Jureid Jurnal: HYBRID CONTRACT
Jureid Jurnal: HYBRID CONTRACT
Jureid Jurnal: HYBRID CONTRACT
Jureid
STAIN Mandailing Natal
e-mail: jureidlubis@gmail.com
Abstrak : Fokus penelitian ini adalah akad ganda dalam perspektif fiqh muamalah dipandang dari hadis tentang
bai’ataini fi ai’atin, shafqataini fi shafqatin dan bay wa salaf. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif normatif (kepustakaan) dengan sumber primer adalah dokumen dengan analisis konten.
Keharaman akad ganda pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal; dilarang agama atau hîlah karena
dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar) dan ketidakjelasan (jahâlah), menjerumuskan ke praktik
riba, dan akad ganda yang menimbulkan akibat hukum yang bertentangan pada objek yang sama. Akad
ganda yang memenuhi prinsip syariah adalah akad ganda yang memenuhi standar atau dhawabit.
kejelasan antara ijab dan qabul menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Akad dalam hadis ini
harus dilakukan terhadap salah satu akad saja dari beberapa perkara yang ada. Jual beli dan
pinjaman dua hal yang berbeda dan hukum yang berbeda, sehingga tidak bisa disatukan menjadi satu
akad. Secara umum Kedua akad sejenis yang memungkinkan untuk di kumpulkan dalam satu akad
tanpa mempengaruhi hukum dan akibat hukumnya.
Kata Kunci: Fiqh, Muamalah, akad ganda, bank syariah, hadis.
Abstract : The focus of this study is hybrid contract in the perspective of muamalah fiqh viewed from the hadith
about bai'ataini fi ai’atin, shafqataini fi shafqatin and bay wa salaf. The type of this tresearch is a
normative qualitative study (literature) with primary sources are documeints with content analysis. The
prohibition of a hybrid contract is basically caused by three things; it is forbidden by religion or hîlah
because it can lead to uncertainty (gharar) and obscurity (jahâlah), plunging into the practice of usury,
and double contracts which lead to conflicting legal consequences on the same object. A double
contract that meets sharia principles is a double contract that meets the standard or dhawabit. The
certainty of contract become to big attention. The certainty between contract is something that really
needs to attention. The contract in this hadith must be carried out on one contract only from several
existing cases. Buying and selling and loans are two different things and different laws, so they cannot
be combined into one contract. In general, both types of contracts are possible to be collected in one
contract without affecting the law and its legal consequences.
Key word: fiqh, muamalat, hybrid contract, islamic bank, hadith
1
tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank
Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Insani, 2001), hlm. 3
Dan al ‘ahdu terdapat pada surat Ali kepada pihak lain. Oleh karena itu ijab
adalah pernyataan pihak (mujib) untuk merupakan gabungan akad yang terdiri
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. dari dua akad atau lebih dan tidak dapat
Qabul adalah pernyataan menerima atau dipisahkan. Akad ini banyak terjadi di
menyetujui kehendak mujib. Kedua, bank syariah seperti ijarah muntahiya
dibenarkan oleh syara’. Akad yang bittamlik, musyarakah mutanaqisah dan
dilakukan tidak boleh bertentangan lain-lain. Namun kita perlu kembali
dengan syari’ah, sebagaimana telah diatur melihat akad ganda yang dimaksud pada
di dalam Alqur’an dan Hadis. Sebagai hadis yang biasa menjadi dalil para
contoh adalah suatu akad yang di cendekiawan terkait akad ganda ini.
dalamnya mengandung riba atau objek Pemaknaan Hadis dalam Pandangan
Fiqh Muamalah
akad yang tidak halal (khamar). Ketiga,
Meluasnya makna akad dari personal
mempunyai akibat hukum terhadap
(dipakai orang-perorang) kini menjadi
objeknya. Akad merupakan salah satu
bagian dari instansi (lembaga) karena
tindakan hukum (tasharruf). Adanya
berkembangnya lembaga keuangan bank
akad menimbulkan akibat hukum
syariah dan lembaga keuangan non bank
terhadap objek hukum yang di
lainnya yang berbau syariah. Dengan
perjanjikan oleh para pihak dan juga
meluasnya makna akad tersebut,
memberikan konsekuensi dan kewajiban
membuat akad dalam setiap transaksinya
mengikat para pihak.
menjadi rumit dan menjadi bahan
Akad ganda disebut dengan
perbincangan di kalangan ahli hukum
hybrid contract. “Hybrid” berasal dari
bahasa Inggris yang berarti “hibrida” Islam sehingga mengarah kepada
atau disebut “bastar”. Dalam
keabsahan penggunaannya. Bank syariah
perkembangan selanjutnya hibrida
banyak dipakai untuk berbagai bidang sebagai lembaga komersil tentu
ilmu, misalnya mengacu pada kayu
berinovasi pada setiap produknya agar
kultivar tanaman, atau juga bisa berarti
otomotif, informatika dan atau laku di pasaran. Inovasi menimbulkan
11
perpaduan ragam kesenian standar.
jenis akad yang tidak hanya tunggal tetapi
Dalam istilah fiqh, akad ganda al
juga menjadi ganda karena merupakan
‘uqud al murakkabah12. Al’uqud al
kombinasi.
murakkabah atau akad murakkab
Persoalan akad ganda apabila kita
11
Agustianto, “Hybrid Contract dalam telusuri pada hadis maka hanya tiga kata
Keuangan Syariah”
http://www.agustiantocentre.com (diakses pada dalam hadis yang menegaskan itu, yaitu
8 Februari 2020, pukul 21.11 Wib)
12 bai’ataini fi bai’atin, shafqataini fi
Hasanuddin, Multi Akad dalam
Transaksi Syariah Kontemporer pada Lembaga shafqatin dan bay salaf.
Keuangan Syari’ah di Indonesia: Konsep dan
Ketentuan (dhawabith) dalam Perfektif Fiqh,
Makalah IAEI, Jakarta, 2010. hlm 2
kerelaan sebagaimana ‘an taradin satu akad. Aswad berkata; Syarik berkata;
Simak berkata; Seorang laki-laki menjual
minkum pada ayat an Nisa ayat 29.
barang jualan seraya mengatakan; Ia
Merujuk kepada pendapat ulama dengan kredit sekian dan sekian dan
dengan tunai sekian dan sekian”. (Hadis
Imam Hanafi, bai’ataini fi bai’atin
Riwayat Ahmad, nomor hadis 3595).
merupakan jual beli fasid karena harga
Hadis ini bermakna “Rasulullah Saw
tidak jelas dan adanya ketergantungan.
telah melarang dua kesepakatan (akad)
Imam Syafi’i berpendapat bahwa
dalam satu kesepekatan”. Mengenai akad
transaksi batal karena dianggap gharar
shafqah para ulama mendefinisikan akad
dan ketidakjelasan tadi. Imam Malik
sebagai hubungan antara ijab dan qabul
berpendapat bahwa akad ini sah dan
dalam bentuk yang disyariatkan, dengan
dianggap sama dengan transaksi jual beli
dampak yang ditetapkan pada
yang memberi pilihan kepada pihak
tempatnya”. Maka suatu tasharruf qauli
pembeli. Akan tetapi Towus, Hakam dan
dikatakan sebagai akad, jika ada ijab
Hamad berpendapat bai’ataini fi bai’atin
(penawaran) dan qabul (penerimaan), ijab
diperbolehkan apabila dalam transaksi
dari pihak pertama dan qabul dari pihak
tersebut di ridhoi oleh salah satu pihak
kedua. Ijab dan qabul ini juga harus
sebagaimana An Nisa ayat 29
dilakukan secara syar’i, sehingga
mensyaratkan hal tersebut.13
dampaknya juga halal bagi masing-
b Analisis terhadap hadis yang masing pihak.
mengatakan Shafqataini fi shafqatin
Shafqataini fi shafqatin dapat
ض ِر وأَ ْس َو ُد ْبنُ َع ام ٍِر ْ س نٌ َوأَ ُب و ال َّن َ َح دَّ َث َنا َح
ش ِري ٌك َعنْ ِس َماكٍ َعنْ َع ْب ِد َ َق الُوا َح دَّ َث َنا dikatakan sebagai akad terkumpul
هَّللا
ُ ض َي هَّللا
ِ ال َّر ْح َم ِن ْب ِن َع ْب ِد ِ ْب ِن َم ْس ُعو ٍد َر (al’uqud al mujtami’ah) yaitu akad ganda
هَّللا
ُ ص لَّى َ ِ سول ُ هَّللا
ُ َع ْن ُه َما َعنْ أَ ِبي ِه َقال َ َن َهى َر yang terkumpul dalam satu akad.
ص ْف َق ٍة َوا ِح دَ ٍة َ ص ْف َق َت ْي ِن فِي َ ْس لَّ َم َعن َ َعلَ ْي ِه َو
َ َ َقال َ أَ ْس َو ُد َقال Misalnya “saya jual rumah ini kepadamu
الر ُج ل ُ َي ِبي ُع َّ ش ِري ٌك َق ال َ ِس َما ٌك
اء ِب َك َذا َو َك َذا َو ُه َو ِب َن ْق ٍد
ٍ س َ ا ْل َب ْي َع َف َيقُول ُ ه َُو ِب َن dan sawa sewakan rumah yang lain
ِب َك َذا َو َك َذا kepadamu selama satu bulan dengan
“Telah menceritakan kepada kami Hasan harga satu juta rupiah”. Akad ganda
dan Abu Nadlr dan Aswad bin Amir yang terkumpul ini dapat terjadi dengan
mereka berkata; Telah menceritakan
kepada kami Syarik dari Simak dari terhimpunnya dua akad yang memiliki
Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud akibat hukum berbeda di dalam satu akad
radliallahu 'anhuma dari ayahnya
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi terhadap dua objek dengan dua harga,
wasallam melarang dua transaksi dalam atau dua akad dalam satu akad yang
13
Sekh Hasan a’yub, Fiqh Muamalati berbeda hukum atas satu objek dengan
al Maliyati Fil Islami, (Mesir: Darus Salami,
2010), hlm 67
satu imbalan, baik dalam waktu yang dan kasih sayang serta tujuan mulia.
sama atau waktu yang berbeda. Karena itu ulama Malikiyah melarang
c Analisis terhadap hadis yang akad ganda dari akad-akad yang berbeda
mengatakan Bai wa salaf
hukumnya, seperti antara jual beli dengan
ُالض َّحا ُك ْبنَّ َح َّد َث َنا أَ ُب و َب ْك ٍر ا ْل َح َنف ُِّي َح دَّ َث َنا
ْب َعنْ أَبِي ِه َعن ُ ُع ْث َمانَ َعنْ َع ْم ِرو ْب ِن
ٍ ش َع ْي jualah, sharf, musaqah, syirkah, qardh
ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َ ِ س ول ُ هَّللا ُ َج ِّد ِه َق ال َ َن َهى َر atau nikah.14
ف ٍ َس ل َ سلَّ َم َعنْ َب ْي َع َت ْي ِن فِي َب ْي َع ٍة َو َعنْ َب ْي ٍع َوَ َو Suatu akad dinyatakan boleh selama
س َ
َ ض َمنْ َو َعنْ َب ْي ِع َم ا ل ْي َ
ْ َو َعنْ ِر ْب ِح َم ا ل ْم ُي
objek, harga, dan waktunya diketahui
ِع ْندَ َك
”Telah menceritakan kepada kami Abu oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di
Bakar Al Hanafi telah menceritakan
antaranya tidak jelas, maka hukum dari
kepada kami Adl-dlahhak bin Utsman
dari 'Amru bin Syu'aib dari bapaknya akad itu dilarang. Imam al-Syafi’i
dari kakeknya dia berkata; Rasulullah
memberi contoh, jika seseorang hendak
Shallallahu 'alaihi wa Salam melarang
dua penjualan dalam satu transaksi, membeli rumah dengan harga seratus,
dan dari menjual dengan
dengan syarat dia meminjamkan (salaf)
meminjamkan, dan dari keuntungan
dari barang yang tidak dapat dijamin, kepadanya seratus, maka sebenarnya
dan dari menjual yang tidak ada
akad jual beli itu tidak jelas apakah
padamu." (HR. Ahmad hadis nomor
6339) dibayar dengan seratus atau lebih.
Sehingga harga dari akad jual beli itu
Hadis ini menegaskan larangan
tidak jelas, karena seratus yang diterima
dalam dua konteks hadis sebelumnya,
adalah pinjaman (‘âriyah). Sehingga
dengan disertai contoh kasus yaitu akad
penggunaan manfaat dari seratus tidak
salaf atau pemesanan barang dengan
jelas; apakah dari jual beli atau
pembayaran di depan, atau semacam
pinjaman.15
indent barang, dengan akad jual beli
Ibn Qayyim berpendapat bahwa Nabi
dalam satu transaksi atau akad. Hanafiyah
melarang akad ganda antara akad salaf
juga mempertegas bahwa melakukan
(memberi pinjaman/qardh) dan jual beli,
transaksi jual beli dengan bentuk ijarah
meskipun kedua akad itu jika berlaku
dalam satu akad juga termasuk larangan
sendiri-sendiri hukumnya boleh.
dalam hadis, karena sewa dan jual beli
Larangan menghimpun salaf dan jual beli
adalah dua hal yang berbeda
dalam satu akad untuk menghindari
pelaksanaannya. Bai wa salaf
terjurumus kepada riba yang diharamkan.
mengandung hukum yang berbeda. Jual
Hal itu terjadi karena seseorang
beli adalah muamalah yang berorientasi
14
profit, sedangkan salaf kegiatan sosial Al-‘Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah al-
Murakkabah, hlm 181 – 182
yang mengedepankan aspek persaudaraan 15
Al-Syâfi’i, Mukhtashar al-Muzaniy,
(Bahâmis al-Umm), j. 2, hlm 205
dalamnya dan tidak ada tujua untuk berbeda, sehingga tidak bisa
melipatgandakan harga melalui qardh. 20 disatukan menjadi satu akad. Secara
D. KESIMPULAN umum Kedua akad sejenis yang
Pandangan fiqh muamalah terhadap memungkinkan untuk di kumpulkan
akad ganda (hybrid) dengan bertolak dari dalam satu akad tanpa
ketiga hadis tersebut di atas, maka mempengaruhi hukum dan akibat
terdapat tiga larangan yaitu: hukumnya.
1. Larangan bai’ataini fi bai’atin (dua DAFTAR PUSTAKA
jual beli dalam satu jual beli).
A’yub, Sekh Hasan, 2010, Fiqh Muamalati
Bai’ataini fi bai’atin menyoroti al Maliyati Fil Islami, , Mesir: Darus
Salami.
akadnya yang menimbulkan
Agustianto, “Hybrid Contract dalam
ketidakjelasan harga, ketidakpastian Keuangan Syariah”,
http://www.agustiantocentre.com,
(gharar), ketidakjelasan (jahâlah)
diakses pada 8 Februari 2020, pukul
dan menjerumuskan kepada riba. 21.11 Wib.
Al Imrani, Abdullah, 2006, Al Uqud al
Akad pada hadis itu dapat
Maliyah al Murakkabah, Dirasah
dipandang sebagai hilah dan pada Fiqhiyyah Ta’shiliyah wa Tathbiqiyah,
Ryadh, dar Kunuz Eshbelia li al Nasyr
kenyataanya tidak ada terjadi jual
wa al Tauzi.
beli dalam transaksi tersebut. Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, tt I’lâm al-
Muwaqqi’în ‘an Rab al-‘Âlamîn, j. 3,
2. Larangan shafqataini fi shafqatin
Kairo, Maktabah Ibn Taimiyyah.
(dua kesepakatan dalam satu Al-Syâfi’i, Mukhtashar al-Muzaniy,
Bahâmis al-Umm, juz. 2
kesepakatan). Shafqataini fi
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank
shafqatin menegaskan pemisahan Syariah: Dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Gema Insani.
akad, kejelasan antara ijab dan qabul
Ascarya, 2003, Akad dan Produk Bank
menjadi hal yang sangat perlu Syariah, RajaGrafindo, Jakarta:
Persada,.
diperhatikan. Akad dalam hadis ini
Departemen Pendidikan Nasional, 2001,
harus dilakukan terhadap salah satu Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cetakan pertama edisi III, Jakarta:
akad saja dari beberapa perkara
Balai Pustaka.
yang ada. Dewi, Gemala, Widyaningsih, Yeni Salima
Barlinti, 2005, Hukum Perikatan
3. Larangan bai wa salaf (jual beli dan
Islam di Indonesia, , ed. I, cet. I,
akad pemesanan barang). Bai wa Jakarta: Kencana.
Hasanuddin, 2010 “Multi Akad dalam
salaf mengindikasikan jual beli ijon Transaksi Syariah Kontemporer pada
dan jual beli dengan pinjaman Lembaga Keuangan Syari’ah di
Indonesia: Konsep dan Ketentuan
(qardh). Jual beli dan pinjaman dua (dhawabith) dalam Perfektif Fiqh”,
hal yang berbeda dan hukum yang Jakarta: Seminar, Makalah IAEI.
20
Abdullah al Imrani, loc.cit, hlm 180