INSTRUMEN ANALISIS 2
Oleh:
Widia lestari
1820065
AK2A
ANALISA KIMIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “
KROMATOGRAFI GAS “.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Widia Lestari
1820065
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I pendahuluan 1
1.3 Tujuan 2
BAB II pembahasan 3
3.1. Kesimpulan 22
3.2. Saran 24
Daftar Pustaka 25
BAB I
PENDAHULUAN
Kromatografi gas dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik analisis yang
mencakup metoda pemisahan dan metoda penentuan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi.
Di dalam kromatografi di perlukan adanya dua fase yang tidak saling menyampur,yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya disini dapat berupa suatu zat padat yang
ditempatkan di dalam suatu kolom atau dapat juga berupa cairan terserap (teradsorpsi)
berupa lapisan yang tipis pada butir-butir halus suatu zat padat pendukung (solid
support material) yang di tempatkan di dalam kolom. Fase geraknya dapat berupa gas
(gas pembawa) atau cairan.
3. Apa saja syarat senyawa yang bisa dianalisis dengan komatografi gas?
1.3. Tujuan
● Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas
bergerak
● Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisis (analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisis yang dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik. Telah diketahui bahwa ada
dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas
cair (KGC). Dalam kedua hal ini sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga keduanya
disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut
mempunyai banyak persamaan. Perbedaan antara keduanya hanya tentang cara
kerja.
Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi
gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan). Kromatografi gas padat (KGP) digunakan
sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang.
Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagai hasil riset memperluas penggunaan
metode ini. Kelemahan metode ini mirip dengan kromatografi cair padat,sedangkan
kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organik sebagai
kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun
1952. Metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan peka.
Cuplikan dengan ukuran beberapa mikrogram sampel dengan ukuran 10 gram masih
dapat dideteksi. Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa torr pada
suhu kolom.(Underwood,2004)
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran cuplikan diantara 2 fase. Salah
satu fase adalah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain adalah gas yang
menelusuri fase diam. Bila fasa diam berupa zat padat disebut sebagai kromatografi gas padat.
Ini didasarkan pada penyerapan kemasan kolom untuk memisahkan cuplikan terutama cuplikan
gas. Kemasan kolom yang lazim dipakai ialah silika gel dan arang. Dan bila fasa diam berupa
zat cair disebut kromatografi gas cair. Fasa cair didapatkan berupa lapisan tipis pada zat padat
yang lembam dan pemisahan didasarkan pada partisi cuplikan yang masuk dan keluar dari
lapisan zat cair ini. (Mc Nais,1988)
Dalam kromatografi gas,fase gerak berupa gas lembam seperti helium,nitrogen,argon,dan
hidrogen digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Tekanan uap atau
keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak
yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan
menggunakan waktu retensi yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu retensi adalah waktu
yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom. (Gritter,1991)
Keuntungan menggunakan kromatografi gas yaitu waktu analisis yang singkat dan
ketajaman pemisahan yang tinggi, dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efesiensi pemisahan yang tinggi, hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit,
dan kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
lebih cepat dan sensitifitasnya tinggi,sedangkan kerugian menggunakan kromatografi gas yaitu
hanya dapat digunakan untuk menganalisis sampel yang mudah menguap, tidak dapat dipakai
untuk memisahkan campuran dalam jumlah yang besar, dan fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut. (Adamovics, J.A., 1997)
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki
beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase
cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah
menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada
kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi
yang mungkin terjadi antara solute dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan
diantara dua fase. Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang
lain yaitu gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute
dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama pemisahan dalam
kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam
melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu
retensinya (Tr).
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen) dengan tekanan tertentu
dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel di injeksikan
kedalam injektor (Injection Port) yang suhunya dapat diatur. Komponen- komponen dalam
sampel akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.
Komponen- komponen akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat
dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen sehingga terjadi
pemisahan.
Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal
listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal lau diperkuat oleh
amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai kromatogram
berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan arus detektor
terhadap waktu.
Secara sederhana prinsip kromatografi gas adalah udara dilewatkan melalui nyala
hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan
menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding
dengan ion.
Klasifikasi Metode Kromatografi
Dari tabel di atas jelas bagi kita bahwa jika fasa geraknya adalah gas maka
teknik kromatografinya dikenal sebagai “Kromatografi Gas”. Adanya dua jenis fasa
diam yang dapat digunakan menyebabkan kromatografi gas dapat dibedakan atas
Kromatografi Gas - Cair (Gas Liquid Chromatography = GLC) dan Kromatografi
Gas-Padat (Gas Solid Chromatography = GSC).
Perbedaan antara kedunya hanya tentang cara kerja. Pada kromatografi gas
padat (GSC) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi gas cair (GLC) terdapat
partisi (larutan). Kromatografi gas padat (KGP) digunakan sebelum tahun 1800
untuk memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang. Penemuan jenis-
jenis padatan baru sebagi hasil riset memperluas penggunaan metode ini.
Kelemahan metode ini mirip dengan kromatografi cair padat. Sedangkan
kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organic sebagai
kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun
1952. metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan
peka. Cuplikan dengan ukuran beberapa microgram sampel dengan ukuran 10
gram masih dapat dideteksi. Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan
beberapa torr pada suhu kolom.
3. Kolom
4. Detektor
5. Rekorder (pencatat)
Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang akan
dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang inert akan
membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen-
komponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah terpisah tadi dapat
dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang kemudian dicatat pada
rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).
1. Gas Pembawa
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon dioksida
dan hidrogen.Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat
mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-
kadang digunakan juga CO2.
2. Tempat Injeksi
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan
uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi seperti pada
gambar 9. bagan injektor.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari
tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah bahwa
suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang
mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen
dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat
injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu
percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh
terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
penguraian dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat
injeksi.Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering disebut "a
gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak,
karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita
mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan.
Ketepatan volum injeksi menjadi sangat penting untuk analisa kuantitatif di mana
jumlah analit yang diukur oleh detektor tergantung pada konsentrasi analit dalam
cuplikan. Apabila prosedur dikehendaki hanya untuk identifikasi (analisis kualitatif),
maka ketepatan volum injeksi menjadi kurang penting.
Untuk mengisi alat injeksi dapat dipakai teknik sebagai berikut:
- Alat injeksi dikuras dengan menghisap cuplikan beberapa kali (dan mengeluarkan
isinya di luar tempat cuplikan).
- Jumlah cuplikan yang diperlukan dihisap. Cara untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang masih tertinggal pada tabung injeksi adalah dengan
jalan menekan torak injeksi secepatnya beberapa kali dan ujung jarum harus selalu
berada di dalam cairan.
- Udara 1/10 dari volum maksimum dihisap lagi.
- Jarum bagian luar dibersihkan dengan kain yang tidak mudah lepas serat-
seratnya.
Volum
Diameter Kolom
Injeksi
Maksimum
¼ in. (packed column) 100 μl
1/8 in. (packed column)
20 μl
Kapiler (open tubular)
0,1 μl
3. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari kolom
adalah kumparan. Kolom ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
d. Alumunium
e. Gelas
4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan
dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang
lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya
mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus
listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang
diinginkan adalah detektor yang mempunyai sensitifitas yang tinggi, noisenya rendah,
responnya linear, dapat memberikan respon dengan setiap senyawa, tidak sensitif
terhadap perubahan temperatur dan kecepatan aliran dan juga tidak mahal harganya.
Detektor dalam GC digunakan untuk memunculkan sinyal listrik hasil elusi gas
pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat untuk melakukan deteksi. Tidak
hanya berupa variasi disain, tapi juga variasi sensitivitas dan selektivitas. Sensitivitas
mengacu pada kuantitas terkecil komponen campuran di mana sensitivitas
menghasilkan sinyal yang masih teramati. Sementara, selektivitas mengacu pada jenis
senyawa di mana sinyalnya dapat dimunculkan. Detektor yang umum digunakan:
✔ Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
Senyawa yang terbawa fasa gerak diionisasi dengan nyala (H2 + O2 / udara).
Perubahan arus akibat ionisasi diukur sebagai respon analit. Tidak senstif terhadap
karbon yang teroksidasi penuh. FID merupakan detektor yang paling luas
penggunaannya, bahkan dianggap sebagai detektor yang universal untuk analisis obat
dalam cairan biologis menggunakan GLC. Pada detector ini, komponen-komponen
sampel yang keluar dari kolom dibakar dalam nyala (campuran gas hidrogen dan udara
atau oksigen). Sejumlah besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam celah
elektrode dan menurunkan tegangan listrik dari celah elektrode mula-mula. Penurunan
tegangan ini yang kemudian dicatat sebagai sinyal oleh rekorder. Intensitas sinyal ini
berbanding lurus dengan konsentrasi solute dalam gas pembawa.
✔ Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
Prinsip kerja detector ECD :
Mekanisme deteksi melibatkan emisi partikel radioaktif (β) dari 63Ni. Partikel β
menghasilkan elektron termal dari gas pembawa. Berdasarkan penangkapan elektron
termal oleh molekul sampel. Pada ECD terdapat pemancar radioaktif β, seperti 3H atau
63Ni yang akan mengionisasi gas pembawa. Aliran elektron sebagai hasil ionisasi gas
pembawa (nitrogen atau argon/methan) dalam ECD memberikan sinyal yang berupa
baseline suatu kromatogram. Bila kemudian suatu senyawa masuk ke dalam detektor,
sebagian dari elektron tersebut akan ditangkap oleh senyawa sebelum mereka
mencapai plat detektor. Ini mengakibatkan aliran arus listrik dalam detektor berkurang,
yang oleh rekorder akan dicatat sebagai suatu peak.
✔ Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah
FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector – ECD).
Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron. Detektor ini merupakan
modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar dari ECD ialah terjadinya
absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap e- bebas (senyawa-
senyawa elektronegatif). Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan
dari 3H atau 63Ni. Detektor ini mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari
kolom kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi,
nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan
alkohol.
phosphorous compounds
Surface Level 3 amine compounds ppb (0.1 pg)
Detector (SID)
5. Recorder (pencatat)
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara
membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan
menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal
analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah
oleh rekorder atau sistem data. Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas
dengan kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan
oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan
dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah
kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan
jenis detektor yang digunakan.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis ini dengan kromatografi gas dpaat didasarkan pada salah satu
pendekatantinggi peak atau area peak analit dengan standar
a)Tinggi PuncakMula-mula ditarik garis yang menghubungkan kedua dasar puncak,
kemudianditarik garis vertikal yang sejajar dengan sumbu tegak. Dengan mengukur
tinggisampel dan standar, maka konsentrasi sampel dapat ditentukan.
b)Luas puncakDitentukan menggunakan rumus luas segitiga dengan nilai lebih
baik menggunakanlebar pada setengah tinggi puncak
Jenis-jenis metode analisis kuantitatif pada kromatografi gas:
1.Kalibrasi
Melibatkan beberapa larutan standar eksternal yang komposisinyamendekati yang
akan diuji.
2.Metode internal standar
. Sampel dilibatkan dalam standar sehingga komponen yangtidak diinginkan dapat
dikenali yang menyebabkan presisi tinggi.
3.Metode normalisasi area.
Digunakan untuk mengurangi kesalahan data
yang berhubungan dengan injeksi cuplikan. Elusi yang sempurna (keseluruhan) untuks
emua komponen diperlukan pada metode ini, luas puncak yang dielusikan
dihitungkemudian dikoreksi luarnya terhadap respon detektor untuk jenis senyawa
yang berbeda, konsentrasi analit dihitung dari rasio luas area puncak dengan total luas
seluruh puncak
2.6. Cara Pembacaan Kromatogram GC
1. Analisa Kuantitatif
Hasil detektor pada alat GC akan direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap
puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang
anda mengontrol secara hati-hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan
waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-tentu saja anda
atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa pada
kondisi yang sama.
Dari hasil GC, akan didapatkan data waktu retensi kromatogram dengan beberapa
puncak senyawa (kelimpahan terbesar dapat dilihat dari grafik yang paling tinggi). Dari
data spektogram, didapatkan pola fragmentasi dari masing-masing senyawa.
Berdasarkan pola fragmentasi dan puncak dasar yang khas maka struktur dari masing-
masing senyawa dapat diketahui. Berikut merupakan contoh hasil GC minyak kelapa
sawit pada laboratorium.
Dari waktu retensi yang didapatkan, dicocokkan dengan waktu retensi literature
sehingga didapatkan data senyawa yang terkandung pada minyak kelapa sawit. Dari
kromatografi, didapat pula data % area yang nanti digunakan untuk menghitung
konsentrasi zat. Setelah dilewatkan pada kromatografi, gas dilewatkan pada
spektroskopi massa untuk mengetahui fragmentasi sampel. Spektrum massa tiap
senyawa nantinya dicocokkan dengan spektrum massa data library. Berikut adalah
contoh hasil spektrum massa dan data library nya.
Gambar 3. Spektrum massa senyawa target peak no. 2 dan spektrum massa data library senyawa
dodecanoic acid, methyl ester (CAS) Methyl laurat (SI=96)
Sumber: Rusy dkk, 2012. Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor
Hasil yang didapat jika dituangkan ke dalam tabel akan menjadi sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil analisis spektrum massa kromatogram sampel minyak kelapa sawit
2. Analisa Kuantitatif
Ax BSI
X= x x RFx 1000
ASI BS
Keterangan:
X = Konsentrasi senyawa tertentu di dalam sampel (mg/g)
Ax = Area senyawa tertentu pada kromatogram sampel
ASI= Area standar internal pada kromatogram sampel
BSI= Berat standar internal yang ditambahkan pada sampel
BS = Berat sampel yang dimetilasi (g)
Pada analisi gas kromatografi hanya dubuthkan 1 kali percobaan karena alat gas
kromatografi adalah alat yang dapat diandalkan para peneliti untuk melakukan analisis
sebuah sampel. Tetapi,untuk bisa yakin bahwa dalam sekali percobaan mendapatkan
hasi yang dapat diandalkan di lakukan kalibrasi dengan menggunkan larutan standar
untuk memeriksa ketelitian dan apakah alat tersebut masih bisa digunakan dengan
layak. Jika terjadi keanehan pada hasil atau peneliti ragu pada hasil yang didapatkan
maka dapat dilakukan beberap kali percobaan dan juga eksperimen itu juga
seharusnya dilakukan minimal 3 klai eksperimen dan jika lebih maka lebih bagus hasil
yang didaptkan. Dilakukan beberapa kali percobaan ini untuk membandingkan apakah
hasil tersebut sudah konsisten atau sudah dapat diandalkan dengan melihat apakah
hasil yang didapatkan pada setiap percobaan menghasilkan hasil yang kurang lebih
sama nilainya.
2. Bioteknologi agro
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok
dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan
mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air
kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat
sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini
dan cepat.
1. Kelebihan
e) Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
2. Kekurangan
3.1. KESIMPULAN
Dari materi kromatografi gas yang kami paparkan dapat diambil beberapa
kesimpulan,diantaranya:
1. Kromatografi gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan gas
sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom yang diisi
dengan fasa diam. Gas pembawa mengalir melalui kolom dengan kecepatan tetap,
memisahkan zat dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk padat pada keadaan
normal. Cara ini digunakan untuk percobaan identifikasi dan kemurnian, atau untuk
penetapan kadar.
2. Sistem peralatan kromatografi gas pada umumnya meliputi :
a) fase gerak.
3. Prinsip dari kromatografi gas adalah perbedaan sifat kimia antara molekul-
molekul yang berbeda dalam suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan
melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu
yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini
memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat,
membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.
4. Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi
detector kemudian memasuki kolom dan dibawa oleh fase gerak yang selanjutnya
akan dideteksi oleh detector berdasarkan waktu retensinya dan akan dibaca oleh
recorder.
5. Keunggulan dari kromatografi gas diantaranya adalah
efisien,mudah,analisisnya cepat,dan tidak merusak sampel. Sedangkan kelemahannya
adalah terbatas untuk zat yang mudah menguap dan tidak mudah dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah besar
3.2. Saran
Dengan kerendahan hati,kami merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang positif sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah ini sehingga akan lebih bermanfaat kontribusinya bagi
khazanah keilmua
DAFTAR PUSTAKA
Gritter.1991.Kromatografi.Penerbit ITB.Bandung.