Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN ANALISIS ARTIKEL

Disusun Oleh:
KELOMPOK IV
NAMA NIM
1. Susiyanti Uwen P19O8O28
2. Vivien Amelia P19O8O29
3. Yayuk vidiaty P19O8O30
4. Yustina Waisong P19O8O31

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur


tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007). Menurut (Fatmah,
2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan
pada manusia dimana ketika menua seseorang akan mengalami beberapa
perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan fungsi dan
kemampuan seluruh tubuh. Masalah-masalah yang muncul pada lansia seperti
kemunduran fisik, penurunan fungsi seksual, perubahan aspek psikoseksual,
perubahan dalam peran di masayarakat maka lanjut usia bertujuan untuk
mempertahankan kesehatan. Salah satu perubahan yang terjadi pada lansia adalah
kurangnya kebutuhan spiritual karena terjadinya keterbatasan aktivitas.Perubahan
spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup
lansia. Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara dirawat
dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal.

Faktor –faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan spiritual adalah


perkembangan, budaya, keluarga, agama, pengalaman hidup sebelumnya, krisis
dan perubahan, oleh karena itu setiap individu memiliki cara dan pemenuhan
kebutuhan spiritualitas yang berbeda-beda sesuai dengan usia, jenis kelamin,
budaya, agama dan kepribadian individu. Spiritual memiliki hubungan yang erat
dengan proses perubahan dan perkembangan manusia. Semakin bertambahnya
usia, spiritual seseorang semakin bertambah karena mereka akan merasakan
kedekatan dengan Tuhan. Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain
perubahan fisik, mental, psikososial dan perkembangan spiritual.Sedangkan
perubahan spiritual antara lain : perubahan gaya hidup dan keuangan, merawat
pasangan yang sakit, menghadapi kematian, kehilangan pasangan hidup dan
orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan fisik, kesepian serta perubahan
lainnya (Elderly Health Service. 2009). Dampak spiritual akan membuat lansia
mampu merumuskan arti personal tentang tujuan keberadaannya di dunia,
mengembangkan arti penderitaan dan menyakini suatu hikmah dari suatu
kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang dinamis melalui keyakinan, rasa
percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan
merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui
harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia (Hamid, 2000).

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa


dan Maha Pencipta jadi spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan
tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan
dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain,
menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang sehingga
Lansia memerlukan pengertian dan pemahaman keluarga dan masyarakat atas
keberadaan dan ketuaannya. ( Stanley & Beare, 2007).
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Spiritual

1. Definisi spiritual

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan
manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,
zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).

2. Aspek spiritual

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk


menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5
dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri,
pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).

Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian


dalam kehidupan

b. Menemukan arti dan tujuan hidup

c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam


diri sendiri

d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang


Maha Tinggi.

3. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan
dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual
juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier,
2004).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi
agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

B. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan


keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk mendapatkan
maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam


Hawari, 2002), yaitu :

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-
menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah
ibadah.

2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan


makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya
(vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan


hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.

5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa
ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan
jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara
vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada
Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang
lain

6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self
esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya

7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek
(hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia
sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di
akhirat nanti.

8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai
pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia
didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar
derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan
meningkatkan keimanannya.

9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.


Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan
dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena
itu manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.

10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilai


religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering
berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu meningkatkan iman
orang tersebut.

C. Pola normal Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan dengan


dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas
keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang
menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual merupakan salah satu
dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien. Keimanan atau keyakinan religius adalah
sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui
sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik (Hamid,
2000). Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan
asuhan spiritual dengan baik kepada klien. Setiap individu memiliki definisi dan
konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk
menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas,
hubungan, dan eksistensi (Potter & Perry, 2005).

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena


masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebur.
Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup
dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah pandangan
seseorang mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman
yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius. Banyak
perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua konsep tersebut karena
menemui kesulitan dalam memahami keduanya. Kedua hal tersebut memang
sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan satu sama lain.
Konsep religius biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau
proses melakukan suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem
penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu.
Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem
keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas
menunjukkan spiritualitas mereka (Hawari, 2002)

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan


seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme
(penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan
ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan akan Tuhan dalam bentuk
personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam. Keyakinan
merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.
Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan
kepercayaan yang ia ikuti (Hawari, 2004).

D. Spiritualitas dan agama

Spiritualitas dan agama adalah konstruksi multi-dimensi tetapi mereka


menentang definisi yang mudah dan penilaian kuantitatif karena subjektivitasnya
(Brennan dan Heiser). Meskipun istilah spiritualitas dan agama sering digunakan
secara bergantian, mayoritas literatur membedakan spiritualitas dari religiusitas.
(Hodge) menegaskan bahwa meskipun kedua istilah tumpang tindih, mereka
berbeda. Spiritualitas dalam arti luasnya mengungkapkan kecenderungan
terhadap keprihatinan metafisik, di mana komponen termasuk rasa transcen-
Dence, inter-integrasi, keterhubungan dengan orang lain, dan tujuan dan makna
dalam hidup, komponen dari agama termasuk kepatuhan terhadap seperangkat
keyakinan ideologis, ritual dan praktik yang terkait dengan kredo atau
denominasi tertentu. Bagi beberapa individu, spiritualitas diekspresikan
melalui kereligiusan. Secara khusus, Hodge berpendapat bahwa agama dapat
dilihat mengalir dari spiritualitas ', dengan ekspresi yang ditunjukkan dalam
kepercayaan tertentu, bentuk dan praktik-praktik yang telah dikembangkan
dalam komunitas dengan individu lain yang memiliki pemahaman yang sama.
Oleh karena itu penilaian spiritual dapat mengklarifikasi masalah di sekitar
agama dan kerohanian dan dirancang untuk membantu mengidentifikasi mereka
yang membutuhkan bantuan dalam mengekspresikan kerohanian mereka.
Penilaian semacam itu juga dapat mengidentifikasi hal tersebut kesejahteraan
spiritualnya mungkin berisiko (Brennan dan Heiser).

E. Kesejahteraan spiritual

Spiritual well being atau dikenal dengan kesejahteraan spiritual berasal dari
dua kata yaitu kesejahteraan dan spiritual. Spiritualisme berasal dari kosa kata
latin "spirit atau spiritus" yang berarti berbafas. Berangkat dari pengertian
etimologis ini, maka hidup adalah untuk bernafas dan memiliki nafas berarti
memiliki spirit. Spirit juga dapat diartikan kehidupan, nyawa, jiwa, dan nafas.
Tampaknya pengertian spiritualitas merangkum sisi-sisi kehidupan rohaniyah
dalam dimensi yang cukup luas. Secara garis besarnya spiritualitas merupakan
kehidupan rohaniah dan perwujudanya dalam cara berfikir, merasa, berdoa, dan
berkarya. William Irwin Thamson, menyatakan bahwa spiritualitas bukan agama,
namun demikian ia tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai keagamaan (Jalalluddin,
2012 : 331).

Kesejahteraan spiritual merupakan individu yang dalam kondisi makmur dari


segala aspek, baik rohani, mental, keagamaan dll. Dimensi kesejahteraan spiritual
personal, communal, environmemtal, dan transcedental merupakan kunci bagi
setiap individu dalam pencarian makna dan tujuan hidup, sebab setiap domain
memiliki keterikatan satu dengan yang lain. Keharmonisan empat domain
tersebut akan memberikan individu kebahagiaan dan keselaran hidup.

Individu dikatakan sudah dalam keadaan sejahtera secara spiritual apabila


mencakup ke empat domain tersebut. Karena Keempat domain yang telah
dijelaskan di atas adalah hal yang sangat penting, domain-domain tersebut
merupakan komponen yang membangun kesejahteraan spiritual secara total dan
utuh. ketika individu hanya memiliki domain Transenden dan Personal maka
individu dikatakan mengalami spiritual dis-ease (penyakit spiritual) karena
terisolasi dari masyarakat dan meniadakan domain communal serta
environmental (Sriwiyanti, 2015 : 4).
F. Tekanan spiritual

Tekanan spiritual didefinisikan sebagai 'gangguan dalamprinsip hidup


yang meliputi seluruh keberadaan seseorang dan yang berintegrasi dan
melampaui sifat biopsikososial '(Gordon). Seiring waktu ini definisi telah
dimodifikasi dan sekarang lebih mencerminkan kesamaan definisi spiritualitas,
baru-baru ini didefinisikan sebagai 'Gangguan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui terhubung dengan diri
sendiri, orang lain, seni, musik, sastra, alam, dan / atau kekuatan yang lebih
besar dari diri sendiri '(Carpenit).

Tekanan spiritual dapat dimanifestasikan dalam berbagai cara, misalnya,


ketidakmampuan untuk menemukan makna dan tujuan hidup yang mengarah
kedepresi dan kecemasan. Puchalski berpendapat bahwa orang menemukan
makna dan tujuan sepanjang hidup mereka melalui pekerjaan, hubungan, prestasi
dan kesuksesan finansial, yang semuanya mungkin bersifat sementara. Dia
mengusulkan bahwa 'tantangan bagi semua orang adalah menemukan makna dan
tujuan bahkan di tengah-tengah pekerjaan yang gagal, hubungan, prestasi dan
kesuksesan tanpa kendali '(Puchalski)

G. Penilaian spiritual

Tinjauan literatur mengungkapkan bahwa istilah 'penilaian spiritual' telah


digunakan dalam berbagai cara. Menurut Puchalski mencakup tiga aspek, yaitu
'spiritual riwayat, penyaringan atau penilaian. Menurutnya, penapisan adalah
triase atau tekad cepat apakah seseorang mengalami serius krisis spiritual,
menunjukkan bahwa rujukan ke seorang pendeta harus segera mengikuti. Dia
berpendapat bahwa sejarah spiritual adalah proses wawancara a sabar dan
mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk memahami kebutuhan mereka dan
sumber daya. Tujuan dari sejarah spiritual adalah untuk memungkinkan penyedia
layanan kesehatan (istilahnya digunakan adalah 'dokter') untuk memasukkan
perawatan spiritual ke dalam pasien rencana perawatan keseluruhan. Informasi
yang diperoleh dari pengambilan riwayat memungkinkan dokter untuk
memahami bagaimana masalah spiritual dapat saling melengkapi atau
mempersulit perawatan keseluruhan pasien (Puchalski). Untuk mereka
memimpin sejarah spiritual, Puchalski menawarkan Alat Sejarah Spiritual FICA.
Aspek terakhir, penilaian spiritual, melibatkan lebih banyak proses
mendengarkan aktif yang mendalam dan berkelanjutan untuk kisah pasien yang
harus dilakukan oleh seorang penasihat spiritual profesional yang kemudian
merangkum kebutuhan pasien dan informasi ini kemudian harus
dikomunikasikan kepada tim perawatan.
Tabel Penilaian
BAB III
PEMBAHASAN

A. Abstrak
Judul : telah sesuai dan jelas dalam menggambarkan isi dari artikel
Abstrak : telah merangkum dan dapat mewakili isi keseluruhan artikel
Pendahuluan : paragraf satu dengan paragraf lain berhubungan dan tersusun
secara sistematis
Tujuan : tidak ada dipaparkan dalam artikel
Rumusan masalah : masalah yang dipaparkan sudah jelas dan masuk akal

B. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan


Perawat dapat berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan dengan
meggunakan penilaian spiritual sebagai acuan terapi paliatif untuk pasien lansia
dan juga dapat memberikan perawatan holistik bagi semua kelompok umur

C. Analisa Artikel
JUDUL Pentingnya penilaian spiritual saat merawat
orang yang lebih tua

Tujuan a. mengeksplorasi konsep penilaian spiritualitas


dan spiritual, yang dimiliki banyak definisi
dalam literatur, dan juga memberikan contoh
alat penilaian dari teologi, keperawatan,
pekerjaan sosial dan kedokteran.
b. untuk memungkinkan penyedia layanan
kesehatan (istilahnya digunakan adalah
'dokter') untuk memasukkan perawatan
spiritual ke dalam pasien rencana perawata

Metode Metode kualutatif, sepuluh yang digunakan


pendekatan kualitatif, dan tiga menggunakan
metode campuran.

Latar Belakang Dimensi spiritual seseorang sekarang diterima


secara universal sebagai aspek penting dalam
perawatan kesehatan. Beberapa sarjana
berpendapat bahwa penelitian di daerah ini sudah
mapan dan dianggap 'arus utama' (Cohen et al.
2012 ). Namun, yang lain menyarankan itu masih
dalam masa pertumbuhan (Moberg 2008 ). Jelas
itu Penelitian di bidang kerohanian telah
berkembang sejak 1980 , seperti yang
ditunjukkan oleh seorang eksplorasi abstrak
menggunakan database PsycINFO dan AgeLine
dari 1944 sampai 2003 yang mengungkapkan
artikel pertama tentang spiritualitas diterbitkan
pada 1944 dan yang kedua 1980 di (Ribaudo dan
Takahashi 2008 ). Jumlah seluruhnya sejumlah
studi penelitian kemudian meningkat dari rata –
rata 14,9 pertahun selama 1980 hingga 209,5
pertahun pada awal tahun 2000 (Ribaudo dan
Takahashi 2008 ). Jumlah artikel yag diterbitkan
pada tahun 2006 hingga 2011 meningkat 25%
dibandingkan dengan periode enam tahun
sebelumnya, 2000-2005 (Koening 2013).
Penelitian sebulumnya telah mengidentifikasi
pentingnya kesejahteraan spiritual (Moberg
1979) dan dikenal “tekanan spiritual”. Karena
itu, sebuah area yang dulunya adalah domain
teologi dan sekarang sedang diatasi dibahas oleh
praktisi keperawatan, kedokteran dan kesehatan
mental, sebagai suatu area untuk penelitian dan
praktek (Brennan and Heiser 2012; Harrington
2012).

Metode Instrument yang digunakan untuk penilaian


spiritual ada 5 jenis :

a. Analog untuk melakukan riwayat keluarga.


Penilaian digunakan untuk mengklarifikasi
masalah agama dan / atau spiritualitas,
kemudian menyajikan dua pertanyaan untuk
memandu percakapan dan meminta untuk
membantu klien menceritakan kisah mereka.
b. Spiritual Lifemap , digambarkan sebagai
'alternatif diagram untuk sejarah spiritual
berbasis verbal' (Hodge). Ini digunakan untuk
membuat sketsa peristiwa kehidupan yang
signifikan di atas kertas yang
mengidentifikasi jalan yang ditempuh dan
untuk membantu merencanakan masa depan.
c. Genograms Spiritual yang menggambarkan
'aliran pola spiritual setidaknya tiga generasi
(Hodge : ), digunakan untuk menunjuk
dimana individu telah memainkan peran
spiritual utama.
d. Ecomaps spiritual adalah alat keempat yang
ditawarkan oleh Hodge, dan ini mirip dengan
genograms sebelumnya tetapi 'fokuslah pada
bagian cerita spiritual keluarga yang ada.
e. Ecograms Spiritual yang menggambarkan
hubungan antara fungsi masa lalu dan masa
kini; ini bergabung kekuatan penilaian
ekomaps spiritual.

Pembahasan Studi terbaru dari Cowlishaw et al(2014)


menetapkan bahwa spiritualitas adalah
komponen kesejahteraan di usia tua dan dulu
terkait dengan hasil psikologis positif. Mereka
menyimpulkan hal itu dampak menguntungkan
pada orang dewasa yang lebih tua, layanan
dukungan spiritual mungkin dibenarkan dan
harus tetap (Cowlishaw, 2014). Mengingat
keterkaitan antara kerohanian dan kesehatan,
keanekaragaman 'kerohanian' dan tempat mereka
dalam kebijakan pemerintah, Hodge ( 2015)
menyatakan itu semakin diakui bahwa penilaian
spiritual harus dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan sebagai bagian dari penyediaan
layanan mereka. Beberapa kebingungan Namun,
tetap dalam apa yang dimaksud dengan penilaian
spiritual, dan itu harus perlu dicatat bahwa istilah
'spiritual' dan 'agama' telah sering digunakan
secara bergantian, dan beberapa akan
berpendapat bahwa mereka tumpang tindih
(Hodge ;2005 Miller dan Thoresen 2003). Selain
itu, Hodge et al (2012) sorot itu banyak praktisi
gerontologis telah menerima sedikit pelatihan
dalam mengidentifikasi kebutuhan spiritual; alat
untuk membantu dengan penilaian kebutuhan
spiritual adalah oleh karena itu dijamin. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk
mengklarifikasi konsep-konsep ini, makalah ini
akan:

a. Membahas tumpang tindih antara istilah


'spiritualitas' dan 'agama';
b. Membahas konsep kesejahteraan spiritual,
tekanan spiritual, dan spiritual penilaian;
c. Menawarkan model konseptual yang dapat
digunakan untuk menilai individu spiritualitas

Kesimpulan Ada banyak literatur yang berkembang


menyoroti efek positif dari agama dan
spiritualitas pada kesehatan manusia. Kebijakan
pemerintah mengakui hubungan ini, seperti
halnya perawatan paliatif, terutama ketika
merawat orang dewasa yang lebih tua, dan
mengarahkan profesional kesehatan untuk
melakukan spiritual penilaian. Namun, literatur
profesional dari berbagai disiplin ilmu adalah
penuh dengan definisi verbal seputar bidang
spiritualitas yang mungkin mengarah
kebingungan ketika mempertimbangkan
penilaian spiritual. Makalah ini mengklarifikasi
sejumlah istilah yang disajikan dalam literatur
dan berpendapat tentang perlunya melakukan
penilaian spiritual. Dari berbagai disiplin ilmu
ditawarkan untuk membantu dalam tugas ini dan
penggunaannya alat akan membantu penyedia
layanan kesehatan dalam mandat mereka untuk
memberikan perawatan holistik untuk semua
kelompok umur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk


menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan.
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang
terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual
yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmah., 2010. Masalah Gizi Usia Lanjut: Upaya Penelitian & Pengembangan. dalam

Memanusiakan Lanjut Usia Penuaan Penduduk & Pembangunan di Indonesia .

Yogyakarta: SurveyMeter.

Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hawari, Dadang. 2002. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri Dan Psikologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice. (7th

ed). New Jersey: Prentice -Hall, Inc.

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai