Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

IGD (INSTALASI UNIT GAWAT DARURAT)

A. DEFINISI
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya
adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan multi disiplin ilmu Azrul (2015).

B. TUJUAN
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan
pertama bagi pasien yang dating dan menghindari berbagai resiko, seperti: kematian,
menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana lainnya yang langsung membutuhkan
tindakan. Beberapa tujuan lain dari pelayanan gawat darurat adalah :
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi dalam
maupun diluar rumahs akit
4. Suatu layanan UGD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi
pada masyarakat dengan problem medis akut

C. KEGIATAN IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (2013) dalam
Azrul (2015) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran
yang bersifat khas sering disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat yang
sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (live saving),
sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first
aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care).

2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan


pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan
pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif.
Pada dasarnya pelayanan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat,
yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap intensif.

3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.


Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan
informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua
pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis
darurat (emergency medical questions).

D. DISIPLIN PELAYANAN
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih
anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah :
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)
2. LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
1. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/
ancaman nyawa.
2. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi
stabil / tidak membahayakan nyawa )
3. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat,
tetapi tidak gawat
4. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan
penderita gawat.
5. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna


1. Biru
a) Henti jantung yang kritis
b) Henti nafas yang kritis
c) Trauma kepala yang kritis
d) Perdarahan yang kritis
2. Merah
a) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
b) Luka tusuk
c) Penurunan tekanan darah
d) Perdarahan pembuluh nadi
e) Problem kejiwaan
f) Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka
g) Diare dengan dehidrasi
h) Patah tulang
3. Kuning
a) Lecet luas
b) Diare non dehidrasi
c) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %
4. Hijau
a) Gegar otak ringan
b) Luka bakar derajat I

Gawat : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien


Darurat : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan
Saat tiba di IGD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu
anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita
yang kena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh
dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran
dan penanganan awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan
dipindahkan ke rumah sakit lain karena berbagai alasan atau dikeluarkan.
Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan
lebih sedikt

E. KRITERIA IGD
1. IGD harus buka 24 jam
2. IGD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang
memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu /
mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.
3. IGD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan
ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik
4. IGD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam
penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
5. IGD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat sekitarnya.
F. PRINSIP PENANGGULANGAN PASIEN GAWAT DARURAT
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah
satu sistem / organ seperti :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan (polsoning)
4. Degenerasi (kailure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolie)
Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). Sedangkan
kegagaln sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang
lebih lama. Drngan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecacatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan kerumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit
G. TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan
pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat. Triage
merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit
dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan
proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Dalam Triage tidak ada
standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistem METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.
Prioritas Nol (Hitam) :
a. Mati atau jelas cedera fatal.
b. Tidak mungkin diresusitasi.

Prioritas Pertama (Merah) :


a. Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
b. Gagal nafas, cedera torako-abdominal,
c. Cedera kepala / maksilo-fasial berat,
d. Shok atau perdarahan berat,
e. Luka bakar berat.

Prioritas Kedua (Kuning) :


Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
a. Cedera abdomen tanpa shok,
b. Cedera dada tanpa gangguan respirasi,
c. Fraktura mayor tanpa shok,
d. Cedera kepala / tulang belakang leher,
e. luka bakar ringan.

Prioritas Ketiga (Hijau) :


a. Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
b. cedera jaringan lunak,
c. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
d. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
e. gawat darurat psikologis.

H. TIPE TRIAGE
1. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat
daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara
umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki
tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan
yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang
serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.

2. Mass Casualty incident


Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat
bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan
kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis.
Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.

3. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif
sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan
berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi
memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada
identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup
lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan
identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa
muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya
ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level luka.
4. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan
aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang
paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek
buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.

5. Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya
kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi,
kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat
dibutuhkan oleh tenaga medis.
DAFTAR PUSTAKA

Randy, Candra. 2012. Konsep Triase. Available at Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar
Keperawatan
Azrul,K (2015). Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai