Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT

PARAPLEGIA ET CAUSA HIPOKALEMIA

Disusun Oleh:
REZKY DWIPUTRA FELANY
1102013238

Pembimbing :
dr. Muh Tri Wahyu Pamungkas Sp.S., M.Kes

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK SMF NEURO


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD. ARJAWINANGUN
11 SEPTEMBER 2017 – 14 OKTOBER 2017
BAB I
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 14 tahun
Alamat : Panjalin Kidul
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Tanggal/jam masuk : 14 September 2017/ 11.00 WIB
Tanggal pemeriksaan : 15 September 2017

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kelumpuhan pada kedua kaki sejak 2 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : sesak nafas, kelemahan lengan sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamnesis)


Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar oleh keluarga pada tanggal 14
September 2017 pukul 11.00 WIB dengan keluhan lumpuh pada kedua kaki sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Kelumpuhan terjadi secara bertahap. Berawal dari kaki terasa kesemutan
terlebih dahulu kemudian kaki mulai terasa lemah dimulai dari kaki kiri terlebih dahulu
kemudian kaki kanan sampai akhirnya lumpuh tidak bisa bergerak sama sekali. Kelemahan mulai
terjadi sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan semakin memberat. Keluhan kelemahan
pada lengan juga didapatkan akan tetapi tidak seberat kelemahan pada kedua kaki. Sesak nafas
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Sesak nafas yang dirasakan tidak menentu waktunya dan tidak
sepanjang hari. Sesak nafas tidak di pengaruhi aktivitas serta terjadi tiba – tiba. Keluhan pusing,
mual dan muntah disangkal. Pandangan kabur atau berbayang tidak dikeluhkan. BAB dan BAK
tidak ada kelainan. Nafsu makan baik. Tidak ada penurunan berat badan.

1
Pasien memiliki riwayat dirawat dirumah sakit tanggal 4 agustus 2017 selama 4 hari,
pasien dibawa ke IGD RS Sumber Waras karena pingsan setelah imunisasi rubella di sekolahnya.
Pasien dibawa ke puskesmas oleh pihak sekolah kemudian pasien sempat kejang dan pingsan
kembali sehingga dilarikan ke rumah sakit. Di RS sumber waras pasien dirawat karena
kekurangan kalium berdasarkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien juga mengalami
kelemahan pada anggota gerak tubuhnya kemudian diberi pengobatan dari spesialis saraf
kemudian pasien membaik dan pulang. Setelah dirawat pasien mengeluh suring merasa lemas
dan pingsan di sekolah.
Setelah dirawat selama 2 hari diruang rawat inap pasien mulai dapat menggerakan
kakinya, walaupun belum terlalu kuat menahan tahanan. Lengan kanan sudah tidak terdapat
kelemahan. Sesak nafas sudah tidak dirasakan sejak hari kedua dirawat. Nafsu makan sudah
membaik. Pasien sudah dapat berjalan kekamar mandi untuk buang air kecil pada hari kelima
diruang perawatan.
Pasien memiliki riwayat penyakit maag kronis. Pasien memiliki riwayat trauma kepala 3
tahun yang lalu yaitu jatuh dari motor dengan kepala terbentur jalan, akan tetapi tidak terdapat
luka dikepala. Pasien mengaku tidak pernah memeriksakan keadaannya setelah jatuh dari motor
tersebut.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat hipokalemia (+)
- Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama,
- Terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga oleh keluarga pasien.
- Riwayat diabetes melitus dalam keluarga disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK ( Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 September 2017, pukul
10.00 )
A. Status Pasien
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2
- Kesadaran : Komposmentis
- GCS : E4 M6 V5
- Tanda vital :Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 77 x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,9 ˚C
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, ptosis -/- Pupil bulat,
Isokor, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
- Leher : Pembesaran KGB (-) , kaku kuduk (-), nyeri (-).
- Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Cor : BJ I-II irregular, Gallop (-), Murmur (-)
- Pulmo : VBS ka=ki, Rh (-/-), Wh (-/-)
- Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus +
- Pinggang                : nyeri ketok CVA -/-, nyeri tekan +/-,
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Neurologis
 Pupil

Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +

 Tanda Rangsang Meningeal

Kanan Kiri
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque <70° <70°
Kernig <135° <135°
Brudzinski II - -

3
 Saraf Kranial

Kanan Kiri
N. I (olfactorius) + +
N. II(opticus)
 RCL + +
N. III (oculomotorius)
 Ptosis - -
 Refleks cahaya + +
langsung
 Refleks cahaya + +
tidak langsung

N. IV (troklearis) Baik Baik


N. V (trigeminus)
 Mengunyah Simetris
 Sensibilitas wajah Simetris
 Reflek kornea Baik
N. VI(abdusen) Baik Baik
N. VI(abdusen) Baik Baik
N. VII (facialis)
 Mencucurkan bibir Simetris
 Kerut dahi Simetris
 Tersenyum Simetris
 Perasa lidah Simetris
 Angkat alis Simetris
N.VIII(vestibulococlearis)
 Tes rhinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (glossofaringeus)
 Posisi uvula Ditengah
 Pengecapan 1/3 Tidak dilakukan
posterior lidah
N. X (vagus)
 Menelan + +
 Reflex muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. XI (asesorius)
 Menoleh Baik Baik
 Mengangkat bahu Baik Baik

4
N. XII (hipoglosus)
 Menjulurkan lidah Tidak ada kelainan
 Tremor Tidak ada
 Atrofi lidah Tidak ada

 Motorik

Kanan Kiri

Kekuatan
 Ekstremitas atas 4444 5555
 Ekstremitas bawah 3333 3333
Refleks fisiologis
 Biceps ++ ++
 Triceps ++ ++
 Patella ++ ++
 Achilles ++ ++
Refleks patologis
 Hoffman + +
 Tromner + +
 Babinski - -
 Chaddok - -
 Oppenheim - -
 Gordon - -
 Schifer - -
 Gorda - -

 Sensorik
Tidak Ada kelainan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 14/9/2017 12.01


LAB RESULT UNIT NORMAL

DARAH LENGKAP

Hb 13.0 g/dl 13.0-18.0

Ht 38.2 % 35.0-49.0

5
Leukosit 6.84 10^3/uL 4000-11000

Eritrosit 4.38 mm3 4,4-6,0

PLT 319 10^3/ 150.0-450.0

INDEKS ERITROSIT

MCV 87.2 Fl 79-99

MCH 29.8 Pg 27-31

MCHC 34.1 g/dl 33-37

RDW 13.3 % 11.5-14.5

MPV 7.5 fL 6.7-9.6

HITUNG JENIS

Eosinofil 2.3 % 0-3

Basofil 0.8 % 0-1

Limfosit 19.1 % 20.0-40.0

Monosit 5.8 % 2.0-8.0

Neutrofil segmen 70.5 % 50-70

ELEKTROLIT

Natrium 153 mmol/l 135 – 155

Kalium 4.4 mmol/l 3.5 – 5.5

Chlorida 95 mmol/l 95 - 105

Laboratorium 15/9/2017 14.54


KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu 96 mg/dL 70 - 140

ELEKTROLIT

Natrium 148 mmol/l 135 – 155

Kalium 2.6 mmol/l 3.5 – 5.5

6
Chlorida 97 mmol/l 95 - 105

Laboratorium 16/9/2017 19.50


ELEKTROLIT

Natrium 149 mmol/l 135 – 155

Kalium 2.6 mmol/l 3.5 – 5.5

Chlorida 101 mmol/l 95 - 105

Laboratorium 17/9/2017 19.50


ELEKTROLIT

Natrium 151 mmol/l 135 – 155

Kalium 3.0 mmol/l 3.5 – 5.5

Chlorida 98 mmol/l 95 - 105

Laboratorium 18/9/2017 15.00


ELEKTROLIT

Natrium 142 mmol/l 135 – 155

Kalium 4.1 mmol/l 3.5 – 5.5

Chlorida 101 mmol/l 95 - 105

V. RESUME
Subyektif
 Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar oleh keluarga pada tanggal 14
September 2017 pukul 11.00 dengan keluhan lumpuh pada kedua kaki sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
 Keluhan pasien dirasakan secara bertahap mulai dari kesemutan kemudian menjadi
kelemahan dan akhirnya lumpuh. Keluhan dirasakan dari kaki kiri terlebih dahulu
 Keluhan kelemahan pada lengan kanan juga dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah

7
sakit.
 Keluhan disertai dengan sesak nafas. Tanpa disertai nyeri dada.
 Pasien memiliki riwayat dirawat 1 bulan yang lalu karena hipokalemi
 Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
 Riwayat demam tinggi disangkal
 Terdapat riwayat trauma jatuh mengenai kepala 3 tahun yang lalu
 Hari kedua diruang perawatan pasien dapat mengangkat kedua kaki meskipun belum
seimbang dan tidak kuat terhadap tahanan. Sesak nafas sudah tidak dikeluhkan kembali
 Hari kelima diruang perawatan pasien sudah dapat berdiri dan berjalan kekamar mandi
sendiri

Obyektif
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4 M6 V5
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 77 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,2 0C

Status Neurologis

Kekuatan motorik : 4444 5555 Sensorik : Tidak ada kelainan

3333 3333

Reflek fisiologis ++ + + Reflek patologis - -


++ + + - -

Tes Patrick dan Kontra Patrick: -


Tanda Rangsang Meningeal: Kaku Kuduk (-) Tes Laseque (-) Tes Kernig (-) Tes Brudzinski (-)
VI. DIAGNOSIS

8
1. Diagnosis Klinis : paraparese onset subakut, paraplegia onset akut, sesak nafas akut
2. Diagnosis Topis : Muskulus
3. Diagnosis Etiologis : Hipokalemia

VII. DIAGNOSA BANDING


Gullain Barre Syndrome
Poliomyelitis
Arachnoiditis
Paraplegia ec spinal cord injury

VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi
 IVFD Asering 20 tpm
 Simcobalamin 3 x1 500mg
 Neurobion drip 1x1 amp
 KCL drip 1x1 dalam infus extra habis 10 jam
 KSR 3 x 1 600mg
Monitoring
 Awasi tanda-tanda vital
 Cek ulang kalium post koreksi

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipokalemia
2.1.1 Definisi
Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurangdari 3,5 mEq/L.
hanya 2% dari K+tubuh yang berada di ECF. Sehinggakadar K+ serum tidak selalu
mencerminkan K+ total. Untuk setiap penurunan pH seanyak 0,1 unit K+serum meningkat
sebanyak 0,5 mEq/L,setiap peningkatan pH 0,1 unit, K+serum menurun sebanyak 0,5 mEq/L
(Price,Sylvia Anderson danWilson,Lorraine M.2005).

Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar serum kalium kurang dari 3,5mmol/L.
Hipokalemia merupakan gangguan elektrolit yang paling sering ditemukan pada pasien di rumah
sakit,sebagian besar disebabkan oleh terapi diuretik. Keadaan ini dapat terjadi akibat
meningkatnya jumlah kalium yang hilang melalui saluran kemih atau pencernaan, asupan yang
kurang atau perpindahan kalium kedalam kompartemen intraseluler. Hipokalemia dapat terjadi
pada orang yang sakit dan orang yang mendapat terapi salbutamol (Patrick Davey.2005).

2.1.2 Etiologi Hipokalemia

Penyebab utama dari hipokalemia menurut Price dan Wilson, adalah :

a. Asupan K+ dari makanan menurun. Pasien sakit berat yang tidak dapat makan
dan minum melalui mulut selama beberapa hari tanpa penambahan suplemen K+
dalam cairan infus,kelaparan.

b. Kehilangan melalui saluran cerna. Muntah yang berkepanjangan dan penyedotan


nasogastric, diare, penyalahgunaan laksatif kronis.

c. Kehilangan melalui ginjal.

Obat-obatan diuretic (tiazid,furosemid). Beberapa penyakit ginjal :

10
- Fase penyembuhan diuresis dari gagal ginjal akut, asidosis tubulus ginjal.

- Tahapan luka bakar berat .

- Efek mineralokortikoid yang berlebihan..

d. Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas. Orang yang
berkeringat banyak karena penyesuaian terhadap panas.

e. Berpindahnya K+ kedalam sel Alkalosis metabolik, penanganan ketoasidosis


diabetic dengan insulin dan glukosa (Price, Sylvia Anderson danWilson ,Lorraine
M . 2005).

2.1.3 Manifestasi Klinis Hipokalemia

a. CNS dan Neuromuskular.Gejala awal tidak jelas, lelah, tidak enak badan, paresthesia,
refleks tendon dalam menghilang, dan kelemahan otot generalisata.

b. Pernapasan Otot-otot pernapasan melemah, nafas dangkal.

c. Saluran cerna Menurunannya motilitas usus besar, anoreksia, mual, muntah, ileus.

d. Kardiovaskuler Hipotensi postural, disritmia, perubahan-perubahanpada EKG

e. Ginjal Poliuria, nokturia (kelainanpemekatan). (Price, Sylvia Anderson dan Wilson


,Lorraine M . 2005).

MenurutKowalak 2011, tanda dan gejalanya adalah :

a. Pusing (rasa berputar), hipotensi, aritmia, perubahan elektro kardiogram, dan henti
jantung akibat perubahan pada eksitabilitas membrane.

b. Nausea, vomitus, anoreksia, diare, distensi abdomen akibat penurunan motalitas usus.

c. Kelemahanotot, keletihan, kram pada tungkai akibat penurunan eksitabilitas


neuromuscular (Kowalak.2011).

2.1.4 Patofisiologi hypokalemia

11
Kekurangan kalium serum dapat disebabkan oleh adanya hal berikut : kekurangan
masukan, penggunaan diuretic pembuang kalium, prosedur bedah gastrointestinal mayor dengan
penghisapan nasogastric dan penggantian yang tidak tepat, sekresi gastrointestinal berlebihan,
hiperaldosteronisme, malnutrisi, dan trauma atau luka bakar.

Hipokalemia mempengaruhi berbagai system. Pada system gastrointestinal, anoreksia, mual,


muntah dan ilius paralitik dapat terjadi. Pada otot flaksiditas dan kelemahan dapat ditunjukkan
dan dapat menimbulkan kelemahan otot pernapasan dan henti napas. Distritmia jantung umunya
terjadi, takikardia ventrikel dan henti jantung dapat terjadi bila kadarnya sangat rendah. Depresi
system saraf pusat dan penurunan reflex tendon profunda juga dapat terlihat. Hipokalemia dapat
menyebabkan penurunan kemampuan tubulus ginjal untuk mengkonsentrasikan sisa, yang
menimbulkan peningkatan kehilangan air. Hipokalemia menyebabkan peningkatan sensitifitas
yang digitalis dan dapat mencetuskan efek toksisitas digitalis pada individu yang menggunakan
preparat obat ini. Hipokalemia meningkatkan automatisasi dan dapat mencetus fibrilasi ventrikel
pada jantung. (Tambayong. Jan, 2000)

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik 


a. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L. 
b. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L. 
c. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L. 
d. Osmolalitas urine : menurun. 
e. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik). 
(Doenges 2002, hal 1049)
2.1.6 Penatalaksanaan  

a. Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L. 

b. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan, dan kentang). 

c. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus. 

12
d. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui
jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian
kalium tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam
ini pasien harus dipantau melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan ketat
terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260). 

2.1.7 Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :


a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan
kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam
pembuluh darah.

Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu : 
1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia
terutama bila mendapat obat digitalis.  
2. Ileus paralitik. 
3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia. 
4. Hipotensi ortostatik. 
5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal. 
6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus. 
7. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang. 
8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.  
(Ilmu penyakit Dalam, 2001, hal.308)

13
2.2 Paraplegia
2.2.1 Definisi
Paraplegia adalah hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian
bawah. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa menggerakkan otot-otot pada kedua tungkai
kaki, dan terkadang panggul serta beberapa anggota tubuh bagian bawah lainnya. Umumnya,
kelumpuhan tersebut akibat adanya gangguan di bagian sistem saraf yang mengontrol otot-otot di
area tersebut. Mayoritas penderita paraplegia menjalani aktivitas harian secara mandiri, tapi
dengan menggunakan alat bantu gerak.

2.2.2 Klasifikasi

Berdasarkan tingkat keparahannya, paraplegia terdiri dari dua jenis yaitu:

 Paraplegia parsial: Penderita masih bisa mengontrol beberapa otot dan merasakan


sensasi seperti panas atau dingin.
 Paraplegia menyeluruh: Penderita benar-benar kehilangan fungsi otot dan tidak bisa
merasakan sensasi apa pun.

Sedangkan jika dilihat dari jenis kelumpuhan dan efeknya pada otot, paraplegia terbagi menjadi:
 Paraplegia spastik: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi kaku,
mengalami kejang-kejang, dan pergerakannya tidak bisa dikontrol.
 Paraplegia flaksid: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi lemas dan
terkulai. Otot lumpuh yang mengalami kondisi ini bisa mengkerut.

2.2.3 Etiologi

Penyebab Paraplegia
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami paraplegia. Beberapa di antaranya
adalah:
 Cedera tulang belakang. Tulang belakang berfungsi mengirimkan sinyal ke otak dan
seluruh tubuh. Cedera pada bagian tengah tulang belakang biasanya akan menyebabkan
paraplegia.

14
 Multiple Sclerosis adalah rusaknya serat saraf pada tulang belakang oleh sistem imunitas
tubuh.
 Spina Bifida, adalah sebutan untuk beberapa cacat lahir yang memengaruhi
perkembangan tulang belakang dan sistem saraf.
 Penyakit Herediter adalah sebutan untuk cacat genetik di mana tubuh bagian bawah
penderita melemah secara perlahan dan otot-otot kaki akan membesar serta kaku.
 Kanker tulang belakang, bisa menyebabkan paraplegia.
 Sindrom Guillain-Barré merupakan kondisi rusaknya sistem saraf perifer yang
mengontrol pergerakan dan sensasi rasa yang diterima tubuh.
 Kompresi Kompresi epidural sumsum tulang belakang  neoplastik, adalah salah satu
komplikasi kanker yang sering terjadi.
 Prosedur penggantian panggul total dengan panggul buatan.
 TBC tulang. Infeksi bakteri M. tuberculosis pada tulang.
 Komplikasi akibat menyelam (SCUBA Diving).
 Kelemahan neuron motorik bawah. Lemahnya kemampuan otot-otot tubuh bagian
bawah  sebagai akibat adanya lesi atau luka pada ujung-ujung saraf permukaan tubuh, sel-sel
otak serta pada otot.
 Infark sumsum tulang belakang. Yaitu adanya penyumbatan pada pembuluh darah
yang memberi nutrisi bagi sumsum tulang belakang. Ini membuat fungsi saraf di area tersebut
menurun.
 Mielitis transversa akut adalah kelainan imunitas-saraf pada sumsum tulang belakang
berupa peradangan saraf tulang belakang.
 Sklerosis lateral amiotrofik adalah kelainan degeneratif saraf yang menyebabkan
kelemahan otot, cacat, dan kematian.
 Hipokalemia. Kalium merupakan elektrolit yang berperan dalam kerja otot serta
penghantaran seluruh impuls saraf melalui potensial aksi. Rendahnya kadar kalium dalam serum
darah dapat menyebabkan suatu kondisi yang mengancam jiwa, kondisi tersebut dapat
disebabkan oleh diare, muntah, dan atau peningkatan frekuensi berkemih.

2.2.4 Diagnosis Paraplegia

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang
menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Untuk mendiagnosis paraplegia,
dokter akan melakukan serangkaian uji pencitraan tubuh.

15
Tujuan dari uji pencitraan tersebut adalah untuk mendapat gambar detail bagian dalam dari tubuh
penderita. Beberapa pencitraan tubuh untuk mendiagnosis paraplegia adalah:

 Myelografi.

 Sinar-X.

 MRI.

 CT scan.

Selain uji pencitraan tubuh, dokter juga bisa menyarankan penderita untuk menjalani uji
elektromiografi. Pada uji ini, sensor akan mengukur aktivitas elektrik pada otot dan saraf
penderita.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Davey,Patrick.(2005).At a Glance medicine.Jakarta: ErlanggaHorne,Mima


M.,Swearingen,Pamela L.(2000).Keseimbangan Cairan,Elektrolit dan

2. Asam Basa ed.2.Jakarta:EGC

3. Dongoes,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler,A.C. ( 2000 ). Nursing care plans, guidelins


for planning and documenting patient care. ( 3th ed). ( I Made Kariasa & Ni Made
Sumarwati, Trj ). Jakarta : EGC ( buku asli diterbitkan 1993 )
4. Davey,Patrick.(2005).At a Glance medicine.Jakarta: Erlangga

5. Dromerick ,A. ( 2004 ). Constraint Induced Treatment Program. Diambil pada tanggal
18 september 2017 dari http://www.neuro.wustl.edu/smart/cipt.htm.
6. Smeltzer. & Bare. ( 2002 ).Textbook of medical surgical nursing. Brunner & Suddarth
( 8th ed ). ( H.Y.Kuncara,dkk,Trj ). Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Brosur-PPDS 4.4 PDF
    Brosur-PPDS 4.4 PDF
    Dokumen2 halaman
    Brosur-PPDS 4.4 PDF
    andyandy2590
    Belum ada peringkat
  • Surat
    Surat
    Dokumen1 halaman
    Surat
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Sifilis Stadium 1 Dan 2 (4A)
    Sifilis Stadium 1 Dan 2 (4A)
    Dokumen7 halaman
    Sifilis Stadium 1 Dan 2 (4A)
    sigit_ananda07
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan SERKOM
    Surat Pernyataan SERKOM
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan SERKOM
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan SERKOM
    Surat Pernyataan SERKOM
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan SERKOM
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Katay
    Katay
    Dokumen1 halaman
    Katay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Referat Sle Kakay
    Referat Sle Kakay
    Dokumen12 halaman
    Referat Sle Kakay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Katanya
    Katanya
    Dokumen1 halaman
    Katanya
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Preskas Ipd
    Preskas Ipd
    Dokumen36 halaman
    Preskas Ipd
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Referat Kemoterapi Kakay
    Referat Kemoterapi Kakay
    Dokumen19 halaman
    Referat Kemoterapi Kakay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Dokumen12 halaman
    Penyuluhan
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • COVER en Id
    COVER en Id
    Dokumen1 halaman
    COVER en Id
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Damn
    Damn
    Dokumen1 halaman
    Damn
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Case Report Paru Kakay
    Case Report Paru Kakay
    Dokumen44 halaman
    Case Report Paru Kakay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Apa Bae Dah
    Apa Bae Dah
    Dokumen61 halaman
    Apa Bae Dah
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Pendanaan Kesehatan Mental Di Daerah Pedesaan Vs
    Penilaian Pendanaan Kesehatan Mental Di Daerah Pedesaan Vs
    Dokumen15 halaman
    Penilaian Pendanaan Kesehatan Mental Di Daerah Pedesaan Vs
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Dilema Bioetika Keswa
    Dilema Bioetika Keswa
    Dokumen23 halaman
    Dilema Bioetika Keswa
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Morning Report 2 June 2017
    Morning Report 2 June 2017
    Dokumen10 halaman
    Morning Report 2 June 2017
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Uuittdysrstrseae
    Uuittdysrstrseae
    Dokumen41 halaman
    Uuittdysrstrseae
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • RKRKRKRKRRKRKKR
    RKRKRKRKRRKRKKR
    Dokumen3 halaman
    RKRKRKRKRRKRKKR
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Apa Bae Dah
    Apa Bae Dah
    Dokumen61 halaman
    Apa Bae Dah
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Preskas Skabies Dita
    Preskas Skabies Dita
    Dokumen31 halaman
    Preskas Skabies Dita
    Rezky Dwiputra Fellanys
    100% (1)
  • Dilema Bioetika Keswa
    Dilema Bioetika Keswa
    Dokumen23 halaman
    Dilema Bioetika Keswa
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit Kakay
    Referat Kulit Kakay
    Dokumen25 halaman
    Referat Kulit Kakay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Case Report KULIT
    Case Report KULIT
    Dokumen44 halaman
    Case Report KULIT
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen30 halaman
    Bab I Pendahuluan
    galahad
    Belum ada peringkat
  • Case Report Kakay (Kulit)
    Case Report Kakay (Kulit)
    Dokumen25 halaman
    Case Report Kakay (Kulit)
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat
  • Referat Sol Kakay
    Referat Sol Kakay
    Dokumen47 halaman
    Referat Sol Kakay
    Rezky Dwiputra Fellanys
    Belum ada peringkat