Anda di halaman 1dari 23

1

CA. PARU ST.4 METASTASIS TULANG


BELAKANG (TN.B,45 Thn)

Disusun oleh :

1. Alifah mahadani imbaraga


2. Ayu alif nurjanah
3. Fatmawati
4. Thatu khoerulmaliyah
5. Faica puspawati

Prodi : S1.Keperawatan (PSIK)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
Jl. Brigjen Dharsono No.12B bypass Cirebon jawa barat
Telp: (0231)247852 Fax (0231)221395
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan
prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan
penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana
sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5
tahun.
Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan
terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa
tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan).
Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu
pencegahan yang paling baik adalah t”jangan memulai untuk merokok”(Somantri,
2012 : 112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran
pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran
pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel
yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena
pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses
kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil
mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311). 
Pada kasus kanker paru dengan stadium lanjut, kadang kala pasien
menjadi bosan dan capek dengan berbagai pengobatan yang diberikan. Menjadi
hak semua pasien untuk mendapatkan perawatan yang terbaik sampai akhir
hayatnya. Untuk itu Penderita kanker paru dengan stadium lanjutan atau tidak
berangsur-angsur sembuh perlu mendapat pelayanan kesehatan sehingga
penderitaannya dapat dikurangi. Untuk mendapatkan dukungan psikis dan moral,
pasien perlu juga diberikan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya
3

untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan


kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meskipun pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal pasien sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang
dideritanya (RSU Dr. Soetomo, 2009)

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem
pernapasan (Ca. Paru)?

C. Tujuan
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah
sistem pernapasan (Ca. Paru).
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perawatan Paliatif Pada Kanker Kronis


a. Definisi Perawatan Paliatif
Definisi awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal
di Inggris pada tahun 1987.
“Palliative medicine is the study and management of patients with active,
progressive, far-advanced disease for whom the prognosis is limited and the
focus of care is the quality of life.”
(Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien
pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana
prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif
sebagai berikut:
“Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak
mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam
aspek psikologis, sosial dan spiritual”.

b.  Tujuan Perawatan Paliatif


Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk
mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan
paliatf tidak hanya diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun
sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan,
dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif. Lebih lanjut lagi,
Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak
pada pola dasar, berikut ini:
1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
5

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual


5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga
Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis
memegang peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan
paliatif.

c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker


Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita
terbanyak adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat
penting dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan
keluarga, dan berperan sebagai sumber unformasi dan sumber dukungan
mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi
sehingga perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan
perawatan di rumah diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas
penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan
upaya medis
4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita
berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk
perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan
rumah. Ikatan antara rumah dakit dengan penderita di rumah selalu
terjalin, lebih baik lagi, bila dokter keluarga menjadi jembatan dalam
ikatan ini
6

d. Masalah-Masalah Sosial Pasien dan Anggota Keluarga Pasien dalam


Perawatan Paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman,
memiliki pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang
penyakit kanker yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup,
hubungan yang erat membentuk sebuah alat untuk melawan stress karena
penyakit yang dideritanya. Berikut ini adalah masalah sosial pasien:
1. Masalah dalam hubungan antar pribadi
a) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
b) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
c) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum
sakit
d) Masalah pernikahan
e) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker
2. Masalah Keluarga
Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan
ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih
nyata bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan
penyesuaian diri lebih mudah setelah kematian pasien dan perasaaan
dalam tenang sesuatu yang bermanfaat dalam merawat pasien di rumah.
a) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien
dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama
dalam hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak
berguna, terisolasi dan depresi
b) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di
rumah, terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien
yang sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih orofesional
sehingga keluarga tentang merasa cemas apabila ternyata terdapat
7

kesalahan dalam merawat pasien serta tidak dapat mengantiipasi


masalah yang mungkin muncul.
c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga
yang memungkinkan menderita secar tertutup daripada
menguranginya. Sebuah keluarga yang terlalu melindungi
memungkinkan untuk mencoba untuk mem-blok komunikasi dari tim
pelayanan kesehatan, membiarkan pasien dengan kecemasan atau
ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
d) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam
anggota keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan.
3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan Penyakit

e. Ketakutan akan Kematian dan Tahapan dalam Menghadapi Penyakit


Kanker Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta
masyarakat kuno, kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian tidak
disukai, dan mungkin akan terus demikian. Pasien yang menjelang ajal harus
melalui banyak tahap dalam perjuangannya untuk menerima penyakit dan
kematiannya, kemungkinan selama beberapa waktu ia menolak berita buruk
tersebut dan terus bersikap seolah-olah ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit.
Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan
sosial yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, telah
mengidentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh pasien penyakit
terminal, yang divonis tidak akan hidup lama lagi, yaitu:
1) Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-
ill). Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila
diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini
penderita tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat
melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti orang
8

linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya orang-


orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan
ingin membuat rencana masa depannya.
2) Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi
juga pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya
keluarga diberi penerangan-penerangan yang intensif agar timbul
kesadaran dan tidak lari darikenyataan.
3) Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan
keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi
yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga
bahkan tim medis, yang tidak jarang diakhiri dengan saling balas-
membalas oleh anggota tim.
4) Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar
“mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan
hidup. Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut mati dan
takut pergi sendirian. Untuk itu masukan-masukan keagamaan sudah
harus diperhatikan.
5) Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran
diri bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini
adalah “tanda-tanda” ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan
depresi, orangorang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga
dan pemikiran membuat keputusan yang tepat.
6) Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke
tahap pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan
kejernihan berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Lebih lanjut lagi, Ross (dalam Zastrow, 1996)
mencatat bahwa tidak setiap orang akan mengalami kemajuan ketika
9

melewati tahap-tahap tersebut, seringkali terjadi perubahan yang amat


tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya.
Misalnya, seorang pasien akan dapat mengatasi tahap penolakan menjadi
depresi, menjadi kegusaran dan kemarahan, dan kembali lagi ke
penolakan, kemudian menjadi tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya.

B. Definisi Kanker Paru


Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010: 27).

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan


penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi
bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-
paru(Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus  (Muttaqin, 2008: 198).

C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
10

karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain


seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung
lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali
(Wilson, 2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
11

paru (Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani


asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat
kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-
ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb,
p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

D. Patofisiologi Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
12

hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan


pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

E. Manifestasi Klinik
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai
keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena
sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

F. Pengobatan Kanker Paru


Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat
pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker
paru-paru.
1. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan
tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan
biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan
lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu
13

pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-
paru hingga stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk
mengobati NSCLC.
a. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
b. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
c. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
2. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena
tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh
besar  terhadapsurvival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya
juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang
diderita. Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau
carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel,
etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering
digunakan obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan
carboplatin, gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan
juga digunakan.
3. Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-
paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk
menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk
mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker
stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti
nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi
Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi.
Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat
pada pemeriksaan X—ray dada.
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah,
dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-
paru dan kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi
14

pada (kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius
setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit
kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.
4. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada
stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam
target terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut:
a. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal
Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk
membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk
menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan
pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva
bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih
muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena
berbentuk pil.
b. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein
untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini
mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium
lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi
kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan
melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek samping berupa
perdarahan pada paru-paru.

G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru


Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
1. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
15

lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih


lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
2. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah
sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah
menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai
tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat
lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
3. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan
peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting
untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium
kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk
menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi;
dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk
bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.

H. Penatalaksanaan Kanker Paru


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
4. Supotif
16

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian


nutrisi,  tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
5. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
9. Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru
– paru berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
13. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
17

I. Prognosis Kanker Paru


Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate) tetap sangat rendah, yakni masih sekitar ataupun malahan dapat
kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis ke organ-organ lain atau
akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320). 
18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA PARU


METASTASIS TULANG BELAKANG ( TN. B 45 THN)

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
 Nama (Inisial) : Tn. B
 Jenis kelamin : Laki - laki
 Umur : (45 tahun)
 Status Perkawinan : Sudah menikah
 Agama : Katholik

2. Riwayat Penyakit Sekarang


batuk-batuk berdarah terus menerus dan sesak nafas saat aktifitas
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.B mengatakan perokok aktif sejak 30thn yang lalu.

B. Pemeriksaan fisik spiritual pisikologis


 Fisik
 Do :pasien mengatakan batuk-batuk berdarah terus menerus, Edema di
kedua sisi paru-parunya sesak semakin sering, terasa Nyeri hebat dengan
sekla 7 dari 10.
 Ds : pasien terlihat tidak biasa bergerak-gerak di tempat tidur, dan pasien
terlihat sesek nafas dan meringis kesakitan. Hasil CT scan tulang
menunjukkan fraktur femur dextra dan tulang panggul sinistra. TD :
130/90 mmHg, RR : 28x/menit, HR : 110x/menit, terpasang O2 simple
mask 5lpm.
19

 Spiritual
 Ds : pasien mengatakan sudah lama sekali tidak ke gereja atau
bertemu komunitasnya, dan ibadah sudah tidak ada gunanya lagi,
mungkin tuhan sudah terlanjur marah terhadap saya. ia percaya
tuhan itu ada, dan surga itu ada.
 Do : tidak ingin beribadah karna ia beranggapan bahwa tuhan itu
marah kepadanya.

 Psikologis
 Do : pasien mengatakan meminta bantuan perawat untuk BAK dan
BAB dan kebutuhan lainnya, karena tidak tampak keluarga yang
mendampinginya.
 Dan pasien mengatakan ia berbohong pada keluarganya di
kampung halaman bahwa ia bekerja dan tidak berani mengatakan
pada siapapun kalau ia sakit.
 Ds : -

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas (air way)
2. Nyeri
3. Intoleransi aktifitas
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Distress spiritual

D. Intervensi
1. DIAGNOSA : Gangguan pertukaran gas (air way)
MONITORING : mengobservasi tanda-tanda vital.

INTERVENSI MANDIRI : massage therapy

KOLABORASI : terpasang O2 simple mask 5 lpm

EDUKASI : ajarkan pasien untuk semi fowler(tidur setengah duduk


20

2. DIAGNOSA : nyeri
MONITORING : mengkaji sekala nyeri yaitu 7 dari 10.
INTERVENSI MANDIRI : massage hipnotherapy
KOLABORASI : morfin mg/4 jam dan tramadol 2x100mg
EDUKASI : menganjurkan untuk posisi tidur senyaman mungkin untuk
mengurangi rasa nyeri tersebut.

3. DIAGNOSA : Intoleransi aktivitas

MONITORING : monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi


secara berlebihan

INTERVENSI MANDIRI : -
KOLABORASI : penggunaan pispot,pispot sodok(BAB)
EDUKASI : bantu pasien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psiko & sosial.

4. DIAGNOSA : gangguan mobilitas fisik

MONITORING : pola tidur dan lama tidur atau istirahat pasien

INTERVENSI MANDIRI : membantu melakukan aktivitas sehari-hari


(ADLS)pasien secara mandiri atau dibantu
KOLABORASI :
EDUKASI : ajarkan untuk mika-miki
21

5. DIAGNOSA : distress spiritual

MONITORING : menujukkan koping mekanisme saat sakit

INTERVENSI MANDIRI : mengajarkan pasien untuk percaya pada tuhan


dan percaya diri , usahakan untuk berdoa
KOLABORASI : pendatangkan ahli spiritual (pastur)
EDUKASI : fasilitasi pasien dengan alat ibadah sesuai dengan keyakinan
pasien ,fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan
orang lain .
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan
terhadap pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama
yang mana prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada
kualitas hidup.
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup
maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya
diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat
dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan
dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif.

B. Saran
Sebagai perawat yang berjiwa caring, dalam melakukan asuhan
keperawatan paliatif tidak hanya diberikan pelayanan secara medis saja
tetapi kita juga harus memberikan asuhan keperawatan untuk memotivasi
klien dalam mempertahankan kualitas hidup pasien dengan penyakit yang
paliatif.
23

DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”


Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.

Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.


Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)

Anda mungkin juga menyukai