterangan jika Ya
Sistem Tanda (✔) pada Keterangan jika
gejala yang (Ya)
ditemukan
Hemopoetik
Perdarahan/memar - -
Pembengkakan kelenjar limfe - -
Anemia - -
Riwayat transfuse darah - -
Leher
Kekakuan  Klien mengalami nyeri dan
kaku pada leher apabila
tekanan darah naik
Nyeri/nyeri tekan  Klien mengalami nyeri pada
leher apabila tekanan darah
naik
Benjolan/massa - -
Keterbatasan gerak  klien mengalami keterbatasan
gerak akbat dari kekakuan
leher.
Mata
Nyeri - -
Air mata berlebihan - -
Pruritus - -
Bengkak sekitar mata - -
Floater - -
Diplopia - -
Kabur  klien mengalami penurunan
kejelasan atau ketajaman mata
akibat dari penuaan
Fotofobia - -
Riwayat infeksi - -
Tanggal pemeriksaan mata - -
terakhir
Dampak pada aktivitas sehari-  Klien kesulitan dalam hal
hari membaca
Telinga
Perubahan pendengaran - -
Rabas - -
Tinitus - -
Vertigo - -
Sensitivitas pendengaran  klien sensititif atau merasa
terganggu pada suara-suara
yang keras. terkhususnya pada
saat tidur.
Alat-alat prostesa - -
Riwayat infeksi - -
Tanggal pemeriksaan paling - -
akhir
Kebiasaan perawatan telinga  klien membershikan telinga 1-2
x dalam seminggu dengan
menggunakan tusuk telinga.
Dampak pada aktivitas sehari-  Kebutuhan akan istirahat klien
hari
tidak terpenuhi
Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan - -
Lesi/ulkus - -
Perubahan suara - -
Kesulitan menelan - -
Perdarahan pada gusi - -
Karies/sudah tanggal - -
Gigi palsu - -
Riwayat infeksi - -
Tanggal pemeriksaan gigi - -
terakhir
Frekuensi menggosok gigi  Klien jarang menggosok gigi
akibat gigi bagian atas sudah
tidak ada
Masalah & kebiasaan - -
membersihkan gigi palsu
Kepala
Sakit kepala  Klien mengalami sakit kepala
apabila tekanan darah klien
naik
Trauma masa lalu - -
Pusing  Klien pusing apabila tekanan
darah naik dan memikirkan
anak-anaknya.
Gatal kulit kepala - -
Hidung dan sinus
Rinorea - -
Rabas - -
Eptaksis - -
Obstruksi - -
Mendengkur - -
Nyeri pada sinus - -
Alergi - -
Riwayat infeksi - -
Penampilan kemampuan - -
olfkatori
Payudara
Benjolan/massa - -
Nyeri/nyeri tekan - -
Bengkak - -
Keluar cairan dari putting susu - -
Perubahan pada putting susu - -
Pola pemeriksaan payudara - -
sendiri
Tanggal dan hasil - -
mammogram terakhir
Kardiovaskuler
Nyeri dada  klien mengalami nyeri dada
apabila dalam kondisi spontan.
Palpitasi  Klien mengalami palpitasi
apabila dalam kondisi spontan
Sesak nafas - -
Dipsnea pada aktivitas - -
Dipsnea pada noktural - -
paroksimal
Murmur - -
Edema - -
Varises - -
Kaki timpang - -
Parestesia - -
Perubahan warna kaki - -
Perkemihan
Dysuria  Klien merasa nyeri saat kencing
Menetes - -
Ragu-ragu - -
Hematuria - -
Poliuria  Klien mengatakan sering
kencing yang merupakan efek
dari penyakit diabetes mellitus
yang dideritanya
Oliguria - -
Nokturia  Klien mengatakan sering
kencing tengah malam
Inkontinensia - -
Nyeri saat berkemih - -
Pernapasan
Batuk - -
Sesak napas - -
Hemoptisis - -
Sputum - -
Mengi - -
Asma/ alergi pernapasan - -
Tanggal & pemeriksaan dada - -
terakhir
Gastrointestinal
Disfagia - -
Tidak dapat mencerna - -
Nyeri ulu hati - -
Mual muntah - -
Hematemesis - -
Perubahan nafsu makan  Klien mengalami perubahan
nafsu makan akibat banyaknya
pantangan yang akan dimakan
Intoleran makanan - -
Ulkus - -
Nyeri - -
Ikterik - -
Benjolan/ massa - -
Perubahan kebiasaan defekasi - -
Diare - -
Konstipasi - -
Melena - -
Hemoroid - -
Pendarahan rectum - -
Pola defekasi biasanya - -
Sistem Endokrin
Intoleran terhadap panas - -
Intoleran terhadap dingin - -
Goiter - -
Pigmentasi kulit/ tekstur - -
Perubahan rambut  Keseluruhan warna rambut
klien putih
Polifagia  Klien menderita diabetes
mellitus
Polidipsia  Klien menderita diabetes
mellitus
Poliuria  klien menderita diabetes
mellitus
Genitoreproduksi Wanita
Lesi - -
Rabas - -
Dispareunia - -
Pendarahan pasca senggama - -
Nyeri pelvic - -
Sistokel/ rectokel/ prolaps - -
Penyakit kelamin - -
Infeksi - -
Masalah aktivitas seksual - -
Riwayat menopause (usia, - -
gejala, masalah pasca
menopause)
Tanggal dan hasil pap paling - -
akhir
Muskuluskeletal
Nyeri persendian  klien mengalami nyeri pada
lutut kanan sampai
dipergelangan kaki kanan
Kekakuan  klien mengalami kaku pada kaki
kanan
Pembengkakan sendi - -
Deformitas - -
Spasme - -
Kram  Klien mengalami kram pada
kaki bagian kanan

Kelemahan otot - -
Masalah cara berjalan - -
Nyeri punggung - -
Protesa - -
Kebiasaan latihan/olahraga - -
Dampak pada aktivitas sehari-  Klien harus mengurangi
hari aktivitasnya akibat nyeri yang
dirasakan
Sistem Saraf
Sakit ke pala  Klien megalami sakit kepala
apabila tekanan darah naik
Kejang - -
Sinkope/ serangan jantung - -
Paralisis - -
Paresis - -
Masalah koordinasi - -
Tie/ tremor/ spasme
Parestesia - -
Cedera kepala - -
Masalah memori
Psikososial
Cemas  Klien sering cemas apabila
tidak mendengar suara
anaknya
Depresi - -
Insomnia - -
Menangis - -
Gugup - -
Takut - -
Masalah dalam  klien mengatakan jika dia yang
Pengambilan keputusan mengambil setipa keputusan
dalam keluarga
Kesulitan berkonsentrasi - -
Mekanisme koping  Klien mengatasi masalah
dengan cara mendiami
masalah tersebut
Stress saat ini - -
Persepsi tentang kematian - -
Dampak pada aktivitas sehari- - -
hari
Tingkat kemandirian
melakukan aktivitas dasar : A : kemandirian
sehari-hari dalam hal
makan,
berpakaian,
kontistenial, ke
kamar kecil,
berpindah, dan
mandi.
Skala Depresi :

Fungsi Intelektual/ memori : klien mengalami


masalah pada
memori
Masalah-masalah kesehatan : klien mnegalami
lain-lain yang ditemukan diabetes mellitus
dan rematik
Tingkat kemandirian : A : kemandirian
melakukan aktivitas dasar dalam hal makan,
sehari-hari berpakaian,
kontistenial, ke
kamar kecil,
berpindah, dan
mandi.

Makassar, 17 Desember 2020

Yang Mengkaji

(Ramiati, S.Kep)
ANALISA DATA
Nama:
Umur :
Diagnosa :
BDATA FOKUS ETIOL OGI MASALAH
DS Usia 65 tahun, riwayat Ketidak stabilan kadar gula
Klien mengeluh pusing dan penyakit gula darah tinggi 2 darah b.d resistensi insulin
cepat lelah. bulan terakhir
Klien mengatakan sering haus
Klien mengatakan sering lapar Jarang control kepelayanan
Klien mengatakan sering kesehatan
kencing
Sel B di pancreas terganggu
DO
Kadar glukosa darah tinggi Defisit insulin
GDS : 327
TTV : Hiperglikimia
TD : 140/90 mmHg
Tidak terkontrol
S : 36,5oc
N : 68x/m Ketidak stabilan kadar
glukosa darah
P : 20x/m
DS Penurunan kadar insulin Gangguan eliminasi urin
- klien merasa nyeri saat
berkemih Penggunaan glukosa sel
menurun, glukagon
- buang air berlebihan
meningkat
- sering BAK pada larut
malam. Hiperglikemia

Glukosuria

Osmolaritas urin meningkat

Volume urin meningkat

Diuresis

Poliuri

Gangguan eliminasi urin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak stabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin
2. Gangguan eliminasi urine b/d penurunan kapasitas kandung kemh
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :
Umur :
Diagnosa :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidak stabilan kadar gula Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


darah b.d resistensi insulin diharapkan kadar gula darah menurun -identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikimia
Criteria hasil : -monitor kadar glukosa darah
-Pusing menurun Edukasi
-Lelah menurun -anjurkan menghindari
-Kadar glukosa darah membaik olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
-anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga

Gangguan elimansi urine b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan. Observasi:


penurunan kapasitas
1x24 jam diharapkan eliminasi urine membaik 1. monitor eliminasi urine
kandung kemih
dengan kriiteria hasil Terapeutik:
- Nokturia menurun 1. batasi asupan cairan jika perlu
- Poliria menurun Edukasi:
1. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Jumlah urine membaik
IMPLEMENTASI
Nama :
Umur : 65 tahun
Hari/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tgl
Ketidak stabilan kadar Observasi
gula darah b.d resistensi - mengidentifikasi kemungkinan penyeba
insulin hiperglikimia
H/ Pola makam yg tidak teratur
- memonitor kadar glukosa darah
H/
Edukasi
- Menganjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
H/ klien paham dan tdk melalakukan olahraga
- Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
H/ klien mendengarkan sarah dari perawat
- Menajarkan pengelolaan diabetes
H/ klien mengatur pola makan dgn baik, dgn
tidak
makan pada malam hari

Gangguan elimansi urine Observasi S:


b/d penurunan kapasitas
- Klien mengatakaneliminasi urin
kandung kemih 1. monitor eliminasi urine baik Nokturia (-), poliuri (-),
H/: klien mengatakan eliminasi uriin baik jumlah urine membaik (-)
- nokturia (-), poliru (-), jumlah urine membaik (-) O:
Terapeutik - Klien Nampak rileks
1. Batasi asupan cairan jika perlu A:
H/: klien membatasi minum sebelum tidur - Masalah teratasi
Edukasi P:
1. anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Pertahankan intervensi
H/: klien mengerti

Anda mungkin juga menyukai