Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PENGAWASAN EKSTERNAL DAN

IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA


PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh)

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu

Oleh :

IRA HALIDAYATI
2009/98674

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PENGAWASAN EKSTERNAL DAN
IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh)


Ira Halidayati
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : irahalidayati@ymail.com

ABSCTRACT
This study aimed to determine : ( 1 ) Effect of internal control of the local government
performance . ( 2 ) The effect of external monitoring of the performance of local government . ( 3
) The effect of the implementation of performance-based budgeting on the performance of local
governments . Population in this study were working units (SKPD ) in Payakumbuh . The
technique of sampling is the total sampling method . Data collection method is to survey used a
questionnaire . Analysis used multiple regression analysis using SPSS version 16 . The results
showed that : ( 1 ) internal control has positive significant effect on the performance of local
governments. ( 2 ) external supervision doesn’t has significant positive effect on the performance
of local government, which means that H2 is rejected. ( 3 ) Performance-based budgeting
positive significant effect on the performance of local government.

Keywords: Internal Control, External Monitoring, Perfomance-Based Budgeting, Government


Performance

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh pengawasan internal terhadap
kinerja pemerintah daerah. (2) Pengaruh pengawasan eksternal terhadap kinerja pemerintah
daerah. (3) Pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Payakumbuh. Teknik pengambilan sampelnya
adalah metode total sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan
bantuan SPSS versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengawasan internal berpengaruh signifikan
positif terhadap kinerja pemerintah daerah.(2) Pengawasan eksternal tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah. (3) Anggaran berbasis kinerja berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Kata Kunci: Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal, Implementasi Anggaran Berbasis


Kinerja, Kinerja Pemerintah Daerah
1. PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Menurut Mardiasmo (2002) aspek utama
yang telah diamandemen dengan Undang- yang mendukung keberhasilan otonomi
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang daerah yaitu pengawasan, pengendalian dan
Pemerintahan Daerah telah melahirkan pemeriksaan, ketiga hal tersebut pada
paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi dasarnya baik konsepsi maupun aplikasinya.
daerah, yang meletakkan otonomi yang Pengawasan mengacu pada tindakan atau
penuh, luas dan bertanggung jawab pada kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar
daerah. Penyelenggaraan pemerintah daerah eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD)
dengan berdasarkan undang-undang tersebut untuk mengawasi kinerja pemerintah.
juga melahirkan nuansa baru, yaitu Pengendalian (control) adalah mekanisme
pergeseran kewenangan pemerintahan yang yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah
desentralistik partipatoris (Mardiasmo, daerah) untuk menjamin dilaksanakannya
2006). Otonomi yang seluas-luasnya yang sistem kebijakan manajemen sehingga
mulai dilaksanakan tahun 2001 membawa tujuan organisasi dapat tercapai.
dampak pada berbagai aspek kehidupan di Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan
daerah, termasuk reformasi manajemen yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
keuangan daerah. independensi dan memiliki kompetensi
Kinerja memang telah menjadi sorotan profesional untuk memeriksa apakah hasil
penting dalam seluruh tahapan kinerja pemerintah daerah telah sesuai
penyelenggaraan baik di pemerintah pusat dengan standar kinerja yang ditetapkan.
maupun di pemerintah daerah. Kinerja Dalam organisasi sektor publik,
pemerintah saat ini sering dinilai tidak pengawasan keuangan negara bertujuan
produktif, tidak efisien, rendah kualitas, untuk mengamati apa yang sebenarnya
miskin inovasi dan kreativitas. Dalam hal terjadi serta membandingkannya dengan apa
evaluasi kinerja saja hingga saat ini belum yang seharusnya terjadi. Bila ternyata
tersedia payung hukum yang menjadi dasar kemudian ditemukan adanya penyimpangan
dan pedoman penyusunan dokumen evaluasi atau hambatan itu diharapkan dapat segera
kinerja pemerintah daerah. Selain itu dikenali, agar dapat pula segera diambil
minimnya jumlah dan kualitas pengelolaan tindakan koreksi. Melalui tindakan koreksi
kebijakan pemerintah daerah menjadi salah ini, maka pelaksanaan kegiatan yang
satu penyebab kurang berkualitasnya produk bersangkutan diharapkan masih dapat
kebijakan yang dihasilkan. Sehingga mencapai tujuannya secara maksimal.
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan Pengklasifikasian pengawasan menurut
kepada masyarakat sebagai salah satu lingkupnya dapat dikelompokkan menjadi
visi/misi dan tujuan pemerintah daerah akan pengawasan internal dan eksternal.
sulit tercapai. Pengawasan internal adalah pengawasan
Menurut Indra (2006) kinerja merupakan yang dilakukan oleh aparat pengawasan
gambaran mengenai tingkat pencapaian yang bersal dari lingkungan internal
pelaksanaan suatu kegiatan/program organisasi pemerintah (Baswir, 1999). Bila
kebijakan organisasi dalam mewujudkan dirinci lebih lanjut, pengawasan internal ini
tujuan organisasi, outcome hasil kerja pun dapat dibagi menjadi pengawasan
organisasi. Mardiasmo (2002) menyatakan internal dalam arti sempit dan pengawasan
Pengukuran kinerja sangat penting untuk internal dalam arti luas.
menilai akuntabilitas organisasi manager Pengawasan internal dalam arti sempit
dalam menghasilkan pelayanan publik yang adalah pengawasan internal yang dilakukan
lebih baik. oleh aparat pengawasan yang berasal dari
lingkungan internal departemen atau pengambil keputusan dan lembaga terkait
lembaga Negara yang diawasi. Sedangkan dalam menetapkan prioritas dan memilih
pengawasan internal dalam arti luas adalah program berdasarkan tujuan dan sasaran
pengawasan internal yang dilakukan oleh yang telah ditetapkan serta biaya yang
aparat pengawasan yang berasal dari terkait dengan pelaksanaan program.
lembaga khusus pengawasan, yang dibentuk Adapun fenomena yang terjadi saat ini,
secara internal oleh pemerintah dan lembaga DPRD Kota Payakumbuh memberikan
eksekutif (Baswir, 1999). rekomendasi terkait konsep strategis serta
Pengawasan eksternal adalah suatu perbaikan kinerja masing-masing SKPD.
bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Apresiasi dan kritikan kinerja itu diajukan
suatu unit pengawasan yang sama sekali wakil rakyat sebagai aktualisasi dari fungsi
berasal dari luar lingkungan organisasi pengawasan terkait penyampaian Laporan
eksekutif (Baswir, 1999). Dengan demikian, Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
dalam pengawasan eksternal ini, antara Walikota tahun 2012. Berdasarkan rekap
pengawas dengan pihak yang diawasi tidak laporan masing-masing komisi yang
lagi terdapat hubungan kedinasan. Di diterima beberapa rekomendasi untuk SKPD
Indonesia fungsi pengawasan eksternal ini terlihat lebih banyak ditujukan untuk
antara lain diselenggarakan oleh Dewan memperbaiki kinerja termasuk permasalahan
Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa yang dihadapi pada tahun sebelumnya.
Keuangan (BPK), dan secara langsung oleh Diantaranya pada kebutuhan anggaran suatu
masyarakat. program dari kegiatan masing-masing SKPD
Salah satu aspek yang diukur dalam belum diperhitungkan secara matang,
penilaian kinerja pemerintah daerah adalah beberapa kegiatan yang masih terbengkalai
aspek keuangan berupa Anggaran Berbasis akibat kurang matangnya perencanaan suatu
Kinerja. Untuk melakukan suatu pengukuran kegiatan, kurangnya pengawasan serta
kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator pengendalian dana yang disalurkan ke
kinerja. Oleh karena itu pemerintah daerah masyarakat dan terdapatnya SKPD yang
perlu menyusun rencana kerja dan anggaran membelanjakan anggaran belum sesuai
satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) dengan aturan yang berlaku. Artinya kinerja
seperti yang disebut dalam Undang-Undang SKPD Kota Payakumbuh belum tercapai
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan secara maksimal sehingga perlu ditingkatkan
Negara pasal 19 (1) dan (2) yaitu pendekatan lagi. (Posmetro Padang, 20 Juni 2013).
berdasarkan prestasi kerja yang akan Hasil penelitian Wawan (2009) tentang
dicapai. Dengan membangun suatu sistem pengaruh pengawasan intern dan
Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) yang pelaksanaan sistem akuntansi keuangan
dapat memadukan perencanaan kinerja daerah terhadap kinerja pemerintah daerah
dengan anggaran tahunan akan terlihat menunjukkan bahwa pengawasan intern
adanya keterkaitan antara dana yang tersedia berpengaruh signifikan terhadap kinerja
dengan hasil yang diharapkan. pemda dan pelaksanaan sistem akuntansi
Anggaran berbasis kinerja dapat keuangan daerah juga berpengaruh
menunjukkan keterkaitan antara pendanaan signifikan terhadap kinerja pemda. Adapun
dan hasil/keluaran yang akan dicapai perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sehingga memberikan informasi kinerja atas yang akan penulis lakukan terletak pada
pelaksanaan suatu program/kegiatan. Pada variabel bebasnya yaitu penulis
akhirnya anggaran berbasis kinerja ini menambahkan pengawasan ektern dan
bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat, anggaran berbasis kinerja, sedangkan
karena menyediakan sarana bagi para
variabel terikatnya sama yaitu kinerja anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja
pemerintah daerah. pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang ini penulis 3.Bagi akademis, sebagai bahan masukan
tertarik untuk melakukan penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai sejauh mana pengaruh penerapan khususnya di Universitas Negeri Padang.
pengawasan internal, pengawasan eksternal
dan penerapan anggaran berbasis kinerja II. TELAAH LITERATUR DAN
terhadap kinerja pemerintah daerah. Oleh PENGEMBANGAN HIPOTESIS
karena itu maka penulis tertarik untuk 1. Kinerja Pemerintah Daerah
melakukan penelitian empiris dengan judul: a. Pengertian Kinerja Pemerintah
“ Pengaruh Pengawasan Internal, Daerah
Pengawasan Eksternal dan Implementasi Menurut Indra (2006), kinerja
Anggaran Berbasis Kinerja terhadap merupakan gambaran pencapaian
Kinerja Pemerintah Daerah”. pelaksanaan suatu kegiatan atau program
Berdasarkan latar belakang masalah di atau kebijaksanaan dalam mewujudkan
atas, maka dapat dirumuskan masalah sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
sebagai berikut: Jadi, kinerja dapat dipahami sebagai suatu
1.Sejauhmana pengaruh pengawasan internal pencapaian hasil dan/atau sebagai suatu
terhadap kinerja pemerintah daerah? penilaian terhadap proses kegiatan/program.
2.Sejauhmana pengaruh pengawasan Kinerja dari suatu pemerintah daerah
eksternal terhadap kinerja terhadap kinerja merupakan cerminan kualitas proses atau
pemerintah daerah? keberhasilan kegiatan/program yang telah
3.Sejauhmana pengaruh implementasi dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pembangunan yang diwujudkan dalam
pemerintah daerah? bentuk hasil berupa peningkatan pelayanan
Berdasarkan perumusan masalah di kepada masyarakat.
atas, maka penelitian ini dilakukan bertujuan b. Indikator Kinerja Pemerintah
untuk memperoleh bukti empiris: Daerah
1.Pengaruh pengawasan internal terhadap Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa
kinerja pemerintah daerah dalam menilai kinerja organisasi dapat
2.Pengaruh pengawasan eksternal terhadap dilakukan secara obyektif, maka diperlukan
kinerja pemerintah daerah indikator. Indikator kinerja yang ideal harus
3.Pengaruh implementasi anggaran berbasis terkait pada biaya dan kualitas pelayanan.
kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah Penggunaan indikator kinerja sangat penting
Manfaat penelitian: untuk mengetahui apakah suatu aktivitas
1.Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan atau program telah dilakukan secara efektif
dapat memberikan pengetahuan dan dan efisien.
pemahaman terhadap pengawasan internal, Indikator yang dikembangkan hendaknya
pengawasan eksternal dan implementasi memiliki karakteristik berikut:
anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja 1.Sederhana dan mudah dipahami 2.Dapat
pemerintah daerah. diukur 3.Dapat dikualifikasikan, misalnya
2.Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini dalam bentuk rasio, persentase dan angka
akan dapat menjadi masukan dalam 4.Dikaitkan dengan standar atau target
pengukuran kinerja pemerintah daerah kinerja 5.Berfokus pada costumer service,
khususnya hubungan pengawasan internal, kualitas dan efisiensi 6.Dikaji secara teratur
pengawasan eksternal dan implementasi Berikut beberapa manfaat indikator
kinerja yang dinyatakan oleh Dedi (2007):
1.Kejelasan tujuan organisasi 2. 3. Effectiveness (Spending Wisely)
Mengembangkan persetujuan pengukuran Efektivitas merupakan hubungan
aktivitas 3.Keuntungan proses produksi antara outcome dengan output. Dapat juga
harus dipahami lebih jelas 4.Tersedianya dikatakan bahwa pengertian efektivitas
perbandingan kinerja dari organisasi yang mengarah kepada hubungan antara output
berbeda 5.Tersedianya fasilitas setting of dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas
target untuk penilaian organisasi dan dapat diartikan pula sebagai keberhasilan
individual manager sebagai bagian dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pertanggungjawaban organisasi kepada sebelumnya.
pemilik saham. d. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja
c. Pengukuran Kinerja Pemerintah Pemerintah Daerah
Daerah Kinerja merupakan suatu konstruk
Dalam membahas kinerja suatu multidimensional yang mencakup banyak
organisasi, tidak terlepas dari pengukuran faktor yang mempengaruhinya. Menurut
kinerja. Pengukuran kinerja merupakan Mahmudi (2007), faktor-faktor yang
suatu hal yang sangat penting, karena mempengaruhi kinerja pemerintah daerah:
dengan adanya kinerja yang tinggi maka 1. Faktor personal/individual, meliputi
akan diketahui tingkat pencapaian hasil yang pengetahuan, keterampilan, kepercayaan
akan diketahui seberapa jauh pelaksanaan diri, motivasi, komitmen.
tugas yang dapat dilaksanakan oleh 2. Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas
organisasi, dalam hal ini termasuk dalam memberikan pelayanan, semangat,
pemerintah daerah. Sistem pengukuran arahan dan dukungan yang diberikan
sektor publik adalah suatu sistem yang manajer dan team leader.
bertujuan untuk membantu manager sektor 3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan
publik adalah suatu sistem yang bertujuan dan semangat yang akan diberikan oleh
untuk membantu manager sektor publik rekan dalam suatu tim, kepercayaan
untuk menilai pencapaian suatu strategi terhadap semanagat anggota tim,
melalui alat ukur financial dan non financial kekompakkan dan keeratan anggota tim.
(Mardiasmo, 2006). 4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja,
Menurut Mardiasmo (2002), value for fasilitas/infrastruktur yang diberikan
money (ekonomis, efisien dan efektifitas) organisasi dan kultur kinerja dalam
merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi.
organisasi pemerintah. Untuk lebih jelasnya, 5. Faktor kontekstual (situsional) meliputi
Dedi (2008) mengemukakan ekonomi, tekanan dan perubahan lingkungan
efisiensi dan efektifitas sebagai berikut: eksternal maupun internal.
1. Economy (Spending Less) 2. Pengawasan
Ekonomi umumnya mengacu pada a. Konsep pengawasan
kegiatan yang bersumber dari kegiatan Menurut Basri (2003) pengawasan
pengadaan sumber daya dalam jumlah dan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin
mutu yang tepat, pada waktu yang tepat mengetahui apakah hasil pelaksanaan
dengan biaya serendah mungkin. pekerjaan yang dilakukan bawahannya
2. Efficiency (Spending Well) sesuai dengan rencana, perintah atau tujuan
Indikator efisiensi menggambarkan kebijaksanaan yang telah ditentukan.
hubungan antara masukan sumber daya oleh b. Tujuan pengawasan
suatu unit kerja staf, upah, biaya Pengawas dilakukan dalam melakukan
administrasi dengan pelayanan. suatu pekerjaan tentunya memiliki tujuan
tertentu, menurut Wardoyo (1986) dalam efisiensi dan efektifitas seluruh kegiatan
Hendra (2011), tujuan pengawasan adalah: penggunaan sumber daya.
1. Untuk mengetahui apakah segala 2. Temuan pengawasan harus ditindak
sesuatu atau yang dilaksanakan sesuai lanjuti oleh pihak-pihak yang terkait.
dengan instruksi dan azas yang telah 3. Pengawasan hendaklah orang yang
ditetapkan. mempunyai kemampuan teknis,
2. Untuk mengetahui apakah segala kesungguhan kerja dan kepribadian
sesuatu telah berjalan secara efektif dan terpuji.
efisien. 4. Pengawasan hendaklah dilakukan atas
3. Untuk mengetahui apakah kegiatan dasar rencana yang telah disusun, tidak
telah berjalan sesuai dengan rencana boros, tepat waktu dan mengenai objek
semula. yang tepat.
4. Untuk mencari jalan keluar apabila 3. Pengawasan Internal
ternyata ada ditemui kesulitan dan a. Pengertian
kegagalan kearah perbaikan. Menurut Revrison (1998) pengawasan
c. Sifat pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan
Sifat-sifat pengawasan dikemukakan oleh aparat pengawasan yang berasal dari
Siagian dalam Kamar (2004) dalam Salman lingkungan internal organisasi pemerintah.
(2001) meliputi: Pengawasan internal inipun dibagi menjadi
1. Mencari fakta tentang tugas yang pengawasan internal dalam arti sempit dan
dilaksanakan dan aspek psikologis pengawasan internal dalam arti luas.
seperti rasa hormat, dihargai dan Tujuan utama dari pengawasan internal
kemajuan dalam karir. dalam arti luas ini tidak hanya untuk
2. Preventif untuk mencegah melakukan tindakan verifikasi, melainkan
penyimpangan dan penyelewengan. juga dimaksudkan untuk membantu pihak
3. Diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang yang diawasi dalam menunaikan tugasnya
sedang dilaksanakan. secara lebih baik. Dalam struktur organisasi
4. Sebagai alat untuk meningkatkan pemerintah Indonesia, fungsi pengawasan
efisiensi. internal dalam arti luas diselenggarakan oleh
5. Mempermudah untuk mencapai tujuan- Badan Pengawas Keuangan dan
tujuan yang dikerjakan. Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat
6. Tidak menghambat usaha peningkatan Jendral Pembangunan (Irjenbang).
efisiensi. b. Manfaat Pengawasan Internal (
7. Bahkan mencari atau menentukan siapa Inspektorat)
yang salah tetapi menemukan apa yang Pengawasan internal dapat membantu
tidak benar. suatu organisasi dalam mencapai prestasi
8. Membimbing agar pelaksana dan target yang menguntungkan dan
meningkatkan kemampuan mereka mencegah kehilangan sumber daya. Dapat
dalam melakukan tegasnya. membantu menghasilkan laporan keuangan
d. Prinsip Pengawasan yang dapat dipercaya. Dan juga dapat
memastikan suatu organisasi mematuhi
Menurut Kamar (2004) dalam Salman undang-undang dan peraturan, terhindar dari
(2001) mengatakan prinsip pengawasan reputasi yang buruk dan segala
antara lain: konsekuensinya. Selanjutnya dapat pula
1. Pengawasan hendaknya dimulai sejak membantu mengarahkan suatu organisai
rencana disusun yang menyangkut untuk mencapai tujuannya dan terhindar dari
hal yang merugikan.
c. Komponen Pengawasan Internal Pemeriksa Keuangan (BPK) menjadi
pengawasan eksternal pemerintah yaitu
1. Lingkungan Pengendalian (Control melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
Environment) tanggung jawab keuangan Negara/daerah,
2. Penaksiran Resiko (Risk Assessment) yang meliputi unsur keuangan. Dalam hal
3. Aktivitas Pengawasan (Control pemeriksaan dilakukan oleh akuntan publik
Activities) berdasarkan ketentuan undang-undang
4. Informasi dan Komunikasi laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib
(Information And Communication) disampaikan kepada BPK dan
5. Pemantauan (Monitoring) dipublikasikan.
d. Indikator Keberhasilan Pengawasan 1. Pelayanan
Revrisond (1999) mengemukakan 2. Pemeriksaan BPK
berbagai indikator yang dapat digunakan 3. Pengawasan masyarakat
untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan 4. Pengawasan DPRD
pengawasan melekat diantaranya adalah: 5. Anggaran Berbasis Kinerja
1) Meningkatnya disiplin, prestasi dan a. Pengertian Anggaran
pencapaian sasaran pelaksanaan tugas. Menurut Mardiasmo (2004) anggaran
2) Berkurangnya penyalahgunaan merupakan pernyataan mengenai estimasi
wewenang. Indikator ini dapat dilihat kinerja yang hendak dicapai selama periode
dari berkembangnya hal-hal sebagai waktu tertentu yang dinyatakan dalam
berikut: ukuran financial.
a. Berkurangnya tuntutan masyarakat b. Pengertian anggaran berbasis kinerja
terhadap pemerintah. Secara teori, anggaran berbasis kinerja
b. Terpenuhinya hak-hak pegawai adalah anggaran yang menghubungkan
negeri dan masyarakat sesuai dengan anggaran Negara (pengeluaran Negara)
apa yang menjadi haknya. Sebagai dengan hasil yang diinginkan (ouput dan
misal, gaji pegawai negeri diterima outcome) sehingga setiap rupiah yang
oleh yang bersangkutan secara tepat dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
waktu dan jumlah. kemanfaatannya. Performance budgeting
3) Berkurangnya kebocoran, pemborosan (anggaran yang berorientasi pada kinerja)
dan pungutan liar. adalah system penganggaran yang
4) Cepatnya penyelesaian perizinan dan berorientasi pada output organisasi dan
peningkatan pelayanan masyarakat. berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan
4. Pengawasan Eksternal rencana strategi organisasi (Indra, 2006).
a. Pengertian Perfomance budgeting mengalokasikan
Menurut Baswir (1998) pengawasan sumber daya pada program, bukan pada unit
eksternal adalah suatu bentuk pengawasan organisasi semata dan memakai output
yang dilakukan oleh suatu unit pengawasan measurement sebagai indicator kinerja
yang sama sekali berasal dari luar organisasi. Anggaran berbasis kinerja adalah
lingkungan organisasi eksekutif. Dengan teknik penyusunan anggaran berdasarkan
demikian dalam pengawasan eksternal ini, pertimbangan beban kerja (work load) dan
antara pengawas dan pihak yang diawasi unit cost dari setiap kegiatan yang
tidak lagi terdapat hubungan kedinasan. terstruktur. Struktur disini diawali dengan
b. Indikator Pengawasan Eksternal pencapaian tujuan, program dan didasari
Dalam undang-undang No.15 Tahun 2004 oleh pemikiran bahwa penganggaran
tentang pemeriksaan pengelolaan dan digunakan sebagai alat manajemen.
tanggung jawab keuangan Negara Badan Penyusunan anggaran menjamin tingkat
keberhasilan program, baik disisi eksekutif 4. Kadang kala biaya atas aktivitas, diukur
maupun legislative. Oleh sebab itu anggaran secara langsung tanpa
dianggap sebagai pencerminan program mempertimbangkan perlu atau tidaknya
kerja. aktivitas tersebut.
c. Elemen-Elemen Penganggaran e. Langkah-Langkah Pokok Anggaran
Berbasis Kinerja Berbasis Kinerja
Dalam rangka penerapan Anggaran Program pada anggaran berbasis kinerja
Berbasis Kinerja terdapat elemen-elemen didefinisikan sebagai instrumen kebijakan
utama yang harus ditetapkan terlebih dahulu yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
yaitu: Visi dan Misi yang hendak dicapai, akan dilaksanakan oleh instansi
Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan. pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran
d. Kelebihan dan Kelemahan Anggaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
Berbasis Kinerja anggaran atau kegiatan masyarakat yang
Dedi (2006) menyatakan beberapa dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
kelebihan dari anggaran berbasis kinerja Agar penerapan anggaran berbasis
yaitu: kinerja berlangsung dengan baik guna
1. Penekanannya pada semua aktivitas di meningkatkan kinerja, maka diperlukan
setiap anggaran secara naratif. langkah-langkah pokok sebagai berikut
2. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas (iman,2008):
dengan permintaan yang didukung oleh 1. Penyusunan Rencana Stratejik
estimasi biaya dan pencapaian yang 2. Sinkronisasi
diukur secara kuantitatif. 3. Penyusunan Kerangka Acuan
3. Anggaran kinerja mensyaratkan adanya 4. Perumusan/penetapan Indikator Kinerja
data-data kinerja yang memungkinkan 5. Pengukuran kinerja/Akuntabilitas kinerja
legislatif untuk menambah atau 6. Pelaporan kinerja
mengurangi jumlah yang diminta dalam
fungsi dan aktivitas tertentu. Penelitian Terdahulu
4. Menyediakan kepala eksekutif Penelitian Wawan (2009) meneliti
pengendalian yang lebih terhadap tentang pengaruh pengawasan intern dan
bawahannya. pelaksanaan sistem akuntansi keuangan
5. Anggaran kinerja menekankan aktivitas daerah terhadap kinerja pemerintah daerah.
yang memakai anggaran daripada Penelitian ini dilakukan pada SKPD kota
jumlah anggaran yang terpakai. Tasikmalaya. Adapun sampel dari penelitian
Berikut beberapa kelemahan anggaran ini adalah 11 dinas yang berada di
berbasis kinerja menurut Dedi (2006) yaitu: Tasikmalaya dengan teknik penarikan
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan sampel dalam penelitian ini adalah metode
daerah yang memiliki staf anggaran dan pengambilan sampel nonprobability
akuntansi yang memadai dalam sampling dengan pendekatan purposive
mengidentifikasi unit pengukuran dan sampling. Hasil penelitian menunjukkan
melaksanakan analisis biaya. pengawasan intern berpengaruh signifikan
2. Banyak jasa atau aktivitas pemerintah terhadap kinerja pemda dan pelaksanaan
tidak dapat langsung berukur dalam system akuntansi keuangan daerah juga
satuan unit output atau biaya perunit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
yang dapat dimengerti dengan mudah. pemda. Adapun perbedaan penelitian ini
3. Akun-akun dalam pemerintahan telah dengan penelitian yang akan penulis lakukan
secara khusus dibuat dasar anggaran terletak pada variabel bebasnya yaitu penulis
yang dikeluarkan. menambahkan pengawasan ektern dan
anggaran berbasis kinerja, sedangkan
variabel terikatnya sama yaitu kinerja Pengawasan
pemerintah daerah. Internal
Penelitian Sem (2012) yang meneliti
tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja, Pengawasan
Kinerja
system akuntansi keuangan daerah dan Eksternal
Pemerintah
system informasi pengelolaan keuangan Daerah
daerah terhadap penilaian satuan kerja Implementasi
perangkat daerah. Penelitian ini dilakukan Anggaran
Berbasis Kinerja
pada pemerintahan kota Dumai. Adapun
sampel dari penelitian ini adalah 33 SKPD
yang berada di Kota dumai. Hasil penelitian III. METODE PENELITIAN
menunjukkan pengaruh anggaran berbasis Jenis Penelitian
kinerja dan system akuntansi keuangan Penelitian ini tergolong penelitian kausatif
daerah berpengaruh signifikan terhadap merupakan penelitian hubungan yang
penilaian kinerja SKPD. bersifat sebab akibat.
Penelitian Agustinus (2012) yang Populasi, Sampel dan Responden
meneliti tentang pengaruh pengawasan 1. Populasi
internal, pengawas eksternal terhadap kinerja Populasi yang digunakan dalam penelitian
pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
pada pemerintahan Kota Bandung. Adapun (SKPD) di Kota Payakumbuh.
sampel dari penelitian ini adalah 84 SKPD. 2. Sampel
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh Penelitian ini menggunakan teknik
pengawasan internal dan pengawasan pengambilan sampel total sampling dan
eksternal berpengaruh cukup kuat secara seluruh SKPD yang terdapat di Kota
bersama-sama (simultan) terhadap kinerja Payakumbuh dijadikan sebagai sampel. Unit
pemerintah daerah. analisis dari penelitian ini adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Jumlah
Kerangka Konseptual SKPD yang ada di Kota Payakumbuh adalah
Kerangka konseptual dimaksud sebagai sebanyak 31 SKPD.
konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan 3. Responden
dan menunjukkan keterkaitan antara variabel Responden penelitian ini adalah Kepala
yang akan diteliti yaitu Kinerja Pemerintah SKPD dan Kepala Subbagian Penatausahaan
Daerah sebagai variabel dependen, Keuangan karena bagian tersebut terlibat
pengawasan internal, pengawasan eksternal langsung dan bertanggung jawab penuh
dan anggaran berbasis kinerja sebagai dalam menghasilkan laporan keuangan
variabel independen. pemerintah, sehingga responden berjumlah
Untuk lebih menyederhanakan 62 orang.
kerangka pemikiran tersebut, maka dibuatlah Jenis dan Sumber Data
kerangka konseptual seperti yang terlihat Jenis Data dalam penelitian ini adalah data
pada gambar di bawah ini: subjek. Sumber Data penelitian ini
menggunakan data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh dengan survey
lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan telah lulus mata kuliah Akuntansi Sektor
menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner Publik, Akuntansi Sektor Publik Lanjutan,
diantarkan langsung ke alamat responden Pemeriksaan Akuntansi dan Pemeriksaan
dan untuk pengembaliannya akan dijemput Akuntansi 2.
sendiri oleh peneliti pada waktu yang telah 2. Uji Reliabilitas
ditentukan dan kuesioner harus diisi sendiri Kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika
oleh pimpinan SKPD Payakumbuh. jawaban seseorang terhadap pernyataan
Variabel Penelitian adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
1. Variabel Terikat (dependent variable) waktu (Imam, 2006). Instrument dipercaya
Variabel terikat (dependent variable) adalah jika jawaban dari responden atas pertanyaan
variabel yang menjadi perhatian utama yang ada konsisten atau stabil dari waktu ke
dalam sebuah pengamatan. Variabel waktu.
dependen dalam penelitian ini adalah Uji Asumsi Klasik
Kinerja Pemerintah Daerah. 1) Uji Normalitas Residual
2. Variabel Bebas (independent variable) Uji normalitas dapat dilakukan dengan
Variabel independen (variabel bebas) metode kolmogorov smirnov, dengan melihat
adalah variabel yang dapat mempengaruhi signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan
perubahan dalam variabel dependen dan yang dihasilkan >0,05 maka akan
mempunyai pengaruh positif ataupun negatif berdistribusi normal.
bagi variabel dependen nantinya. Variabel 2) Uji Multikolinearitas
bebas (independent variable) dalam Multikolinearitas adalah situasi adanya
penelitian ini adalah Pengawasan Internal korelasi variabel-variabel bebas antara satu
(X1), Pengawasan Eksternal (X2) dan dengan yang lain, maka salah satu variabel
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja bebas tersebut dieliminir. Untuk menguji
(X3). adanya multikolinearitas dilakukan dengan
Pengukuran Variabel melihat nilai VIF (Varians Inflating Factor)
Pengukuran variabel dalam penelitian kecil dari 10 dan tolerance besar dari 0,10.
ini menggunakan skala likert dengan lima 3) Uji Heterokedastisitas
alternatif jawaban masing-masing diberi Dalam uji ini, apabila hasilnya sig besar dari
skor yaitu : Selalu (SL), Sering (SR), pada 0,05 maka tidak terdapat gejala
Kadang-kadang (KK), Jarang (JR), Tidak heterokedastisitas, model yang baik adalah
Pernah (TP). tidak terjadi heterokedastisitas.
Instrumen Penelitian J. Teknik Analisis Data
Instrumen penelitian merupakan alat Data yang dikumpulkan dalam
yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan
dalam rangka mengumpulkan data. langkah-langkah sebagai berikut:
Instrumen penelitian yang digunakan dalam 1. Analisis Deskriptif
penelitian ini adalah kuesioner. 2. Model Analisis
Pengujian Kualitas Data Model analisis yang dipakai adalah
1. Uji Validitas metode regresi berganda dengan persamaan
Uji validitas ini menggambarkan bahwa sebagai berikut:
pertanyaan yang digunakan mampu untuk Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+ e
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur Keterangan :
(valid). Uji validitas dilakukan dengan Y = kinerja pemerintah daerah
menyebarkan minimal 30 kuesioner kepada a = konstanta
mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas b 1,2 = koefisien regresi dari variabel
Ekonomi Universitas Negeri Padang yang independen
X1 = Pengawasan internal Jika thitung > ttabel, atau tingkat signifikan < α
X2 = pengawasan eksternal = 0,05 dan koefisien regresi (β) positif maka
X3 = anggaran berbasis kinerjae = epsilon ( hipotesis diterima.
variabel-variabel independen lain yang tidak Jika thitung < ttabel, atau tingkat signifikan > α
diukur dalam penelitian yang mempunyai = 0,05 dan koefisien regresi (β) negatif maka
pengaruh terhadap variabel lain). hipotesis ditolak.
Uji Model Definisi Operasional
a. Uji F (F-test) 1. Kinerja Pemerintah Daerah
Uji F dilakukan untuk menguji apakah Kinerja pemerintah daerah
secara serentak variabel independen mampu merupakan gambaran pencapaian
menjelaskan variabel dependen secara baik pelaksanaan kegiatan, program kerja dan
untuk menguji apakah model yang kebijaksanaan yang dilaksanakan pemerintah
digunakan telah fix atau tidak. Rumus yang Kota Payakumbuh dalam mewujudkan
digunakan adalah: tujuan pembangunan dalam meningkatkan
𝑅² /(𝑘−1) kesejahteraan dan pelayan kepada
F= 1−𝑅 ²
(𝑛 −𝑘)
masyarakat di Kota Payakumbuh.
Keterangan : 2. Pengawasan Internal
F = uji F Pengawasan internal adalah suatu
R² = Koefisien determinan pengawasan yang dilakukan oleh aparat
K = jumlah variabel bebas pengawas yang berasal dari lingkungan
n = jumlah sampel internal organisasi pemerintah.yang
dilaksanakan oleh badan inspektorat.
b. Uji koefisien determinasi 3. Pengawasan eksternal
Untuk mengetahui kontribusi dari Pengawasan eksternal adalah suatu
variabel bebas terhadap variabel terikat pengawasan yang dilakukan oleh suatu
dilihat dari Adjusted R Squere-nya, pengawas yang berasal dari luar lingkungan
koefesien determinasi (R²) pada intinya organisasi. Jadi dalam pengawasan eksternal
mengukur seberapa jauh kemampuan model ini, tidak terdapat hubungan kedinasan
dalam menerangkan variabel-variabel antara pengawas dengan yang diawasi.
terikatnya. Adjusted R² sudah disesuaikan Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh
dengan derajat bebas dari masing-masing Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan
jumlah kuadrat yang tercakup dalam Pemeriksa Keuangan (BPK) dan secara
perhitungan banyaknya variabel X yang ada langsung oleh masyarakat.
pada model. 4. Anggaran berbasis kinerja
c. Uji Hipotesis (T-test) Anggaran berbasis kinerja yaitu
Uji t dilakukan untuk menguji apakah anggaran yang mengutamakan upaya
secara terpisah variabel independen mampu pencapaian hasil kerja atau output dari
menjelaskan variabel dependen secara baik, perencanaan alokasi biaya atau input yang
dengan rumus: ditetapkan dan dikaitkan dengan visi/misi
𝛽𝑛 pemerintah Kota Payakumbuh. Hasil kerja
T = 𝑠𝛽𝑛
atau output tersebut dituangkan dalam target
Keterangan : kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota
T = nilai mutlak pengujian Payakumbuh sebagai unit kerja pemerintah
𝛽𝑛 = koefisien regresi masing-masing daerah setiap tahunnya.
variabel
𝑠𝛽𝑛 = standar error masing-masing variabel
IV. HASIL PENELITIAN DAN Pembangunan (11,29 %) dan kompetensi
PEMBAHASAN lainnya (53,22 %). Dapat disimpulkan
bahwa pada umumnya kompetensi
Gambaran Umum Objek Penelitian pendidikan formal yang ditempuh Kepala
Jumlah populasi sasaran atau sampel Dinas dan Kepala Subbagian Penatausahaan
pada penelitian ini adalah 31 Satuan Kerja Keuangan SKPD di Kota Payakumbuh yang
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota menjadi responden terdiri dari berbagai jenis
Payakumbuh. Setiap sampel memiliki dua bidang kompetensi pendidikan.
responden jadi jumlah sampel dari penelitian
ini adalah 62 responden. Jumlah responden d. Karakteristik Responden
yang mengembalikan kuesioner 62 Berdasarkan Lama Bekerja
responden dan semuanya mengisi dengan Statistik Deskriptif
lengkap. Kuesioner yang dapat diolah adalah Sebelum dilakukan pengujian data secara
62 kuesioner. statistik dengan lebih lanjut, terlebih dahulu
dilakukan pendeskripsian terhadap variabel
A. Demografi Responden penelitian.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 10 di atas, terlihat
bahwa pada umumnya Kepala Dinas dan
a. Karekteristik RespondenBerdasarkan Kepala Subbagian Penatausahaan Keuangan
Jenis Kelamin SKPD di Kota Payakumbuh yang menjadi
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui responden dalam penelitian ini memiliki
bahwa yang menjawab kuesioner lebih masa kerja lebih dari 10 tahun yaitu
banyak perempuan yaitu sebanyak 35 sebanyak 29 orang (46,77%), selanjutnya 5-
responden (56,55%) dan laki-laki sebanyak 10 tahun yaitu sebanyak 16 orang (25,81%),
27 responden (43,55%). sedangkan untuk masa kerja kurang dari 5
tahun berjumlah 17 orang (27,42%).
b. Karakteristik Responden
Berdasarkan Latar Belakang B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pendidikan Penelitian
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat 1. Uji Reliabilitas
dilihat bahwa kebanyakan responden telah Uji reliabilitas dilakukan untuk
menempuh jenjang pendidikan Strata 1 mengetahui sejauhmana hasil penelitian
dengan persentase 53,22% atau sebanyak 33 tetap konsisten. Berikut ini merupakan tabel
orang, sedangkan responden yang telah nilai Cronbach’s Alpha masing-masing
menempuh jenjang pendidikan diploma 3 instrumen:
sebesar 19,36% atau sebanyak 12 orang.
Diikuti responden lulusan strata 2 sebesar Keandalan konsistensi antar item atau
17,74% atau sebanyak 11 orang dan koefisien keandalan Cronbach’s Alpha yang
responden lulusan SMA dengan persentase terdapat pada tabel di atas yaitu untuk
terkecil yaitu sebesar 9,68% atau sebanyak 6 instrumen pengawasan internal 0,898,
orang. instrumen pengawasan eksternal 0,775,
instrumen implementasi anggaran berbasis
c. Karakteristik Responden Berdasarkan kinerja 0,873 dan untuk instrumen kinerja
Kompentensi Pendidikan pemerintah daerah 0,865. Data ini
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa bidang menunjukan nilai yang berada pada kisaran
kompetensi yang ditempuh responden dibagi diatas 0,8 sehingga semua instrumen
ke dalam 4 kategori, yaitu Akuntansi penelitian dapat dikatakan reliabel.
(20,97%) manajemen (14,52%) Ekonomi
2. Uji Validitas bebas atau independen. Untuk menguji
Uji validitas dimaksudkan untuk adanya multikolinearitas dapat dilihat
mengetahui ketepatan instrumen dalam melalui nilai Variance Inflantion Factor
mengukur apa yang hendak diukur. Untuk (VIF) < 10 dan tolerance > 0.1 maka
melihat validitas dari masing-masing item dikatakan tidak terdapat gejala
kuesioner, digunakan Corrected Item-Total multikolinearitas.
Colleration. Jika rhitung > rtabel, maka data Hasil nilai VIF yang diperoleh dalam
dikatakan valid, dimana rtabel untuk N = 62, Tabel 19 diatas menunjukkan variabel bebas
adalah 0,2108. Berikut ini merupakan nilai dalam model regresi tidak saling berkorelasi.
Corrected Item-Total Correlation terkecil Diperoleh nilai VIF untuk masing-masing
dari masing-masing instrumen: variabel bebas kurang dari 10 dan tolerance
value berada diatas 0,10. Hal ini
Dari Tabel dapat dilihat nilai terkecil menunjukkan tidak adanya korelasi antara
dari Corrected Item-Total Correlation untuk sesama variabel bebas dalam model regresi
masing-masing instrumen. Instrumen dan disimpulkan tidak terdapat masalah
pengawasan internal diketahui nilai multikolinearitas diantara sesama variabel
Corrected Item-Total Correlation terkecil bebas dalam model regresi yang dibentuk.
0,387, instrumen pengawasan eksternal nilai 3. Uji Heterokedastisitas
terkecil 0,334, instrumen implementasi Uji heterokedastisitas bertujuan untuk
anggaran berbasis kinerja nilai terkecil 0,248 menguji apakah dalam sebuah model regresi
dan untuk kinerja pemerintah daerah dengan terjadi ketidaksamaan varians dari residual
nilai terkecil sebesar 0,225. atas satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual suatu
C. Uji Asumsi Klasik pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
1. Uji Normalitas disebut homokedatisitas dan jika berbeda
Uji normalitas bertujuan untuk menguji disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi
apakah dalam sebuah model regresi, variabel adanya heteroskedastisitas pada penelitian
dependen dan variabel independen ter- ini menggunakan uji Gletser. Pengujian ini
distribusi secara normal atau tidak. membandingkan signifikan dari uji ini
Pengujian normalitas data dalam penelitian apabila hasilnya sig > 0,05 atau 5%. Jika
ini dilakukan dengan menggunakan one signifikan di atas 5% maka disimpulkan
sample kolmogorov-smirnov test, jika nilai model regresi tidak mengandung adanya
asymp.sig (2-tailed) > 0.05 maka distribusi heterokedastisitas.
data dikatakan normal. Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai sig variabel-variabel > 0,05 (sig
Dari hasil pengolahan SPSS versi 16.0 > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak
didapat bahwa nilai seluruh variabel dari terjadi heterokedastisitas pada penelitian ini.
kolmogorov smirnov > 0,05, yaitu 0,918. D. Uji Model
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan 1. Uji Koefisien Determinasi
data yang digunakan dalam penelitian ini Koefisien Determinasi bertujuan
telah berdistribusi normal dan bisa untuk melihat seberapa kuat model yang
dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut, karena dihasilkan dari variabel penelitian ini.
nilai signifikan dari uji normalitas > 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai Adjusted
2. Uji Multikolinearitas R Square menunjukan 0,545. Hal ini
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengindikasikan bahwa kontribusi variabel
menguji apakah model regresi ditemukan bebas yaitu pengawasan internal,
adanya kolerasi antar variabel antar variabel pengawasan eksternal dan implementasi
anggaran berbasis kinerja terhadap variabel berbasis kinerja satu satuan akan
terikat yaitu kinerja pemerintah daerah mengakibatkan peningkatan kinerja
adalah sebesar 54,5%, sedangkan 45,5% pemerintah daerah sebesar 0,398 satuan.
ditentukan oleh faktor lain diluar model Nilai koefisien β dari variabel X1
yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini. bernilai positif 0,398.
2. Analisis Regresi berganda Uji F
Analisis regresi berganda dilakukan Uji F dilakukan untuk menguji
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel apakah secara serentak variabel independen
dan nilai sig dengan α yang diajukan yaitu mampu menjelaskan variabel dependen
95% atau α = 0,05. secara baik atau untuk menguji apakah
model yang digunakan telah fix atau tidak.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dianalisis model estimasi
sebagai berikut:
Y = 8.086 + 0,684(X1) + 0,305(X2) + Uji Hipotesis
0,398(X3) Uji t (t-test)
Dimana: Uji t statistik (t-Test) bertujuan untuk
X1 = Pengawasan Internal mengetahui hubungan yang signifikan dari
X2 = Pengawasan Eksternal masing-masing variabel bebas terhadap
X3 = Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja variabel terikatnya. Pengujian hipotesis
Y = Kinerja Pemerintah Daerah secara parsial dilakukan dengan cara
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.
bahwa: Nilai ttabel dengan α = 0,05 dan derajat bebas
a. Nilai konstanta sebesar 8.086 (db) = n-k-1 = 62-3-1 = 58 adalah 2,0017.
mengindikasikan bahwa jika variabel a. Pengawasan Internal (X1)
independen yaitu pengawasan internal, Berpengaruh Signifikan Positif
pengawasan eksternal dan implementasi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
anggaran berbasis kinerja adalah nol (Y)
maka nilai kualitas kinerja pemerintah Pengujian hipotesis pertama
daerah adalah sebesar konstansta dilakukan dengan membandingkan nilai t
(8.086). hitung dan t tabel. Hipotesis diterima jika t
b. Koefisien pengawasan internal sebesar hitung > t tabel atau nilai sig < α 0,05. Nilai t
0,684 mengindikasikan bahwa setiap tabel pada α 0,05 adalah 2.0017. Pada variabel
peningkatan pengawasan internal satu pengawasan internal (X1) nilai t hitung
satuan akan mengakibatkan peningkatan adalah 3.526 dan nilai sig adalah 0,001. Hal
kinerja pemerintah daerah sebesar 0,684 ini dapat dilihat bahwa t hitung > t tabel yaitu
satuan. Nilai koefisien β dari variabel X1 3,526 > 2,0017 atau nilai signifikansi 0,001
bernilai positif 0,684. < α 0,05. Nilai koefisien β dari variabel X1
c. Koefisien pengawasan eksternal sebesar bernilai positif yaitu 0,684. Jadi hipotesis
0,305 mengindikasikan bahwa setiap yang telah dirumuskan sesuai dengan hasil
peningkatan pengawasan eksternal satu penelitian sehingga H1 diterima. Hal ini
satuan akan mengakibatkan peningkatan menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
kinerja pemerintah daerah sebesar 0,305 membuktikan pengawasan internal (X1)
satuan. Nilai koefisien β dari variabel X1 berpengaruh signifikan positif terhadap
bernilai positif 0,305. kinerja pemerintah daerah.
d. Koefisien implementasi anggaran b. Pengawasan Eksternal (X2)
berbasis kinerja sebesar 0,398 Berpengaruh Signifikan Positif
mengindikasikan bahwa setiap terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
peningkatan implementasi anggaran
Pengujian hipotesis kedua dilakukan pengawasan internal, maka kinerja
dengan membandingkan nilai t hitung dan t pemerintah daerah yang dihasilkan oleh
tabel. Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel SKPD juga akan semakin meningkat.
atau nilai sig < α 0,05. Nilai t tabel pada α Hal ini sesuai dengan teori menurut
0,05 adalah 2.001717. Pada variabel Wawan dan Lia (2009) mengatakan bahwa
pengawasan eksternal (X2) nilai t hitung adalah “Pengawasan intern berpengaruh signifikan
1.153 dan nilai sig adalah 0,254. Hal ini terhadap kinerja Pemerintah daerah. Hal ini
dapat dilihat bahwa t hitung < t tabel yaitu 1,277 menunjukan bahwa pengawasan intern dapat
< 2,0017 atau nilai signifikansi 0,254 > α memberikan dukungan terhadap
0,05. Nilai koefisien β dari variabel X2 responsivitas, responsibilitas dan
bernilai positif yaitu 0,305. Hal ini akuntabilitas pemerintah. Semakin baik
menunjukkan bahwa penelitian ini pengawasan intern yang dilaksanakan akan
membuktikan bahwa pengawasan eksternal memberikan dampak semakin baik kinerja
(X2) tidak berpengaruh signifikan dan positif pemerintah daerah yang dicapai”. Menurut
terhadap kinerja pemerintah daerah. Jadi Abdul Rohman (2009) mengatakan bahwa:
hipotesis kedua dari penelitian ini ditolak. “Pengawasan intern berpengaruh terhadap
c. Implementasi Anggaran Berbasis kinerja pemerintah daerah, dan membantu
Kinerja (X3) Berpengaruh Signifikan para anggota organisasi dalam melaksanakan
Positif terhadap Kinerja Pemerintah tanggung jawab secara efektif dan mencapai
Daerah (Y) kinerja yang lebih baik. Fungsi pengawasan
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan intern memonitor apakah perilaku sudah
dengan membandingkan nilai t hitung dan t berorientasi pada pencapaian kinerja yang
tabel. Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel baik, dan melakukan koreksi atau perilaku
atau nilai sig < α 0,05. Nilai t tabel pada α dan hasil yang menyimpang dari kinerja
0,05 adalah 2.0017. Pada variabel yang diinginkan”.
implementasi anggaran berbasis kinerja (X3) Dari hasil penelitian yang diperoleh
nilai t hitung adalah 2.080 dan nilai sig adalah pada data distribusi frekuensi untuk variabel
0,042. Hal ini dapat dikatakan bahwa t hitung pengawasan internal, dimana tingkat capaian
> t tabel yaitu 2.080 > 2,0017 atau nilai responden untuk variabel pengawasan
signifikansi 0,042 < α 0,05. Nilai koefisien β internal adalah 87,77%, ini memperlihatkan
dari variabel X3 bernilai positif yaitu 0,398. bahwa nilai TCR berada pada kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini Dapat disimpulkan pengawasan internal
membuktikan bahwa implementasi anggaran sudah cukup terlaksana dengan baik dalam
berbasis kinerja (X3) berpengaruh signifikan operasionalnya.
dan positif terhadap kinerja pemerintah Pengawasan internal yang baik akan
daerah. Jadi hipotesis ketiga dari penelitian dapat meningkatkan kinerja pemerintah
ini diterima. daerah yang dihasilkan oleh SKPD. Dalam
kenyataan di SKPD kota payakumbuh telah
Pembahasan memaksimalkan pengawasan internal dan
Pengaruh Pengawasan Internal terhadap hal ini telah mampu meningkat kinerja
Kinerja Pemerintah Daerah. pemerintah daerah. Jadi dapat disimpulkan
Hasil penelitian ini menunjukkan apabila pengawasan internal baik maka hasil
bahwa pengawasan internal berpengaruh kinerja operasional pemerintah daerah juga
signifikan positif terhadap kinerja akan maksimal dan jika dilihat dari
pemerintah daerah dengan nilai t = 3,526 tanggapan responden mengenai variabel
dan nilai signifikansi 0,001 < α = 0,05. Hal pengawasan intern, pengaruh pengawasan
ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intern terhadap kinerja pemerintah daerah
pada Pemerintah Kota Payakumbuh sudah pemerintah sepenuhnya, seperti dinyatakan
optimal. Sutarya (2013) hanya pengawasan dari BPK
Pengaruh Pengawasan Eksternal yang cukup kuat mengawasi kinerja
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. pemerintah daerah tapi pengawasan dari
Hipotesis kedua penelitian ini anggota dewan dan masyarakat orientasi nya
menyatakan bahwa pengawasan eksternal masih untuk kepentingan pribadi dan
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap partainya bukan untuk meningkatkan kinerja
kinerja pemerintah daerah yang dihasilkan pemerintah daerah tersebut. Hal inilah yang
oleh SKPD di kota Payakumbuh. membuat pengawasan eksternal masih
Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa kurang kuat mempengaruhi kinerja
hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintah daerah.
pengawasan eksternal tidak berpengaruh Pengaruh Implementasi Anggaran
signifikan positif terhadap kinerja Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja
pemerintah daerah. Hal ini manyatakan Pemerintah Daerah.
bahwa baik atau buruknya pengawasan Hipotesis ketiga penelitian ini
eksternal masih belum bisa mempengaruhi menyatakan bahawa implementasi anggaran
peningkatan ataupun penurunan kinerja berbasis kinerja berpengaruh signifikan
pemerintah daerah di Kota Payakumbuh. positif terhadap kinerja pemerintah daerah
Hasil ini sesuai dengan penelitian dengan nilai t = 2,080 dan nilai signifikan
yang dilakukan oleh Sutaryo (2013) yang 0,042 < α = 0,05. Hal ini manyatakan bahwa
menyatakan bahwa pengawasan ektstern baik atau buruknya penerapan implementasi
yang dilakukan masyarakat dan dilihat dari anggaran berbasis kinerja dapat
pengawasan yang dilakukan oleh anggota mempengaruhi peningkatan ataupun
dewan tidak memberikan dampak yang penurunan kinerja pemerintah daerah di
maksimal terhadap penyelenggaraan kinerja Kota Payakumbuh.
pemerintah daerah atau dengan kata lain Hal ini sesuai dengan teori menurut
pengaruh pengawasan eksternal tidak Sem (2012) mengatakan bahwa ” anggaran
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah berbasis kinerja berpengaruh positif dan
daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian signifikan terhadap penilaian kinerja satuan
yang dilakukan penulis yang menyatakan kerja perangkat daerah”. Menurut Deifi
pengawasan eksternal yang terdiri dari (2013) mengatakan bahwa mengenai
pengawasan BPK, pengawasan dari penerapan anggaran berbasis kinerja adalah
masyarakat dan pengawasan DPRD tidak anggaran berbasis kinerja yang berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap kinerja secara signifikan terhadap kinerja satuan
pemerintah daerah. perangkat daerah. Hal ini menunjukkan
Dari hasil penelitian yang diperoleh apabila pelaksanaan anggaran berbasis
pada data distribusi frekuensi untuk variabel kinerja, output dan feedback maka akan
pengawasan eksternal, dimana tingkat menghasilkan output/outcome serta kinerja
capaian responden untuk variabel yang baik.
pengawasan eksternal adalah 86,45%, ini Secara teori, prinsip anggaran
memperlihatkan bahwa nilai TCR berada berbasis kinerja adalah anggaran yang
pada kategori baik. Jadi dapat disimpulkan menghubungkan anggaran negara
pengawasan eksternal sudah cukup (pengeluaran negara) dengan hasil yang
terlaksana dengan baik dalam diinginkan (output dan outcome) sehingga
operasionalnya. setiap rupiah yang dikeluarkan dapat
Pengawasan eksternal belum dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya.
mengontrol dan mempengaruhi kinerja Perfomance budgeting (anggaran yang
berorientasi pada kinerja) adalah sistem 1. Dari hasil penelitian ini terlihat
penganggaran yang berorientasi pada output bahwa pengawasan eksternal belum
organisasi dan berkaitan sangat erat dengan diterapkan maksimal, sehingga
visi,misi dan rencana strategi organisasi rendahnya kinerja pemerintah daerah
(Indra,2006). yang dihasilkan oleh SKPD.
Dari hasil penelitian yang diperoleh Pemerintah harus lebih meningkatan
pada data distribusi frekuensi untuk variabel kinerja pemerintah daerah dan
implementasi anggaran berbasis kinerja rata- transparan terhadap pengawasan dari
rata nilai capai responden penelitian ini baik eksternal, mengenai kemudahan
yaitu sebesar 87,85%, ini memperlihatkan masyarakat dalam mengakses
nilai TCR berada pada kategori baik. Dapat dokumen-dokumen mengenai
disimpulkan implementasi secara kebijakan anggaran. Selain itu
keseluruhan sudah cukup terlaksana dengan pemerintah juga harus lebih tanggap
baik dalam operasionalnya di pemerintah terhadap temuan auditor. Pemerintah
daerah. sebaiknya melakukan perbaikan
secara terus menerus agar kinerja
PENUTUP pemerintah daerah dapat terus
A. Kesimpulan ditingkatkan.
Kesimpulan yang dapat diambil 2. Penelitian ini masih terbatas pada
dari penelitian mengenai “Pengaruh pengawasan dan implementasi
Pengawasan Internal, Pengawasan anggaran berbasis kinerja, untuk
Eksternal dan Implementasi Anggaran penelitian selanjutnya dapat
Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja dilakukan perluasan variabel
Pemerintah Daerah” ini adalah sebagai penelitian untuk menemukan
berikut: variabel-variabel lain yang
1. Pengawasan internal mempunyai berpengaruh kuat dengan kinerja
pengaruh signifikan positif terhadap pemerintah daerah yang dihasilkan
kinerja pemerintah daerah. Dimana oleh pemerintah seperti pemahaman
semakin besar pengawasan internal tentang sistem pengendalian internal
maka semakin tinggi kinerja pemerintah, sistem akuntansi
pemerintah daerah (H1 ditrima). pemerintah menuju accrual basis,
2. Pengawasan eksternal mempunyai kompetensi aparatur pemerintah
pengaruh tidak signifikan positif daerah dan faktor lainnya.
terhadap kinerja pemerintah daerah. 3. Peneliti yang akan melakukan
Dimana semakin tinggi ataupun penelitian selanjutnya, sebaiknya
rendahnya pengawasan ekternal tidak melakukan perluasan sampel
mempengaruhi peningkatan ataupun penelitian atau peneliti dapat
penurunan kinerja pemerintah daerah memilih SKPD yang berada diuar
(H2 ditolak) Kota payakumbuh.
3. Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja mempunyai pengaruh DAFTAR PUSTAKA
signifikan positif terhadap kinerja Abdul Rohman, 2007. Pengaruh Peran
pemerintah daerah (H3 diterima). Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan
B. Saran Fungsi Pemeriksaan Intern Terhadap Kinerja
Berdasarkan pada pembahasan dan Pemerintah Daerah. Vol. 1, No. 2, 2007.
kesimpulan diatas, maka peneliti Arikunto Suharsimi. Manajemen Penelitian.
menyarankan bahwa: Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang Sardjito, 2007. Pengaruh Kinerja Pemerintah Daerah. Vol. 4, No. 1,
Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap 2009.
Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya www.google.com/haluan.payakumbuh
Organisasi Dan Komitmen Organisasi kamis 16 Mei 2013
Sebagai Variabel Moderating. www.google.com/sleman pos. Kabid.Was.
Dedi Nordiwan. 2007. Akuntansi Sektor Kinerja Bawasda Kabupaten Sleman. 3 Juli
Publik : Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga. 2009.
Deifi Sari Maindoka, 2013. Pengaruh Yuswar Zainul Basri. 2003. Keuangan
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Negara dan Analisis Kebijakan. Jakarta:
Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah di Raja Grafindo Persada.
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Vol.2 No. 1 Lampiran
2013.
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Deskriptif Statistik
Sektor Publik Yogyakarta : Salemba Empat.
Indra Bastian. 2005. Akuntansi Sektor Descriptive Statistics
Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Std.
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor N Minimum Maximum Mean Deviation
Publik. Yogyakarta : Erlangga.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Kinerja
Publik. Yogyakarta: STM YKPM. Pemerintah 62 51.00 90.00 77.9839 7.96404
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Daerah
Yogyakarta : Andi Offset. Pengawasa
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen 62 38.00 55.00 48.2742 4.87607
n Internal
Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi.
Mardiasmo. 2006. Pengukuran Kinerja Pengawasa
62 20.00 40.00 34.5806 3.89008
n Eksternal
Pemda. Yogyakarta. UAD Press.
Revrisond Baswir. 1999. Akuntansi Implementa
Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : si Anggaran
62 49.00 75.00 66.2258 5.62611
BPFE. Berbasis
Kinerja
Sem Paulus Silalahi, 2012. Pengaruh
Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Valid N
62
Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem (listwise)
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Vol. 20, No. 3 2012.
Sutaryo, 2013. Pengaruh Pemeriksaan dan
Pengawasan Keuangan Daerah terhadap
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003.
“Keuangan Negara”.
Wawan Sukmana. 2009. Pengaruh
Pengawasan Intern dan Pelaksanaan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Uji Normalitas Uji Heterokedastisitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test a
Coefficients
Unstandardized
Residual Unstandardized
Coefficients
N 62

a
Normal Parameters Mean .0000000 Model B Std. Error Sig.

Std. Deviation 5.23795450


1 (Constant) -.690 1.825 .707
Most Extreme Absolute .070
Differences
Pengawasan
Positive .046 -.057 .042 .187
Internal
Negative -.070
Pengawasan
Kolmogorov-Smirnov Z .555 .058 .832
Eksternal -.012
Asymp. Sig. (2-tailed) .918
implementasi
a. Test distribution is Normal.
Anggaran
.072 .042 .091
Berbasis
Kinerja
Uji Multikolinearitas
a a. Dependent Variable: ABSUT
Coefficients
Sumber: Pengolahan data statistik SPSS versi 16
(2014)
Unstandardiz
ed Collinearity Uji F
Coefficients Statistics
b
ANOVA
Std. Toleran
Model B Error ce VIF Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 (Constant) 8.086 8.368

Pengawasan 1 Regres a
.684 .194 .529 1.890 2195.378 3 731.793 25.361 .000
Internal sion

Pengawasan
.305 .265 .445 2.247 Residu
Eksternal
1673.606 58 28.855
al
Implementasi
Anggaran
.398 .191 .409 2.445 Total 3868.984 61
Berbasis
Kinerja
a. Predictors: (Constant), implementasi Anggaran Berbasis
a. Dependent Variable: Kinerja
Pemerintah Daerah Kinerja, Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal
Koefisien Regresi Berganda
Adjusted R Square
a
Coefficients
b
Model Summary
Standar
dized Adjusted Std. Error
Unstandardized Coefficie R of the
Coefficients nts Model R R Square Square Estimate

a
Std. 1 .753 .567 .545 5.37171
Model B Error Beta T Sig.
a. Predictors: (Constant), implementasi Anggaran

1 (Constant) 8.086 8.368 .966 .338 Berbasis Kinerja, Pengawasan Internal, Pengawasan
Eksternal
Pengawasan
.684 .194 .419 3.526 .001
Internal

Pengawasan
.305 .265 .149 1.153 .254
Eksternal

implementasi
anggaran
. 398 .191 .281 2.080 .042
Berbasis
Kinerja

a. Dependent Variable: Kinerja


Pemerintah Daerah

Anda mungkin juga menyukai