Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena ats berkat dan rahmatnya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti,Tanpa
pertolongannya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan tugas proposal ini dengan baik.

Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kinerja puskesmas dalam
pembinaan gizi buruk pada balita yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Saya mengucapkan terimah kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini. Tak lupa juga sayaucapkan terimah kasih
kepada teman-teman yang sudah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan
proposl ini.

Saya menyadari bahwa proposal ini kurang dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan
kritikan dan saran, baik dari dosen maupun teman-teman atau pembaca agar proposal ini dapat
lebih sempurna.

Semoga proposal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan semoga
dengan adanya tugas ini tuhan yang maha esa senantiasa memberkatinya dan membawa hikmah
untuk semuannya.
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………

Daftar isi……………………………………………………..

Bab 1 pendahuluan

a. Latar belakang………………………………………..
b. Rumusan masalah……………………………………
c. Tujuan penelitian…………………………………….
d. Manfaat penelitian…………………………………..

Bab II tinjauan pustaka

a. Landasan teori……………………………………….
b. Kerangka teori……………………………………….
c. Hipotesis……………………………………………...

Bab III metode penelitian

a. Jenis penelitian………………………………………
b. Populasi dan sampel…………………………………
c. Lokasi dan waktu penelitian………………………..
d. Teknik pengumpulan data……………………….....
e. Instrument penelitian……………………………….
f. Teknik pengolahan data…………………………….

Bab IV daftar pustaka……………………………………..


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarkat di wilaya
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI,1991). Tujuan dari pembangunan
kesehtan yang disegelarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesedaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilaya kerja puskesmas.
Kurang fungsinya puskesmas akan menimbulkan system pelayanan yang kadang harus
lama di karenakan menunggu no antrian, lalu kedatangan dokter yang membuat pasien
yang mengantri, dokter juga sering terlambat melayani pasien, kadang jam kerja dokter
yang teroganisir, di daerah yang terpencil masih terdapat kekurangan tenaga medis,
tenaga kebersihan juga
memperhatikan keadaan sekitar pada puskesmas daerah tertentu.posyandu juga
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang di kelola
dandi selenggarakan dari,oleh,untuk dan bersama masyarakat guna memperdaya
masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dasar,dengan tujuan untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Penyelenggaraan posyandu baik,maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
pengembangan anak akan baik pula,seperti tercapainya kebutuhan imunisasi yang cukup
tinggi dan adanya meningkatan umur harapan hidup. Sebaliknya bila kinerja posyandu
tidak baik,seperti pada pemantauan anak,maka perkembangan status gizi anak dapat
terganggu.
Kurang fungsinya poyandu menunjukan kinerja menjadi rendah,disebabkan oleh
rendahanya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah dan instansi terkait,
hal tersebut mengkibatkan menurunnya minat masyarakat untuk memanfaatkan
posyandu.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi masyarakat di antaranya mencakup kagiatan
promotif di anataranya meliputi pemantauan
pertumbuhan,penyuluhan,konseling,pemberian kapsul,pemberian tablet Fe,promosi
garam beriodium,serta pelacakan dan tidak lanjut kasus gizi buruk.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan
kesehatan,mempunyai peran cukup besar dalam upaya mencapai pembangunan
kesehatan. Untuk mengetahui tingkat kinerja puskesmas,perlu di adakan penilian kinerja
puskesmas.
Adapun aspek penilaian meliputi hasil

B. Rumusan Masalah
Diketahui bahwa wilayah kerja puskesmas memiliki cakupan,mengalami peningkatan
pada bulan tertentu dan kembali menurun di akhir tahun. Hal ini mengindikasikan bawah
terdapat permasalahan pada kinerja puskesmas juga poyandu dalam pembinaan gizi
masyarakat di wilaya kerja.

C. Tujuan penelitan
1. Tujuan umum
Tercapainya tingkat kinerja puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam
mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mut kegiatan
serta manajemen puskesmas.
b. Mengetahui tingkat kinerja puskesmas .

D. Manfaat penelitan
Hasil penelitian ini harap dapat di jadikan informasi sehingga dapat di gunakan
sebagai bahan pengembilan tindakan,perencanaan jangka pendek dan menengah,serta
perumusan kebijakan guna meningkatkan kinerja poyandu khususnya dalam pellaksanaan
pembinaan gizi masyarakat.
Hasil penelitian secara tidak langsung akan memberikan informasi khususnya mengenai
kinerja poyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat.puskesmas mengetahui
tingkat pencapian kunjungan dibandingkan dengan target yang harus dicapai.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan teori
a. Definisi gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan
tubuh. Keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan berat badan pada kartu menuju
sehat [KMS] berada di bawah garis merah atau berat badan.umumnya gizi buruk ini di
derita pada balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat
tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus/bakteri.
b. Penyebab gizi buruk di Indonesia terbagi menjadi 2 yaitu;
1. Penyebab langsung
 Penyakit infeksi
2. Penyebab tidak langsung.
 Kemiskinan keluarga
 Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
 Sanitasi lingkungan yang buruk
 Pelayanan kesehatan yang kurang memindai
c. Klasifikasi gizi buruk
Pada kasus gizi buruk biasa terbagi 3 kategori yaitu;
 Kwashiorkor
1. Wajah membulat dan sembab
2. Mata sayu
3. Cengeng dan bawel
4. Rambut kusam,pirang dan mudah dicabut
5. Bercak merah pada kulit
 Marasmus
1. Tampak sangat kurus
2. Tulang terbalut kulit
3. Wajah seperti orang tua
4. Cengeng dan rewel
5. Perut cekung

 Kwashiorkor-marasmus
Gejalahnya merupakan gabungan dari kwashiorkor dan marasmus.

d. Penanggulan
Program penanggulan gizi buruk oleh pemerintah
 Revitalisasi posyandu puskesmas sertasarana penunjang lainnya
 Advokasi untuk meningkatakan komitmen eksekutif, legislative, tokoh
masyarakat dan tokoh agama untuk peduli danbertindak nyata dalam
lingkungannya
 Memberikan bantuan pangan, makanan pendamping,ASI,pengobatan penyakit,
penyediaan air bersih, penyuluhan gisi dan kesehatan
 Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan
e. Pencegahan
Usaha pencegahan gisi buruk
 Melaksanakan system kewaspadaan dini secara intensif
 Pelacakan kasus dan penemuan kasus baru
 Pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi, pendidikan dan ketahanan pangan
untukmeningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga
 Mengintegrasikan program perbaikan gizi dan ketahanan pangan kedalam
programpenanggulangan kemiskinan
 Meningkatkan pendidikan masyarakat terutama wanita, pemberdayaan
KADARZI (keluarga sadar gizi)
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. Makan beraneka ragam setiap hari
3. Hanya memberikan ASI sampai umur 6 bulan dilanjutkan dengan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai umur 2 tahun
4. Menggunakan garam beryodium
5. Memberikan suplemen gizi seperti: vit A dan tablet fe
f. Faktor-faktor penyebab terjadinya gizi buruk
1. Kemiskinan
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu atau rumah
tangga dalam mencapai standar hidup yang maksimal, sihingga tidak mampu
memberikan yang terbaik bagi anggota keluarganya, baik dari nilai gizi dan
kelayakan makanan. Secara garis besar ada hubungan antara kemiskinan dan
kesehatan, masyarakat yang hidup didalam garis kemiskinan pada umumnya
memiliki kelayakan hidup yang lebih rendah, lebih rentan terhadap penyakit
menular,tingginya angka kematiaan pada bayi, ibu hamil dan melahirkan serta
proporsi kesehatan yang sangat rendah.
2. Pengetahuan
Peengetahuan orang tua tentang asupan gizi untuk anak juga sebagai pemicu
munculnya gisi buruk. Selama ini banyak oranng tua yang menganggap jika
anaknya hanya diberi makan nasi dan kecap atau dengan lauk kerupukatau dengan
ikan saja tanpa sayur maka orang tua beranggapan itu sudah benar, karena anaknya
sudah terbebas dari lapar, tetapi sebenarnya pemberian yang dilakukan secara terus
menerus akan berdampak pada anak sendiri, ketahanan tubuh akan lemah sehingga
anak akan mudah terserang penyakit yang berkelanjutan.
3. Pendidikan
Data dari Indonesia dan Negara lain menunjukan adanya hubungan antara
kemiskinan dan proposi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik
dengan pendapatan, makin kecil pendapatan penduduk makin besar presentasi anak
kurang gizi, makin besar pendapatan makin kecil presentasinya,hubungan bersifat
timbal balik.kurang gizimenjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya
pendidikan dan produktivitas, sebaliknya kemiskinan menyebabkan anak tidak
mendapatkan makanan bergizi yang cukupsehinnga kurang gizi dan seterusnya.
4. Budaya kebiasaan
Factor social budaya juga menjadi penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan
mengkonsumsi makanan tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut
kecacingan.

2. Kerangka teori
Menurut UNICEF (1998) yang disampaikan dalam seminar sehari tentang gizi oleh
deputi menko kesra, banyak factor yang mempengaruhi kekurangan gizi dan factor tersebut
saling berkaitan secaralangsung, pertama : anak kurang mendapatkan asupan gizi seimbang
dalam waktu cukup lama.dan kedua : anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit
asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan
penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk
yaitu, tidak cukupnya persediaan pangan dirumah tangga, pola asuh kurang memadai dan
sanitasi kesehatan lingkungan kurang baik serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar
masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendididkan, tingkat pendapatan,
dan tinggkat kemiskinan keluarga.
Untuk mengatasi gizi buruk di kota ambon maka pemerintah kota ambon melaksanakan
PMT-P yang merupakan upaya langsung meningkatkan ketersediaan bahan
makanandikeluarga untuk bayi dan juga sebagai usaha untuk meningkatkanpengetahuan
keluarga terutama ibu mengenai makanan yangbergizi untuk bayinya dengan PMT-P
diharapkan dapat meningkatkan status gizi anak mejadi lebih baik.

3. hipotesis
a. ada hubungan antara karakteristik ibu (pendidikan ibu danumur ibu) dengan status
gizi bayi setelah menerima pmt-p dikota ambon.
b. Ada hubungan karakteristik bayi (umur dan jenis kelamin) dengan status gizi bayi
setelah menerima pmt-p di kota ambon.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk mengetahui hubungan antara
variable pengetahuan ibu mengolah bahan makanan tambahan siap saji terhadap
partisipasi ibu balita dalam kegiatan dipuskesmas.

B. Populasi dan sampel


a. Populasi
Keseluruhan ibu yang mempunyai balita diwilayah kerja puskesmas
b. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yaitu seluruh ibu yang mempunyai balita di wilayah
kerja puskesmas

C. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas pada bula januari 2020

D. Teknik pengumpulan data


1. Data primer
Data primer diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan instrument
kuisioner terhadap ibu yang membawa balitanya kepuskesmas.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui catatan bagian gizi diwilayah kerja puskesmas
E. Instrument penelitian
1. Kuisioner
2. Timbangan bayi
F. Teknik pengolahan data
a. Pengolahan data konsumsi
Pengolahan data konsumsi dengan mwnggunakan software nutrisoft, hasil recall 2x24
jam dihitungkonsumsi energy dan vitamin A kemudian dirata-rata konsumsi 2 hari
dibagi 2.
b. Pengolahan data status gizi
Data berat badan dan umur kemudian dihitung status gizi menggunakan WHO 2005
dengan nilai z-skor standar devisi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pedoman pelayanan anak gizi buruk.depkes RI. Jakarta 2011
2. Guidelines for the inpatient treatment of severly malnourished children (internet) WHO
[cited 2016 jan 22] avaible from http//www.who.int/nutrition/publication/guide inpatient
teks pdf
3. kemenkes RI.bagan talaksana anak gizi buruk. Buku 1. Depkes RI: Jakarta 2011

Anda mungkin juga menyukai