I. Pendahuluan
A. Latar belakang masalah terintegrasi tinjauan teori
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat tenang (Kemenkes RI, 2016).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia karena menjadi faktor risiko utama
dari penyakit kardiovaskular dan stroke. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang
mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).
Di Indonesia Hipertensi merupakan penyakit dengan peringkat pertama setiap
tahunnya diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus Hipertensi terutama terjadi di
negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000.
Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025
(Ardiansyah, 2016)
Hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua dalam daftar 10 penyakit
terbesar pada tahun 2019 di Puskesmas X. Hal ini juga sejalan dengan banyaknya
ditemukan keluhan masyarakat terkait tekanan darah tinggi di salah satu wilayah kerja
Puskesmas X. Berdasarkan data sekunder awal yang didapatkan dari Puskesmas X
penderita Hipertensi pada tahun 2018 terdapat 167 orang, tahun 2019 terdapat 185
orang dan tahun 2020 dalam 3 bulan terakhir dari bulan maret sampai mei terdapat 97
orang.
Hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,
obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi terjadi berkaitan dengan
beragam faktor risiko, baik yang tidak dapat diubah maupun dapat diubah. Faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputi genetik, keadaan gizi, dan umur. Faktor risiko
yang dapat diubah adalah kegemukan, diet, dan aktifitas fisik/olahraga. Di lain pihak
kegemukan disebabkan oleh konsumsi makanan berlebih dan aktivitas fisik olahraga
kurang (Muhammadun, 2016).
Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan Hipertensi diantaranya
farmakologi dan nonfarmakologi. Penggunaan terapi farmakologi dapat menurunkan
mobilitas dan mortalitas, serta menurunkan risiko untuk terjadinya komplikasi pada
pasien Hipertensi. Dalam laporan Duthie dan Katz (2015), menjelaskan bahwa
penggunaan tersebut dapat menimbulkan efek samping, efek ketergantungan,
tingginya biaya dan masalah lainnya yang semakin memperberat pasien Hipertensi
(Arifin et al ,2016)
Penatalaksanaan Hipertensi dengan terapi nonfarmakologi diantaranya diet
rendah garam, olaraga yang teratur, mengurangi komsumsi alkohol, mengurangi
konsumsi rokok, dan pengobatan komplementer-alternatif yang salah satunya adalah
terapi herbal walau penggunaannya lama, tapi efek sampingnya relatif kecil jika
digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi
Hipertensi. Beberapa herbal yang telah melalui penelitian dan terbukti menurunkan
tekanan darah tinggi diantaranya adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga
rosella, kumis kucing, daun dewa, lidah buaya, tempuyung, sambilato dan brotowali
(Soeryoko, 2015).
Dalam hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi , beberapa
kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara lain
magnesium, pthalides, apigenin kalium dan asparagin. Magnesium dan pthalides
berperan melenturkan pembuluh darah. Apegenin berfungsi untuk mencegah
penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparagin
bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga volume darah berkurang
(Soeryoko, 2015).
Intan Eka (2017) dengan judul pengaruh pemberian air daun seledri terhadap
penurunan tekanan darah penderita hipertensi telah membuktikan bahwa dengan
memakan 4 tangkai seledri setiap hari pada pagi hari selama seminggu tekanan darah
menurun dari 158/96 mmHg ke 118/82 mmHg. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Muzakar dan Nuryanto (2015) dengan judul pengaruh rebusan daun seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi. Peneliti memberikan rebusan seledri
pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali sehari. Rata-rata penurunan tekanan
darah sistolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 160/90 mmHg dan rata-rata
penurunan tekanan darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 130/80
mmHg. Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri bermanfaat dalam menurunkan
tekanan darah.
Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa pasien Hipertensi di wilayah
Puskesmas Kairatu mengatakan sering makan makanan yang mengandung tinggi
garam sedangkan beberapa penderita Hipertensi lainnya yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga jarang melakukan olahraga karena merasa tidak perlu berolahraga.
Penderita hipertensi kadang merasa sakit kepala, pusing, penglihatan buram, telinga
berdenging, leher tegang, detak jantung tidak teratur, kelelahan. Sehingga tekanan
darah pasien hipertensi mencapai 160/90 mmHg. Penanggulangan hipertensi secara
nonfarmakologi belum ada di Desa X karena masih fokus pada pengobatan
farmakologi. Peran petugas kesehatan dalam menanggulangi hipertensi juga masih
menggunakan pengobatan farmakologi untuk itu daun seledri belum pernah diberikan
pada penderita hipertensi. Walaupun tidak semua penderita yang menanam daun
seledri tetapi daun seledri cukup mudah didapatkan dengan harga yang relatif
terjangkau tanpa mengeluarkan banyak biaya.
Berdasarkan data yang didapatkan maka diperlukan perencanaan program
untuk mengurangi angka kejadian hipertensi bagi lansia di Puskesmas X melalui
penggunaan daun seledri.
C. Timeline kegiatan
Pelaksanaan praktek keperawatan komunitas dilaksanakan selama 5 minggu mulai
tanggal 27 April – 13 Juni. Kegiatan program inovasi ini akan dilakukan pada minggu
ke III. Perencanaan kegiatan pada lansia meliputi :
1. Minggu I : Hari senin 27 April mahasiswa melaksanakan kegiatan perkenalan
dengan lansia yang akan dikaji, mahasiswa melaksanakan kegiatan
pengumpulan data dilanjutkan tabulasi data dan analisa data.
2. Minggu II : Pada minggu ke II mahasiswa merencanakan Lokakarya Mini
(Lokmin)
3. Minggu III : Pada minggu ke III kegiatan mahasiswa melaksanakan kegiatan
dari program kerja yang telah dibuat.
4. Minggu IV : Pelaksanaan rencana intervensi yang telah ditentukan.
Saran
Saran untuk para lansia yang mengalami hipertensi dapat dengan rutin untuk mengontrol
tekanan darah dengan teratur. Kemudian dengan adanya program inovasi ini kiranya
lansia lebih teratur dalam mengkonsumsi daun seledri guna menurunkan tekanan darah.
Mengkonsumsi air rebusan seledri dapat dilakukan setiap hari di pagi hari.