Disusun Oleh:
REZKY DWIPUTRA FELANY
1102013238
Pembimbing :
dr. Muh Tri Wahyu Pamungkas Sp.S., M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 14 tahun
Alamat : Panjalin Kidul
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Tanggal/jam masuk : 14 September 2017/ 11.00 WIB
Tanggal pemeriksaan : 15 September 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kelumpuhan pada kedua kaki sejak 2 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : sesak nafas, kelemahan lengan sebelah kanan.
1
Pasien memiliki riwayat dirawat dirumah sakit tanggal 4 agustus 2017 selama 4 hari,
pasien dibawa ke IGD RS Sumber Waras karena pingsan setelah imunisasi rubella di sekolahnya.
Pasien dibawa ke puskesmas oleh pihak sekolah kemudian pasien sempat kejang dan pingsan
kembali sehingga dilarikan ke rumah sakit. Di RS sumber waras pasien dirawat karena
kekurangan kalium berdasarkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien juga mengalami
kelemahan pada anggota gerak tubuhnya kemudian diberi pengobatan dari spesialis saraf
kemudian pasien membaik dan pulang. Setelah dirawat pasien mengeluh suring merasa lemas
dan pingsan di sekolah.
Setelah dirawat selama 2 hari diruang rawat inap pasien mulai dapat menggerakan
kakinya, walaupun belum terlalu kuat menahan tahanan. Lengan kanan sudah tidak terdapat
kelemahan. Sesak nafas sudah tidak dirasakan sejak hari kedua dirawat. Nafsu makan sudah
membaik. Pasien sudah dapat berjalan kekamar mandi untuk buang air kecil pada hari kelima
diruang perawatan.
Pasien memiliki riwayat penyakit maag kronis. Pasien memiliki riwayat trauma kepala 3
tahun yang lalu yaitu jatuh dari motor dengan kepala terbentur jalan, akan tetapi tidak terdapat
luka dikepala. Pasien mengaku tidak pernah memeriksakan keadaannya setelah jatuh dari motor
tersebut.
III. PEMERIKSAAN FISIK ( Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 September 2017, pukul
10.00 )
A. Status Pasien
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2
- Kesadaran : Komposmentis
- GCS : E4 M6 V5
- Tanda vital :Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 77 x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,9 ˚C
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, ptosis -/- Pupil bulat,
Isokor, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
- Leher : Pembesaran KGB (-) , kaku kuduk (-), nyeri (-).
- Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Cor : BJ I-II irregular, Gallop (-), Murmur (-)
- Pulmo : VBS ka=ki, Rh (-/-), Wh (-/-)
- Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus +
- Pinggang : nyeri ketok CVA -/-, nyeri tekan +/-,
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
B. Status Neurologis
Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +
Kanan Kiri
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque <70° <70°
Kernig <135° <135°
Brudzinski II - -
3
Saraf Kranial
Kanan Kiri
N. I (olfactorius) + +
N. II(opticus)
RCL + +
N. III (oculomotorius)
Ptosis - -
Refleks cahaya + +
langsung
Refleks cahaya + +
tidak langsung
4
N. XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah Tidak ada kelainan
Tremor Tidak ada
Atrofi lidah Tidak ada
Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 4444 5555
Ekstremitas bawah 3333 3333
Refleks fisiologis
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
Refleks patologis
Hoffman + +
Tromner + +
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schifer - -
Gorda - -
Sensorik
Tidak Ada kelainan
DARAH LENGKAP
Ht 38.2 % 35.0-49.0
5
Leukosit 6.84 10^3/uL 4000-11000
INDEKS ERITROSIT
HITUNG JENIS
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT
6
Chlorida 97 mmol/l 95 - 105
V. RESUME
Subyektif
Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar oleh keluarga pada tanggal 14
September 2017 pukul 11.00 dengan keluhan lumpuh pada kedua kaki sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan pasien dirasakan secara bertahap mulai dari kesemutan kemudian menjadi
kelemahan dan akhirnya lumpuh. Keluhan dirasakan dari kaki kiri terlebih dahulu
Keluhan kelemahan pada lengan kanan juga dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
7
sakit.
Keluhan disertai dengan sesak nafas. Tanpa disertai nyeri dada.
Pasien memiliki riwayat dirawat 1 bulan yang lalu karena hipokalemi
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
Riwayat demam tinggi disangkal
Terdapat riwayat trauma jatuh mengenai kepala 3 tahun yang lalu
Hari kedua diruang perawatan pasien dapat mengangkat kedua kaki meskipun belum
seimbang dan tidak kuat terhadap tahanan. Sesak nafas sudah tidak dikeluhkan kembali
Hari kelima diruang perawatan pasien sudah dapat berdiri dan berjalan kekamar mandi
sendiri
Obyektif
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4 M6 V5
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 77 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Status Neurologis
3333 3333
8
1. Diagnosis Klinis : paraparese onset subakut, paraplegia onset akut, sesak nafas akut
2. Diagnosis Topis : Muskulus
3. Diagnosis Etiologis : Hipokalemia
VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi
IVFD Asering 20 tpm
Simcobalamin 3 x1 500mg
Neurobion drip 1x1 amp
KCL drip 1x1 dalam infus extra habis 10 jam
KSR 3 x 1 600mg
Monitoring
Awasi tanda-tanda vital
Cek ulang kalium post koreksi
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipokalemia
2.1.1 Definisi
Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurangdari 3,5 mEq/L.
hanya 2% dari K+tubuh yang berada di ECF. Sehinggakadar K+ serum tidak selalu
mencerminkan K+ total. Untuk setiap penurunan pH seanyak 0,1 unit K+serum meningkat
sebanyak 0,5 mEq/L,setiap peningkatan pH 0,1 unit, K+serum menurun sebanyak 0,5 mEq/L
(Price,Sylvia Anderson danWilson,Lorraine M.2005).
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar serum kalium kurang dari 3,5mmol/L.
Hipokalemia merupakan gangguan elektrolit yang paling sering ditemukan pada pasien di rumah
sakit,sebagian besar disebabkan oleh terapi diuretik. Keadaan ini dapat terjadi akibat
meningkatnya jumlah kalium yang hilang melalui saluran kemih atau pencernaan, asupan yang
kurang atau perpindahan kalium kedalam kompartemen intraseluler. Hipokalemia dapat terjadi
pada orang yang sakit dan orang yang mendapat terapi salbutamol (Patrick Davey.2005).
a. Asupan K+ dari makanan menurun. Pasien sakit berat yang tidak dapat makan
dan minum melalui mulut selama beberapa hari tanpa penambahan suplemen K+
dalam cairan infus,kelaparan.
10
- Fase penyembuhan diuresis dari gagal ginjal akut, asidosis tubulus ginjal.
d. Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas. Orang yang
berkeringat banyak karena penyesuaian terhadap panas.
a. CNS dan Neuromuskular.Gejala awal tidak jelas, lelah, tidak enak badan, paresthesia,
refleks tendon dalam menghilang, dan kelemahan otot generalisata.
c. Saluran cerna Menurunannya motilitas usus besar, anoreksia, mual, muntah, ileus.
a. Pusing (rasa berputar), hipotensi, aritmia, perubahan elektro kardiogram, dan henti
jantung akibat perubahan pada eksitabilitas membrane.
b. Nausea, vomitus, anoreksia, diare, distensi abdomen akibat penurunan motalitas usus.
11
Kekurangan kalium serum dapat disebabkan oleh adanya hal berikut : kekurangan
masukan, penggunaan diuretic pembuang kalium, prosedur bedah gastrointestinal mayor dengan
penghisapan nasogastric dan penggantian yang tidak tepat, sekresi gastrointestinal berlebihan,
hiperaldosteronisme, malnutrisi, dan trauma atau luka bakar.
b. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan, dan kentang).
c. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus.
12
d. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui
jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian
kalium tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam
ini pasien harus dipantau melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan ketat
terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).
2.1.7 Komplikasi
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia
terutama bila mendapat obat digitalis.
2. Ileus paralitik.
3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
4. Hipotensi ortostatik.
5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
7. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
(Ilmu penyakit Dalam, 2001, hal.308)
13
2.2 Paraplegia
2.2.1 Definisi
Paraplegia adalah hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian
bawah. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa menggerakkan otot-otot pada kedua tungkai
kaki, dan terkadang panggul serta beberapa anggota tubuh bagian bawah lainnya. Umumnya,
kelumpuhan tersebut akibat adanya gangguan di bagian sistem saraf yang mengontrol otot-otot di
area tersebut. Mayoritas penderita paraplegia menjalani aktivitas harian secara mandiri, tapi
dengan menggunakan alat bantu gerak.
2.2.2 Klasifikasi
Sedangkan jika dilihat dari jenis kelumpuhan dan efeknya pada otot, paraplegia terbagi menjadi:
Paraplegia spastik: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi kaku,
mengalami kejang-kejang, dan pergerakannya tidak bisa dikontrol.
Paraplegia flaksid: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi lemas dan
terkulai. Otot lumpuh yang mengalami kondisi ini bisa mengkerut.
2.2.3 Etiologi
Penyebab Paraplegia
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami paraplegia. Beberapa di antaranya
adalah:
Cedera tulang belakang. Tulang belakang berfungsi mengirimkan sinyal ke otak dan
seluruh tubuh. Cedera pada bagian tengah tulang belakang biasanya akan menyebabkan
paraplegia.
14
Multiple Sclerosis adalah rusaknya serat saraf pada tulang belakang oleh sistem imunitas
tubuh.
Spina Bifida, adalah sebutan untuk beberapa cacat lahir yang memengaruhi
perkembangan tulang belakang dan sistem saraf.
Penyakit Herediter adalah sebutan untuk cacat genetik di mana tubuh bagian bawah
penderita melemah secara perlahan dan otot-otot kaki akan membesar serta kaku.
Kanker tulang belakang, bisa menyebabkan paraplegia.
Sindrom Guillain-Barré merupakan kondisi rusaknya sistem saraf perifer yang
mengontrol pergerakan dan sensasi rasa yang diterima tubuh.
Kompresi Kompresi epidural sumsum tulang belakang neoplastik, adalah salah satu
komplikasi kanker yang sering terjadi.
Prosedur penggantian panggul total dengan panggul buatan.
TBC tulang. Infeksi bakteri M. tuberculosis pada tulang.
Komplikasi akibat menyelam (SCUBA Diving).
Kelemahan neuron motorik bawah. Lemahnya kemampuan otot-otot tubuh bagian
bawah sebagai akibat adanya lesi atau luka pada ujung-ujung saraf permukaan tubuh, sel-sel
otak serta pada otot.
Infark sumsum tulang belakang. Yaitu adanya penyumbatan pada pembuluh darah
yang memberi nutrisi bagi sumsum tulang belakang. Ini membuat fungsi saraf di area tersebut
menurun.
Mielitis transversa akut adalah kelainan imunitas-saraf pada sumsum tulang belakang
berupa peradangan saraf tulang belakang.
Sklerosis lateral amiotrofik adalah kelainan degeneratif saraf yang menyebabkan
kelemahan otot, cacat, dan kematian.
Hipokalemia. Kalium merupakan elektrolit yang berperan dalam kerja otot serta
penghantaran seluruh impuls saraf melalui potensial aksi. Rendahnya kadar kalium dalam serum
darah dapat menyebabkan suatu kondisi yang mengancam jiwa, kondisi tersebut dapat
disebabkan oleh diare, muntah, dan atau peningkatan frekuensi berkemih.
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang
menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Untuk mendiagnosis paraplegia,
dokter akan melakukan serangkaian uji pencitraan tubuh.
15
Tujuan dari uji pencitraan tersebut adalah untuk mendapat gambar detail bagian dalam dari tubuh
penderita. Beberapa pencitraan tubuh untuk mendiagnosis paraplegia adalah:
Myelografi.
Sinar-X.
MRI.
CT scan.
Selain uji pencitraan tubuh, dokter juga bisa menyarankan penderita untuk menjalani uji
elektromiografi. Pada uji ini, sensor akan mengukur aktivitas elektrik pada otot dan saraf
penderita.
16
DAFTAR PUSTAKA
5. Dromerick ,A. ( 2004 ). Constraint Induced Treatment Program. Diambil pada tanggal
18 september 2017 dari http://www.neuro.wustl.edu/smart/cipt.htm.
6. Smeltzer. & Bare. ( 2002 ).Textbook of medical surgical nursing. Brunner & Suddarth
( 8th ed ). ( H.Y.Kuncara,dkk,Trj ). Jakarta : EGC
17