Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN


BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Batubara


Batubara merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, serta oksigen sebagai
komponen utaman dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain
yaitu senyawa anorganik pembentuk (ash) debu, tersebut sebagai partikel zat
mineral yang terpisah di seluruh senyawa batubara. Secara ringkas, batubara bisa
didefinisikan sebagai batuan karbonat berbentuk padat, rapuh, berwarna cokelat tua
sampai hitam dapat terbakar, yang terjadi akibat perubahan tumbuhan secara kimia
dan fisik. Batubara berasal dari tumbuhan yang telah mati dan tertimbun dalam
cekungan yang berisi air dalam waktu yang sangat lama, mencapai jutaan tahun.
Inilah yang membedakan batubara dengan minyak bumi, karena minyak bumi
berasal dari sumber hewani. Dalam proses pembetukan batubara banyak faktor
yang mempengaruhi. Sebagai contoh, besarnya temperature dan tekanan terhadap
tumbuhan mati akan memengaruhi kondisi lapisan batubara yang terbentuk,
termasuk pengayaan kandungan karbon di dalam batubara. Timbunan material ini
kemudian mengalami proses penggambutan dan pembatubaraan sehingga menjadi
batubara (Arif, 2010)

1.2. Teori Terbentuknya Batubara


Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang tenpat dalam proses
pembentukan batubara yaitu:
1. Teori insitu, menjelaskan tempat dimana betubara terbentuk sama dengan
tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana
tumbuhan tersebut berkembang.
2. Teori drift, menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan
sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara
berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati.

Kelompok IV I-1
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.3. Faktor Pembentukan Batubara


Terdapat beberapa faktor-faktor yang menjadi pembentuk batubara
diantaranya yaitu:
1. Posisi geotektonik, adalah letak suatu tempat yang merupakan cekungan
sedimentasi yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng.
2. Keadaan topografi daerah, merupakan daerah yang relatif mempunyai
ketersediaan air. Tempat tersebut mempunyai topografi yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan daerah yang ada disekelilingnya.
3. Proses dekomposisi, merupakan bagian dari transformasi biokimia pada bahan
organik. Setelah tumbuhan mati, maka akan mengalami proses pembusukan
akibat kinerja dari mikrobiologi dalam bentuk bakteri anaerobic.
4. Iklim daerah, daerah yang beriklim tropis, hampir seluruh tanaman dapat hidup
dikarenakan tingkat curah hujan. Oleh karena itu, didaerah yang beriklim tropis
pada masa lampau sangatlah memungkinkan didapatkan endapan batubara
dalam jumlah banyak.
5. Metamorfosa organik, tekanan dapat diakibatkan oleh lapisan sedimen penutup
yang tebal atau karena adanya tektonik. Semakin lama selang waktu dari mulai
bergradasi sampai terbentuk batubara, maka semakin baik mutu dari batubara
yang diperoleh. Faktor tersebut dapat mempercepat proses metamorfosa.
(Sukandarrumidi, 2009, 2009)

1.4. Klasifikasi Batubara


Terdapat beberapa proses-proses pembentukan endapan batubara
diantaranya yaitu:
1. Gambut, merupakan golongan batubara fase awal dari proses pembentukan
batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya atau
tumbuh-tumbuhan.
2. Lignit, golongan ini sudah memperlohatkan proses berupa struktur kekar dan
gejala perlapisan.
3. Sub-bituminous, golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentuyaitu warna yang
kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin.
4. Bituminous, golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh
denagn membentuk bongkah-bongkah prismatik.
5. Antrasit. Golongan antrasit ini berwarna hitam, keras, kilap dan pecahannya
memperlihatkan pecahan chocoidal.

Kelompok IV I-2
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Proses dari tumbuhan yang mati sampai menjadi batubara disebut


penggambutan. Tahapan batubara dari gambut hingga antrasit disebut coalification
(Muchjidin, 2006).

1.5. Material Pembentuk Batubara


Batubara terbentuk dari maseral-maseral. Maseral merupakan bahan
organik yang secara optik homogen dan mempunyai sifat fisika dan kimia tertentu
yang terbentuk secara alami. Adapun penggolongan maseral terbagi menjadi tiga
jenis, antara lain yaitu:
1. Maseral vitrinit, merupakan maseral yang berasal dari serat-serat kayu atau sel
dinding kayu dari suatu tumbuhan.
2. Maseral eksinit, merupakan maseral yang berasal dari unsur-unsur yang
mengandung lilin dan resin suatu tumbuhan, seperti halnya spora, kutikula,
ganggang dan getah.
3. Maseral inertinit, merupakan maseral yang berasal dari bahan pembentukan yang
sama dengan maserak vitrinit, akan tetapi bahan tersebut telah mengalami
proses oksidasi.
(Suarez-Ruiz dan Crelling, 2008).

1.6. Bentuk–Bentuk Lapisan Batubara


Berdasarkan atas penelitian geologi diperoleh berbagai macam bentuk
lapisan batubara yang ada di antara lapisan batuan sedimen. Dengan mengetahui
lapisan maka dapat merencanakan cara penambangannya. Adapun lapisan
batubara sebagai berikut:
1. Bentuk Lapisan Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang
menutupinya melengkung ke arah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan ke arah
lateral lapisan batubara kamungkinan sama atau bisa jadi menipis.

Kelompok IV I-3
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009, 2009


Gambar 1.1
Bentuk Horse Back
2. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis misalnya batu
lempung

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009, 2009


Gambar 1.2
Bentuk Pinch
3. Bentuk Clay Vein
Bentuk ini terjadi apabila di antara 2 bagian deposit batubara terdapat urat
lempung. Bentuk tersebut terjadi apabila pada satu seri deposit batubara mengalami
patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi
oleh material lempung ataupun pasir.

Kelompok IV I-4
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009


Gambar 1.3
Bentuk Clay Vein
4. Bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana endapan batubara semula
terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti terintrusi.

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009

Gambar 1.4
Bentuk Burried Hill
5. Bentuk Fault (patahan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana endapan batubara mengalami
beberapa seri patahan. Keadaan ini akan mengacaukan di dalam perhitungan
cadangan akibat adanya perpindahan lapisan akibat pergeseran ke arah vertikal.

Kelompok IV I-5
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009


Gambar 1.5
Bentuk Fault (Patahan)
6. Bentuk Fold
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana endapan batubara mengalami
perlipatan. Semakin intensif gaya yang bekerja pada pembentukan perlipatan akan
semakin komplek perlipatan tersebut terjadi.

*Sumber: Sukandarrumidi, 2009


Gambar 1.6
Bentuk Fold (Lipatan)

1.7. Manfaat Batubara


Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar.
2. Batubara bitumen untuk membuat kokas, disebut batubara kokas.
3. Batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar lainnya, disebut batubara konversi.

(Muchjidin, 2006)

Kelompok IV I-6

Anda mungkin juga menyukai