Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Aulia Adilla
NIM 1113048000007
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah adanya suatu kesalahan dari pelaku
usaha yang telah melakukan suatu tindakan perbuatan melawan hukum. Peneliti
disini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum atas tindakan perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha yang berkaitan dengan layanan paket
Internet.
Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah kerugian yang dialami konsumen
akibat kesalahan sitem pada jaringan PT Indosat yang telah melakukan tindakan
perbuatan melawan hukum pada layanan paket Internet dapat meminta ganti ruginya
sesuai dengan Pasal 19 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa, “Pelaku usaha bertanggungjawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”
Kemudian dalam Pasal 15 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi juga disebutkan bahwa,”Atas kesalahan dan atau kelalaian
penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang
dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara
telekomunikasi.”
Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Perbuatan Melawan Hukum,
dan Paket Internet.
Pembimbing I : Syafrudin Makmur, S.H., M.H.
Pembimbing II : Ahmad Bahtiar, M.Hum.
Sumber Rujukan dari tahun 1990 sampai 2016
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2. Drs. Asep Syariffudin Hidayat, S.H, M.H Ketua Program Studi ilmu Hukum dan
Drs. Abu Tamrin, S.H, M.Hum Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Syafrudin Makmur, S.H, M.H selaku Dosen Pembimbing I dan Ahmad Bahtiar,
M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
vii
C. Analisis Data Wawancara PT Indosat………………………….........46
D. Analisis Data Wawancara Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI)…………………………………………………………….....48
E. Analisis Data Wawancara Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
(BRTI).……………………………………………….........................48
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AKIBAT
KESALAHAN PELAKU USAHA PADA LAYANAN PAKET
INTERNET PT INDOSAT………………………………………........53
A. Pertanggungjawaban PT Indosat………………………………….....54
B. Upaya Hukum yang dapat dilakukan oleh Konsumen……………....65
BAB V PENUTUP…………………………………………………………........72
A. Kesimpulan………………………………………………………......72
B. Saran…………………………………………………………......…..73
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….......74
LAMPIRAN……………………………………………………………………......77
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1.
2
Dayu Padmara, Hukum Persaingan Usaha Perangkat Telekomunikasi Dan Pemberlakuan
Persetujuan ACFTA, (Bandung: PT. Alumni, 2013), h. 59,
1
2
dan telah memasuki berbagai sektor kehidupan baik sektor pemerintahan, sektor
bisnis, perbankan, pendidikan, kesehatan, dan kehidupan pribadi.3
Berdasar pada kebutuhan masyarakat untuk dapat berinteraksi dengan
cepat dan mudah, berbagai macam teknologi komunikasi pun dikembangkan
maka kemudian telepon seluler pun menjadi alat komunikasi yang seringkali
dipergunakan untuk melakukan interaksi secara tidak langsung. Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan telepon selular menjadi semakin pesat karena
inovasi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang juga semakin
berkembang, komunikasi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan lebih
cepat dan stabil karena telepon seluler pintar di masa sekarang dapat terhubung
dengan internet, yang menjamin konsumen dapat berinteraksi dengan lebih
mudah serta nyaman karena terhubung dengan internet.
Telepon selular pintar dianggap lebih mudah dan simple karena selain
untuk bertelepon, juga dapat melakukan komunikasi dengan cara lain seperti
SMS, Blackberry Messenger, LINE, Whatsapp, serta aplikasi media sosial lainnya
yang membuat hubungan antar manusia menjadi semakin mudah dalam
berkomunikasi.
Jaringan provider selular di Indonesia memiliki peran serta pengaruh yang
besar dalam hal komunikasi melalui cara- cara tersebut. Terlebih, sekarang
banyak penyedia provider selular yang menawarkan produk berupa barang atau
jasa yang ditawarkan pelaku usaha di bidang telekomunikasi. Sehingga konsumen
dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki.
Permintaan konsumen atas komunikasi melalui internet yang kian
meningkat, juga ketatnya persaingan usaha antar perusahaan telekomunikasi
menjadi faktor- faktor yang cukup berperan dalam inovasi para pelaku usaha jasa
telekomunikasi agar usahanya dapat bertahan dan terus meraup keuntungan.
Konsumen menjadi objek aktivitas untuk meraup keuntungan sebesar- besarnya
3
Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), h. 39.
3
oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan serta penetapan perjanjian
standar yang merugikan.
Faktor utamanya adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih
rendah. Terlebih ketika para pelaku usaha jasa telekomunikasi mengunakan
prinsip ekonomi, yakni bagaimana mendapatkan keuntungan semaksimal
mungkin dengan modal yang seminimal mungkin. Prinsip ekonomi ini sangat
potensial merugikan kepentingan konsumen baik secara langsung maupun tidak
langsung.4
Segala hal yang berkaitan dengan konsumen pada sektor telekomunikasi
menjadi menarik untuk diperbincangkan karena perilaku konsumen terutama di
bidang layanan jasa internet yang disediakan oleh berbagai provider selular di
Indonesia semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih.
Perlindungan konsumen yang merupakan payung bagi konsumen sehingga
mendapatkan keadilan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Hal ini
dikarenakan banyaknya masalah yang timbul antara pelaku usaha dan produsen
dengan konsumennya. Fenomena ini sering terjadi di tengah- tengah masyarakat,
dimana kedudukan konsumen dirasa masih sangat lemah dihadapan para pelaku
usaha.
Berdasarkan review peneliti pada beberapa kasus yang disorot oleh media
sosial, baik media cetak maupun internet. Telah banyak terjadi kasus diantara
konsumen provider selular berkaitan dengan jasa layanan internet. Masalah yang
sering terjadi diantara pelanggan atau konsumen dengan pelaku usaha adalah
seringnya terjadi ketidak sesuaian antara layanan internet yang dipromosikan
dengan apa yang didapatkan oleh pelanggan. Kemudian, tidak ada upaya jalan
keluar yang menjamin rasa nyaman dan aman yang merupakan hak konsumen
yang dikeluarkan oleh pihak provider selular.
4
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, (Malang: UMM Press, 2005), h. 199
4
Dampak dari adanya ketidak jelasan statement dari pelaku usaha membuat
kerugian konsumen secara materil dan immateril. Dalam ketentuan umum
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 pasal 1 butir 2 dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan “konsumen adalah setiap orang pemakai barang/ jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”5
Keseluruhan upaya dalam melindungi konsumen pada dasarnya
bersumber dari intisari perlindungan konsumen, yaitu pertama untuk
meningkatkan harkat dan martabat konsumen, yaitu: meningkatkan harkat dan
martabat konsumen dengan menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian,
kemampuan, dan kemandirian dalam melindungi dirinya. Kedua, menumbuh
kembangkan sikap jujur dan tanggung jawab dari pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya. Ketiga, meningkatkan kualitas barang atau jasa untuk
menjamin kesejahteraan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Perangkat hukum yang melindungi konsumen tidak bermaksud untuk
mematikan pelaku usaha, tetapi justru menumbuh kebangkan iklim usaha yang
sehat sehingga dapat mendorong lahirnya perusahaan- perusahaan yang bergerak
dalam jasa telekomunikasi agar lebih dapat menetapkan standar mutu pelayanan
yang lebih baik. Mengingat bahwa kemajuan- kemajuan pesat yang dicapai di
bidang teknologi telekomunikasi saat ini dan di masa mendatang perlu disertai
dengan peningkatan Sumber Daya Manusia yang selain menguasai aspek- aspek
teknis dalam komunikasi, juga memahami pengaturan hukumnya, maka
penyebarluasan informasi mengenai bidang hukum telekomunikasi juga sangat
diperlukan bukan saja oleh kalangan hukum tetapi juga kalangan masyarakat yang
tidak memiliki latar belakang hukum.6
5
Wahyu Utami dan Yogabakti Adipradana, Pengantar Hukum Bisnis dalam Perspektif Teori
dan Praktiknya di Indonesia, (Jakarta: Jalapermata Aksara, 2017), h. 123
6
Bambang Iriana Djajaatmadja, Hukum Telekomunikasi dan Peranannya dalam Pembangunan
Nasional, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1997), h. 8
5
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan mengenai permasalahan kerugian
konsumen di dunia telekomunikasi, maka dalam penelitian ini peneliti
membatasi hanya membahas perlindungan konsumen dalam jasa layanan
Internet PT Indosat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang
telah peneliti uraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian
skripsi ini adalah:
a. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pihak PT Indosat terhadap
konsumen yang dirugikan akibat kesalahan pelaku usaha pada layanan
paket Internet PT Indosat yang telah melakukan perbuatan melawan
hukum?
b. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh konsumen yang dirugikan
atas perbuatan melawan hukum akibat kesalahan pelaku usaha pada
layanan paket Internet yang dilakukan oleh PT Indosat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban pihak PT Indosat terhadap
konsumen dari kesalahan pelaku usaha pada layanan paket Internet PT
Indosat yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.
b. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen
yang dirugikan akibat kesalahan sistem pada jaringan jasa layanan paket
Internet PT Indosat.
2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
7
a. Manfaat Akademis
Secara akademis diharapkan penelitian ini mampu menambah
pengetahuan dan wawasan dibidang pengetahuan mengenai hukum
perlindungan konsumen terutama berkaitan dengan kesalahan pelaku
usaha pada layanan paket Internet yang banyak merugikan konsumen.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi para konsumen
dalam melakukan upaya hukum untuk memperoleh haknya berkaitan
dengan kerugian yang dilakukan oleh penyedia jasa layanan Internet. Serta
dapat menginspirasi para masyarakat dan mahasiswa.
D. Kajian (Review) Studi Terdahulu
Pada penelitian ini, peneliti akan membahas skripsi yang berjudul
“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Kesalahan Sistem Pada Jaringan
Jasa Layanan Paket Internet PT. Indosat. Ditinjau dari Undang-Undang No.8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”. Ada dua penelitian yang
berkaitan dengan kasus ini. Diantaranya adalah:
1. “Perlindungan Konsumen dan Pencegahan Monopoli Bisnis SMS (Kasus
Kartelisasi Bisnis SMS)” oleh Ridwan Ady Pastya, mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi ini
mengkaji tentang penerapan Undang- undang Perlindungan Konsumen
Nomor 8 Tahun 1999 terhadap kasus kartelisasi bisnis sms yang dilakukan
oleh sejumlah operator belum berjalan sesuai harapan, disebabkan bahwa
pelaku usaha yang melakukan tindakan kartelisasi bisnis sms belum
membayar ganti kerugian kepada konsumen yang dirugikan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam judul skripsi ini. Peneliti
mengkaji mengenai perlindungan hukum bagi konsumen yang menggunakan
jasa layanan paket internet.
2. “Perlindungan Hukum bagi Pemakai Layanan Operator Selular Telkomsel
Cabang Padang” oleh Fadli Zaini Dalimunthe, mahasiswa Fakultas Hukum
8
jasa layanan paket internet yang merupakan salah satu bagian dalam
pertelekomunikasian di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis- normatif dan
yuridis- empiris. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum
kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data primer. 7 Dimana yang dikaji
adalah aturan-aturan yang tertulis dalam undang-undang, norma, ataupun
kaidah lainnya. Sedangkan penelitian yuridis- empiris adalah penelitian
hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
kenyataan di masyarakat. 8 Dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang
dilakukan terhadap keadaan sebenarnhya aau keadaan nyata yang terjadi di
masyarakat dengan maksud utuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan
data yang dibutuhkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian
menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada
penyelesaian masalah.9
2. Pendekatan Masalah
Berkaitan dengan tipe penelitian yang menggunakan metode penelitian
desktitif analisis, yaitu menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan
menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum.
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan
7
Widya Nukilan, Metode Penelitian Hukum, Cet.I (Jakarta: Tim Pengajar, 2005), h. 9.
8
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 15.
9
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, h. 16.
10
Induktif, yaitu cara berpikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang
didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.10
a. Sumber Data
Bahan hukum dan sumber penelitian dalam penelitian ini ada tiga jenis,
yaitu:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
mempunyai kekuasaan hukum mengikat. Bahan dalam penelitian ini
yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah Undang- undang
Dasar 1945, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Undang- undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang diperoleh peneliti
dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang merupakan hasil
penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam
bentuk buku-buku dan dokumentasi yang biasanya disediakan di
perpustakaan atau milik pribadi peneliti. 11 Data sekunder antara lain
mencakup dokumen resmi, buku-buku terkait, jurnal hukum, artikel
dan seterusnya.
3) Bahan non-hukum
Bahan non-hukum merupakan bahan yang memberikan
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.III (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1986), h. 112.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat
Cet.3. (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 1.
11
12
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2006), h. 393.
12
BAB I Pendahuluan
Diuraikan tentang latar belakang masalah, kemudian dilanjutkan
dengan Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Kajian (Review) Studi Terdahulu, Metode penelitian, dan
Sistematika Penelitian.
BAB II Tinjauan Teoritis Mengenai Hukum Perlindungan Konsumen,
Telekomunikasi dan Perbuatan Melawan Hukum.
Bab ini membahas Teori Perlindungan Hukum, Pengertian dan Sejarah
Perlindungan Konsumen di Indonesia, Asas dan Tujuan Perlindungan
Konsumen, Hak dan Kewajiban Konsumen, Hak dan Kewajiban
Pelaku Usaha, dan Sanksi- Sanksi.
BAB III Gambaran Umum Pihak Terkait (Pelaku Usaha, Konsumen, Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dan Pemerintah)
Bab ini berisikan Profil PT Indosat, analisis data kuesioner pengguna
kartu perdana Indosat Ooredoo, analisis hasil wawancara PT Indosat,
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
BAB IV Merupakan bab inti
Bab ini memuat analisis data kuesioner dan data wawancara yang akan
menjawab perumusan masalah, seperti bentuk pertanggungjawaban
dari pihak PT Indosat terhadap konsumen pengguna produk paket
internet yang dirugikan dan bagaimana upaya hukum yanga bisa
dilakukan oleh konsumen yang dirugikan.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian skripsi ini, untuk itu
peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan
usulan-usulan mengenai permasalahan yang telah di bahas dalam
penelitian penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PERLINDUNGAN KONSUMEN,
PENYELENGGARA TELEKOMUNIKASI, DAN TINDAKAN PERBUATAN
MELAWAN HUKUM
A. Landasan Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Terkait dengan teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang
menjelaskan bahasan ini, antara lain yaitu Fitzgerald, Satjipto Raharjo,
Phillipus M Hanjon dan Lily Rasyidi.
Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond
bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai
kepentingan dalam masyrakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan,
perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara
membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah
mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas
tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan
dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan
hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang
diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupkan kesepakatan
masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota
masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap
mewakili kepentingan masyarakat.1
Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua
1
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53
13
14
2
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, h. 69.
3
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, h. 54.
4
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja
Rusdakarya, 1993), h. 118
5
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h. 61.
15
mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat
disalahkan diluar hal-hal yang dperjanjikan. Dengan demikian konsumen
dapat menggugat berdasarkan wanprestasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan
dalam pasal 1340 BW yang menyatakan tentang ruang lingkup berlakunya
perjanjian hanyalah antara pihak-pihak yang membuat perjanjian saja.
B. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer (Inggris-
Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Konsumen pada umumnya
diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka
oleh pengusaha, yaitu setiap orang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak
untuk diperdagangkan atau diperjual belikan lagi.6
Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dikemukakan bahwa “Konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dana atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan”.
Batasan mengenai konsumen menurut AZ Nasution adalah setiap orang
yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang dan atau jasa untuk
semua kegunaan tertentu. Sedangkan Hondius menyimpulkan pengertian
konsumen adalah pemakai atau pengguna produksi terakhir dari benda dan
jasa.7
Dari rumusan ini Hondius ingin mengemukakan bahwa ada konsumen
akhir dan konsumen bukan pemakai terakhir. Artinya ada konsumen yang
membeli barang dan atau jasa itu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
6
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2010) h. 17.
7
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, h.3.
17
8
AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media
2006), h. 13.
18
hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain yang mempunyai keterkaitan
dan ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah.9
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen”.
Pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang- Undang Perlindungan Konsumen tersebut cukup memadai. Kalimat
yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”,
diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang- wenangan
yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan
konsumen. 10
Tujuan yang ingin dicapai dalam perlindungan konsumen umumnya
dapat dibagai dalam tiga bagian utama, yaitu:
a. Memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang dan atau
jasa kebutuhannya, dan menuntut hak-haknya.
b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-unsur
kepastian hukum, keterbukaan informasi, dan akses untuk mendapatkan
informasi itu.
c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai perlnsungan konsumen
sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab.11
Pada hakikatnya perlindungan konsumen menyiratkan keterpihakan
kepada kepentingan-kepentingan (hukum) konsumen, adapun kepentingan
9
Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju,2000), h. 7.
10
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali pers,
2010), h. 1.
11
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008) h. 9.
19
12
N.H.T. Siahaan. Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produsen, (Jakarta: Pantai Rei, 2005), h. 92-93.
13
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialpridence)
Termasuk Interpretasi Undang- Undang (Legalprudence), (Jakarta: Kencana, 2009), h. 178.
20
14
Abdullah Marlang, Irwansyah dan Kaisaruddin Kamaruddin, Pengantar Hukum Indonesia,
(Makassar: A.S Center, 2009), h. 35
21
15
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 39.
16
Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
Perkembangan Pemikiran, (Bandung: Nusa Media, 2008) h.23.
23
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa
yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatakan advokasi perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan atau penggantian,
apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan prundang- undangan
lainnya.
Kebutuhan hidup setiap orang selalu bertambah, hal tersebut untuk
menunjang kelangsungan hidupnya. Namun, kedudukan konsumen cenderung
berada pada posisi yang lemah, dibandingkan dengan kedudukan pelaku usaha.
Apabila konsumen benar-benar akan dilindungi, maka hak-hak konsumen yang
disebutkan di atas harus dipenuhi, baik oleh pemerintah maupun oleh pelaku
usaha, karena pemenuhan hak-hak konsumen tersebut akan melindungi
kerugian konsumen berbagai aspek.
Selain memperoleh hak-hak tersebut, sebagai balance, konsumen juga
memiliki kewajiban, yaitu:17
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa;
17
Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
Perkembangan Pemikiran, h.24.
24
dari hak konsumen yang telah disebutkan pada uraian terdahulu, maka kepada
pelaku usaha juga dibebankan pula mengenai kewajiban pelaku usaha yaitu
sebagai berikut:
a) Beritikad baik dalam melakukan usahanya;
b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau yang
diperdagangkan;
e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau mencoba
barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas
barang yang dibuat dan atau diperdagangkan;
f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang
diperdagangkan;
g) Memberi kompensasi, ganti rugi dana atau penggantian apabila barang dan
atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen tampak bahwa itikad
baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam
melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban
pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak baru dirancang atau diproduksi
sampai pada tahap purna penjualan, sebaiknya konsumen hanya diwajibkan
beritikad baik dalam transaksi pembelian barang dan atau jasa. Hal ini tentu
saja disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen
dimulai sejak barang dirancang atau diproduksi oleh produsen (pelaku usaha),
26
18
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungam Konsumen, (Jakarta: Rajawali Pers,
2004), h. 54.
19
Asril Sitompul, Hukum Telekomunikasi Indonesia, (Bandung: Books Terrace & Library,
2005), h. 18.
27
2) Penyelenggara Telekomunikasi
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan telekomunikasi dikenal dengan
istilah penyelenggara telekomunikasi. Penyelenggara telekomunikasi dapat
merupakan perseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha
milik negara, badan usaha swasta, instansi pemerinth, dan instansi pertahanan
keamanan negara. Penyelenggara telekomunikasi dapat melakukan kegiatan
penyelenggaraan telekomunikasi berupa jasa telekomunikasi
20
Asril Sitompul, Hukum Telekomunikasi Indonesia, h. 19.
28
21
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 48.
22
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 48.
23
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 48-49.
29
24
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 49-50.
25
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 45.
30
26
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 67.
27
Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi
& Konvergensi, h. 68.
31
28
Munir Fuady I, Perbandingan Hukum Perdata, (Bandung: Citra Aditya Bakti 2005), h. 80.
29
Munir Fuady I, Perbandingan Hukum Perdata, h. 81.
32
hukum mulai diakui sebagai suatu bidang hukum tersendiri hingga akhirnya
dalam sistem hukum Anglo Saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri dari
tiga bagian:30
a. Perbuatan dengan unsur kesengajaan (dengan unsur kesalahan)
b. Perbuatan kelalaian (dengan unsur kesalahan)
c. Perbuatan tanpa kesalahan (tanggung jawab mutlak).
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan
perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang
dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian
bagi orang lain. Ilmu hukum mengenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan
hukum, yaitu:31
a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan
maupun kelalaian)
c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.
Dengan demikian tiap perbuatan melanggar, baik sengaja maupun tidak
sengaja yang sifatnya melanggar. Berarti unsur kesengajaan dan kelalaian di
sini telah terpenuhi. Kemudian yang dimaksud dengan hukum dalam Pasal
tersebut di atas adalah segala ketentuan dan peraturan-peraturan atau kaedah-
kaedah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan segala sesuatu yang
dianggap sebagai hukum.
2. Unsur- Unsur Perbuatan Melawan Hukum
Unsur-unsur yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikatakan telah
melakukan perbuatan melawan hukum ialah:32
30
Munir Fuady I, Perbandingan Hukum Perdata, h. 3.
31
Munir Fuady II, Perbandingan Hukum Perdata, h. 3.
32
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), h. 24.
33
33
R. Suryatin, Hukum Perikatan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2001), h.82.
34
R. Suryatin, Hukum Perikatan, h.83.
34
35
R. Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, (Bandung: Sumur, 2003), h.72.
36
Abdulkadir Muhammad., Hukum Perikatan, (Bandung: Alumni, 2002), h. 148.
35
37
Abdulkadir Muhammad., Hukum Perikatan, h. 147.
36
38
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 274.
37
39
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, h. 275.
BAB III
GAMBARAN UMUM PIHAK TERKAIT
(KONSUMEN, PELAKU USAHA, LEMBAGA PERLINDUNGAN
KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH)
A. Profil Perusahaan
PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) adalah penyelenggara jasa
telekomunikasi dan informasi terdepan di Indonesia serta anggota Grup Ooredoo,
penyelenggara jasa telekomunikasi global. Indosat Ooredoo menyediakan layanan
selular, data tetap dan layanan broadband nirkabel serta layanan telekomunikasi
tetap atau layanan suara tetap termasuk SLI, sambungan tetap nirkabel serta
sambungan telelpon tetap, dan layanan digital.1
PT Indosat (Ooredoo) memiliki anak-anak perusahaan, yakni: PT Indosat
Mega Media (IM2) dan PT Aplikanusa Lintasarta. Indosat Ooredoo menyediakan
layanan data tetap atau Multimedia, Internet dan komunikasi data (MIDI) seperti
IPVPN, penyewa jalur, layanan Internet dan layanan teknologi informasi segmen
korporat.
Selain itu, PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) menyediakan rangkaian
komprehensif produk-produk layanan data dan suara mobile berkualitas tinggi,
termasuk layanan pita lebar nirkabel (wireless broadband) pada GSM 900, DCS
1800, jasa seluler 3G dan 4G-LTE. Merek ritel seluler PT Indosat yang utama
adalah IM3 Ooredoo, yang terdiri dari versi pascabayar dan prabayar, dirancang
untuk memberi kebebasan kepada pelanggan dalam menggunakan internet
melalui jaringan 4G tercepat yang PT Indosat miliki. Versi prabayar IM3
Ooredoo memiliki paket “all-in one” terbaik dengan keuntungan kuota internet
yang besar dan fitur Stream On untuk streaming musik dan film tanpa kuota,
1
Laporan Tahunan 2016 Indosat Ooredoo, Profil Perusahaan, diakses di
https://assets.indosatooredoo.com/Assets/Upload/PDF/Laporan%20Tahunan/Eng/AR%20Indosat%202
016.pdf, pada tanggal 5 September 2017.
38
39
sedangkan versi pascabayar memiliki paket yang lebih baik dan memadai untuk
para anggota keluarga.2
Pada akhir tahun 2016, pelanggan seluler IM3 Ooredoo menikmati
pengalaman keunggulan data di 112 kota besar dengan layanan 4G-LTE super
cepat, yang menawarkan kecepatan mengunduh hingga 185 Mbps dan kecepatan
mengunggah hingga 41 Mbps. Para pelanggan juga menikmati akses untuk
streaming konten video dan musik, jasa e-money dan e-payment, serta jasa mobile
lainnya seperti Dompetku dan Pay-Up.
1. Sejarah PT Indosat (Indosat Ooredoo)3
PT Indosat Tbk di dirikan di Indonesia pada tanggal 10 November
1967 sebagai perusahaan penanaman modal asing yang menyediakan layanan
telekomunikasi Internasional di Indonesia dan menjadi perusahaan publik yan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek New York.
Pemerintah Indonesia melakukan divestasi 517,5 juta saham, mewakili
sekitar 50,0% dari saham Seri B pada saat itu, dalam dua tahap. Pada bulan
Mei 2002, Pemerintah menjual 8,1% dari saham kami yang beredar melalui
tender global yang dipercepat. Pada bulan Desember 2002, Pemerintah
melakukan divestasi 41,9% saham Seri B PT Indosat kepada mantan anak
perusahaan STT Communications Ltd (“STT”).
Sejak memasuki pasar selular Indonesia melalui pembelian Satelindo
dan pendirian PT Indosat Multimedia Mobile serta integrase perusahaan
tersebut ke dalam Perusahaan PT Indosat, pada tahun 2003 layanan selular
telah menjadi kontributor terbesar pendapatan usaha PT Indosat.
2
Laporan Tahunan 2016 Indosat Ooredoo, Profil Perusahaan, diakses di
https://assets.indosatooredoo.com/Assets/Upload/PDF/Laporan%20Tahunan/Eng/AR%20Indosat%202
016.pdf, pada 5 September 2017.
3
Indosat Ooredoo, Sejarah, diakses di https://indosatooredoo.com/id/about-indosat/company-
profile/history, pada 5 September 2017.
40
c. Nilai-nilai
a) Terpercaya, berfikir positif, konsisten dalam perkataan dan perbuatan
yang terpuji serta serta dapat diandalkan.
b) Tekad menjadi yang terbaik, Semangat mencapai keungulan dengan
melakukan perbaikan dan peyempurnaan berkesinambungan.
c) Cepat, sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan,
bertindak dan beradaptasi.
d) Berjiwa muda, enerjik, dinamis, dan berani menjadi penggerak
perubahan.
e) Peduli, menunjukkan perhatian, menghargai, serta melayani sepenuh
hati.
3. Aktivasi Paket Internet Freedom Combo Indosat Ooredoo
Sebelum melakukan aktivasi paket Internet secara manual, pastikan
terlebih dahulu bahwa Mobile Data telah di nonaktifkan. Hal tersebut berguna
untuk menghindari pulsa yang tersedot karena penggunaan internet tanpa
memasang paket Internet. Penggunaan internet tanpa memasang paket terlebih
dahulu akan mengurangi pulsa konsumen karenatarif yang dihitung
menggunakan pulsa utama per-kilobyte.
Berikut adalah tata cara untuk melakukan aktivasi paket Internet
Freedom Combo Prabayar yang ditawarkan oleh PT. Indosat:
1. Tekan *123#, untuk masuk ke menu utama;
2. Kemudian pilih menu “2. Freedom Combo”, untuk mendapatkan
informasi terkait dengan paket Freedom Combo;
3. Kemudian terdapat menu beragam paket dengan kuota yang berbeda.
Contoh: Tekan “1. M2GB+3GB(4G) PROMO 55rb;
4. Kemudian konsumen akan mendapatkan keterangan detil mengenai
jumlah kuota dari paket yang hendak dibeli. Jika konsumen
menyetujuinya maka tekan “1. OK”;
42
30
25
20
15
10
36
4 1
22%
Pernah
Tidak Pernah
78%
Diam Saja
20%
Mengambil
tindakan Melakukan
hukum 0% pengaduan ke
Customer
Service Indosat
ooredoo 72%
4
Customer Service adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk
memberikan kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang secara memuaskan.
46
5
Wawancara dengan Adrian Prasanto, 25 Juli 2017.
47
6
Bug adalah suatu kesalahan atau cacat pada sebuah software atau hardware yang
menyebabkan software atau hardware tersebut tidak jalan sebagaimana mestinya.
7
Profisioning adalah istilah teknis yang menunjukkan proses penyediaan suatu layanan.
8
Quality Assurance adalah memastikan semua standar kualitas dipenuhi oleh setiap
komponen dari produk atau layanan yang disediakan oleh perusahaan untuk memberikan jaminan
kualitas sesuai standar yang diberikan oleh perusahaan.
9
API (Application Protocol Information) adalah sebuah teknologi untuk memfasilitasi
pertukaran informasi atau data antara dua atau lebih aplikasi perangkat lunak.
48
10
Wawancara dengan Abdul Baasith, 16 Juni 2017.
49
11
Wawancara dengan I Ketut Prihadi Kresna, 26 September 2017.
51
dengan kurun waktu tiga kali surat peringatan, permasalahan tersebut masih
timbul dan BRTI menerima keluhan serupa dari konsumen lainnya, BRTI
sebagai badan regulator dapat menjatuhkan sanksi yang beliau nilai cukup
efektif berupa pencabutan izin kepada perusahaan penyedia jasa layanan
internet yang bersangkutan. Namun, beliau berpendapat bahwa sanksi tersebut
dinilai juga dapat mencederai kepentingan konsumen secara luas karena dapat
merugikan ratusan juta pengguna jasa layanan internet yang ditawarkan
perusahaan penyedia tersebut.
Sebelum adanya sanksi berupa pencabutan izin dari pihak BRTI, BRTI
memberlakukan pengenaan denda kepada pelaku usaha di bidang
telekomunikasi sebagai sanksi atas ketidakpatuhannya dalam melayani
konsumen. Namun, permberlakuan sanksi ini dicabut oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pencabutan peraturan tersebut dikarenakan
peraturan tersebut tidak memiliki aturan induk yang mengizinkan regulator
mengenakan denda, hal ini disebabkan tidak ada pemberlakuan denda pada
Undang- Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Namun kini
BRTI kembali mengupayakan adanya pemberlakuan sanksi berupa pengenaan
denda tersebut.
“Kami coba mau masuk lagi, mau masukkan itu, Karena
memang secara logika nggak mungkin kalau kami menerapkan
pencabutan izin. Nah, yang paling make sense (masuk akal)
sebetulnya denda, kalau mengenai sanksi.” Ujar bapak ketut.
Di kesempatan yang sama beliau berpendapat bahwa selain
pencabutan izin dan denda. BRTI sebagai badan regulator di bidang
telekomunikasi dapat mengumumkan kepada masyarakat terkait dengan
permasalahan yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi sebagai penyedia
jasa layanan internet. Pengumuman ini dapat berdampak pada buruknya
portofolio saham perusahaan yang bersangkutan. Sanksi ini diharapkan juga
dapat memberikan efek jera kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar
52
Di era digital seperti sekarang ini, permintaan akan Jasa Layanan Internet
semakin meningkat dan menjadi kebutuhan primer di hampir seluruh lapisan
masyarakat di Indonesia. PT Indosat Ooredoo hadir menawarkan layanannya dan
menambah variasi dan pilihan layanan dan bersaing dengan competitor dengan koridor
bisnis serupa, guna memuaskan permintaan konsumen terhadap Jasa Layanan
Telekomunikasi.
Kemajuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi yang kian pesat
membuat ruang gerak Perusahaan yang bergerak di bidang Penyedia Layanan
Telekomunikasi menjadi lebih leluasa. Teknologi digital tentu dapat membantu
kemajuan hidup banyak orang. Indosat Ooredoo membayangkan sebuah dunia digital
yang mudah diakses, terjangkau, dan dapat dinikmati semua orang.1
Indosat Ooredoo berkomitmen untuk membuat teknologi ini dapat diakses oleh
semua orang dan setiap bisnis, baik masyarakat yang berada di kota besar dan yang
tinggal di daerah-daerah di Indonesia. Indosat Ooredoo siap membantu setiap warga
Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dengan bergabung dalam dunia
digital yang luas.2
PT Indosat Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 10 November
1967 sesuai dengan Undang- Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967
berdasarkan akta notaris Mohamad Said Tadjoedin, S.H. Nomor 55. Akta pendirian ini
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26, Tambahan Nomor 24,
tanggal 29 Maret 1968. Pada tahun 1980, Perusahaan dijual oleh American Cable and
1
Indosat Ooredoo, Sambutan Interim CEO, https://indosatooredoo.com/id/about-
indosat/corporate-profile/sambutan-ceo, diakses pada 22 September 2017.
2
Indosat Ooredoo, Sambutan Interim CEO, https://indosatooredoo.com/id/about-
indosat/corporate-profile/sambutan-ceo, diakses pada 22 September 2017.
53
54
Radi Corporation, entitas anak dari International Telephone & Telegraph, kepada
Pemerintah Republik Indonesia dan menjadi Badan Usaha Milik Negara.3
Ooredoo QSC, Qatar (sebelumnya Qatar Telecom QSC) (“Ooredoo”) adalah
entitas induk utama dari Perusahaan dan entitas anaknya (secara kelompok selanjutnya
disebut “Grup”). Entitas induk langsung dari Perusahaan adalah Ooredoo Asia Pte.
Ltd., sebelumnya Qatar Telecom (Qtel Asia) Pte. Ltd., Singapura.
Berdasarkan Undang- Undang No. 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi dan
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1991, Perusahaan telah ditetapkan kembali
sebagai Badan Penyelenggara yang menyediakan jasa telekomunikasi internasional di
bawah otoritas Pemerintah.
Berkaitan dengan biaya interkoneksi. Pada tanggal 30 Januari 2014,
Menkominfo mengeluarkan surat Nomor 118/KOMINFO/DJPPI/PI.02.04/01/2014
sehubungan dengan implementasi biaya interkoneksi tahun 2014. Tarif interkoneksi
baru ini harus diimplementasikan oleh penyedia jaringan telekomunikasi pada tahun
2014 dan berlaku mulai dari satu bulan setelah tanggal ditandatanganinya surat tersebut
sampai dengan Desember 2016 dan akan dievaluasi setiap tahun oleh BRTI (badan
regulasi telekomunikasi Indonesia). Struktur utama tarif interkoneksi adalah originasi,
terminasi dan transit.
A. Pertanggungjawaban PT Indosat
Setiap pelaku usaha mempunyai kewajiban yang harus dijalankan berkaitan
dengan konsumen dari produk yang ditawarkan, produk tersebut dapat berupa
barang atau jasa.
Pertama-tama, peneliti ingin membahas mengenai kewajiban PT. Indosat
sebagai pelaku usaha dalam industri telekomunikasi kepada konsumennya.
Kewajiban pelaku usaha diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Tertuang pada Huruf F bahwa pelaku usaha
3
Laporan tahunan Indosat Ooredoo, Laporan Keuangan Konsolidasian,
https://assets.indosatooredoo.com/Assets/Upload/PDF/Laporan%20Tahunan/Eng/AR%20Indosat%202
016.pdf, diakses pada 22 September 2017.
55
4
First Half 2017 Results, diakses di
https://assets.indosatooredoo.com/Assets/Upload/PDF/Presentasi%20Perusahaan/Indosat%201H17.pdf
, pada 30 September 2017.
56
Hasil pada gambar 4.1 merupakan tabel jumlah konsumen jasa layanan
internet PT Indosat. Number of cellular customers merupakan jumlah konsumen
aktif yang dibagi berdasarkan kuartal di setiap tahunnya. Net cellular customers
additions adalah jumlah penambahan dari kuartal sebelumnya pada setiap
tahunnya. Peningkatan terbesar dalam setahun terakhir terjadi pada kuartal kedua
di tahun 2016 yaitu sebesar 10.7 juta. Pada kuartal tersebut jumlah konsumen jasa
layanan internet PT Indosat meningkat menjadi 80.5 juta pelanggan. Peningkatan
yang juga dinilai cukup signifikan terjadi pada kuartal pertama di tahun 2017 yaitu
sebesar 10 juta pengguna. Pada kuartal tersebut jumlah konsumen jasa layanan
internet meningkat tajam menjadi 95.6 juta pengguna. Namun, peningkatan jumlah
konsumen jasa layanan internet PT Indosat terkecil selama 1 tahun terakhir terjadi
di kuartal kedua tahun ini, yaitu hanya sebesar 700 ribu pelanggan. Berdasarkan
kuartal kedua yang dihitung dari bulan April-Juni 2017, total jumlah pelanggan jasa
layanan internet PT Indosat tercatat sebesar 96.4 juta pelanggan. Penjelasan dan
gambar tersebut, membantu peneliti untuk megetahui perkiraan jumlah konsumen
yang menyampaikan keluhannya kepada PT Indosat atas gangguan pada jasa
layanan internet.
Gambar 4.25
Pencapaian Standar Wajib Kualitas Pelayanan Jasa Internet Teleponi
Untuk Keperluan Publik
5
Indosat Ooredoo, Laporan Qos, di akses di https://indosatooredoo.com/id/about-indosat,
pada 30 September 2017.
57
6
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan hukum Bagi Konsumen di Indonesia, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 72.
7
Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang, (Ciputat: UIN FSH Press, 2016), h. 6.
60
Tabel 4.2 Data Kuesioner Respon Customer Service PT. Indosat Tbk
Menanggapi keluhan konsumen
Presentase
dan mengembalikan pulsa
Ya 70%
Tidak 22%
Lain-lain 8%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
8
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2014), hal. 346.
61
Tabel 4.3 Data Kuesioner Respon Customer Service PT. Indosat Tbk
PT Indosat dapat menanggulangi
dengan baik terkait kerugian Presentase
konsumen
Ya 66%
Tidak 34%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
“Belum, Karena tidak memberi solusi yang tepat dalam proses ganti
rugi atas hilangnya kuota yang saya beli. Diganti tapi prosesnya
sangat lama dengan alasan gangguan sistem. -Mahasiswa”
9
Pasal 19: (1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan. (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
63
10
Pasal 7 Huruf F: Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat
pengguna, pemakai dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
11
Atabik dan Ahmad, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1332
64
صلَّى
َ ِ سلَّ َم إِلَى النَّ ِبي َ صلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِ ض أ َ ْز َواجِ النَّبِي ْ َ أ َ ْهد: ع ْن أَن ٍَس قَا َل
ُ ت بَ ْع َ
ْ َ فَأ َ ْلق، صعَةَ بِيَ ِدهَا
ت َما ْ َشةُ ْالق
َ ِعائ
َ ت َ َ ف، صعَ ٍة
ْ ض َر َب َ سلَّ َم
ْ َطعَا ًما فِي ق َ علَ ْي ِه َو
َ هللا
ٍ َوإِنَا ٌء بِإِنَاء، طعَ ٍام َ : سلَّ َم
َ طعَا ٌم ِب َ صلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو ُّ فَقَا َل النَّ ِب، فِ ْي َها
َ ي
اس أ َ ْش َيا َء ُه ْم َو ََل ت َ ْعثَ ْوا ِ َو َيا قَ ْو ِم أ َ ْوفُوا ْال ِم ْك َيا َل َو ْال ِميزَ انَ ِب ْال ِقس
ُ ْط ۖ َو ََل تَ ْب َخ
َ َّسوا الن
َض ُم ْف ِسدِين ِ فِي ْاْل َ ْر
HR. at-Tirmidzi dalam Kitab al-Ahkâm, Bab Maa jaa-a fiiman yuksaru lahu as-Syai’u, No.
12
1359.
65
13
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT.Grasindo, 2000), h. 165.
66
14
Pasal 45 ayat (2): Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau
diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
15
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelsaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara
Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 99.
67
16
D.Y. Witanto, Hukum Acara Mediasi dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan
Umum Dan Peradilan Agama Menurut Perma No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, (Alfabet: Bandung. 2011), h. 87.
17
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelsaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara
Serta Kendala Implementasinya, h. 251.
68
b) Arbitrase
Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrasre
yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa, sudah sejak lama dikenal di
Indonesia. Bahkan telah dibentuk Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) sejak 30 November 1977, berdasarkan Surat Keputusan Kamar
Dagang dan Industri (KADIN) Nomor SKEP/152/DPH/1977.18
Penyelesaian sengketa melalui peradilan arbitrase ini dapat
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa, jika para pihak tersebut telah
mencantumkan klausul arbitrase dalam perjanjian yang menjadi pokok
sengketa atau mengadakan perjanjian arbitrase setelah timbulnya sengketa
di antara mereka.maka pengadilan negeri tidak berwenang untuk mengadili
sengketa para pihak.
Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini, karena
putusannya langsung final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengikat para pihak. Putusan Arbitrase ini memiliki kekuatan eksekutorial,
sehingga apabila pihak yang dikalahkan tidak memenuhi putusan secara
sukarela, maka pihak yang menang dapat meminta eksekusi ke pengadilan.
Adapun lembaga lainnya yang dapat dijadikan pilihan dalam
penyelesaian sengketa konsumen yang dirugikan, yaitu Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK).
Dalam pasal 1 ayat (11) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa, “Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen”.
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 1 ayat (11) Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen bahwa, “Badan ini dibentuk
18
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, h. 159.
69
19
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,
2006), h. 236-237.
20
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), h. 261-262.
70
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu dari hasil penelitian yang dilakukan,
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk pertanggungjawaban hukum yang PT Indosat (Indosat Ooredoo)
berikan kepada konsumen adalah memberikan ganti rugi berupa pengembalian
dalam bentuk pulsa paket Internet, prosedur pengembalian pulsa tersebut dapat
terlaksana apabila konsumen mengadukan keluhan kepada PT Indosat melalui
Customer Service agar keluhan konsumen tersebut dapat segera ditindaklanjuti.
Pada prosesnya dalam memberikan tanggungjawab kepada konsumen yang
dirugikan, PT Indosat terlebih dahulu mengecek dan menanyakan kepada yang
bertugas di bagian API (application programming interface), yakni sebuah
teknologi untuk memfasilitasi pertukaran informasi atau data antara dua atau
lebih aplikasi perangkat lunak, apakah benar ada masalah dengan paket data
Indosat Ooredoo atau tidak, jika benar terjadi masalah, maka PT Indosat selaku
pelaku usaha dan penyelenggara jasa telekomunikasi memberikan kompensasi
dan mengembalikan pulsa kepada pelanggan/ konsumen.
2. Apabila PT Indosat selaku pelaku usaha atau penyelenggara jasa telekomuniksi
tidak memberikan ganti rugi kepada konsumen yang dirugikan akibat kesalahan
sistem jaringan pada pengisian paket Internet, maka pengguna operator Indosat
Ooredoo selaku konsumen dapat menuntut haknya yang tidak terpenuhi itu
melalui lembaga yang bertugas, yakni jalur non litigasi atau di luar pengadilan.
Lembaga-lembaga yang dimaksud, yakni: Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) sebagai mediator dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang khususnya bertugas
menyelesaikan sengketa konsumen yang ada di kabupaten/ kota. Dalam
prosesnya, konsumen menyampaikan keluhannya kepada Yayasan Lembaga
72
73
Buku
Adi Nugroho, Susanti. Proses Penyelsaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari
Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya. Jakarta: Kencana, 2008.
Ali, Achmad. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialpridence) Termasuk Interpretasi Undang- Undang
(Legalprudence). Jakarta: Kencana, 2009.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer al-‘Asriy Arab-
Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996.
Budhijanto, Danrivanto. Hukum Telekomunikasi. Penyiaran & Teknologi
Informasi: Regulasi & Konvergensi. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Fuady, Munir. Perbandingan Hukum Perdata. Bandung: Citra Aditya Bakti, Cet.
II, 2002.
Makmur, Syafrudin. Hukum Kontrak Dagang. Ciputat: UIN FSH Press, 2016.
Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2000.
74
75
Nukilan, Widya. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Tim Pengajar, Cet. I, 2005.
Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
Rasjidi, Lili dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja
Rusdakarya, 1993.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 3, 1990.
Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2002.
Perundang-Undangan
Internet
77
78
a. Fungsi BRTI
a) Pengaturan, meliputi penyusunan dan penetapan ketentuan
penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yaitu:
1. Perizinan penyelenggaraan jaringan telekomuniksi dan
penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
2. Standar kinerja operasi;
3. Standar kualitas layanan;
4. Biaya interkoneksi;
5. Standar alat dan perangkat telekomunikasi.
b) Pengawasan, terhadap penyelenggaraan jasa telekomunikasi dan
penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yaitu:
1. Kinerja operasi;
2. Persaingan usaha;
3. Penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi.
c) Pengendalian, terhadap penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan
penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yaitu:
1. Penyelesaian perselisihan antar penyelenggara jaringan telekomunikasi
dan penyelenggara jasa telekomunikasi;
2. Penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi;
3. Penerapan standar kualitas layanan.
b. Wewenang BRTI
a) Fungsi Pengaturan
1. Menyusun dan menetapkan ketentuan tentang perizinan jaringan dan
jasa telekomunikasi yang dikompetisikan sesuai Kebijakan Menteri
Perhubungan.
2. Menyusun dan menetapkan ketentuan tentang standar kinerja operasi
penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi.
3. Menyusun dan menetapkan ketentuan tentang biaya interkoneksi.
80
36
9
4 1
8%
Ya
Tidak
92%
16%
26% Ya
Tidak
Kadang-kadang
58%
22%
Pernah
Tidak Pernah
78%
Diam Saja
20%
Melakukan
pengaduan ke
Customer Service
Mengambil Indosat ooredoo
tindakan hukum 72%
0%
20%
Ya
8% Tidak
Lain-Lain
72%
Jika Ya, apa tanggapan dari costumer service PT indosat atas keluhan
yang Anda laporkan?
1 Mereka akan mengecek data dan mengembalikan sistem selama 24
jam namun selama 24 jam melainkan melebihi batas waktu tersebut
data paket saya yang sebenarnya dikembalikan.
2
Mohon maaf atas ketidaknyamanan nya
30%
Ya
Tidak
70%
36% Ya
64% Tidak
koneksi internet saya masih tidak optimal dan tidak sesuai dengan
janji paket yang sudah saya beli.
30 Ya, betul sekali. terkadang kalo kita ada masalah dan telp ke operator
sistemnya tdk diselesainkan dengan cepat.
31 Seharusnya di zaman modern ini tidak ada lagi gangguan-gangguan
dalam menggunakan internet, dikarenakan internet sudah menjadi
kebutuhan. Jadi menurut saya belum terlindungi dengan baik
33 Harus menunggu
34 Jawaban template: kami sedang memperbaiki sistem, dll
Belum. Karena kerugian pulsa yang tersedot tidak pernah kembali
atau mendapat kompensasi dari indosat
35 Tidak hanya indosat ya. Semua operator telekomunikasi mengalami
hal yg sama. Masyarakat kecewa tetapi dia masih membutuhkan
layanan internet sehingga masalah yg sering muncul akibat gangguan
hanya akan sesaat timbul lalu pergi kemudian timbul berulang sampe
gonta-ganti operator wkwk
36 Belum, menunggu perbaikan memerlukan waktu yang menurut saya
lama.
37 Menurut saya belum baik secara maksimal, karena dari pihak Indosat
tidak cepat tanggap dan membiarkan konsumen menunggu dengan
jangka waktu yang lama dalam proses penyelesaiannya bahkan
berhari-hari sampai lewat dari 1 minggu dan akhirnya konsumen
sudah kehabisan waktu dan uang karna kesalahan sistem tersebut.
Dengan kejadian tersebut sebaiknya dilaporkan ke pihak yang
berwajib yang melayani keluhan konsumen demi melindungi hak
konsumen agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yan dapat
merugikan konsumen.
38 Belum. karena tidak konsisten dengan waktu yang diberikan untuk
proses ganti rugi
39 Belum terlindungi dengan baik karena tidak ada konfirmasi bila
mereka mau mengalami gangguan sehingga pulsa konsumen habis
secara tidak sadar
40 Belum, karena tidak memberi solusi yang tepat dalam proses ganti
rugi atas hilangnya kuota yang saya beli. Diganti tapi prosesnya
sangat lama dengan alasan gangguan sistem
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
90
namanya perihal masalah jasanya indosat itu nggak perlu lagi dateng ke kantor
indosat atau ke galeri Indosat.”
4. Kendala apa aja yang Indosat hadapi terkait dengan aduan keluhan konsumen
atau pelanggan itu sendiri?
Jawaban:
“Oh kendalanya, malah sebenernya lebih banyak kepada informasi dari
pelanggan itu sendiri ya. Jadi kadang kadang informasi dari pelanggan tuh
kurang cukup, atau kurang spesifik, kurang detail, apa yang sebenermya jadi
masalah. Kadang-kadang mereka marah-marah mereka ga bisa pake indosat.
Ternyata sudah masuk ke masa tenggang, ya gimana ceritanya dia marah-
marah tapi sebenernya dia udah nggak ngisi pulsa selama dua bulan terakhir.
Ya kan nggak bisa dia komplain karena kartunya udah lewat dari masa aktif.
Atau dia marah-marah dia gak bisa pake internet. Ya jelas, contoh ga bisa pake
internet 4G handphonenya masih handphone 3G. Jadi banyak yang perlu kita
edukasi kepada pelanggan kita. Tapi yang jelas, kalau begitu ada komplain,
indosat berusaha untuk sebisa mungkin, seoptimal mungkin, secepat mungkin
untuk bisa menangani.”
penanganan complain dari pelanggan, kalau yang sifatnya seperti ini berapa
lama maksimal, siapa yang menangani, gitu kan ada ya. Termasuk keluhan
mengenai misalnya kok pulsa saya cepet banget terpotong, misalnya seperti itu.
Mungkin sebagian ada yang puas dengan layanannya, sebagian ada yang
nggak gitu ya, nah bagian yang nggak puas kemudian saluran berikutnya ada
dua sebenernya mereka, mereka bisa ke kami, ke BRTI, ya kami punya safe
code untuk laporan di 159 kalo nggak salah ya, nanti kami tamping itu kita
punya sistemnya tuh, udah connect dengan masing-masing operator, misalnya
tadi keluhannya ke indosat, masuk ke kami, kami langsung meneruskan itu, si
indosat sendiri juga bisa ngelihat, nanti secara berkala kami cek, laporan ini
apakah sudah ditangani, kalau sudah itu ada perkembangannya, posisi
sekarang sampai dimana, sampai kalo belum, memang ada juga. Nah harapan
kami itu bisa membantu menyeleseaikan permasalahan yang dihadapi
konsumen. Namun ada juga memang walaupun kami udah nyediakan gitu itu
masalahnya nggak selesai-selesai. Ada yang kemudian sampai mengadu ke
YLKI, ada. Adalagi yang sampai mengadu ke OMBUDSMAN ada, ada lagi
yang sampai mengadu ke BPKN juga ada, adalagi yang langsung menggugat
ke pengadilan, nah jadi salurannya memang macem-macem, nah kita nggak
bisa mencegah orang untuk melakukan itu, ada orang yang sabar terus dia
complain gitu ya, ada yang ini udah berapa kali nggak bisa saya mau ke BRTI
aja gitu, ada yang langsung dateng ke BRTI juga ada gitu ya, akhirnya kami
coba panggil operator kami mediasi, itu yang kami lakukan, kira-kira seperti
itu ya.”
setiap hari atau setiap jam, tapi berkala, tahunan. Padahal dalam setahun bisa
terjadi misalnya orang itu, ah udah bosen sampe akhirnya dia ngalah gitu ya,
dari yang itu tadi, misalnya yang punya uang dia bisa sampai nyewa lawyer
segala gitu ya, tapi ada juga mbak yang memanfaatkan itu untuk mencari-cari
kesalahan operator, itu ada loh. Setiap operator ngomong, pak orang ini
memang begitu, dia misalnya kayak tadi, kerugian misalnya cuman 20 ribu, 18
ribu, udah diganti, gak mau juga, tetep mencari yang lain, sampai akhirnya
menggugat, menggugat menggunakan lawfirm yang memang tujuannya untuk
itu.”
3. Apa bentuk sanksi yang diberikan oleh BRTI kepada pelaku usaha dalam
bidang telekomunikasi apabila melakukan pelanggaran?
Jawaban:
“Contoh misalnya Indosat, ambil lah sampel tadi 50. Dari 50 kalau 35%
ditangani aja sebenernya udah cukup baik ya, 35% berarti lebih dari. Eh nggak
doing 35 dari 50, berarti udah lebih dari 50%, ya. Kalau dihitung secara rata-
ratanya sih udah bagus, tapi bukan berarti yang 15, kita abaikan, kan nggak,
nah dari situ baru kita lihat, yang 15 ini sama semua nggak perlakuannya,
semua akhirnya nggak ada perubahan apa-apa atau dari yang 15 tadi 10
misalnya ditangani setelah 2 bulan, yang 5 ditangani 6 bulan misalnya kayak
gitu. Kita pilah lagi, nah nanti dari regulator akan bisa melihat itu kan, kamu
kan juga pressure ya mbak, pressure itu artinya dengan misalnya tadi, dengan
compliance atau kepatuhan terhadap aturan bahwa minimal dia menangani
kasus ini sekian persen ternyata dia bisa sekian persen, ya ngggak papa kalau
menurut kami, misalnya kalo dia udah lebih dari ininya, tinggal yang sisanya
itu ya kita sama-sama melakukan apa, koordinasi ke arah perbaikan dari fungsi
pengawasan kami, walaupun yang lebih itu ya harusnya operator, kami hanya
bisa mengawasi, kami hanya bisa melakukan pengenaan sanksi, setelah itu
dilakukan berkali-kali, sanksinya sekarang mbak sanksinya agak sulitnya gini,
97
efektifnya itu cuma ada satu sanksi yaitu pencabutan izin, setelah dilakukan
peringatan tiga kali, tapi itu nggak mungkin mbak kalau selular yang telah
menangani puluhan juta bahkan ratusan juga, izinnya kita cabut, sebelum ini
kita udah berusaha nyoba mengenakan sanksi denda, jadi contoh misalnya,
keluhan pelanggan yang tidak dapat diselesaikan sekian persen, nah itu denda.
Tapi kemudian sanksi ini dicabut karena menurut temen-temen dari
kemenkumham, tidak ada aturan induknya yang membolehkan regulator
mengenakan denda, karena di UU Telekomunikasi emang denda nggak ada,
kami waktu itu langsung masuk melalui BPPNBP, sekarang tapi dicabut, nah
sekarang 2017 ini, kami coba mau masuk lagi, mau masukkan itu, karena
memang secara logika nggak mungkin kalau kami menerapkan pencabutan
izin. Iya misalnya dari satu orang atau sekelompok lah, 50 orang yang
misalnya bener-bener nggak bisa diberikan ganti rugi karena memang apa ya,
udah kadaluwarsa segala macem sehingga itu merugikan pelanggan, apa itu
harus dicabut juga dari total izinnya dia yang punya pelanggan misalnya
sampai 50 juta, kan gak make sense juga, yakan. Nah yang paling make sense
sebetulnya denda, kalau mengenai sanksi, nah ada satu lagi mbak selain dua
tadi, selain pencabutan izin dan denda, syukur-syukur kalo denda bisa nanti
adalah kita ngumumkan dari regulator ke publik, karena dengan diumumkan
ke publik, pertama operator yang sekarang perusahaan tbk, dia kan kondisinya
jadi jelek, jadi jelek nanti pengaruh terhadap portofolio saham, nah gitu. Kami
udah berapa kali tuh melakukan apa namanya seperti informasi ke publik
bahwa si operator ABC ini melanggar gitu ya, itu dampaknya gede loh mbak,
gede sekali, tapi efektif juga supaya mereka cepet melakukan perbaikan.”
98
Tapi terus mbak, nulis surat ke menteri, ke YLKI, ke ini, ke ini semua. Itu yang
berarti, oh itu. Sampe di ketemuin sama dirutnya smartfren, udah ketemu
langsung juga, tapi tetep aja nggak, karena dia dihitung kerugiannya itu 9000
dikali setiap hari, setiap hari ada bunga, sekian hari, sekian tahun sehingga
jadinya 9 miliar, nah itu kan niat emang niat, ya niatnya bukan hanya sekedar
ganti rugi, ada juga yang begitu. Tapi memang kami udah memediasi, kalo itu
kan.”
ya, kalo yang prabayar lebih ke billing, pada saat dia pulsa abis, atau paket
data dia abis, kemudian dia sudah mengisi ulang atau dia belum mengisi ulang,
catatan di billingnya itu seperti apa, nah itu harus apaya bahasanya
shopisticated lah ya, harus bener bener canggih lah ya, apabila terjadi
misalnya kayak tadi, oh si A udah ngisi tapi ternyata dia nggak masuk,
harusnya di sistem dia itu ada seperti ininya nyala, alert nya nyala, entah itu
kuning, merah, hijau kayak gitu ya, oh ini nomer telepon 0815 sekian sekian
ternyata ada yang belom nih, harusnya itu bisa keliatan, nah saya nggak tahu
karena ini apa karena ini apakah karena jumlahnya sekian banyak, dan
masing-masing operator itu membagi itu. Kan dia misalnya indosat, ada
regional Jakarta, ada regional banten, ada regional mana, nah masing-masing
itu harus saling mendukung dengan perangkat yang bener-bener emang
memadai gitu. Yang keempat, mungkin dari sisi pengelolaan bisnis jasa
telekomunikasi ini secara keseluruhan dalam arti kondusif yah, komperhensif
kondusif, jangan hanya sekedar mengejar jumlah pelanggan, nah sekarang kan
yang kita tahu semuanya jor-joran kan, kalo indosat pernah nawarin 1 rupiah
per detik, padahal kalo dilihat lihat cost dia lebih dari itu, nah berarti kan ini
berarti tujuannya dia mau menggaet, mau mengakuisisi pelangan dari operator
lain supaya dia dapet, dengan asumsi8nya dia mengabaikan kualitas layanan,
nah itu yang harus dia lihat juga. Banyak sih mbak faktornya itu ya, memang
kadang-kadang ini kan bukan hanya sekedar hubungan antara pelanggan
dengan operator, tapi operator dengan pemegang saham, operator dengan
investor yang melakukan pembelian sahamnya di bursa. Pada saat mereka
harus misalnya nanti mengeluarkan laporan keuangan triwulan nih mbak, kalo
kayak Tbk indosat Telkom, XL, siapa lagi ya, Smar, nah itu per tiga bulan kan
dilihat, operator dimata laporan tahunan itu kan bisa dilihat laporan tiga
bulanan bisa dilihat jumlah pelanggan sekian, pendapatannya sekian gitu ya,
semakin dia bagu mbak, pendapatan, jumlah pelanggan, itu investor mau
masuk, nah jadi caranya dia apa? Ya kita berusaha mengakuisisi pelangannya
101
Sumber:Twitter
Sumber:Twitter
103
Sumber:Twitter
Sumber:Twitter
104
105
106