Anda di halaman 1dari 46

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN SAAT BULAN SUCI

RAMADHAN DAN MANFAAT BERPUASA BAGI


KESEHATAN TUBUH MANUSIA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pengobata


n Islam (MPI)
Dosen pembimbing : Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc

Disusun oleh :

Kencana Waty
11191020000034
Farmasi 19 AC

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J
AKARTA
JUNI/2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Keutamaan
Membaca Al-Qur’an saat Bulan suci Ramadhan dan Manfaat Berpuasa bagi
Kesehatan Tubuh Manusia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Pengobatan Islam (MPI). Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manfaat berpuasa dan membaca Al-Qur’an
khususnya bagi kesehatan tubuh manusia dan k bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yanis selaku dosen mata kulia
h Metode Pengobatan Islam (MPI) yang telah memberikan tugas ini sehingga dap
at menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tek
uni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memb
antu saya dalam menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari tulisan ini masih jauh d
ari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya n
antikan demi kesempurnaan tulisan ini.

Bekasi, 18 Juni 2020

Kencana Waty

I
ABSTRAK

Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang telah diwajibkan oleh A
llah subhaanahu wa ta’ala pada bulan Sya’ban di tahun kedua Hijriyah. Sebagaim
ana yang telah tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183, Allah subha
anahu wa ta’ala memerintahkan untuk menjalankan puasa Ramadhan dengan tujua
n untuk menggapai predikat insan yang bertaqwa. Selain itu, puasa Ramadhan jug
a memiliki banyak manfaat dari sisi kesehatan. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Muhammad Saw, “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR
Thabrani). Salah satu manfaatnya adalah proses mitophagy melalui autophagy di
mitrokondria. Mitokondria adalah organel esensial yang mengatur homeostasis
energi seluler dan kematian sel. Penghapusan mitokondria yang rusak melalui
autophagy oleh suatu proses yang disebut mitophagy, menjadi sangat penting
karena berperan mempertahankan fungsi sel yang tepat. Lewat mekanisme
autofagi, sel membersihkan dan memperbarui dirinya sendiri, serta melindungi
dirinya dari serbuan virus dan bakteri yang bisa menimbulkan infeksi. Selain itu,
ketika berpuasa kita dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan-amalan baik
misalnya membaca Al-Qur’an, shalat terawih berjamaah, berzikir, berdo’a dan
masih banyak yang lainnya.

Al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama


pilihan Allah SWT yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak
manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-
Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. (M. Quraish Shihab, 1999: 3). Al-
Qur’an diturunkan sebagai syifa’ (penyembuh), bukan obat, karena cukup banyak
obat tetapi tidak menyembuhkan dan setiap penyembuh dapat dikatakan sebagai
obat. Membaca Al-Qur’an sama seperti latihan/olahraga pernafasan. Sebelum
membaca Al-Qur’an, kita menarik nafas panjang terlebih dahulu. Ini artinya ada
oksigen yang masuk ke dalam tubuh dan dilakukan terus menerus setiap memulai
ayat-Nya. Dengan membaca Al-Qur’an setiap hari, pernapasan menjadi lebih
teratur dan terhindar dari segala penyakit hati maupun jamani.

Tugas ini sebenarnya bertujuan untuk menyadari pentingnya berpuasa dan


mengetahui manfaatnya bagi kesehatan tubuh, khususnya dalam proses mitophagy
melalui autphagy di mitrokondria. Selain itu, saat bulan puasa umat Islam
disarankan untuk melakukan amalan-amalan yang baik. Oleh karena itu, kajian ini
juga akan membahas tentang Al-Qurandan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Keywords: Puasa, Autophagy dan Mitophagy, Olah raga Pernapasan


(Membaca Al-Qur’an), Al-Qur-an dan Pengaruhnya

I
II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................. I

ABSTRAK ................................................................................................................ II

DAFTAR ISI ............................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bulan Ramadhan .................................................................... 5


2.2 Keistimewaan Bulan Ramadhan .............................................................. 6
2.3 Pengertian Berpuasa ................................................................................. 8
2.4 Manfaat Berpuasa dan Pengaruhnya terhadap Beberapa Kondisi
Kesehatan ....................................................................................................... 8
2.5 Proses Autophagy dan Mitophagy saat Berpuasa .................................... 18
2.6 Amalan-Amalan baik Saat Berpuasa ....................................................... 22
2.7 Pengertian Al-Qur’an ............................................................................... 24
2.8 Fungsi Al-Qur’an ..................................................................................... 25
2.9 Keutamaan Al-Qur’an .............................................................................. 27
2.10 Membaca Al-Qur’an sebagai Olahraga Pernapasan .............................. 28
2.11Pengaruh Murrotal terhadap Tubuh ........................................................ 30
2.12 Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran Terhadap Peningkatan K
emampuan Konsentrasi .................................................................................. 32
2.13 Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran Terhadap Ketenangan
Jiwa dan Penyembuh ...................................................................................... 34

BAB II KESIMPULAN ............................................................................... 37

LITERATUR ................................................................................................ 39

I
III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dimana setiap muslim
yang telah mukallaf diwajibkan untuk melaksanakannya. Rasulullah shallallaah
u ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Islam dibangun di atas lima (tongga
k): mentauhidkan (mengesakan) Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, pu
asa Ramadhan, dan Haji”. Seorang laki-laki mengatakan: “Haji dan puasa Ram
adhan” maka Ibnu Umar radhiyallahu „anhu berkata: “Tidak, puasa Ramadhan
dan haji, demikian ini aku telah mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi w
a sallam.”

Perintah puasa Ramadhan disyariatkan dengan tujuan utama untuk mengga


pai hakikat takwa. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al Baqara
h ayat ke 183.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu be


rpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu ag
ar kamu bertakwa”.

Diistilahkan takwa karena dalam penerapan puasa Ramadhan seorang mus


lim diperintahkan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya mis
alnya tidak mengkonsumsi makanan, minuman dan melakukan hubungan badan
dengan pasangan pada siang hari bulan Ramadhan. Intinya, semua bentuk perju
angan setiap muslim dalam menggapai keridhoan Allah pada ibadah Ramadhan
tergolong bentuk ketakwaan sebagaimana tujuan murni dari ibadah tersebut.

Ibadah puasa Ramadhan memiliki banyak keutamaan sebagaimana yang te


lah disampaikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits y
ang shahih. Di antaranya, puasa Ramadhan merupakan sarana untuk mendapatk
an ampunan dosa yang telah lalu, pengangkatan derajat dan memperbanyak pah
ala kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “b
arangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap paha
la dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.”

Di antara pesan penting dari hadits ini adalah agar setiap muslim melakuka
n aktifitas yang mampu menjaga fisik agar tetap sehat. Salah satu

I
IV
metode yang dapat ditempuh dengan menjalankan puasa termasuk pada bu
lan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dimana keberkaha
nnya tidak hanya sebatas pada urusan akhirat saja namun juga pada urusan duni
a (termasuk kesehatan). Momen puasa Ramadhan merupakan kesempatan terbai
k untuk kembali ke gaya hidup sehat karena dengan puasa, seorang muslim aka
n dapat mengatur pola makannya.

Salah satu manfaat dari berpuasa Ramadhan yaitu adanya proses


mitophagy melalui autophagy di dalam tubuh. Peneliti asal Jepang, Profesor
Yoshinori Ohsumi, membuktikan secara ilmiah bahwa puasa dapat membawa
dampak baik bagi kesehatan. Peraih nobel ini menemukan bahwa puasa
berkaitan erat dengan autophagy.

Autophagy merupakan istilah Yunani yang berarti 'memakan diri sendiri'.


Secara ilmiah, autophagy dikenal sebagai kemampuan sel dalam tubuh untuk
memakan atau menghancurkan komponen tertentu di dalam sel itu sendiri.
Melalui penelitiannya, Ohsumi menemukan bahwa autophagy memegang peran
besar dalam tubuh. Mekanisme ini berperan besar dalam mengontrol fungsi-
fungsi fisiologis penting di mana komponen sel perlu didegradasi dan didaur
ulang.

Dengan autophagy, sel dapat dapat mengisolasi bagian dari sel yang rusak,
mati, tidak bisa diperbaiki, terserang penyakit maupun terinfeksi. Setelah
mengisolasi bagian yang bermasalah, sel kemudian menghancurkan bagian
tersebut menjadi sesuatu yang tidak membahayakan dan melakukan daur ulang
untuk menghasilkan energi dalam sel.

Selain itu, ketika berpuasa umat Islam dianjurkan untuk melakukan


amalan-amalan baik seperti membaca Al-Qur’an, menghidupkan malam-malam
bulan Ramadhan dengan shalat Tarawih berjamaah, menghidupkan malam-mal
am Lailatul Qadar (memperbanyak shalat malam, membaca al-Qur`an, zikir, be
rdo'a, membaca shalawat), i'tikaf di malam-malam Lailatul Qadar,
memperbanyak sedekah, melaksanakan ibadah umrah jika mampu dan lain
sebagainya.

Allah swt. menganjurkan umat Islam untuk membaca Al-Qur’an karena


Al-Qur‟an itu memiliki keutamaan dan kemuliaan, ia merupakan Kalam
(perkataan) Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, Maha Berkah lagi Maha Tinggi. DariNya ia diturunkan dan kepada-
Nya pula ia kembali. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Artinya: “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu

I
5
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke
tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum
yang tidak mengetahui.” (Q.S. Al- Taubah : 6).

Ayat ini menerangkan bahwa Al-Qur‟an yang dibaca dan didengar serta
tertulis di lembaran-lembaran mushaf itu adalah Kalam (perkataan) Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang sebenarnya. Ia bukan sekedar penghikayatan bagi
Kalam (perkataan) Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu juga diturunkan dari sisi
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maksudnya bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
berbicara langsung melalui Kalam-Nya, lalu Jibril „Alaihissalam
mendengarkan dari-Nya, kemudian dia menurunkan dan menyampaikannya
kepada Rasulullah Shalallahu `Alahi wa Sallam, sebagaimana yang dia dengar
dari Rabb-nya yang Maha Tinggi.

Keutamaan membaca Al-Qur’an itu sangat banyak dan penuh berkah,


seluruh kebaikannya kembali kepada orang yang membacanya, baik dunia
maupun akhirat. Jika sekiranya umat Islam mengetahui keutamaan dan
keuntungan membaca Al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan mengabaikan
Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahkan mereka akan senantiasa
membacanya di sepanjang malam dan siang hari.

Selain itu, banyak manfaat yang didapatkan ketika seseorang sering


membaca Al-Qur’an. Hal ini berdampak terhadap kinerja tubuh manusia,
misalnya pada sistem kerja pernapasan seorang qori’ah (orang yang mahir
membaca Al-qur’an) secara umum sama normalnya dengan orang non qori’ah,
namun terdapat sedikit perbedaan yaitu pada saat inspirasi, seorang qori’ah agar
dapat menyelesaikan ayat selanjutnya dengan baik dan sempurna, seorang
qori’ah melakukan napas panjang. Oleh karena itu, banyak ahli yang
mengatakan membaca Al-Qur’an sama seperti olahraga pernapasan. Belum lagi
anjuran untuk melakukan amalan baik lainnya yang ternyata juga ada
pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh manusia.

Pada dasarnya setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah subhaanahu wa


ta’ala selalu menyimpan manfaat baik untuk urusan akhirat atau dunia, lebih sp
esifik bagi kesehatan. Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda
yang artinya: “manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: waktu m
udamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sak
itmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum
datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu”

Maka dari itu, tugas ini akan membahas mengenai pentingnya berpuasa
bagi kesehatan tubuh manusia. Selain itu, tugas ini juga menjelaskan mengenai
Al-Qur’an dan amalan-amalan baik lainnya yang juga bermanfaat dan
berpengaruh bagi kesehatan tubuh.
1.2 Rumusan Masalah

I
6
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasal
ahan sebagai berikut
a. Apa pengertian bulan Ramadhan dan keistimewaannya dibandingkan
dengan bulan lain?
b. Apa defini dari puasa dan mengapa berpuasa itu penting bagi umat Islam?
c. Manfaat apa yang didapatkan jika berpuasa khususnya bagi kesehatan
tubuh manusia?
d. Amalan-amalan apa yang dapat dilakukan umat Islam ketika berpuasa dan
manfaatnya bagi kesehatan?
e. Apa saja keutamaan membaca Al-Quran dan pengaruhnya terhadap tubuh
manusia?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, tujuan penuli


san tugas ini adalah:
a. Untuk mengetahui arti dari bulan suci Ramadhan dan keistimewaannya
dibandingkan dengan bulan lain
b. Untuk menjelaskan definisi berpuasa dan pentingnya puasa bagi umat
Islam
c. Untuk mengetahui manfaat yang didapatkan saat berpuasa khususnya bagi
kesehatan tubuh manusia
d. Untuk mengetahui amalan-amalan yang dapat dilakukan umat Islam saat
berpuasa dan manfaatnya bagi kesehatan
e. Untuk memahami keutamaan membaca Al-Quran dan pengaruhnya
terhadap tubuh manusia

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan tugas ini:


a. Agar umat Islam mengetahui arti dan keistimewaan bulan suci ramadhan
dibandingkan dengan bulan lain
b. Agar umat Islam memahami definisi berpuasa dan pentingnya berpuasa
c. Agar umat Islam mengetahui manfaat yang didapatkan saat berpuasa
khususnya bagi kesehatan tubuh manusia
f. Agar umat Islam mengetahui amalan-amalan yang dapat dilakukan umat
Islam saat berpuasa dan manfaatnya bagi kesehatan
d. Agar umat Islam memahami keutamaan membaca Al-Quran dan
pengaruhnya terhadap kinerja tubuh manusia

BAB II

I
7
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bulan Ramadhan

Ramadhan merupakan salah satu dari daftar bulan dalam tahun hijriyah. R
amadhan memiliki makna yang khas dalam perjalanan kewahyuan. Di samping
maknanya secara bahasa adalah terik atau panas dan kekeringan arti dari kata ra
madhan berasal dari kata ramida. Terik dan panas bulan tersebut menyesuaikan
diri dengan kondisi batini para orang yang berpuasa yang merasakan keterterika
n dan kepanasan bulan tersebut meskipun cuaca di bulan itu hujan namun mulut
tetap kering dan kondisi batin sungguh panas saat saat pengendalian emosi seor
ang yang berpuasa dalam mengendalikan nafsu makan dan nafsu seksnya serta
mengendalikan amarahnya. Dalam surat Al-Baqarah: 185 Allah swt. berfirman:

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,


bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa ramadhan merupakan bulan untuk permul
aan turunnya wahyu Al-Quran yang mengandung 114 surah dan terdiri dari 623
6 ayat yang turun di bulan tersebut. Korealasinya dengan puasa adalah terletak
pada intruksi berpuasa bagi para orang yang beriman dan puasa yang jatuh bula
n ramadhan merupakan bulan yang juga diwajibkan berpuasa. Ramadhan juga

I
8
merupakan bulan yang dihadirkan wahyu wahyu Allah Swt karena kewahyuan t
ersebut untuk orang yang beriman dan menuju keimanan kepada Allah Swt. Al-
Quran merupakan petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk (bayyinati
n minalhuda); petunjuk sejati diantara dua petunjuk yang ada, seperti petunjuk
untuk berbuat baik dan berbuat buruk, maka yang mana yang mengantarkan ke
pada hakikat petunjuk tersebut. Hakikat petunjuk yang sejati akan mengantarka
n kepada pemahaman tentang perbedaan (Furan), yaitu perbedaan antara hak da
n bathil. Petunjuk sejati yang mengantar kepada kebaikan dan kebenaran adalah
kebenaran yang merupakan hakikat petunjuk itu sedangkan yang mengarah kep
ada keburukan merupakan perbuatan yang bathil, demikianlah yang dimaksud d
engan wa al-furqan.

Keseriusan kajian dalam makna ramadhan yang berawal dari kehadiran per
intah berpuasa bagi orang yang beriman dan turunnya kewahyuan merupakan k
ajian inti dalam keislaman untuk memberikan jalan bagi umatnya agar selamat
dari kehancuran dari masa kering dan panas; kering dan panas dalam menghada
pi berbagai permasalahan dunia yang menggoda dan menahannya dengan hanya
karena Allah Swt sehingga semua permasalahan terselesaikan dan segala persoa
lan terjawabkan. Kehancuran tersebut muncul dari dua sifat jelek manusia yaitu
kerakusan dan kesombongan.

2.2 Keistimewaan Bulan Ramadhan


 Bulan Penuh Keberkahan
Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah
berdasarkan pada dalil hadist Nabi Rasulullah SAW yang artinya :”Sungguh
telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini
diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka
Allah akan melipat gandakan pahalanya.
Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini maka tidak
hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun banyak keberkahan
lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadhan memberi
keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin,
Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim
sangat digalakkan dan disunnah untuk berinfaq dan bersedekah di bulan
ramadhan kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk
mereka.
 Malam Lailatul Qodar
Kemuliaan bulan ramadhan salah satunya adalah dengan hadirnya
malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-
malam terakhir dan ganjil di bulan ramadhan yaitu malam lailatul qodar.
Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10
hari terakhir di bulan Ramadhan adalah saat diturunkannyaAlQur’anul
Karim.

I
9
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Qadr:1-3

Artinya :”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)


pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan.Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan
izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam
itu) sampai terbit fajar.
 Bulan Ramadhan Bulan Pengampunan Dosa Maghfirah
Allah Ta’ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan
dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda yang artinya:
”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan
menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar
dijauhi”. (HR. Muslim).
Melalui berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt
menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana
sabda Nabi Saw yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(HR.Bukhari dan Muslim).
Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan
tahajud) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu,
sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa
yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.”(HR.BukharidanMuslim).
 Ramadhan Pintu Surga Dibuka Pintu Neraka Ditutup
Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadhan adalah bahwa pintu-
pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan
diikat. Dengan demikian, Allah Ta’ala telah memberi kesempatan kepada

I
10
hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka
perbuat pada bulan Ramadhan.

2.3 Pengertian Berpuasa

Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”. Menurut syara’ialah menah


an diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga te
rbenam matahari, karena perintah Allah semata-mata, serta disertai niat dan sya
rat-syarat tertentu. Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menaha
n diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pe
lakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya, puasa ada
lah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala b
enda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya),
dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadi
q) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang tertentu yang dilak
ukan orang tertentu yang memenuhi syarat yaitu beragama islam, berakal, dan t
idak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk melak
ukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan, agar ibadah berbeda dari k
ebiasaan.

Perintah untuk melakukan puasa didasarkan pada Alquran, Hadis, dan kes
epakatan ulama. Dalil yang menyatakan kewajiban berpuasa disebut dalam Alq
uran surat al-Baqarah ayat 183-185. Kewajiban berpuasa bagi umat Islam
ditetapkan dan diterapkan pada periode Madinah, sebagaimana umumnya
ibadah lainnya. Puasa ditetapkan Nabi Muhammad Saw. sebagai ibadah wajib
pada tahun ke 2 Hijriyah setelah arah kiblat diubah dari Masjidil Aqsha di
Yerusalem ke Ka’bah, Baitullah, Mekkah.

Puasa Ramadan wajib dimulai ketika melihat atau menyaksikan bulan


pada awal bulan Ramadan. Adapun dalam Hadis yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah dikatakan: “Dari Abu Hurairah r.a Nabi Saw.
bersabda: "Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah
dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan maka
sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Sya'ban menjadi tiga puluh
hari.”(HR. Bukhari).

Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, yaitu:
“Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Islam dibangun diatas
lima (landasan); persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakAdapun Hadis
yang menerangkan kewajiban berpuasa antara lain adalah at, haji dan puasa ~)7
Ramadan". (HR. Bukhari). Berdasarkan dalil di atas ulama sepakat bahwa
puasa Ramadan itu wajib dilaksanakan setiap muslim.

2.4 Manfaat Berpuasa dan Pengaruhnya terhadap Beberapa Kondisi


Kesehatan

 Baik Bagi Kesehatan Jantung & Pembuluh Darah

I
11
Sakit jantung tidak dipungkiri lagi merupakan salah satu penyakit yang
paling ditakuti oleh kebanyakan orang di dunia, apalagi di Indonesia dengan j
umlah perokok terus makin meningkat tiap tahunnya penyakit jantung adalah
ancaman nyata. Untungnya, berpuasa memiliki dampak yang sangat baik bag
i jantung, ketika berpuasa, tubuh manusia ternyata melakukan peningkatan H
DL dan penurunan LDL yang menurut penelitian “chronobiological” ternyata
hal tersebut merupakan hal yang sehat bagi jantung dan pembuluh darah.

 Psikologi Yang Tenang Cegah Penyakit Kronis


Selain menahan lapar dan haus, puasa juga mengharuskan umat Islam m
enahan amarah. Hal ini membuat keadaan psikologis seseorang menjadi lebih
tenang dan secara ilmiah akan menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh. Mi
nimnya adrenalin akan memberikan efek baik pada tubuh seperti: mencegah
pembentukan kolesterol dan kontraksi empedu yang lebih baik dimana hal ini
dapat mengurangi resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti j
antung koroner, stroke dan lainnya.

 Pola Pikir yang Lebih Tajam & Kreatif


Puasa membuat pikiran menjadi lebih tenang dan juga melambat, unikn
ya menurut penelitian ternyata pikiran yang melambat ini membuatnya justru
bekerja lebih tajam. Selain itu ditinjau dari segi insting, masalah rasa lapar ad
alah masalah kelanjutan hidup sehingga wajar jika rasa lapar memaksa
manusia untuk berpikiran lebih tajam dan kreatif. Hal ini juga dibuktikan den
gan suatu kasus pada sekelompok mahasiswa di University of Chicago yang
diminta berpuasa selama tujuh hari. Selama masa itu, terbukti bahwa kewasp
adaan mental mereka meningkat dan progres mereka dalam berbagai penugas
an kampus mendapat nilai “REMARKABLE.”

 Performa Seksual Meningkat Pesat


Sebuah penelitian yang membahas tentang hubungan puasa dengan kada
r hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (L
H) membuktikan, bahwa puasa memang benar menurunkan nafsu seksual da
n menurunkan hormon testoteron. Namun ini bersifat sementara, Bahkan sete
lah beberapa hari siklus puasa dijalankan justru produksi hormon testosteron
dan performa seksual justru meningkat pesat.

 Pencegah & Penyembuh Penyakit Mental


Otak manusia didalamnya memiliki fungsi pembersih dan penyehat otak
dengan bantuan sel yang disebut dengan “neuroglial cells”. Saat berpuasa, se
l-sel neuron yang mati atau sakit, akan “dimakan” oleh sel-sel neuroglial ini,
dimana hal ini akan berdampak pula pada mental seseorang. bahkan, seorang
ilmuwan di bidang kejiwaan yang bernama Dr. Ehret menyatakan bahwa: “B
eberapa hari berpuasa akan memberikan dampak pada kesehatan fisik dan leb
ih lanjut untuk mendapatkan kesehatan mental, seseorang harus menjalani pu
asa lebih dari 21 hari.

 Penawar Sakit Sendi/Encok


Berpuasa dengan teratur akan meningkatkan sel penetral alami dalam tu

I
12
buh kita yang akan membuat sakit encok lambat laun menuju kesembuhan. S
ebuah penelitian menemukan adanya korelasi antara meningkatnya kemampu
an sel penetral (pembasmi bakteri) dengan membaiknya radang sendi — pen
yebab encok.

 Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan Mata


Allah subhaanahu wa ta’ala telah menciptakan tekanan fisiologi dalam b
ola mata yang disebut dengan tekanan intraokuler. Tekanan yang memiliki re
ntang normal antara 10 - 20 mmHg ini berfungsi untuk menstabilkan bentuk
mata, mensuplai nutrisi ke mata dan sebagai mediator refraksi/pembiasan cah
aya sehingga mata dapat digunakan untuk melihat. Tekanan intraokuler diana
logikan seperti tekanan darah dimana ketika tekanannya menurun atau menin
gkat dapat mempengaruhi fungsi mata. Kaitannya dengan puasa Ramadhan, i
badah ini memiliki pengaruh secara langsung terhadap kesehatan mata baik d
itinjau dari fisiologi tekanan intraokuler itu sendiri hingga kadar air mata, da
n juga fungsi lensa mata.

Sebuah penelitian menjelaskan bahwa puasa Ramadhan memiliki penga


ruh terhadap peningkatan tekanan intraokular khususnya pada pagi hari baik
pada orang sehat maupun orang dengan gangguan glaucoma. Hal ini disebab
kan karena asupan cairan atau makanan khususnya pada saat sahur. Hasil pen
elitian di atas juga didukung oleh penelitian lain bahwa ada perubahan tekana
n intraokuler selama bulan Ramadhan. Maka dari itu pasien dengan ganggua
n tekanan intraokuler (misalnya penyakit glaucoma) dianjurkan untuk memb
atasi asupan cairan pada saat sahur untuk mencegah peningkatan tekanan intr
aokuler karena ketika tekanan tersebut meningkat akan menimbulkan nyeri di
area sekitar mata. Hanya saja, seberapa banyak jumlah cairan yang harus dib
atasi belum banyak dijelaskan sehingga hal ini menjadi salah satu kelemahan
dari penelitian-penelitian tersebut yang sekaligus menjadi peluang untuk men
gkaji secara ilmiah dalam penelitian selanjutnya.

Puasa Ramadhan juga memiliki pengaruh terhadap penurunan fungsi air


mata sebagai efek perubahan porsi asupan makanan sehingga ketika sahur da
n berbuka disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung prot
ein, zinc, kalium, vitamin A, vitamin B6 dan vitamin C untuk menjaga fungsi
dan kadar air mata. Sementara dari aspek lensa mata, sebuah penelitian meny
impulkan bahwa puasa Ramadhan tidak berpengaruh terhadap derajat
keparahan penyakit myopia atau rabun jauh.

Kesimpulannya, bagi pasien yang sedang mengalami penyakit mata


semisal glaukoma disarankan untuk konsultasi dengan dokter spesialis mata
untuk mendapatkan saran aman atau tidaknya menjalankan puasa di bulan
Ramadhan. Namun bagi pasien yang sehat, sebuah studi menjelaskan bahwa,
puasa Ramadhan tidak memiliki pengaruh terhadap fisiologi mata baik dari
sisi tekanan intraokuler dan fungsi pengelihatan. Di lain sisi, pada aspek
kesehatan mata, masih dibutuhkan penelitian-penelitian lain yang
menjelaskan tentang pengaruh atau hubungan puasa Ramadhan terhadap
penyakit mata jenis lain seperti katarak, presbiopi, pasca bedah mata dan lain

I
13
sebagainya.

 Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan Ibu Hamil


Puasa Ramadhan merupakan bagian dari kewajiban untuk setiap muslim
baik laki-laki atau perempuan, bahkan bagi wanita yang tengah sedang hamil
dianjurkan untuk berpuasa jika memang tidak membahayakan kondisi
janinnya. Saat ini, puasa Ramadhan bagi ibu hamil masih menjadi
kontroversi di kalangan para peneliti. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa
wanita hamil kurang disarankan untuk menjalankan puasa Ramadhan karena
dapat menimbulkan resiko berat badan janin lahir dalam keadaan rendah
(BBLR), meningkatkan hyperemesis gravidarum, infeksi saluran kemih dan
memicu penurunan gerakan janin di rahim. Sementara di lain sisi, sebagian
ibu hamil tetap menjalankan puasa tanpa merasa ragu akan kesehatan
anaknya. Bahkan di Pakistan, sebuah studi menjelaskan bahwa 88 % ibu
hamil tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan karena mereka memandang
bahwa umur awal kehamilan masih tergolong ringan untuk berpuasa. Di
samping itu karena faktor anjuran dari suami dan juga untuk menurunkan
berat badan khusus bagi ibu hamil mengalami kegemukan di awal
kehamilannya.

Beberapa penelitian menjelaskan beberapa pengaruh positif puasa


Ramadhan bagi kesehatan ibu hamil di antaranya studi kohort retrospektif
yang bertujuan untuk mengamati faktor resiko dan efek puasa Ramadhan
terhadap kesehatan ibu hamil dan janin menjelaskan bahwa, ibu hamil yang
berumur 25 - 35 tahun dengan index masa tubuh normal (18.5 - 24.9) serta
tidak memiliki penyakit kronik, tidak terpengaruh oleh puasa Ramadhan
dalam tiga variabel janin yaitu berat badan, tinggi dan lingkar kepala.
Penelitian lain menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak memiliki pengaruh
terhadap jumlah cairan ketuban dan penelitian yang sejenis juga pernah
dilakukan sebelumnya dengan menunjukkan hasil yang sama.

Dari berbagai hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa


menjalankan puasa Ramadhan bagi ibu hamil adalah sebuah pilihan. Jika
memang mengkuatirkan kondisi janin setelah melalui konsultasi dengan
tenaga kesehatan, maka disarankan untuk tidak berpuasa. Namun jika setelah
melalui pemeriksaan medis dan tidak ada kekuatiran akan timbul masalah
kesehatan baik pada ibu atau janin, maka tidak menjadi masalah untuk tetap
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

 Puasa Ramadhan Bagi Pasien Sindrom Metabolik Diabetes Mellitus


Sindrom metabolik adalah sekumpulan gejala tubuh yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiosaskuler/jantung bahkan
kematian yang pada tahun 1988, sindrom ini awalnya memiliki nama
syndrome X. Di antara contoh sindrom metabolik yang banyak ditemui
adalah diabetes mellitus (sekelompok gangguan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemi sebagai akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin
atau keduanya).

I
14
Kaitannya dengan puasa Ramadhan, terdapat penelitian yang
menjelaskan bahwa sebagian pasien diabetes merasa kuatir menjalankan
puasa karena akan mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini terjadi karena
dampak perubahan waktu makan, jenis makanan, pengobatan dan gaya hidup
sehari-hari selama bulan Ramadhan. Di lain sisi juga ditemukan banyak
kasus hipoglikemia berat pada pasien diabetes yang menjalankan puasa
Ramadhan sebagaimana penelitian yang telah dilakukan kepada 12.243
responden yang terdiri dari 1.070 responden menderita diabetes tipe 1 dan
11.173 responden dengan diabetes tipe 2. Namun kasus ini terjadi hanya
sebatas pada pasien yang merubah dosis injeksi insulinnya.

Sebaliknya, dalam sebuah studi klasik menjelaskan bahwa puasa


Ramadhan tidak mempengaruhi kontrol gula darah, hanya saja ada
penurunan kolesterol jenis trigliserid dan peningkatan asam urat selama
puasa. Hasil riset diatas didukung oleh sebuah studi yang menjelaskan bahwa
puasa Ramadhan aman bagi penderita diabetes tipe 1 yang umumnya adalah
anak-anak, dengan catatan pasien dan keluarga pasien mendapatkan edukasi
yang tepat dan rutin kontrol gula darah ke layanan kesehatan. Studi lain
menjelaskan anak-anak yang menderita diabetes tipe 1 aman untuk
menjalankan puasa selama beberapa hari. Bagi pasien yang menderita
diabetes yang akan menjalankan puasa Ramadhan disarankan mengkonsumsi
obat gliclazide untuk mencegah resiko munculnya hipoglikemi selama puasa.
Sebuah studi menjelaskan bahwa pasien diabetes yang mendapatkan terapi
injeksi insulin dapat menjalankan puasa namun tetap rutin untuk mengontrol
gula darah terlebih dahulu sebelum Ramadhan dan memantaunya selama
Ramadhan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pasien dengan diabetes mellitus baik tipe 1 dan 2 dapat menjalankan
puasa Ramadhan namun dengan tetap mengontrol gula darah, tetap konsumsi
obat antidiabetes dan rutin cek kesehatan yang berkaitan dengan diabetes.
Jika terjadi perubahan fisiologis seperti hipoglikemia berat, maka disarankan
untuk tidak berpuasa. Peran tenaga kesehatan terkait edukasi pasien diabetes
pra-Ramadhan sangat vital dalam mencegah komplikasi penyakit diabetes
selama menjalankan puasa.

 Puasa Ramadhan Bagi Pasien dengan Penyakit Ginjal


Gagal ginjal adalah kerusakan ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal dan disebut kronis jika gangguan tersebut telah terjadi lebih dari
tiga bulan. Beberapa faktor resiko yang menyebabkan gagal ginjal di
antaranya riwayat keluarga, jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), ras
afrika amerika, umur (lanjut usia), bayi berat lahir rendah, kegemukan, status
ekonomi, merokok, alkohol, recreational drugs (narkoba, ganja dan lain
sebagainya), diabetes mellitus, hipertensi.

Kaitannya dengan puasa Ramadhan, terdapat beberapa penelitian yang


menjelaskan bahwa pasien dengan batu ginjal diperbolehkan puasa namun
dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter urologi untuk pengkajian
lanjut kondisi fisik sehingga dapat diputuskan apakah akan menjalankan
puasa atau tidak. Begitu juga bagi pasien yang telah mendapatkan terapi

I
15
transplantasi (cangkok) ginjal, mereka dapat menjalankan puasa Ramadhan
dengan aman karena puasa tidak mempengaruhi secara signifikan pada berat
badan, tekanan darah, fungsi ginjal dan profil lemak.

Pasien dengan gagal ginjal juga aman untuk melaksanakan puasa


Ramadhan karena beberapa alasan, pertama, puasa Ramadhan dapat
menurunkan tekanan darah sehingga hal tersebut tentunya akan
meningkatkan kinerja atau fungsi ginjal. Kedua, puasa Ramadhan dapat
menurunkan berat badan dimana akan berdampak pada perbaikan fungsi
jantung dan ginjal. Pasien dengan gagal ginjal boleh menjalankan puasa
namun tetap dengan pengawasan oleh tim kesehatan terhadap beberapa hal
yaitu asupan cairan, aktifitas sehari-hari, konsumsi obat-obatan terutama bagi
mereka yang juga menderita diabetes. Pasien dengan peritoneal dialysis juga
diperbolehkan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan karena
puasa tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap fungsi ginjal. Pasien
dengan hemodialysis juga aman menjalankan puasa Ramadhan karena terjadi
penurunan berat badan, perbaikan serum albumin dan level asam fosfat.
Sebuah systematic review menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak
mengakibatkan injuri pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Bahkan ketika
menjalankan puasa Ramadhan, pasien justru merasa lebih aktif dalam
aktifitas keagamaan, terjadi penurunan depresi dan merasa terisolasi karena
mereka akan banyak berkumpul dengan anggota keluarga baik saat sahur
atau berbuka.

Sebaliknya, dalam penelitian yang lain dijelaskan bahwa puasa


Ramadhan dapat menimbulkan keluhan terutama bagi yang memiliki
penyakit ginjal. Salah satu sebabnya adalah karena pengaruh dehidrasi saat
menjalankan puasa. Oleh sebab itu pasien yang mempunyai riwayat penyakit
ginjal tetap disarankan konsultasi dengan tim kesehatan sebelum
memutuskan untuk melaksanakan puasa Ramadhan.

Kesimpulannya, meskipun banyak penelitian yang menjelaskan tentang


amannya puasa Ramadhan bagi orang dengan penyakit ginjal. Namun
terdapat sebuah penelitian yang menjelaskan hasil yang sebaliknya. Maka
dari itu, sebelum menjalankan puasa Ramadhan, disarankan untuk konsultasi
dengan tenaga kesehatan sehingga dapat meminimalkan resiko atau keluhan
selama puasa. Penelitian lanjutan bersifat inovasi yang bertujuan untuk
mengatasi dehidrasi saat Ramadhan sangat diperlukan untuk mengatasi
problematika ini.

 Puasa Ramadhan Bagi Pasien Gangguan Kolesterol dan Obesitas


Pubmed Health (2014) menjelaskan bahwa kolesterol merupakan salah
satu jenis lemak yang dapat ditemukan di semua sel tubuh manusia. Lemak
ini berfungsi untuk pembentukan hormon, vitamin D dan beberapa enzim
untuk mencerna makanan. Kolesterol terbagi menjadi dua yaitu LDL (low-
density lipoprotein) atau yang dikenal dengan lemak jahat karena dapat
menyebabkan obesitas, obstruksi/sumbatan pada pembuluh darah dapat
mengakibatkan penyakit jantung dan HDL (high-density lipoprotein) atau

I
16
yang dikenal dengan lemak baik karena lemak ini akan membantu
membuang kolesterol keluar dari tubuh. Di samping itu juga ada lemak
dengan nama trigliserida dimana dalam sebagian kasus menjadi salah satu
penyebab penyakit jantung khusus pada wanita. Seringkali kita membaca
hasil pemeriksaan laboratorium dengan istilah “lemak total”, istilah ini
adalah hasil pemeriksaan gabungan antara HDL dan LDL dengan nilai
rentang normalnya di bawah 200 mg/dl.

Berkaitan dengan puasa Ramadhan, sebuah penelitian menjelaskan


bahwa puasa Ramadhan secara signifikan menurunkan kadar LDL dan
meningkatkan kadar HDL. Proses penurunan kadar lemak tersebut dimulai
pada pertengahan hingga akhir waktu bulan Ramadhan. Hasil penelitian
tersebut juga didukung penelitian lain bahwa responden dengan penyakit
diabetes mellitus yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, mereka
mengalami penurunan kadar kolesterol meskipun secara perhitungan statistik
tidak signifikan. Penelitian lain dengan menggunakan sampel 30 remaja
muda sehat yang menjalankan puasa Ramadhan, menyimpulkan bahwa
terdapat peningkatan HDL selama bulan puasa karena terjadi penurunan
konsumsi makanan.

Terkait obesitas, puasa Ramadhan dapat menurunkan berat badan (2 kg


selama puasa) dan persentase lemak tubuh serta meningkatkan HDL. 48
Namun, penurunan berat badan ini akan optimal jika memang selama puasa
mengatur jenis makanan yang dikonsumsi, baik ketika sahur atau berbuka.
Karena di sebagian riset menjelaskan bahwa puasa Ramadhan justru malah
meningkatkan berat badan, alasannya karena tidak ada perubahan gaya hidup
khususnya bagaimana mengatur strategi untuk makan yang benar saat sahur
dan berbuka.

Puasa Ramadhan selain menurunkan LDL dan meningkatkan HDL, juga


dapat menurunkan tekanan darah. Manfaat lainnya juga dapat menurunkan
trigliserid. Kesimpulannya, secara umum puasa Ramadhan dapat
menurunkan berat badan, kolesterol LDL serta trigliserid dan juga
meningkatkan HDL. Namun, hal tersebut akan berhasil dicapai jika tetap
mengontrol pola makan dengan baik saat sahur, berbuka dan tentunya setelah
bulan Ramadhan selesai. Penelitian intervensi edukasi untuk mengontrol pola
makan setelah Ramadhan sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi
obesitas khususnya di Indonesia.

 Puasa Ramadhan Bagi Metabolisme Hormon Kortisol


Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh kelenjar adrenal
dalam korteks adrenal. Hormon ini dikenal dengan hormon penanda stress,
artinya ketika seorang sedang mengalami stress kadar hormon ini akan
meningkat. Secara fisiologi, hormon ini akan tinggi kadarnya ketika dini hari
sebelum seorang bangun tidur dan akan terus menurun sepanjang hari hingga
pada level terendah di malam hari. Hormon ini juga akan mengalami
peningkatan saat seorang berolah raga selama 30 menit dan juga saat
mengkonsumsi kopi.

I
17
Kaitannya dengan puasa Ramadhan, perubahan waktu makan dan tidur
akan merubah kadar kortisol tubuh dimana akan menurun pada pagi dan
meningkat pada saat malam hari atau yang diistilahkan dengan evening
hypercortisolism. Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa kortisol
meningkat pada malam hari karena sebagian responden kesulitan untuk tidur
di malam hari bulan Ramadhan. Begitu juga, ibu yang memiliki umur
kehamilan lebih dari 20 minggu yang berpuasa Ramadhan juga akan
mengalami peningkatan hormon kortisol.

Kesimpulannya, hormon kortisol akan meningkat kadar nya dalam


bulan Ramadhan sebagai respon menghadapi perubahan aktifitas harian
seperti makan, minum (terutama kopi), kehamilan, dan tidur. Khusus bagi
pasien yang mengalami hipertensi, disarankan untuk mengurangi konsumsi
kopi agar tidak terjadi peningkatan hormon kortisol sehingga tekanan darah-
pun meningkat. Penelitian tentang efek puasa Ramadhan terhadap kadar
hormon kortisol masih sangat minim sehingga masih dibutuhkan penelitian
lanjutan baik dengan responden orang sehat atau dengan penyakit tertentu.

 Puasa Ramadhan Bagi Kekebalan Tubuh


Sistem imun adalah sistem tubuh manusia yang memiliki fungsi untuk
melawan semua penyebab penyakit seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan
zat-zat penyebab alergi. Salah satu penanda istem imun yang dapat diukur
melalui pemeriksaan laboratorium adalah immunoglobulin (Ig) atau yang
sering disebut antibodi. Terdapat beberapa jenis antibodi yaitu IgG (gamma),
IgA (alpha), IgM (mu), IgD (delta) and IgE (epsilon). Dalam sebuah
penelitian dijelaskan bahwa puasa Ramadhan dapat meningkatkan kadar IgA
dan IgG. IgG adalah jenis antibodi yang memiliki jumlah terbanyak dalam
tubuh sehingga ketika meningkat akan menguatkan kondisi fisik seseorang
untuk melawan bakteri atau virus penyebab penyakit. Penelitian lain
menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak memiliki pengaruh terhadap
sistem imun pada orang sehat. Sebaliknya, terdapat beberapa penelitian yang
menunjukkan menurunnya asupan makanan pada saat Ramadhan akan
menurunkan fungsi sistem imun. Puasa Ramadhan juga akan menurunkan
kadar IgA yang salah satunya terdapat dalam air ludah. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan akan pentingnya menjaga kesehatan mulut saat
menjalankan puasa di bulan Ramadhan dengan rutin sikat gigi atau memakai
obat kumur untuk memproteksi dari gangguan bakteri penyebab penyakit
gigi.
Kesimpulannya, meskipun terdapat penelitian dengan hasil yang
bertentangan terkait efek puasa Ramadhan terhadap sistem imun, maka bagi
yang tengah menjalankan puasa Ramadhan disarankan untuk tetap
mengkonsumsi makanan yang secara ilmiah memiliki peran meningkatkan
fungsi sistem imun di antaranya button mushroom/jamur kancing, semangka,
bayam, teh hijau, sweet potato/ubi jalar, dan brokoli.

 Puasa Ramadhan Bagi Pasien dengan Ulkus Peptikum


Ulkus peptikum adalah sejenis luka yang terjadi pada lambung dan usus

I
18
dua belas jari. Penyakit tersebut disebabkan karena paparan asam dan enzim
pencernaan yang berlangsung lama, merokok, stress psikologis, hipertensi,
penurunan nafsu makan, diabetes, riwayat dari keluarga, obat aspirin dan
juga bakteri Hilobacter Pilori. Tanda-tanda penyakit ini adalah nyeri
epigastrik (nyeri di sekitar lambung dan dapat terjadi saat bangun tengah
malam/ di antara dua makan), kehilangan nafsu makan dan penurunan berat
badan. Puasa Ramadhan ternyata memiliki pengaruh terhadap penyakit ulkus
peptikum. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa kejadian ulkus peptikum
pada bulan Ramadhan lebih tinggi dibandingkan sebelum Ramadhan. Sebuah
studi di India juga menyimpulkan bahwa pasien dengan ulkus peptikum tidak
disarankan untuk puasa karena akan memperlama proses penyembuhan ulkus
tersebut bahkan jika tetap melaksanakan puasa dapat beresiko terjadi
perdarahan.

Kesimpulannya, pasien dengan ulkus peptikum tidak disarankan untuk


berpuasa. Namun jika tetap ingin berpuasa dianjurkan untuk mengkonsumsi
obatobatan setelah konsultasi dengan tim kesehatan. Penelitian dengan
variabel puasa Ramadhan dan ulkus peptikum masih belum banyak
dilakukan terutama penelitian kualitatif misalnya untuk mengetahui
pengalaman atau persepsi pasien dengan ulkus peptikum terhadap
pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.

 Puasa Ramadhan Bagi Pasien dengan Kanker


American Cancer Society dan National Cancer Institute melaporkan
bahwa lebih dari 15,5 juta orang America memiliki riwayat kanker per 1
Januari 2016. Prevalensi kanker yang dimaksud adalah kanker prostat
(3,306,760 orang), kanker kolon dan rektum pada laki-laki (724,690 orang),
melanoma/kanker kulit pada lakilaki (614,460 orang), kanker payudara
(3,560,570 orang), kanker korpus uteri (757,190 orang), dan kanker kolon
serta rektum pada perempuan (727,350 orang). Lebih dari 56 % pasien telah
didiagnosa kanker 10 tahun yang lalu, 47 % pasien berada dalam umur 70
tahun atau lebih. Angka penderita diprediksi akan meningkat hingga secara
total melebihi 20 juta orang per tahun 1 Januari 2026.

Prevalensi penyakit kanker di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 % atau


diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks dan payudara
merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di indonesia pada
tahun tersebut. Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 0,2% atau diperkirakan sebanyak 25.012 penderita. Sebuah survey di
Rumah Sakit Dharmais selama 4 tahun berturut-turut menghasilkan data
penyakit kanker yaitu kanker payudara, serviks, paru, ovarium, rektum,
tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring. Jika dilihat berdasarkan umur,
prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok umur 75 tahun ke
atas. Beberapa faktor yang diketahui menimbulkan kanker adalah kurangnya
konsumsi sayur dan buah, merokok, obesitas, sering mengonsumsi makanan
berlemak, mengkonsumsi makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi
makanan hewani berpengawet. Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif
untuk menekan prevalensi kanker pada tahun-tahun berikutnya.

I
19
Kaitannya dengan puasa Ramadhan, bahwa puasa Ramadhan ternyata
dapat memperbaharui sel dan sistem kekebalan tubuh khususnya pada sel
yang dapat mengendalikan pertumbuhan kanker. Sebuah penelitian telah
dilakukan untuk mendukung pernyataan tersebut pada pasien yang menderita
kanker pankreas, payudara, usus besar, prostat, dan paru-paru. Namun
demikian, pelaksanaan puasa Ramadhan pada pasien kanker masih
menyisakan problem khususnya pada kualitas hidup pasien kanker dan
kepatuhan terhadap mengkonsumsi obat. Maka dari itu pasien menderita
kanker yang berkeinginan untuk melaksanakan puasa Ramadhan
membutuhkan informasi dari tim kesehatan seperti dokter onkologi, ahli
nutrisi, ahli psikologi begitu juga dengan ahli hukum islam. Penelitian-
penelitian yang berkaitan dengan variabel puasa Ramadhan dan kanker masih
sangat minim sehingga hal ini menjadi peluang untuk melakukan penelitian
seputar dua hal tersebut.

 Puasa dan Hipertensi


Secara teori, banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah seseorang
selama Ramadhan, termasuk perubahan pola tidur, perubahan pola makan,
dan perubahan pola konsumsi obat. Studi pada pasien berpuasa tidak
menunjukkan perbedaan bermakna tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik, baik tekanan darah 24 jam maupun periode nokturnal-diurnal.
Perck, dkk. yang meneliti 17 orang pasien hipertensi dalam terapi tidak
mendapatkan perbedaan bermakna tekanan darah 24 jam sebelum dan selama
Ramadhan. Ural, dkk. juga menemukan tidak terdapat perbedaan tekanan
darah 24 jam yang bermakna meski terdapat peningkatan ringan tekanan
darah saat sahur. Studi ini menyimpulkan bahwa pasien-pasien hipertensi
tidak berkomplikasi dapat menjalani puasa Ramadhan dengan baik. Umum
nya, variasi tekanan darah terjadi akibat perubahan pola tidur, aktivitas, dan
pola makan. Oleh sebab itu, perlu dipastikan pasien-pasien hipertensi yang
telah mendapatkan pengobatan untuk tetap meneruskan pengobatannya
selama puasa. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
pasien hipertensi selama puasa Ramadhan antara lain:
(1) manajemen berisifat individual;
(2) pasien harus di edukasi agar tetap teratur menjalani terapi baik
dengan obat maupun non-farmakologis;
(3) diuretik sebaiknya dihindari, atau dosis diturunkan dan diberikan
setelah ifthar
(4) pasien perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa untuk
kemungkinan penyesuaian dosis;
(5) terapi sekali sehari dengan preparat kerja panjang sangat dianjurkan;
(6) pasien tetap diedukasi untuk mengonsumsi diet rendah garam dan
rendah lemak;
(7) pasien dengan hipertensi yang sulit dikendalikan, dianjurkan agar
tidak berpuasa hingga tekanan darahnya dapat terkendali; dan
(8) krisis hipertensi harus ditatalaksana segera dan tidak dianjurkan
untuk berpuasa.

I
20
2.5 Proses Autophagy dan Mitophagy saat Berpuasa

Ilustrasi autophagy yang menyediakan bahan bakar untuk energi dan blok bang
unan untuk pembaruan sel. Setelah infeksi, autophagy dapat menghancurkan ba
kteri dan virus dan berkontribusi terhadap perkembangan embrio juga diferensi
asi sel.

Autofagi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: auto (sendiri) dan phagein (me


makan) sehingga secara etimologis, ia berarti “memakan diri sendiri”. Dalam k
hazanah biologi sel, autofagi berkenaan dengan bagaimana sel-sel ternyata dapa
t memakan dirinya sendiri dalam rangka menghancurkan dan mendaur ulang ko
mponen-komponennya. Autofagi adalah mekanisme pembongkaran bagian-bag
ian sel yang sudah tua (seperti organel-organel sel, protein, dan membran sel) y
ang terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mempertahankanny
a.

Sel yang bisa memakan dirinya sendiri mungkin kedengarannya kejam yan
g masih awam, tetapi di balik itu ada hikmah penciptaan yang luar biasa. Sel-sel
tubuh memang diprogram oleh Allah Swt secara alami untuk hancur dan mati d
emi memelihara kesehatan tubuh manusia. Jika diibaratkan, sel-sel tubuh itu se
perti motor tua. Ketika masih baru, ia begitu prima, tetapi lama-kelamaan mesi
n-mesinnya menjadi tua dan akhirnya ia tidak bisa dikendarai lagi. Logisnya, ap
a yang dilakukan adalah memutuskan menjual saja motor itu ke tukang loak. U
angnya bisa untuk membeli motor baru, sementara di tukang loak, motor itu aka
n dibongkar dan dicari bagian-bagiannya yang kiranya masih bisa dimanfaatkan
untuk keperluan yang lain.

Seperti itulah autofagi, hanya saja pembongkaran dan daur ulangnya terjad
i di level sub-selular. Ketika sel menua, tubuh mengganti tidak serta-merta men
gganti keseluruhannya. Ketimbang membunuh seluruh sel (apoptosis), yang dil
akukan tubuh hanyalah mengganti bagian-bagiannya yang rusak saja dan kemu
dian dibuat organel yang baru untuk menggantikannya.

Autofagi sangat penting bagi kelangsungan hidup sel dan menjaga sel

I
21
tetap sehat. Tanpa autofagi, sel-sel tubuh manusia tidak akan bertahan. Autofagi
ibarat sistem pembuangan limbah dalam sel, yang tanpanya sampah-sampah
akan menumpuk dan mengganggu keberfungsian sel-sel itu. Ini sama seperti
jika lingkungan tempat tinggal kita tidak memiliki sistem pembuangan sampah.
Sampah jadi ada di mana-mana, mengganggu pemandangan, dan menjadi
sumber penyakit. Lewat pembersihan diri di tingkat sel, autofagi memainkan pe
ran penting dalam pemeliharaan kesehatan tubuh keseluruhan.

Berbagai riset membuktikan bahwa autofagi berperan menekan


pertumbuhan sel tumor. Riset yang masih berlangsung pun terus menyelidiki ba
gaimana gangguan atau disfungsi autofagi berkaitan dengan kemunculan kanke
r, diabetes tipe 2, penyakit-penyakit infeks virus dan bakteri, penyakit-penyakit
imunologis (disebabkan oleh penurunan imunitas tubuh), dan penyakit-penyakit
neurodegeneratif (disebabkan oleh penurunan fungsi sel saraf) karena proses pe
nuaan, seperti Parkinson dan Alzheimer.

Uniknya, autofagi tidak terjadi ketika sel ‘kenyang’ karena banyaknya


pasokan nutrien, melainkan ketika ia ‘kelaparan’. Autofagi adalah respon
adaptasi sel ketika mengalami stres berupa ‘lapar’. Ketika sel-sel lapar, mereka
mengkonsumsi protein-protein yang ada pada diri mereka sendiri untuk
mendapatkan bahan bakar untuk energi terus hidup. Protein-protein yang
dimakan ini adalah protein-protein dari organ-organ sel yang telah rusak. Dari
proses itulah, autofagi mengeliminasi bagian-bagian sel yang rusak dengan
hasil akhirnya, sel berkesempatan memperbarui dirinya sendiri dengan
membentuk bagian-bagian yang baru. Ini ibarat ketika kita hendak membeli
kursi baru untuk mengganti kursi lama di ruang tamu, kursi yang lama perlu
disingkirkan dulu agar yang baru punya tempat. Dengan autofagi, homeostatis
atau keseimbangan dalam tubuh sel dapat tetap terjaga.

Selain itu, autofagi juga adalah respon pertahanan sel dari serbuan virus-
virus dan bakteri ketika terjadi infeksi. Autofagi menghindarkan sel dari bahaya
mikroorganisme asing dengan mengirim virus dan bakteri itu untuk didaur
ulang dan mengeliminasinya. Dengan ini, autofagi pun menjadi kunci

I
22
pengendalian perkembangan penyakit infeksi dalam tubuh.

Ilustrasi Autofagi Sumber: martinajohansson.se

Puasa Mengaktivasi Autofagi

Sejak mekanisme autofagi ditemukan, mempercepat autofagi pun mulai


menjadi metode pencegahan dan penyembuhan berbagai penyakit. Aktivasi
autofagi dapat dilakukan dengan mengurangi nutrisi yang diterima sel dengan
cara tidak makan alias puasa.

Ketika seseorang makan, hormon insulin yang mengatur metabolisme


karbohidrat dalam tubuh akan meningkat, sementara glukagon menurun. Ketika
ia berpuasa, yang sebaliknya yang terjadi; insulin menurun, sementara
glukagon yang berfungsi meningkatkan kadar gula darah meningkat.
Peningkatan glukagon inilah yang menstimulasi proses autofagi yang
membersihkan sel dari organ-organnya yang rusak. Sementara itu, apa yang
bisa mematikan proses autofagi? Makan. Pasokan gula dan protein yang
berlebihan membuat pembersihan diri terhambat. Hal ini terbukti, misalnya
pada tubuh penderita penyakit Alzheimer dan kanker, terdapat akumulasi atau
penumpukan protein abnormal yang lama tidak dibersihkan. Jika autofagi
berlangsung dengan normal, maka penumpukan ini tidak terjadi dan seseorang
pun dapat tercegah dari penyakit-penyakit tersebut.

Meski tidak makan dan lapar penting bagi kelangsungan proses autofagi,
ada hal yang harus diperhatikan. Autofagi adalah proses yang diatur dengan
sangat hati-hati oleh tubuh. Autofagi yang tak terkontrol dan berlangsung
berlebihan karena seseorang lapar berkepanjangan (misal karena diet yang
terlalu ketat atau tidak makan sama sekali) sama buruknya dengan autofagi
yang melemah karena kenyang berkepanjangan (karena terus-menerus makan
dan mengkonsumsi pangan tinggi karbohidrat dan protein).
Hidup ini soal keseimbangan, autofagi pun demikian. Tidak boleh
kekurangan, tidak boleh kebanyakan. Para dokter di Barat, berdasarkan
pengetahuan ini kini menyarankan agar orang-orang yang ingin sehat dengan
sekali-kali melewatkan makan (skipping meal) atau berpuasa secara berselang
hari (intermitten fasting). Ini tidak hanya meningkatkan proses autofagi, tetapi
juga meningkatkan fungsi kognitif yang membuat seseorang lebih mudah
belajar, serta banyak manfaat lainnya. Dokter-dokter tersebut pun
mensyariatkan (baca: menggariskan pedoman), berpuasa versi mereka sebagai
bagian dari program detoks, yakni sekali atau dua kali seminggu dengan lama
waktu 12-36 jam meninggalkan makan dan bersamaan dengan itu
mengkonsumsi banyak air putih.

I
23
Autophagy ditandai oleh peningkatan vesikel membran ganda (juga diken
al sebagai autophagosom atau vesikula autophagic) dan degradasi golgi. Autop
hagy meningkatkan kelangsungan hidup sel sebagai respons terhadap stres; Na
mun, begitu autophagy dilebih-lebihkan, sel-sel dapat berkembang menjadi ke
matian sel autophagic.

Ada empat tahap dalam proses autophagic: (1) induksi, (2) nukleasi vesikel,
(3) elongasi membran autophagosome dan (4) terminasi / fusi dan degradasi.

Dalam status normal seperti nutrisi yang memadai, kompleks mTORC1 (mTOR /
GpL / Raptor / PRAS40) berinteraksi dengan kompleks ULK1 (ULK1 / 2-Atg13-FIP2
00-Atg101) untuk menghambat autophagy. Ketika kompleks mTORC1 merasakan teka
nan genotoksik dari hipoksia, kelaparan dan tingkat energi yang rendah, mTORC1 me
misahkan diri dari kompleks ULK1 dan memulai autophagy. Bukti terbaru menunju
kkan bahwa kompleks mTORC1 juga diatur oleh PI3K-1 / Akt, MAPK / ERK d
an jalur pensinyalan AMPK. Activated AMPK phosphorylates Raptor dan men
ghambat mTOR, yang mengarah pada aktivasi autophagy

Kompleks Beclin-1 (PI3Kinase kelas III, p150, Beclin-1 dan Atg14) sangat
penting untuk nukleasi vesikel dan menstimulasi fusi autofagosom dengan lisosom
[ 94 - 98 ]. Selama tahap nukleasi vesikel, Beclin-1 berinteraksi dengan Atg14L, Bcl2,
Rubicon, p150 dan PI3Kinase kelas III protein. Beberapa regulator seperti protein Bcl-
2 (protein anti-apoptosis) dan Rubicon bind Beclin-1 dan menghambat tahap nukleasi
vesikel autophagy.

Keterlibatan membran autophagosome dilakukan oleh sistem konjugasi seperti


ubiquitin seperti Atg12 dan LC3 :

I
24
(1) Sistem konjugasi mirip ubiquitin Atg12: Atg12 yang mirip ubiquitin
dikonjugasikan ke Atg5, Atg7 dan Atg10. Atg10 berfungsi sebagai enzim
E2. Kompleks Atg5-Atg12 / Atg16L diatur oleh kompleks Beclin-1 dan
terlokalisasi ke permukaan cembung membran isolasi.
(2) Sistem konjugasi mirip ubiquitin LC3: LC3 dibelah oleh protease sistein
Atg4, diproses secara berurutan oleh Atg7 dan Atg3 dan kemudian
dikonjugasikan ke membran lipid fosfatidletanolamin (bentuk terkonjugasi
disebut LC3-II). Kompleks Atg5-Atg12 / Atg16L1 diperlukan untuk
mempromosikan transformasi LC3-I ke LC3-II.

Pada tahap akhir autophagy, autophagosome menyatu dengan lisosom untuk


membentuk autophagolysosomes. Autophagy memungkinkan degradasi dan daur
ulang komponen seluler yang teratur Tujuan autophagy adalah untuk memastikan
kontrol kualitas organel dan protein, serta perlindungan homeostasis intraseluler dalam
stres dan efisiensi nutrisi.

2.6 Amalan-Amalan baik Saat Berpuasa

 Membaca Alquran
Membaca Alquran sangat dianjurkan bagi setiap Muslim di setiap waktu
dan kesempatan. Rasulullah SAW bersabda:“Bacalah Alquran, sesungguhnya
ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang
yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya). (HR Muslim).

Dan membaca Alquran lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, kare
na pada bulan itulah diturunkannya Alquran.“(Beberapa hari yang ditentukan i
tu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai pet
unjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS al-Baqarah [2]:
185).

Rasulullah SAW selalu memperbanyak membaca Alquran di hari-hari Ra


madhan, seperti diceritakan dalam hadis Aisyah RA, ia berkata: “Saya tidak p
ernah mengetahui Rasulullah SAW membaca Alquran semuanya, shalat sepan
jang malam, dan puasa sebulan penuh, selain di bulan Ramadhan.” (HR Ahma
d).

Dalam hadis Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan al-Bukhari, disebutkan b


ahwa Rasulullah SAW melakukan tadarus Alquran bersama Jibril AS di setiap
bulan Ramadhan.

 Mendirikan shalat Tarawih berjamaah


“Sesungguhnya Rasulullah SAW keluar pada waktu tengah malam, lalu
beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi
hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi SWT mengerjakan sha
lat (di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi
hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya.

Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah b


anyak, lalu Rasulullah SAW keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam

I
25
keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga Rasulullah
SAW hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh.

Tatkala selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum Mu


slimin, kemudian membaca syahadat dan bers7abda, “Sesungguhnya keduduk
an kalian tidaklah sama bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan ke
pada kalian, lalu kalian tidak sanggup melaksanakannya.” Rasulullah SAW w
afat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
RA).

Kemudian, pada zaman Khalifah Umar bin Khattab RA, shalat Tarawih k
embali dilakukan secara berjamaah di Masjid. Dan hal itu disepakati oleh sem
ua sahabat Rasulullah SAW pada masa itu. Wallahu A'lam.

 Menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar


Lailatul qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari pada seribu
bulan. Menurut pendapat paling kuat, malam kemuliaan itu terjadi di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil, yaitu m
alam 21, 23, 25, 27, dan 29.
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS al-Qadar [97]: 3).

Malam itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah SAW bersa
bda: “Dan barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul qadar semata-mat
a karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni d
osa-dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari).

Yang dimaksud dengan menghidupkan lailatul qadar adalah dengan mem


perbanyak shalat malam, membaca Alquran, zikir, berdoa, membaca shalawat,
tasbih, istighfar, i’tikaf, dan lainnya. Aisyah RA berkata, ‘Aku bertanya, “Wa
hai Rasulullah, jika aku mendapatkan lailatul qadar, maka apa yang aku ucapk
an? Beliau menjawab, ‘Bacalah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Peng
ampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku.”

 Memperbanyak sedekah
Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah, dan Rasul SAW leb
ih pemurah lagi di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas
RA, ia berkata: “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling pemurah, dan b
eliau lebih pemurah lagi di bulan saat Jibril AS menemui beliau, …” (HR Buk
hari).

 Melaksanakan ibadah umrah


Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah mel
aksanakan ibadah umrah. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa nilai pahalanya
sama dengan melaksanakan ibadah haji. “Umrah di bulan Ramadhan sama den
gan ibadah haji.”

 Memperbanyak Itikaf
Itikaf dalam bahasa adalah berdiam diri atau menahan diri pada suatu tem

I
26
pat, tanpa memisahkan diri. Sedang dalam istilah syar’i, itikaf berarti berdiam
di Masjid untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara tertentu, sebagaima
na telah diatur oleh syariat.

Itikaf merupakan salah satu perbuatan yang dikerjakan Rasulullah SAW,


seperti yang diceritakan oleh Aisyah RA: “Sesungguhnya Nabi SAW selalu i’ti
kaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai meninggal dunia,
kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sesudah beliau.” (Muttafaqun alaih)

2.7 Pengertian Al-Qur’an

Al-quran merupakan kitab suci terakhir umat Islam sebagai pedoman hidu
p dan penyempurna dari ajaran-ajaran agama sebelumnya. Alquran sarat denga
n makna dan relevan dengan segala zaman. Penunjukan Allah SWT kepada Na
bi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup para nabi dan rasul sang
at tepat bilamana disandingkan dengan Alquran sebagai mu‟jizatnya. Keberada
an Al-quran akan terus dikaji dan diteliti dari segala hal, karena Alquran memu
at berbagai petunjuk yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan alam,
baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Alquran dalam realisasinya mam
pu membentuk karakter dan kesadaran manusia akan Tuhannya sekaligus sebag
ai khalifah di bumi. Seyogyanya setiap manusia berusaha mengenal, memperhat
ikan dan mempelajari Alquran secara menyeluruh agar dalam kehidupannya ter
cipta kebermanfaatan dan kebaikan bagi sesama. Sesuai dengan firman Allah S
WT dalam Surah Muhammad (47):  

Artinya: “Tidakkah mereka menghayati Alquran ataukah hati mere


ka terkunci?”. (QS. Muhammad:24)

Penolakan sebagian orang terhadap kemurnian dan kemu‟jizatan Alquran


menunjukkan bahwa ia tidak mengimani Alquran sebagai kitab suci terakhir da
n paling sempurna isinya. Kemajuan ilmu pengetahuan modern tentu tidak lepa
s dari sumbangsih Alquran yang bersumber dari Yang Maha Akbar. Kalau saja
mereka mengikuti isyarat-isyarat dalam Alquran tentu banyak kemanfaatan dan
kebaikan yang akan ditemui oleh manusia menuju keridhaan Allah SWT.

Al-quran sebagai wahyu Allah sangat disakralkan oleh kalangan umat isla
m sebagai kitab suci terakhir yang mengandung petunjuk dan pedoman hidup m
anusia agar selamat di dunia dan akhirat. Alquran tidak hanya cukup dibaca ma
upun dihafal melainkan juga perlu pengkajian dan penelitian. Alquran apabila d
ikaji maka semakin tampak kedalaman dan keluasan maknanya maka perlu kes
ungguhan, keahlian khusus dan keuletan dalam meneliti dan mengkaji Alquran
bukan hanya pada teksnya melainkan juga pada segala aspek yang terkait denga
n Alquran karena tidak semua orang mampu menyelami makna Alquran secara

I
27
menyeluruh. Selain sebagai petunjuk, Alquran juga menjadi pembeda antara ke
benaran dan kebatilan. Itulah sebabnya penulis ingin memberikan uraian tentan
g wahyu dan cara penyampaiannya, pengertian Alquran dan nama-nama Alqura
n, tahapan turunnya Alquran, struktur Alquran, tinjauan khusus tentang jumlah
ayat Alquran, muatan Alquran secara global dan fungsi Alquran.

2.8 Fungsi Al-Qur’an

Al-quran diturunkan semata-mata untuk kepentingan manusia dan keberla


ngsungan hidup seluruh makhluk khususnya manusia sebagai pengendalinya. S
esuai dengan firman Allah SWT yang menyatakan bahwa segala kerusakan di
muka bumi banyak diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia yang kurang
bertanggungjawab. Begitu juga sebaliknya manusia bumi bisa makmur dan dam
ai juga karena perbuatan-perbuatan manusia. Alquran merupakan solusi terbaik
dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup manusia agar tetap seimbang sejala
n dengan sunnatullah yang perlu dilestarikan bahkan dikembangkan. Untuk hal
itulah Alquran diturunkan sebagai pedoman hidup dan kehidupan bukan hanya
hubungan antara manusia dengan Tuhannya melainkan juga dengan seluruh ma
khluk dan alam. Diantara fungsi Alquran bagi manusia adalah:

 Al-Qur‟an sebagai nasehat (mau‟izhah).


Ada beberapa pendapat terkait arti dari mau‟idzhah diantaranya Ibnu Ma
nzur mengutip dari Ibnu Sayyidih, mau‟izhah adalah peringatan yang tujuann
ya untuk melunakkan hati manusia disertai ganjaran dan ancaman. Menurut A
l-Isfihani mengutip pendapatnya al-Khalil, mau‟izhah adalah peringatan agar
berbuat baik yang dapat melunakkan hati. Dan „Ali bin Muhammad al-Jarjani
mau‟izhah adalah segala sesuatu yang dapat melunakkan hati yang keras, me
ngalirkan air mata dan memperbaiki kerusakan. Secara umum, mau‟izhah ada
lah nasehat yang bertujuan untuk merubah sifat dan sikap manusia menjadi le
bih baik dan bermanfaat. Dengan demikian Alquran dapat disebut sebagai pe
mberi peringatan yang baik (mau‟izhah alhasanah) sebagaimana firman Allah
dalam surat Yunus (10) ayat 57:
         
          

     


Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (y
ang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-oran
g yang beriman”.

 Obat (syifa‟)
Seperti yang telah disinggung pada ayat diatas bahwasanya selain sebaga
i pemberi nasehat Alquran juga menyebut dirinya sebagai obat (syifa‟) dan si
si lain menyebut madu lebah sebagai obat. Obat dalam pengertian khusus bera

I
28
rti mengobati suatu penyakit dalam, baik bersifat individual maupun sosial. C
ontoh “penyakit-penyakit yang bersifat individual seperti strees, kegundahan
dan pikiran kacau. Sedangkan penyakit sosial seperti sikap fanatisme, hedonis
me, fitnah, kecanduan narkoba, korupsi dan krisis moralitas”.

Pengobatan cara Alquran lebih diarahkan ada perbaikan hati karena jika
hati manusia itu baik maka baik pulalah sifat dan tingkah lakunya sebaliknya
jika hati manusia itu kotor (buruk) maka buruk pulalah sifat dan sikap manusi
a. Hati yang sehat akan membentuk pikiran dan tubuh manusia juga ikut sehat
secara otomatis segala perbuatan yang dihasilkan manusia itu berdampak posi
tif dan bermanfaat bagi manusia, makhluk lainnya dan juga alam semesta.

 Petunjuk (hūdan)
Secara bahasa, kata hūdan berasal dari kata hadā-yahdī-hūdan wa hidāya
h yang berarti “memberi petunjuk pada jalan yang benar”. Secara istilah “hidā
yah adalah tanda yang menunjukkan pada hal-hal yang dapat menyampaikan
seseorang kepada yang dituju”. Jadi, Alquran sebagai petunjuk karena mengaj
arkan manusia pada jalan yang dapat mengantarkan dirinya pada tujuan hidup
yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

 Rahmat
Muhammad Mahmud Hijazi mendefinisikan “rahmat sebagai kelembuat
an hati yang melahirkan ihsan perbuatan baik (ihsān), ramah dan kasih sayan
g”. Dari pengertian ini rahmat mengandung tiga perkara yang saling berkaitan
satu dengan lainnya yaitu perbuatan baik, sifat ramah tamah dan kasih sayang.

Pertama, perbuatan baik. Manusia yang memiliki kecenderungan berbua


t baik bisa dipastikan tidak akan memilah dan memilih lawan bicaranya. Siap
apun saja bisa menjadi kawannya. Sikap yang seperti ini hanya dimiliki oleh
manusia-manusia yang sudah tercerahkan hati dan pikirannya sehingga ia sen
antiasa berpikir untuk berbuat baik termasuk kepada musuh sekalipun. Begitu
juga sebaliknya orang yang memiliki kecenderungan berbuat dhalim atau ania
ya akan menarik dirinya untuk berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang la
in dan lebih mengedepankan kepentingan dirinya dairpada kepentingan orang
lain. Kedua, sifat ramah tamah. Sifat ramah tamah ini telah dicontohkan Nabi
Muhammad dan para ulama-ulama. Sikap ramah pada masyarakat dan lingku
ngannya menjadikan Islam mudah diterima oleh semua kalangan dan tidak m
embeda-bedakan unsur luarnya (dhahiriyah). Ketiga, kasih sayang. Alquran s
ebagai sebuah kitab suci yang didalamnya banyak mengandung sifat-sifat ket
uhanan berarti Alquran merupakan perwujudan rahmat Allah kepada manusia
dan alam semesta. Hilangnya kasih sayang akan membentuk karakter yang ka
sar dan bahkan mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itulah Nabi
Muhammad mengajarkan umatnya untuk saling menyayangi orang dan saling
menghormati.

 Pembeda (furqān)
Menurut arti dari kata furqān adalah pembeda. Yakni pembeda antara pe
rkara yang benar (haq) dan yang salah (bathil), antara jalan keselamatan dan j

I
29
alan kesengseraan. Manusia telah dibekali akal dan pikiran untuk menjadi alat
menilai dan memilih diantara keduanya. Penciptaan manusia dibandingkan m
akhluk-makhluk lainnya sangat berbeda jauh, baik dari unsur fisik maupun no
n psikisnya.

2.9 Keutamaan Al-Qur’an

1. Menjadi manusia yang terbaik


"Dari Utsman bin 'Affan rad, dari Nabi saw, beliau besabda: Sebai
k-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarka
nnya." HR. Al-Bukhari.

2. Kenikmatan yang tiada bandingnya


Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda: 'Tidak
boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali
dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian
tentang al-Qur`an, maka dia melaksanakannya (membaca dan
mengamalkannya) malam dan siang hari. Dan seorang yang diberi oleh
Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan sepanjang hari dan
malam."Muttafaqun alaih.

3. Al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat


Dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: "Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan
datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang
membacanya, mempelajari dan mengamalkannya)." HR. Muslim.

4. Pahala berlipat ganda


Dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka untuknya
satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali
lipat. Saya tidak mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, akan tetapi alif
adalah satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf." HR. At-
Tirmidzi.

5. Dikumpulkan bersama para malaikat


Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW
bersabda: "Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam membac
anya maka ia dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berba
kti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`an dan ia masih terbata-bat
a dan merasa berat dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala."
Muttafaqun 'alaih.

Inilah sebagian dari anjuran dan keutamaan membaca alQur`an, da


n yang perlu diingat bahwa pahala membaca al-Qur`an diperoleh bagi si
apa pun yang membacanya, walau tidak memahami makna dan tafsirnya.
Kendati kalau bisa memahaminya pahalanya tentu lebih baik dan lebih
banyak pahalanya. Sebagian ulama menyebutkan beberapa hikmah keist

I
30
imewaan membaca al-Qur`an yang pahalanya bisa diperoleh kendati tid
ak memahamainya, di antaranya adalah:

1. Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-


Qur`an dari perubahan dan campur tangan manusia, seperti yang
menimpa kitab-kitab sebelumnya.
2. Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperku
at persatuan agama, dan memudahkan sarana komunikasi di anta
ra mereka serta memperkokoh barisan mereka.
3. Sebagai langkah pertama bagi pembaca al-Qur`an untuk tadabbu
r, memahami dan mengamalkan al-Qur`an.

2.10 Membaca Al-Qur’an sebagai Olahraga Pernapasan

Al-Qur`an adalah kalamullah firman Allah Swt yang diturunkan kepada N


abi betapa sempurnanya Al-Qur’an dengan hukum-hukum dan ajaran-ajaran All
ah SWT yang tetap aktual dan akurat. Ia berbicara tentang berbagai sisi dan sud
ut kehidupan, baik tentang akidah, ibadah, etika pergaulan sesama manusia dan
alam sekitarnya, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, merupa
kan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan
Al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. M
embaca Al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya,
kemudian diteruskan dengan tadabbur yaitu dengan merenungkan dan memaha
mi maknanya sesuai petunjuk salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehid
upan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya.

Membaca Al Qur’an pada dasarnya mempunyai tata aturan tertentu yang t


elah ditetapkan. Allah SWT telah mensyariatkan kepada orang yang membaca
Al Qur’an untuk mengetahui dan menetapkan tata cara membaca Al Qur’anul-k
arim. Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membaca Al Qur’an
ul-karim sebagaimana firman-Nya,

‫َترْ تِيلًا‬ َ ‫أَ ْو ِز ْد َع َل ْي ِه َو َر ِّت ِل ْٱلقُرْ َء‬


‫ان‬
Terjemahan: Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran it
u dengan perlahan-lahan

Ayat ini mengandung arti membaca Al Qur’an harus dengan tumaninah (khusu
k) dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya terus-menerus sesuai
dengan tata aturan membacanya (Munir, 1995).

Paru-paru adalah salah satu organ yang berfungsi untuk bernafas. Secara a
natomi paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru bagian kanan dan paru
paru bagian kiri. Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus dan paru-paru bagian ki
ri terdiri dari dua lobus (Guyton, 2001).

Sistem kerja paru dalam melakukan pengambilan udara pernafasan melalui

I
31
dua macam cara, yaitu : naik turunnya diafragma untuk memperbesar dan memp
erkecil rongga dada, pengangkatan dan penurunan tulang dada, serta tulangtulan
g iga bertambah sehingga mengurangi diameter anteroposterior rongga dada (G
uyton, 1998). Jika tidak ada gangguan dan tidak ada latihan khusus maka parupa
ru akan bekerja seperti ini seterusnya dalam mencukupi kebutuhan udara pernaf
asan pada manusia, akan tetapi jika paru-paru mendapat latihan yang intensif, sa
ngat dimungkinkan akan mengalami pengembangan, dan dengan pengembanga
n paru tersebut, pengambilan nafas udara juga akan bertambah. Hal ini tentunya
berhubungan dengan seorang qiro’ah (penghapal al-quran) yang selalu
membutuhkan udara pernafasan lebih banyak. Oleh karena itu, banyak ahli yang
membuktikan bahwa seorang qiro’ah memiliki kapasitas paru-paru yang lebih
besar dibandingkan dengan manusia normal. Membaca Al-Quran disamakan
dengan olahraga pernapasan.

Latihan nafas berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi oksigen dara


h di perifer hal ini terjadi karena pada saat latihan nafas dalam terjadi inspirasi
yang lebih dalam (lebih banyak udara yang masuk) sebagai akibat adanya kontr
aksi diafragma dan otot antar iga eksternal secara lebih kuat. Otot-otot inspirasi
tambahan juga menjadi lebih aktif sehigga semakin memperbesar rongga toraks.
Pada saat rongga toraks semakin membesar volumenya dibandingkan dengan k
eadaan istirahat, paru juga semakin membesar, sehingga tekanan intra-alveolus
semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran udara masuk paru sebelum
terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer, dan pernafasan menjadi lebih d
alam. Dampak lebih lanjut dari inspirasi yang lebih dalam adalah terbukanya po
ri-pori khon dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus di sebelahn
ya yang mengalami penyumbatan dan fibrosis, sehingga memungkinkan terjadi
nya peningkatan difusi gas yang tentunya akan berdampak pada meningkatnya
konsentrasi oksigen yang didistribusikan melalui darah ke seluruh jaringan tubu
h.

Sylvia (2006), menyatakan bahwa inspirasi efektif untuk membuka pori-p


ori khon dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus di sebelahnya
yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas ke
dalam alveolus yang tersumbat dapat dicegah (dalam keadaan normal absorpsi
gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedi
kit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang dia
bsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan). Selama ekspirasi,
pori-pori khon menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus yang tersumbat m
eningkat sehingga membantu pengeluaran sumbatan mukus. Bahkan dapat diha
silkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tert
utup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebalikn
ya pori-pori khon tetap tertutup sewaktu inspirasi dangkal, sehingga tidak ada v
entilasi kolateral menuju alveolus yang tersumbat, dan tekanan yang memadai u
ntuk mengeluarkan sumbatan mukus tidak akan tercapai.

Menurut Sherwood (2001), bahwa saat dilakukan latihan napas akan meny
ebabkan terjadinya peregangan alveolus. Peregangan ini akan merangsang peng
eluaran sufaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe 11 sehingga tegan

I
32
gan permukaan alveolus dapat diturunkan. Dengan menurunkan tegangan perm
ukaan alveolus, memberikan keuntungan untuk meningkatkan compliance paru.

Selain itu juga sebagaimana dikemukakan oleh Carolla (1992), bahwa latih
an yang teratur juga akan mengakibatkan meningkatnya aktifitas beta adrenergi
k saluran pernafasan yang menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan mengh
ambat sekresi mukus sehingga paru dapat memasukan dan mengeluarkan udara
dengan lebih baik, maka untuk dapat mencapai fungsi 10 paru yang optimal dip
erlukan latihan yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dilakukan latiha
n napas dalam secara efektif dan benar, maka akan terjadi peningkatan complia
nce paru. Latihan napas akan dapat mencapai ventilasi yang lebih terkontrol da
n efisien meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,
serta mengurangi udara yang terperangkap.

2.11 Pengaruh Murrotal terhadap Tubuh

a. Definisi
Al Qur’an adalah kitab suci yang mulia. Didalamya terdapat petunjuk,
nasehat, dan contoh bagi orang orang yang berfikir. Setiap muslim hendakny
a menjaga kedekatan dengan Al Qur’an dengan membacanya, mentadaburin
ya, memahaminya, serta terus berinteraksi dengannya (Cholil, 2014).

Menurut Djohan (2009), musik merupakan esensi dari komunikasi non


verbal, sehingga banyak orang secara tanpa disadari memberikan respon pos
itif. Oleh sebab itu, musik sangat aplikabel pada hal-hal nonverbal dan akan
mudah menstimuli klien. Murottal adalah salah satu jenis musik, yaitu reka
man suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-Qur’a
n). Bacaan Al-Qur’an dianggap sama dengan terapi musik.
Menurut Musbikin (2007), bacaan Al-Qur’an dengan murottal merupak
an bacaan dengan irama yang teratur, tidak ada perubahan yang mencolok, n
ada rendah dan tempo antara 60-70 bpm, sesuai dengan standar musik sebag
ai terapi. Dengan demikian, bacaan Al-Qur’an dapat dibandingkan sama den
gan irama musik. Bahkan memiliki nilai spiritual yang jauh lebih besar darip
ada musik.

Terapi murottal Al-Qur’an akan membawa gelombang suara dan mend


orong otak untuk memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptida ketika d
iperdengarkan. Molekul tersebut akan mempengaruhi reseptor-reseptor dala
m tubuh sehingga hasilnya tubuh merasa nyaman dan rileks. Hal tersebut ak
an menyebabkan nadi dan denyut jantung mengalami penurunan (Al-Kaheel,
2010).

b. Efek Terapi Murottal Al Quran pada Tubuh

Al Qur’an memiliki pengaruh yang luar biasa bukan hanya sekedar mak
nanya semata yang hanya bisa diketahui oleh orang yang membaca dan mem
ahaminya. Pengaruh Al Qur’an bahkan pada bunyi lafazh yang hanya dideng
arkannya sekalipun. Dr. Al-Qadhi, melalui penelitiannya di klinik Besar Flor

I
33
ida Amerika Serikat, berhasil membuktikan, bahwa hanya dengan mendenga
rkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an, seorang muslim baik mereka yang berbaha
sa arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat be
sar (Choli, 2014).

Pengaruh mendengarkan bacaan Al Qur’an diantaranya adalah penurun


an depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai m
acam penyakit. Dr. Al-Qadhi yang seorang dokter ahli jiwa melakukan penel
itian dengan ditunjang melalui bantuan peralatan alektronik terbaru untuk m
endetaksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit t
erhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya itu ia menyimpulkan, bacaan Al
Qur’an berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa d
an menyembuhkan penyakit (Choli, 2014).

Bacaan murottal Al Qur’an sebagai penyembuh penyakit jasmani dan r


ohani melalui suara, intonasi, makna ayat-ayat yang dapat menimbulkan per
ubahan baik terhadap organ tubuh manusia Menurut (Handayani, 2014). Me
mbaca atau mendengarkan Al Qur’an akan memberikan efek relaksasi, sehin
gga memeprlambat laju pembuluh darah, nadi, dan denyut jantung. Terapi A
l Quran ketika didengarkan pada manusia akan membawa gelombang suara
dan mendorong otak untuk memproduksi zat kimia neuropeptide. Molekul in
i akan mempengaruhi reseptor didalam tubuh sehingga hasilnya tubuh meras
a nyaman (Al-Kaheel, 2012). Al Qur’an mampu memacu sistem saraf parasi
mpatis yang mempunyai efek berlawanan dengan saraf simpatis. Sehingga te
rjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf otonom tersebut. Hal inilah yan
g menjadi prinsip dasar timbulnya respon relaksasi, yaitu terjadinya keseimb
angan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf non simpatis (Handayani,
2014).
Agar memperoleh penyembuhan yang optimal, orang yang sakit sebaik
nya mendengarkan Al Qur’an hendaknya juga memikirkan dan merenungka
n ayat-ayat yang didengarnya, sebab tadabbur (merenungkan) Al Qur’an dan
memahami maknanya juga merupakan bentuk pengobatan. Jika kita merenu
ngkan ayat-ayat Al Quran, kita akan temukan pembicaraan tentang segala ha
l, termasuk makna-makna yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. tid
ak terbatas pada pengobatan penyakit psikologis (Al Kaheel, 2012).

c. Mekanisme Kerja Terapi Murottal Al Qur’an

Terapi murottal Al Quran membuat kualitas kesadaran individu terhada


p Tuhan meningkat, baik individu tersebut tahu arti Al Qur’an atau tidak. Ke
sadara ini akan menyebabkan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah SWT, da
lam keadaan ini merupakan keadaan energi otak pada frekuensi 7-14 Hz. Kea
daan ini merupakan keadaan optimal sistem tubuh dan dapat menurunkan str
es dan menciptakan ketanangan (MacGregor, 2001).

Menurut Mindlin (2009) murottal Al Qur’an merupakan bagian instrum


en musik yang memiliki proses untuk menurunkan kecemasan. Harmonisasi
dalam musik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), me

I
34
nggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan ditelinga dalam, serta
menggetarkan sel-sel rambut dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf
koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan
dan otak kiri yang akan memberi dampak berupa kenyamanan dan perubahan
perasaan. Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik dapat
menjangkau wilayah kiri korteks cerebri.

Menurut Ganong (2008), setelah korteks limbik, jaras pendengaran


dilanjutkan ke hipokampus, dan meneruskan sinyal musik ke amigdala yang
merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar,
sinyal kemudian diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus merupakan area
pengaturan sebagai fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh seperti banyak
aspek perilaku emosional lainnya. Jaras pendengaran kemudian diteruskan ke
fermatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat otonom. Serat
tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan relaksasi
organ tubuh. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa sehingga timbul
ketenangan.

2.12 Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran Terhadap Peningkatan Ke


mampuan Konsentrasi

Konsentrasi merupakan keadaan pikiran atau asosiasi terkondisi yang


diaktifkan oleh sensasi di dalam tubuh. Seseorang memerlukan kondisi yang
rileks dan suasana yang menyenangkan untuk mengaktifkan sensasi tersebut.
Apabila kondisi tegang atau stres dapat membuat aktivitas berpikirnya tidak
maksimal (Dennison, 2008). Kecemasan dan ketegangan baik ketegangan
otot maupun ketegangan pikiran dapat mempengaruhi tingkah laku. Hal ini
menyebabkan individu menjadi stres dan tidak nyaman dalam memproses
informasi yang ada (Aini, 2012).

Pada saat stres terjadi peningkatan kadar kortisol yang akan


mengganggu aktivitas dari hippocampus yang berakibat menurunkan
kemampuan konsentrasi (McEwen, 1998). Konsentrasi tertinggi apa bila
seseorang tersebut dalam kondisi gelombang theta (3Hz – 7Hz). Otak
menciptakn LTP dalam bentuk gelombang theta (Kalat, 2007).Gelombang
theta sering terekam pada korteks parietal dan juga korteks temporan pada
anak-anak. Gelombang theta banyak dihasilkan pada saat melakukan
berbagai kegiatan keagamaan (Julianto, 2011; Schiffer, 2003; Guyton &
Hall, 2000; Garrett, 2003).

Kesulitan dalam berkonsentrai banyak disebabkan oleh ketegangan otot


dan juga ketegangan pikiran. Goldfried dan Davidson (dalam Aini, 2012)
menyatakan bahwa relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Individu yang mengalami
ketegangan dan kecemasan akan mengakibatkan aktifnya sistem saraf
simpatetis. Relaksasi dapat menekan rasa tegang dan cemas dengan cara
resiprok, sehingga timbul counterconditioning dan penghilangan

I
35
(Prawitasari, 1988). Relaksasi sendiri adalah kembalinya satu otot pada
keadaan istirahat setelah mengalami kontraksi atau peregangan atau suatu
keadaan tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (Chaplin, 1968).
Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa relaksasi bisa dikombinasi
dengan dzikir. Metode ini dikenal dengan relaksasi religius (Abdurrochman
dkk, 2008).

Dr. Al Qadhi (Syakir, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan


serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya
dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’- an, baik mereka yang bisa
berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan psikologis yang
sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, ktenangan jiwa, menangkal
berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-
orang yang menjadi objek penelitiannya. Penelitiannya ditunjang dengan
bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak
jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil
uji cobaannya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga
97% dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang
dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan yang disampaikan dalam
Konferensi Kodekteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984 disebutkan,
Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi
mereka yang mendengarkannya. Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat
lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan di Boston. Objek
penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2
wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan
mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-
Qur’an.

Penelitian yang dilakukan se-banyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni
membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bu
kan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sa
mpai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenan
gan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’a
n(Syakir, 2014). Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Dan apabila dibacakan
Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang a
gar kamu mendapat rahmat. (QS. 7:204)”.

Dengan menurunnya kecemasan dan ketegangan yang dialami seseoran


g maka diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mendengarkan murattal terhadap
pe-ningkatan kemampuan konsentrasi. Hipotesisnya adalah terdapat perbedaa
n kemampuan konsentrasi antara individu sebelum diperdengarkan murattal
dan setelah diperdengarkan murattal.

2.13 Pengaruh Mendengarkan Murattal Al Quran Terhadap Ketenangan


Jiwa dan Penyembuh

I
36
Menurut Hady, et al (2012) terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi
bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang dibacakan
ayat-ayat AlQur’an selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan
dampak positif bagi tubuh seseorang. Terapi murottal dapat memberi
pengaruh terhadap perasaan, pikiran, dan emosi, serta dengan mendengarkan
murottal dapat menenangkan hati, perasaan, rasa takut, cemas, tegang,
pikiran, mengurangi rasa stress dan frustasi. Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Widhowati (2010) menunjukkan bahwa penambahan terapi
audio dengan murottal surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih
efektif dalam menurukan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio.

Penelitian yang dilakukan oleh DR. Ahmad al-Qadhi yang ingin menget
ahui pengaruh ayat-ayat al-Qur‟an terhadap kondisi fisiologis manusia juga
membuktikan bahwa al-Qur‟an mampu mereduksi keteganganketegangan sar
af (fisiologis). Penelitian ini dilakukan terhadap lima sukarelawan nonmusli
m, berusia antara 17-40 tahun,menggunakan alat ukur stres jenis MEDAQ 20
02 (Medical Data Quetient), yang dilengkapi software dan sistem detektor ele
ktronik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil positif bahwa mendenga
rkan ayat suci al-Qur‟an memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurun
kan ketegangan urat saraf reflektif (Badri dkk, 1995).

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Abdurrochman, dkk (2007) ba


hwa stimulan Al-Qur‟an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebi
h baik dibandingkan dengan stimulan terapi musik, karena stimulan Al-Qur‟
an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% dari terapi musik. K
enaikan gelombang delta juga mencapai persentasi tertinggi sebesar 1.057%.
Stimulan Al-Qur‟an ini sering memunculkan gelombang delta di daerah fron
tal dan sentral baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri otak. Hal ini terj
adi dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur‟an memiliki kemampua
n untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan serta me
nyeimbangkannya.

Sebagian besar penelitian-penelitian yang menggunakan terapi Al-Qur‟


an menggunakan teknik medengarkan murratal. Selain teknik tersebut, bisa j
uga digunakan teknik membaca karena Al-Qur‟an lebih baik jika dibaca dari
pada hanya didengarkan suaranya saja. Seperti yang dianjurkan oleh Rashulu
llah Solalohu‟alaihi wa salam. Hal tersebut dijelaskan dalam Hadist yang arti
nya, Abu Umamah ra. berkata, “Aku mendengar Rashulullah saw. bersabda,
„Bacalah Al-Qur‟an karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi s
yafaat kepada oranng yang telah membaca dan mengamalkan isinya‟.” (HR.
Muslim).

Tidak hanya hadist diatas yang menjelaskan tentang keutamaan membac


a AlQur‟an. Membaca Al-Qur‟an juga memberikan banyak kebaikan. Ibnu
Mas‟ud ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca
satu huruf dari Kitabullah, maa baginya satu kebaikan dan kebaikan itu mend

I
37
apat pahala sepuluh klai lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu
huruf. Tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. Tir
midzi).

Lalu bagaimana dosis agar Al-Qur‟an efektif bekerja sebagai obat, buka
n hanya sebagai bacaan biasa? Rasulullah SAW memberikan tuntunan takara
n dosis dalam menjadikan Al-Qur‟an sebagai obat. Adapun dosis atau takara
n jumalah ayatnya jelas tertuang dalam sebuah hadist sebagai berikut: Dari A
nas bin Malik r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa saja yang memba
ca Al-Qur‟an 50 ayat setiap hari setiap malam, maka ia tidak dicatat termasu
k dari golongan orang-orangan yang melalaikan Al-Qur‟an. Dan siapa saja y
ang membaca 100 ayat, maka ia dicatat tergolong dari orang-orang yang taat.
Siapa saja yang membaca 200 ayat, maka kelak Al-Qur‟an tidak akan mengh
ujatnya (di Hari Kiamat).” (HR. Thabrani).

Berdasarkan hadist diatas agar membaca Al-Qur‟an dapat memberikan


efek sebagai obat, salah satunya obat penenang jiwa, yaitu dengan membaca
minimal 50 ayat perhari, petengahan 100 ayat perhari dan maksimalnya 200
ayat perhari (Mirza, 2014:170-171).

Stres akademik yang dirasakan oleh para siswa dapat memberikan damp
ak negatif pada diri mereka sendiri seperti perasaan bosan, kurang bersemang
at, menurunnya imunitas tubuh, menarik diri dari kehidupan sosial, dan mem
baca Al-Qur‟an dengan surat yang telah dipilihkan dinilai dapat mempengaru
hi reaksi terhadap tubuh seseorang secara positif. Selain itu Al-Qur‟an menur
ut Mulyadi, dkk (2012) di dalam Al-Qur‟an banyak ditemui ayat-ayat yang b
erhubungan dengan dinamika kejiwaan manusia yang secara teoretik dapat di
jadikan dasar acuan psikoterapi untuk mengatasi kecemasan. Selain itu
menurut Julianto & Subandi (2015) membaca Al Fatihah reflektif intuitif
dapat menurunkan depresi dan meningkatkan imunitas. Mahjoob, dkk,
(2014) berpendapat bawa mendengarkan Al-Qur‟an dapat meningkatkan
kesehatan mental dan mencapai ketenangan

I
38
BAB III

KESIMPULAN

Ramadhan merupakan salah satu dari daftar bulan dalam tahun hijriyah. R
amadhan memiliki makna yang khas dalam perjalanan kewahyuan. Di samping m
aknanya secara bahasa adalah terik atau panas dan kekeringan arti dari kata ramad
han berasal dari kata ramida. Terik dan panas bulan tersebut menyesuaikan diri de
ngan kondisi batini para orang yang berpuasa yang merasakan keterterikan dan ke
panasan bulan tersebut meskipun cuaca di bulan itu hujan namun mulut tetap keri
ng dan kondisi batin sungguh panas saat saat pengendalian emosi seorang yang be
rpuasa dalam mengendalikan nafsu makan dan nafsu seksnya serta mengendalikan
amarahnya.

Berpuasa adalah salah satu rukun Islam yang telah diketahui luas hikmah d
an manfaatnya baik lewat dalil-dalil naqli maupun riset-riset ilmiah. Sebagai salah
satu ibadah yang sangat jelas syariatnya dalam agama, puasa telah dilakukan oleh
umat Islam sejak waktu yang sangat lama, bahkan sebelum ilmu pengetahuan men
gungkap hikmah-hikmah kesehatan puasa. Lewat berbagai penelitian yang panjan
g dan intensif, kini kita semakin menyadari tingginya nilai ibadah puasa terutama
bagi kesehatan badan. Berdasarkan itu, benarlah apa yang pernah disabdakan Ras
ulullah Muhammad Saw, “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR Thabrani)

I
39
Hal ini tentu semakin memperkuat keyakinan kita kepada agama kita dan meningk
atkan motivasi kita untuk memelihara puasa, baik yang wajib maupun yang sunna
h.

Penelitian biologi sel mengungkap manfaat puasa lewat penyelidikan


tentang apa yang terjadi pada tubuh manusia sampai ke tingkat sel ketika ia
kekurangan nutrien karena tidak makan atau berpuasa. Lewat mekanisme
autofagi, sel membersihkan dan memperbarui dirinya sendiri, serta melindungi
dirinya dari serbuan virus dan bakteri yang bisa menimbulkan infeksi. Meski
begitu, autofagi yang optimal adalah yang tidak terjadi secara ekstrem. Artinya,
seseorang tidak boleh kelaparan atau sama sekali tidak makan sehingga proses
autofaginya berlebihan tidak terkendali, tidak boleh pula terlalu banyak dan selalu
kenyang sehingga mematikan proses autofagi.

Temuan autofagi mencerahkan kita tentang biopsikologi puasa dan


perannya mencegah penyakit-penyakit neurodegeneratif yang menyebabkan
penurunan fungsi kognitif, penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan
memproses informasi, serta mempengaruhi perilaku, terutama pada lansia. Inilah
yang menjadikan puasa alternatif terapi yang sangat baik untuk mencegah
penyakit-penyakit tersebut. Selain itu, ketika berpuasa kita dianjurkan untuk
melakukan berbagai amalan-amalan baik misalnya membaca Al-Qur’an, shalat
terawih berjamaah, berzikir, berdo’a dan masih banyak yang lainnya.

Al-quran merupakan kitab suci terakhir umat Islam sebagai pedoman hidu
p dan penyempurna dari ajaran-ajaran agama sebelumnya. Alquran sarat dengan
makna dan relevan dengan segala zaman. Penunjukan Allah SWT kepada Nabi M
uhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup para nabi dan rasul sangat tepat
bilamana disandingkan dengan Alquran sebagai mu‟jizatnya. Keberadaan Al-qura
n akan terus dikaji dan diteliti dari segala hal, karena Alquran memuat berbagai pe
tunjuk yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan alam, baik sebagai ma
khluk individu maupun sosial.

Adapun keutamaan Al-Qur’an yaitu:


 Menjadi manusia yang terbaik
 Kenikmatan yang tiada bandingnya
 Al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat
 Pahala berlipat ganda
 Dikumpulkan bersama para malaikat

Membaca Al-Qur’an sama seperti latihan/olahraga pernafasan. Sebelum


membaca Al-Qur’an, kita menarik nafas panjang terlebih dahulu. Ini artinya ada
oksigen yang masuk ke dalam tubuh dan dilakukan terus menerus setiap memulai
ayat-Nya. Dengan membaca Al-Qur’an setiap hari, pernapasan menjadi lebih
teratur dan terhindar dari segala penyakit hati maupun jamani.

Al Qur’an memiliki pengaruh yang luar biasa bukan hanya sekedar maknany
a semata yang hanya bisa diketahui oleh orang yang membaca dan memahaminya.
Pengaruh Al Qur’an bahkan pada bunyi lafazh yang hanya didengarkannya sekali

I
40
pun.

Terapi murottal dapat memberi pengaruh terhadap perasaan, pikiran, dan


emosi, serta dengan mendengarkan murottal dapat menenangkan hati, perasaan,
rasa takut, cemas, tegang, pikiran, mengurangi rasa stress dan frustasi. Oleh
karena itu, mendengarkan murrotal Al-Qur’an juga berdampak terhadap kesehatan
tubuh.

LITERATUR

1. Subrata, S. A., & Dewi, M. V. (2017). Puasa Ramadhan dalam Perspektif Kese
hatan: Literatur Review. Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 
15(2), 241-262. https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/khazanah

2. Ding, W. X., & Yin, X. M. (2012). Mitophagy: mechanisms, pathophysiologica


l roles, and analysis.
https://www.degruyter.com/view/j/bchm.2012.393.issue-7/hsz-2012-
0119/hsz-2012-0119.xml

3. Nurul Husna, Aftina. (2017). Biopsikologi Puasa: Hikmah Puasa dalam Proses
Autofagi. http://psikologi.fph.ummgl.ac.id/post-timeline/biopsikologi-
puasa-hikmah-puasa-dalam-proses-autofagi/

4. Imtihana, A. (2016). Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan


Al-Qur’an di SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang. Tadrib,2(2), 179-
197. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1167

5. Jauhari, I. (2011). Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam. Kanun: Jurnal Il


mu Hukum, 13(3), 33-58.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/view/6251

I
41
6. Citra Ramdhani, Adysha. 2017. Peraih Nobel Kedokteran Ini Ungkap Manfaat
Menakjubkan Puasa. https://republika.co.id/berita/trendtek/sains-
trendtek/17/06/20/oru60v284-peraih-nobel-kedokteran-ini-ungkap-
manfaat-menakjubkan-puasa
7.
8. Alfiyah, I. N., Badi’ah, A., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Terapi Murottal A
r-Rahman Dan Terjemahnya Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif
Dengan Sub Arachnoid Blok (Sab) Di Rs Pku Muhammadiyah Bantul Y
ogyakarta (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta). htt
p://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1194/4/Chapter2.pdf

9. Fadhilah, N. (2012). Perbedaan Kapasitas Vital Paru Antara Qori’ah dan Non


Qori’ah di Pondok Pesantren Darussalam di Kabupaten Purbalingga J
awa Tengah (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Suraka
rta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/20008

10. Imama, Imas. 2017. Manfaat Puasa Bagi Kesehatan.


http://pasca.unej.ac.id/manfaat-puasa-bagi-kesehatan-2/

11. Iqbal Ghazali, Mohammad. 2007. Amalan-Amalan di Bulan Suci Ramadhan. h


ttps://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/id_work_of_ramadan.pdf

12. Andy, S. (2018). Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir
QS Al-Baqarah: 183). Ibn Abbas, 1(1), 273865.
https://www.neliti.com/publications/273865/hakikat-puasa-ramadhan-
dalam-perspektif-tasawuf-tafsir-qs-al-baqarah-183

13. Nury, Effendi. (2019). Keutamaan Bulan Ramadhan.


http://www.unpad.ac.id/rubrik/keutamaan-bulan-ramadhan/

14. Ibrahim, S. Z. B. B. (2015). Urutan Kafarat Jima’Pada Siang Hari Ramadhan ,


Studi Komperatif Menurut Pandangan Imam Malik Dan Imam Syafi’I
(Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim R
iau). http://repository.uin-suska.ac.id/7228/

15. Ulfah, Z. (2016). Manfaat puasa dalam perspektif sunnah dan kesehatan (Doc


toral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/2031

16. Woollaston, V. (2016, Oktober). How autophagy could lead to a cure for canc
er and spell the end or diabetes.
https://www.wired.co.uk/article/autophagy-cells-explained

17. Sedwick, C. (2012). Yoshinori Ohsumi: Autophagy from beginning to end. Jo


urnal of Cell Biology, 192(2), 164-165. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC3328387/

I
42
18. Salminen A, Kaarniranta K, Kauppinen A. AMPK and HIF signaling pathway
s regulate both longevity and cancer growth: the good news and the ba
d news about survival mechanisms . Biogerontology . 2016; 17 : 655–68
0.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27259535&usg=ALkJrhhY1KP8
N26KQeKXVwAGud5qhs5oQg

19. Kume S, Koya D. Autophagy: A Novel Therapeutic Target for Diabetic Nephr
opathy . Diabetes Metab J . 2015; 39 : 451–460.
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
anno=2&depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=
en&sp=nmt4&tl=id&u=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2595581
9&usg=ALkJrhjl1hpmDML7QeGtu9sqTCF56nhZCg

20. Cetrullo S, D'Adamo S, Tantini B, Borzi RM, Flamigni F. mTOR, AMPK,


dan Sirt1: Pemain Kunci dalam Manajemen Stres Metabolik .  Crit Rev
Eukaryot Gene Expr . 2015; 25 : 59-75.
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
anno=2&depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=
en&sp=nmt4&tl=id&u=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2595581
9&usg=ALkJrhjl1hpmDML7QeGtu9sqTCF56nhZCg

21. Dunlop EA, Tee AR. mTOR and autophagy: a dynamic relationship governed
by nutrients and energy . Semin Cell Dev Biol . 2014; 36 : 121–129.
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
anno=2&depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=
en&sp=nmt4&tl=id&u=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2515823
8&usg=ALkJrhjsxmOOsVxOhSteMjKMuSdhCsU_dQ

22. Sridharan S, Jain K, Basu A. Regulation of autophagy by kinases . Cancers


(Basel) 2011; 3 : 2630–2654.
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
anno=2&depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=
en&sp=nmt4&tl=id&u=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2421282
5&usg=ALkJrhggGLEHhKSSGCwF-GV-8rW9NXPumQ

23. Mizushima N, Komatsu M. Autophagy: renovation of cells and tissues . Cell . 


2011; 147 : 728-741.
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
anno=2&depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=
en&sp=nmt4&tl=id&u=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2207887
5&usg=ALkJrhhoCsHpg0dQPxb3M0UY3TtXZFzYxA

24. Takeshige, K., Baba, M., Tsuboi, S., Noda, T., & Ohsumi, Y. (1992). Autopha
gy in yeast demonstrated with proteinase-deficient mutants and conditio
ns for its induction. The Journal of cell biology, 119(2), 301-311.
https://rupress.org/jcb/article-abstract/119/2/301/56101

I
43
25. Van Noorden, Richard, and Heidi Ledford. "Medicine Nobel for research on h
ow cells 'eat themselves'." Nature, vol. 538, no. 7623, 2016. Gale Acade
mic OneFile, Accessed 26 June 2020.. https://go.gale.com/ps/i.do?
id=GALE
%7CA465704130&sid=googleScholar&v=2.1&it=r&linkaccess=fulltex
t&issn=00280836&p=AONE&sw=w

26. Yang, J. S., Lu, C. C., Kuo, S. C., Hsu, Y. M., Tsai, S. C., Chen, S. Y., ... & Li
n, W. D. (2017). Autophagy and its link to type II diabetes mellitus. Bio
medicine, 7(2).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5479440/

27. Antunes, F., Erustes, A. G., Costa, A. J., Nascimento, A. C., Bincoletto, C., Ur
eshino, R. P., ... & Smaili, S. S. (2018). Autophagy and intermittent fasti
ng: the connection for cancer therapy?. Clinics, 73.
https://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1807-
59322018000200339&script=sci_abstract&tlng=pt

28. Ruslan, Heri. (2020). 7 Amalan Saat Puasa Ramadhan. https://republika.co.id/


berita/m7w315/7-amalan-saat-puasa-ramadhan

29. Firmansyah, M. A. (2015). Pengaruh puasa Ramadan pada beberapa kondisi


kesehatan. CKD, 42(7), 510-514.
https://www.researchgate.net/profile/Mohammad_Adi_Firmansyah2/pu
blication/311810216_Pengaruh_Puasa_Ramadhan_pada_Beberapa_Kon
disi_Kesehatan/links/585bcb2708ae8fce48fa7266/Pengaruh-Puasa-
Ramadhan-pada-Beberapa-Kondisi-Kesehatan.pdf

30. Habbal, R., Azzouzi, L., Adnan, K., Tahiri, A., & Chraibi, N. (1998). Variatio
ns of blood pressure during the month of Ramadan. Archives des Malad
ies du Coeur et des Vaisseaux, 91(8), 995.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9749152

31. Perk, G., Ghanem, J., Aamar, S., Ben-Ishay, D., & Bursztyn, M. (2001). The e
ffect of the fast of Ramadan on ambulatory blood pressure in treated hy
pertensives. Journal of human hypertension, 15(10), 723-725.
https://www.nature.com/articles/1001262

32. Ural, E., Kozdag, G., Kilic, T., Ural, D., Şahin, T., Celebi, O., & Komsuoglu,
B. (2008). The effect of Ramadan fasting on ambulatory blood pressure
in hypertensive patients using combination drug therapy. Journal of hu
man hypertension, 22(3), 208-210.
https://www.nature.com/articles/1002296

33. Sulaiman. (2019). Al-Qur'an Wahyu Allah, Muatan beserta Fungsinya.


https://www.researchgate.net/publication/330423153_Al-
Qur'an_Wahyu_Allah_Muatan_beserta_Fungsinya

I
44
34. Gazali, M. I. A. (2010). Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-Quran. Isla
m House, 1-8.
http://download.media.islamway.net/articles/id/id_keutamaan_membaca
_dan_menghafal_al_Quran.pdf

35. Sari, N. L. (2012). Perbedaan Kapasitas Vital Paru Antara Qori’Dan Non Qo


ri’Di Pondok Pesantren Darussalam Di Kabupaten Purbalingga Jawa
Tengah (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/18553

36. Indra, D. (2016). Pelaksanaan Manajemen Program Gerakan Masyarakat Ma


grib Mengaji Di Provinsi Sumatera Barat Study Komparatif Di Tiga
Daerah. al-fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 2(2), 101-114. http://e
campus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/alfikrah/article/download/3
75/368

37. Larsson, N-G., & Masucci, M. G. (2016). Scientific background discoveries of


mechanisms for
autophagy. https://www.nobelprize.org/uploads/2018/06/advanced-
medicineprize2016.pdf

38. Stipp, D. (2013). How intermittent fasting might help you live a longer and
healthier life. https://www.scientificamerican.com/article/how-
intermittent-fasting-might-help-you-live-longer-healthier-life/
39.  English, N. (2016). Autophagy: The real way to cleanse your
body. https://greatist.com/live/autophagy-fasting-exercise

40. Julianto, V., Dzulqaidah, R. P., & Salsabila, S. N. (2014). Pengaruh mendeng
arkan murattal Al Quran terhadap peningkatan kemampuan konsentras
i. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2), 120-129.
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/473

41. Nugraheni, D., Mabruri, M. I., & Stanislaus, S. (2018). Efektivitas Membaca
Al-Qur’An Untuk Menurunkan Stres Akademik Pada Siswa Kelas Xi Sm
a Negeri 1 Kebumen. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 10(1), 59-71.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI/article/viewFile/1738
6/8652

42. Yanti, R. H., Malini, H., & Netrida, N. (2019). Pengaruh terapi murottal terh
adap perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia. Jurnal Keperawat
an, 11(3), 199-208.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/54
7

I
45

Anda mungkin juga menyukai