Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

INSTRUMEN ANALISIS 2

GAS CHROMATOGRAPHY (GAS KROMATOGRAFI)

Oleh:

Widia lestari

1820065

AK2A

Dosen pembimbing: Merry Asrya

ANALISA KIMIA

POLITEKNIK ATI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “
KROMATOGRAFI GAS “.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Padang, 21 April 2020

Widia Lestari
1820065
DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar isi ii

BAB I pendahuluan 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II pembahasan 3

2.1. Pengertian dari kromatografi gas? 3

2.2. Prinsip pemisahan dari kromatografi gas? 4

2.3. Syarat senyawa yang bisa dianalisis dengan komatografi gas? 5

2.4. Komponen dari kromatografi gas? 6

2.5. Metode Analisis GC 16

2.5. Cara pembacaan kromatogram GC? 17

2.6. Contoh aplikasi GC di bidang industri agro? 20

2.7. Kelebihan dan kelemahan kromatografi gas? 21

BAB III Penutup 22

3.1. Kesimpulan 22

3.2. Saran 24

Daftar Pustaka 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat
atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam
kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa
zat padat atau zat cair.
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupakan metode kromatografi pertama yang dikembangkan
pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap
campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu
tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan uap memungkinkan
komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa
gas.
Pada awalnya kromatografi gas hanya digunakan dalam analisis gas, tetapi
dengan kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis bahan
cair dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan dianalisis mudah menguap atau
bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bahan yang mudah menguap.

Kromatografi gas dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik analisis yang
mencakup metoda pemisahan dan metoda penentuan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi.
Di dalam kromatografi di perlukan adanya dua fase yang tidak saling menyampur,yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya disini dapat berupa suatu zat padat yang
ditempatkan di dalam suatu kolom atau dapat juga berupa cairan terserap (teradsorpsi)
berupa lapisan yang tipis pada butir-butir halus suatu zat padat pendukung (solid
support material) yang di tempatkan di dalam kolom. Fase geraknya dapat berupa gas
(gas pembawa) atau cairan.

Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel


dan cairan, dengan menggunakan fase cair standar yang diketahui efektif untuk
berbagai senyawa. Pada prinsipnya pemisahan dalam GC adalah disebabkan oleh
perbedaan dalam kemampuan distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam di
dalam kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian dari kromatografi gas?

2. Apa prinsip pemisahan dari kromatografi gas?

3. Apa saja syarat senyawa yang bisa dianalisis dengan komatografi gas?

4. Apa saja komponen dari kromatografi gas?

5. Apa saja metode Analisis GC?

6. Bagaimana cara pembacaan kromatogram GC?

7. Apa saja contoh aplikasi GC di bidang industri agro?

8. Apa saja kelebihan dan kelemahan kromatografi gas?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari kromatografi gas?

2. Mengetahui prinsip pemisahan dari kromatografi gas?

3. Mengetahui syarat senyawa yang bisa dianalisis dengan komatografi


gas?

4. Mengetahui komponen dari kromatografi gas?

5. Mengetahui Metode Analisis GC

6. Mengetahui cara pembacaan kromatogram GC?

7. Mengetahui contoh aplikasi GC di bidang industri agro?

8. Mengetahui kelebihan dan kelemahan kromatografi gas?


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Teori Kromatografi Gas


Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu
lapisan serapan (adsorben) yang diam.Kromatografi gas fase gerak dan fase diamnya
diantaranya :

● Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas
bergerak
● Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya

Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisis (analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisis yang dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik. Telah diketahui bahwa ada
dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas
cair (KGC). Dalam kedua hal ini sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga keduanya
disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut
mempunyai banyak persamaan. Perbedaan antara keduanya hanya tentang cara
kerja.

Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi
gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan). Kromatografi gas padat (KGP) digunakan
sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang.
Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagai hasil riset memperluas penggunaan
metode ini. Kelemahan metode ini mirip dengan kromatografi cair padat,sedangkan
kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organik sebagai
kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun
1952. Metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan peka.
Cuplikan dengan ukuran beberapa mikrogram sampel dengan ukuran 10 gram masih
dapat dideteksi. Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa torr pada
suhu kolom.(Underwood,2004)
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran cuplikan diantara 2 fase. Salah
satu fase adalah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain adalah gas yang
menelusuri fase diam. Bila fasa diam berupa zat padat disebut sebagai kromatografi gas padat.
Ini didasarkan pada penyerapan kemasan kolom untuk memisahkan cuplikan terutama cuplikan
gas. Kemasan kolom yang lazim dipakai ialah silika gel dan arang. Dan bila fasa diam berupa
zat cair disebut kromatografi gas cair. Fasa cair didapatkan berupa lapisan tipis pada zat padat
yang lembam dan pemisahan didasarkan pada partisi cuplikan yang masuk dan keluar dari
lapisan zat cair ini. (Mc Nais,1988)
Dalam kromatografi gas,fase gerak berupa gas lembam seperti helium,nitrogen,argon,dan
hidrogen digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Tekanan uap atau
keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak
yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan
menggunakan waktu retensi yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu retensi adalah waktu
yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom. (Gritter,1991)
Keuntungan menggunakan kromatografi gas yaitu waktu analisis yang singkat dan
ketajaman pemisahan yang tinggi, dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efesiensi pemisahan yang tinggi, hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit,
dan kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
lebih cepat dan sensitifitasnya tinggi,sedangkan kerugian menggunakan kromatografi gas yaitu
hanya dapat digunakan untuk menganalisis sampel yang mudah menguap, tidak dapat dipakai
untuk memisahkan campuran dalam jumlah yang besar, dan fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut. (Adamovics, J.A., 1997)

2.2. Prinsip Pemisahan Kromatografi Gas

Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki
beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase
cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah
menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada
kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi
yang mungkin terjadi antara solute dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan
diantara dua fase. Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang
lain yaitu gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute
dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama pemisahan dalam
kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam
melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu
retensinya (Tr).

Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen) dengan tekanan tertentu
dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel di injeksikan
kedalam injektor (Injection Port) yang suhunya dapat diatur. Komponen- komponen dalam
sampel akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.
Komponen- komponen akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat
dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen sehingga terjadi
pemisahan.
Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal
listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal lau diperkuat oleh
amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai kromatogram
berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan arus detektor
terhadap waktu.
Secara sederhana prinsip kromatografi gas adalah udara dilewatkan melalui nyala
hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan
menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding
dengan ion.
Klasifikasi Metode Kromatografi
Dari tabel di atas jelas bagi kita bahwa jika fasa geraknya adalah gas maka
teknik kromatografinya dikenal sebagai “Kromatografi Gas”. Adanya dua jenis fasa
diam yang dapat digunakan menyebabkan kromatografi gas dapat dibedakan atas
Kromatografi Gas - Cair (Gas Liquid Chromatography = GLC) dan Kromatografi
Gas-Padat (Gas Solid Chromatography = GSC).
Perbedaan antara kedunya hanya tentang cara kerja. Pada kromatografi gas
padat (GSC) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi gas cair (GLC) terdapat
partisi (larutan). Kromatografi gas padat (KGP) digunakan sebelum tahun 1800
untuk memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang. Penemuan jenis-
jenis padatan baru sebagi hasil riset memperluas penggunaan metode ini.
Kelemahan metode ini mirip dengan kromatografi cair padat. Sedangkan
kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organic sebagai
kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun
1952. metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan
peka. Cuplikan dengan ukuran beberapa microgram sampel dengan ukuran 10
gram masih dapat dideteksi. Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan
beberapa torr pada suhu kolom.

2.3. Syarat Senyawa Yang Bisa Dianalisis Dengan Komatografi Gas


Sampel juga mempunyai syarat yaitu harus volatile atau mudah menguap
(mudah berubah menjadi gas) pada suhu kurang lebih 400oC, tidak terdekomposisi
pada suhu 450oC dan sampelnya stabil tidak rusak pada kondisi operasional). Tidak
perlu ditambahkan zat lain pada saat melakukan analisis dengan menggunakan gas
kromatografi. Tetapi, Jika perlu sampel cairan harus diencerkan dan sampel padat
harus diubah ke dalam bentuk larutannya. Banyaknya sampel yang dimasukan kira-
kira 0,1µl sampai dengan 10 µl. Untuk mendapatkan efisiensi dan resolusi sebaik
mungkin, sampel dimasukan ke dalam aliran gas dalam jumlah yang sedikit mungkin
dan dalam waktu yang secepat mungkin.

Syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan GC yaitu:suhu operasional


o
<450 C
1. molekul/ senyawa dapat berubah fase gas atau uap
2. tidak terdekomposisi pada suu tersebut
Syarat gas sebagai fase gerak:
1. lembam
2. koefisien difusi gas rendah
3. kemurnian tinggi
4. mudah didapat dan murah
5. cocok dengan detektor yang dipakai
6. contoh gas pembawa : N2, He, H2, Ar dan lain lain.
Sampel yang dianalisa dengan GC contohnya:
1. Produk gas alam
2. Kemurnian pelarut
3. Asam lemak
4. Residu pestisida
5. Polusi udara
6. Alkohol
7. Steroid
8. Minyak atsiri
9. Flavor
10. Ganja

2.4. Komponen Komponen Alat GC


Sistem peralatan dari kromatografi gas terdiri dari 7 bagian utama diantaranya

1. Tabung gas pembawa

2. Injection port (tempat injeksi cuplikan)

3. Kolom

4. Detektor

5. Rekorder (pencatat)
Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang akan
dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang inert akan
membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen-
komponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah terpisah tadi dapat
dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang kemudian dicatat pada
rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).
1. Gas Pembawa

Gas pembawa ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi. Biasanya tekanan


dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara
Iansung. Untuk memperkecil tekanan tersebut agar memenuhi kondisi pemisahan
maka digunakan drager yang dapat mengurangi tekanan dan mengalirkan gas dengan
laju tetap. Aliran gas akan mengelusi komponen-komponen dengan waktu yang
karaterisitik terhadap komponen tersebut (waktu retensi). Karena kecepatan gas tetap
maka komponen juga mempunyai volume yang karateristik untuk gas pembawa
(volume retensi).
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh gas pembawa adalah :

1. Inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut.

2. Murni, mudah didapat dan murah harganya.

3. Dapat mengurangi difusi dari gas

4. Cocok untuk detektor yang digunakan.

Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon dioksida
dan hidrogen.Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat
mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-
kadang digunakan juga CO2.

Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor yang


digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran dan
pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, (harusnya) ada pengukur
kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan
pengotor gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas diatur melalui pengatur
tekanan dua tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatur
halus (fine) pada kromatograf. Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan dari
tabung gas) diatur pada 10 s.d 50 psi (di atas tekanan ruangan) untuk memungkinkan
aliran gas 25 s.d 150 mL/menit pada kolom terpaket dan 1 s.d 25 mL/menit untuk
kolom kapiler.
Laju alir gas pembawa mempengaruhi resolusi. Laju alir yang minimum diperlukan
untuk resolusi maksimum. Namun, perlu diketahui bahwa pada laju alir yang sangat
lambat resolusinya secara dramatis menurun oleh karena faktor-faktor: packing tidak
teratur, ukuran partikel, diameter kolom, dan lain-lain.
Laju alir harus dikontrol dengan tepat. Tekanan dari silinder gas bertekanan pada
gas pembawa harus cukup untuk mendorong gas melewati kolom packing. Flow
controller atau needle valve harus ada pada sistem GC dan sering disatukan dalam
bagian depan instrumen. Laju alir harus dapat diatur secara hati-hati sehingga dapat
diketahui berapa laju alir optimumnya dan harus dapat disamakan dalam percobaan
berikutnya. Berbagai flow meter tersedia, dan kadang-kadang oleh pabrik pembuat
instrumen disatukan di dalam instrumen sehingga laju alir terpantau secara kontinyu
dan dapat diatur lagi (bila perlu) dengan memutar needle valve. Bila tidak ada flow
meter maka flow meter gelembung sabun sering digunakan, flow meter gelembung
sabun tersusun dari pipet ukur (measuring pipet), tabung gelas (glass tubing), dan
pipet bulb. Dengan perangkat flow meter gelembung sabun, stop watch digunakan
untuk mengukur waktu pada gelembung yang bergerak di antara dua tanda garis,
misalnya 0–2 ml. Dengan demikian laju alir gas pembawa (ml/menit) dapat dihitung.

2. Tempat Injeksi

Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan
uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi seperti pada
gambar 9. bagan injektor.

Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari
tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah bahwa
suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang
mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen
dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat
injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu
percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh
terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
penguraian dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat
injeksi.Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering disebut "a
gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak,
karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita
mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan.
Ketepatan volum injeksi menjadi sangat penting untuk analisa kuantitatif di mana
jumlah analit yang diukur oleh detektor tergantung pada konsentrasi analit dalam
cuplikan. Apabila prosedur dikehendaki hanya untuk identifikasi (analisis kualitatif),
maka ketepatan volum injeksi menjadi kurang penting.
Untuk mengisi alat injeksi dapat dipakai teknik sebagai berikut:

- Alat injeksi dibersihkan.

- Alat injeksi dikuras dengan menghisap cuplikan beberapa kali (dan mengeluarkan
isinya di luar tempat cuplikan).
- Jumlah cuplikan yang diperlukan dihisap. Cara untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang masih tertinggal pada tabung injeksi adalah dengan
jalan menekan torak injeksi secepatnya beberapa kali dan ujung jarum harus selalu
berada di dalam cairan.
- Udara 1/10 dari volum maksimum dihisap lagi.

- Jarum bagian luar dibersihkan dengan kain yang tidak mudah lepas serat-
seratnya.

- Cuplikan diinjeksikan dengan menusukkan jarum menembus septum, dan


menekan penghisap sampai ujungnya dengan gerakan yang cepat dan tidak terputus-
putus, kemudian tarik jarum keluar dari septum.
- Torak injeksi ditarik kembali sedikit dan lihat berapa banyak cairan yang masih
tertinggal.

- Diameter kolom yang digunakan tetap diperhatikan dalam melakukan pemisahan


agar sesuai dengan batasan volum penyuntikan. Tabel 1 memperlihatkan hal itu.
Tabel 1: Batasan Volum Penyuntikan

Volum
Diameter Kolom
Injeksi

Maksimum
¼ in. (packed column) 100 μl
1/8 in. (packed column)
20 μl
Kapiler (open tubular)
0,1 μl

3. Kolom

Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari kolom
adalah kumparan. Kolom ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)

b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.

c. Baja (stainless steel), (mahal)

d. Alumunium

e. Gelas

Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai berbagai


ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom gelas yaitu
antara 0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan berupa stainles steel
dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6 cm). Pada GSC kolom
diisi dengan penyerap (adsorbent), sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid
support" (padatan pendukung) yang diikat oleh fase diam.
Instrumen GC didisain supaya kolom dapat diganti secara mudah dengan
melepaskan fitting di dalam oven. Fitting ini tidak hanya memudahkan penggantian
fasa diam yang berbeda, tetapi juga mengijinkan operator mengganti kolom yang lebih
panjang yang berisi fasa diam yang sama. Ide penggantian kolom yang lebih panjang
adalah memberikan kesempatan kontak lebih lama antara campuran komponen
dengan fasa diam yang pada gilirannya memperbaiki pemisahan. Interaksi campuran
komponen dengan cairan fasa diam memainkan peran kunci dalam proses pemisahan
sehingga sifat-sifat fasa diam menjadi penting. Berbagai jenis kolom biasanya
menyebutkan nama komersialnya, komposisi, dan klasifikasi senyawa untuk
penggunaannya (kaitannya dengan polaritas).
Ada 2 jenis kolom yang digunakan dalam kromatografi gas secara umum, yaitu
kolom jejal (packed columns) dan kolom tubuler terbuka (open tubular columns). Kolom
jejal (packed columns) adalah kolom metal atau gelas yang diisi bahan pengepak
terdiri dari penunjang padatan yang dilapisi fase cair yang tidak menguap (untuk
kromatografi gas- padatan). Kolom tubuler terbuka sangat berbeda dengan kolom jejal,
yaitu gas yang mengalir sepanjang kolom tidak mengalami hambatan, karena
kolomnya merupakan tabung tanpa bahan pengisi.
Kolom jejal umumnya mempunyai panjang yang berkisar antara 0,7 sampai 2 meter,
sedangkan kolom tubuler terbuka dapat mempunyai panjang dari 30 sampai 300
meter. Kolom yang panjang ini biasanya dibuat dalam bentuk melilit bergulung seperti
spiral.
Kemampuan memisahkan komponen per meter kolom pada kolom tubuler terbuka
tidak jauh berbeda dengan pemisahan pada kolom jejal. Meskipun demikian,
penggunaan kolom yang sangat panjang bersama-sama dengan waktu analisis yang
relatif cepat merupakan alat penolong yang berharga bagi para ahli kimia untuk dapat
memisahkan komponen-komponen yang perbedaannya kecil didalam sifat-sifat
fisiknya.
Ada 2 jenis kolom tubuler terbuka, yaitu WCOT (Wall Coated Open Tubular
Columns) dan SCOT (Support Coated Open Tubular Columns).

4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan
dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang
lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya
mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus
listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang
diinginkan adalah detektor yang mempunyai sensitifitas yang tinggi, noisenya rendah,
responnya linear, dapat memberikan respon dengan setiap senyawa, tidak sensitif
terhadap perubahan temperatur dan kecepatan aliran dan juga tidak mahal harganya.
Detektor dalam GC digunakan untuk memunculkan sinyal listrik hasil elusi gas
pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat untuk melakukan deteksi. Tidak
hanya berupa variasi disain, tapi juga variasi sensitivitas dan selektivitas. Sensitivitas
mengacu pada kuantitas terkecil komponen campuran di mana sensitivitas
menghasilkan sinyal yang masih teramati. Sementara, selektivitas mengacu pada jenis
senyawa di mana sinyalnya dapat dimunculkan. Detektor yang umum digunakan:
✔ Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)

Prinsip kerja TCD :


Berdasarkan perbedaan daya hantar panas, relatif terhadap gas pembawa.
Filament dipanaskan, dimana suhu filament tergantung pada konduktivitas panas gas
di sekelilingnya. Konduktivitas panas efluen kolom lebih rendah (karena adanya
sampel). Adanya sampel melewati kolom menyebabkan jembatan Wheatstone tak
seimbang sehingga terjadi signal.
TCD berdasar atas prinsip, suatu benda yang panas akan kehilangan panasnya
pada suatu kecepatan yang tergantung kepada komposisi gas di sekitarnya. Jadi,
kecepatan hilangnya panas itu dapat digunakan sebagai ukuran tentang komposisi
gas. Gas pembawa yang mengandung sample atau analit masuk ke dalam kolom,
maka konduktivitas gas akan turun dan suhu filamen akan meningkat serta resistansi.
Lewatnya sampel melalui kolom menyebabkan Jembatan Wheatstone yang tak
seimbang sehingga terjadi signal yang terbaca pada detektor.
✔ Detektor ionisasi nyala (Flame IonizationDetector_ FID)
Prinsip kerja detector FID :

Senyawa yang terbawa fasa gerak diionisasi dengan nyala (H2 + O2 / udara).
Perubahan arus akibat ionisasi diukur sebagai respon analit. Tidak senstif terhadap
karbon yang teroksidasi penuh. FID merupakan detektor yang paling luas
penggunaannya, bahkan dianggap sebagai detektor yang universal untuk analisis obat
dalam cairan biologis menggunakan GLC. Pada detector ini, komponen-komponen
sampel yang keluar dari kolom dibakar dalam nyala (campuran gas hidrogen dan udara
atau oksigen). Sejumlah besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam celah
elektrode dan menurunkan tegangan listrik dari celah elektrode mula-mula. Penurunan
tegangan ini yang kemudian dicatat sebagai sinyal oleh rekorder. Intensitas sinyal ini
berbanding lurus dengan konsentrasi solute dalam gas pembawa.
✔ Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
Prinsip kerja detector ECD :
Mekanisme deteksi melibatkan emisi partikel radioaktif (β) dari 63Ni. Partikel β
menghasilkan elektron termal dari gas pembawa. Berdasarkan penangkapan elektron
termal oleh molekul sampel. Pada ECD terdapat pemancar radioaktif β, seperti 3H atau
63Ni yang akan mengionisasi gas pembawa. Aliran elektron sebagai hasil ionisasi gas
pembawa (nitrogen atau argon/methan) dalam ECD memberikan sinyal yang berupa
baseline suatu kromatogram. Bila kemudian suatu senyawa masuk ke dalam detektor,
sebagian dari elektron tersebut akan ditangkap oleh senyawa sebelum mereka
mencapai plat detektor. Ini mengakibatkan aliran arus listrik dalam detektor berkurang,
yang oleh rekorder akan dicatat sebagai suatu peak.
✔ Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)

✔ Detektor nyala alkali

✔ Detektor spektroskopi massa

Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah
FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector – ECD).
Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron. Detektor ini merupakan
modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar dari ECD ialah terjadinya
absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap e- bebas (senyawa-
senyawa elektronegatif). Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan
dari 3H atau 63Ni. Detektor ini mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari
kolom kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi,
nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan
alkohol.

Tabel 2: Beberapa jenis detektor GC

Detectable Minimum detectable


Jenis Detector
compounds
amount (Sensitivitas)
(Selektivitas)
Thermal Conductivity All compounds other than 10 ppm (10 ng)
thecarrier gas
Detector (TCD)
Flame Ionization Organic compounds ppm (0.1 ng)
Detector(FID)

Electron Capture Organic halogen compounds ppb


Detector(ECD) Organic metal compounds
(0.1 pg)
FlameThermionic Organic nitrogen compounds 1ppb (1 pg)
Detector (FTD) Organic phosphorous
0.1 ppb (0.1 pg)
compounds

Flame Inorganic, organic 10 ppb


sulfur
(10 pg)
Photometric Detector compounds
(FPD) Inorganic,organic

phosphorous compounds
Surface Level 3 amine compounds ppb (0.1 pg)

Polycyclic aromatics 1 ppb (1 pg)


Ionization

Detector (SID)

5. Recorder (pencatat)

Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara
membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan
menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal
analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah
oleh rekorder atau sistem data. Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas
dengan kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan
oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan
dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah
kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan
jenis detektor yang digunakan.

Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang dihubungkan


dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung jumlah muatan atau
jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer akan melengkapi pik-
pik kromatogram dengan data luas pik atau tinggi pik lengkap dengan biasnya.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan
elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah unit
pengolah pusat (CPU,Central Procesing Unit).

2.5. Metode analisis GC

Analisis data kromatografi gas:


1.Analisis Kualitatif
Tujuan dari analisis ini adalah identifikasi suatu komponen atau lebih dari suatu
cuplikan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan cuplikan dengan standar.

Carayang dilakukan adalah dengan membandingkan:


a)Waktu Retensi
Waktu retensi relatif bergantung pada suhu kolom dan jenis fasa diam.
Wakturetensi yang telah dikoreksi adalah volume yang diukur dari titik suntik sampai
kemaksimum puncak. Menentukan waktu retensi: 
b)Spiking/ko-kromatografi
Spiking dilakukan jika ternyata didapatkan waktu-waktu retensi yang
samasehingga dapat menyatakan bahwa dua senyawa tersebut adalah sama. Pada
kasusini dibutuhkan suatu teknik dengan menambahkan cuplikan standar.
c)Metode Spektroskopi (mass spectra)
Spektroskopi massa dapat digabungkan dengan kromatografi gas, sehingga
setiapkomponen dalam suatu cuplikan dpaat diketahui secara menyeluruh.
Setiapkomponen yang telah terpisahkan dan keluar dari kolom dikondensasi
untukkemudian analisis spektrometri NMR dengan syarat detektor
nondestruktif(misalnya TCD) harus digunakan.

2. Analisis Kuantitatif
Analisis ini dengan kromatografi gas dpaat didasarkan pada salah satu
pendekatantinggi peak atau area peak analit dengan standar
a)Tinggi PuncakMula-mula ditarik garis yang menghubungkan kedua dasar puncak,
kemudianditarik garis vertikal yang sejajar dengan sumbu tegak. Dengan mengukur
tinggisampel dan standar, maka konsentrasi sampel dapat ditentukan.
 b)Luas puncakDitentukan menggunakan rumus luas segitiga dengan nilai lebih
baik menggunakanlebar pada setengah tinggi puncak
Jenis-jenis metode analisis kuantitatif pada kromatografi gas:
1.Kalibrasi
Melibatkan beberapa larutan standar eksternal yang komposisinyamendekati yang
akan diuji.
2.Metode internal standar
. Sampel dilibatkan dalam standar sehingga komponen yangtidak diinginkan dapat
dikenali yang menyebabkan presisi tinggi.
3.Metode normalisasi area.
 Digunakan untuk mengurangi kesalahan data
yang berhubungan dengan injeksi cuplikan. Elusi yang sempurna (keseluruhan) untuks
emua komponen diperlukan pada metode ini, luas puncak yang dielusikan
dihitungkemudian dikoreksi luarnya terhadap respon detektor untuk jenis senyawa
yang berbeda, konsentrasi analit dihitung dari rasio luas area puncak dengan total luas
seluruh puncak
2.6. Cara Pembacaan Kromatogram GC
1. Analisa Kuantitatif
Hasil detektor pada alat GC akan direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap
puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang
anda mengontrol secara hati-hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan
waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-tentu saja anda
atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa pada
kondisi yang sama.
Dari hasil GC, akan didapatkan data waktu retensi kromatogram dengan beberapa
puncak senyawa (kelimpahan terbesar dapat dilihat dari grafik yang paling tinggi). Dari
data spektogram, didapatkan pola fragmentasi dari masing-masing senyawa.
Berdasarkan pola fragmentasi dan puncak dasar yang khas maka struktur dari masing-
masing senyawa dapat diketahui. Berikut merupakan contoh hasil GC minyak kelapa
sawit pada laboratorium.

Gambar 1. Kromatogram sampel minyak sawit


Sumber: Rusy dkk, 2012. Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor
Gambar 2. Data library hasil kromatografi
Sumber: http://file.scirp.org/Html/5-2200306/757b085c-caa1-43f5-9e94-4caf8218ddd8.jpg

Dari waktu retensi yang didapatkan, dicocokkan dengan waktu retensi literature
sehingga didapatkan data senyawa yang terkandung pada minyak kelapa sawit. Dari
kromatografi, didapat pula data % area yang nanti digunakan untuk menghitung
konsentrasi zat. Setelah dilewatkan pada kromatografi, gas dilewatkan pada
spektroskopi massa untuk mengetahui fragmentasi sampel. Spektrum massa tiap
senyawa nantinya dicocokkan dengan spektrum massa data library. Berikut adalah
contoh hasil spektrum massa dan data library nya.

Gambar 3. Spektrum massa senyawa target peak no. 2 dan spektrum massa data library senyawa
dodecanoic acid, methyl ester (CAS) Methyl laurat (SI=96)
Sumber: Rusy dkk, 2012. Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor

Hasil yang didapat jika dituangkan ke dalam tabel akan menjadi sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil analisis spektrum massa kromatogram sampel minyak kelapa sawit
2. Analisa Kuantitatif

Kuantifikasi untuk mencari konsentrasi yang dilakukan pada analisis ini


menggunakan perhitungan faktor respon (RF) dan perbandingan luas area (luas area
peak standar internal, luas area peak standar eksternal, dan luas area peak sampel).
Nilai Response Factor (RF) asam lemak dari standar eksternal. Rumus konsentrasi
senyawa adalah sebagai berikut:

Ax BSI
X= x x RFx 1000
ASI BS

Keterangan:
X = Konsentrasi senyawa tertentu di dalam sampel (mg/g)
Ax = Area senyawa tertentu pada kromatogram sampel
ASI= Area standar internal pada kromatogram sampel
BSI= Berat standar internal yang ditambahkan pada sampel
BS = Berat sampel yang dimetilasi (g)

Pada analisi gas kromatografi hanya dubuthkan 1 kali percobaan karena alat gas
kromatografi adalah alat yang dapat diandalkan para peneliti untuk melakukan analisis
sebuah sampel. Tetapi,untuk bisa yakin bahwa dalam sekali percobaan mendapatkan
hasi yang dapat diandalkan di lakukan kalibrasi dengan menggunkan larutan standar
untuk memeriksa ketelitian dan apakah alat tersebut masih bisa digunakan dengan
layak. Jika terjadi keanehan pada hasil atau peneliti ragu pada hasil yang didapatkan
maka dapat dilakukan beberap kali percobaan dan juga eksperimen itu juga
seharusnya dilakukan minimal 3 klai eksperimen dan jika lebih maka lebih bagus hasil
yang didaptkan. Dilakukan beberapa kali percobaan ini untuk membandingkan apakah
hasil tersebut sudah konsisten atau sudah dapat diandalkan dengan melihat apakah
hasil yang didapatkan pada setiap percobaan menghasilkan hasil yang kurang lebih
sama nilainya.

2.7. Aplikasi Kromatografi di bidang agro

1. Bidang Pertanian Pestisida

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan salah satu pilihan dalam


pembasmian hama dan penyakit tanaman, tapi juga mempunyai dampak terhadap
lingkungan. Beberapa metode telah digunakan untuk penentuan residu pestisida dalam
air salah satunya dengan menggunakan kromatografi gas. Sampel diambil di daerah
pertanian kota Jambi yang menggunakan pestisida dengan nama bahan aktif fention
dan diazonin. Sampel diekstrak dengan pelarut heksan dan hasil ekstrak ditentukan
dengan GC. Penentuan kondisi optimum pengukuran dilakukan sebelum penentuan
konsentrasi sample.

2. Bioteknologi agro

Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat


besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam
protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-
purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga
bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya
sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data
awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol
kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.

3. Aplikasi bidang lainnya

a. Pada Bidang Klinik

Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok
dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan
mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air
kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat
sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini
dan cepat.

b. Pada Bidang Forensik

Aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu, terutama


dilihat dari segi keamanan. Masih lekat dalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black
September Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11 September 2001 yang
ditandai dengan runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat.
Demikian halnya di Indonesia yang marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di
mana-mana. Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-
peristiwa pengeboman/peledakan tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak)
dengan peningkatan yang cukup tajam.

2.8. Kelebihan Dan Kekurangan GC

1. Kelebihan

a) Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.

b) Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi


pemisahan yang tinggi.

c) Gas mempunyai vikositas yang rendah.

d) Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga


analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

e) Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.

 2. Kekurangan

a. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap


b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.Fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari materi kromatografi gas yang kami paparkan dapat diambil beberapa
kesimpulan,diantaranya:
1. Kromatografi gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan gas
sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom yang diisi
dengan fasa diam. Gas pembawa mengalir melalui kolom dengan kecepatan tetap,
memisahkan zat dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk padat pada keadaan
normal. Cara ini digunakan untuk percobaan identifikasi dan kemurnian, atau untuk
penetapan kadar.
2. Sistem peralatan kromatografi gas pada umumnya meliputi :

a) fase gerak.

b) ruang suntik sampel.

c) kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik.

d) sistem deteksi dan pencatat (detector dan recorder).

e) komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data.

3. Prinsip dari kromatografi gas adalah perbedaan sifat kimia antara molekul-
molekul yang berbeda dalam suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan
melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu
yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini
memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat,
membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.
4. Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi
detector kemudian memasuki kolom dan dibawa oleh fase gerak yang selanjutnya
akan dideteksi oleh detector berdasarkan waktu retensinya dan akan dibaca oleh
recorder.
5. Keunggulan dari kromatografi gas diantaranya adalah
efisien,mudah,analisisnya cepat,dan tidak merusak sampel. Sedangkan kelemahannya
adalah terbatas untuk zat yang mudah menguap dan tidak mudah dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah besar

3.2. Saran

Dengan kerendahan hati,kami merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang positif sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah ini sehingga akan lebih bermanfaat kontribusinya bagi
khazanah keilmua
DAFTAR PUSTAKA

Adamovics, J.A,. 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals,


2nd Edition.Marcel Dekker.New York.

Gritter.1991.Kromatografi.Penerbit ITB.Bandung.

Mc Nais.1988.Dasar Kromatografi Gas.Penerbit ITB.Bandung. Underwood.2004.


Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga Jakarta.

Jawi. 2009. Kromatografi Gas. http://jawigo.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16


Januari 2013

Eche. 2012. Makalah Analisis Instrumen. http://echechemis308.blogspot.com/.


Diakses pada tanggal 16 Januari 2013

Anonim. 2009. Kromatografi gas ( Gas Chromatografi) http://haska.org. Diakses


pada tanggal 16 Januari 2013

Mahardika. 2011. Kromatografi Gas (GC). http://mahardika-duniaku.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 16 Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai