Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

HEMOROID INTERNA GRADE IV

Disusun Oleh:
dr.Nike Nindiyati

DokterPembimbing:
dr. Tarjono, Sp.B

DokterPendamping:
dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN INDRAMAYU
2020
PORTOFOLIO KASUS

NamaPeserta:dr. Nike Nindiyati


NamaWahana: RSUD Indramayu
Topik: Hemoroid interna grade IV
Tanggal (kasus) : 4 juni 2020
TanggalPresentasi : Pembimbing : dr.Tarjono, Sp.B
Pendamping: dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH
TempatPresentasi : RSUD Indramayu
Obyekpresentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauanpustak
a
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatu Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
s
Deskripsi: Nyeri perut kanan bawah
Tujuan:
1. Pendekatan diagnosis Hemoroid interna grade IV
2. Penatalaksanaan pasien Hemoroid interna grade IV

BahanBahasan: Tinjauanpustaka Riset Kasus Audit


Cara Membahas: Diskusi Presentasidandiskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: Ny.N 38 th No.Registrasi:
Data utamauntuk bahandiskusi:
• KeteranganUmum
 Nama : Ny.N
 Jenis Kelamin : Wanita
 Tanggal Lahir : 4 agustus 1982
 Umur : 38 th
 Alamat : Indramayu
 Pendidikan Terakhir : SMA
 Pekerjaan : Menikah
 Status Perkawinan : menikah
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Tanggal MRS : 04 juni 2020
 Tanggal Pemeriksaan : 05 juni 2020
BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Ny.N

Jenis Kelamin : Wanita

Tanggal Lahir : 04 agustus 1982

Umur : 38 tahun

Alamat : Indramayu

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Status Perkawinan : menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal MRS : 04 juni 2020

Tanggal Pemeriksaan : 05 juni 2020

2. ANAMNESIS

Keluhan utama : terdapat benjolan di anus


Keterangan umum : Os datang ke IGD RSUD Indramayu dengan keluhan
merasakan adanya benjolan dari dubur berukuran kurang lebih 3 cm sejak 5 bulan
yang lalu terutama saat mengedan dan Buang air besar yang disertai dengan
keluarnya darah yang berwarna merah segar,Darah yang keluar tidak bercampur
dengan Tinja, namun terpisah, darah keluar terlebih dahulu baru kemudian
diikuti dengan buang air besar. Awalnya benjolan keluar jika pasien mengedan
dengan kuat dan masih bisa masuk sendiri jika pasien tidak mengedan lagi. Nyeri
(+) Gatal daerah anus (-), mual muntah (-), demam (-). Namun sejak 1 minggu
yg lalu , benjolan di dubur tidak dapat masuk sendiri maupun dengan bantuan
jari.Pasien tidak pernah mengontrol keluhannya ke fasilitas kesehatan ataupun
mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhanya. pasien juga mengaku jarang
memakan makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buah-buahan.
Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 2,5 liter per
hari.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Hipertensi (+) yaitu ibu, DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)

3. PEMERIKSAANFISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 165 cm

Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5°C (axilla)

STATUS GENERALIS

Kepala : Normocepali

Rambut : Lurus, kuantitas tebal, warna hitam, distribusi

merata,tekstur lembut, tidak mudah rontok


Tengkorak : Simetris, deformitas tidak ada, benjolan tidak ada, nyeri

tekan tidak ada

Wajah : Simetris, bentuk oval, pergerakan involunter tidak ada,

massatidak ada, edema tidak ada

Mata : Oculi Dextra Sinistra: Konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik

Telinga : AurisDextra Sinistra: Deformitas tak ada, benjolan tak

ada, lesi kulit tak ada, hiperemis tak ada, sekret tak ada.

Hidung : Bentuk simetris, pernafasan cuping hidung tidak ada,

mukosa tenang, sekret tidak ada

Mulut : Sianosis tidak ada, mukosa mulut tenang, lidah simetris,

tonsil tenang T1-T1

Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Pulmo :

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Vocal fremitus dextra sama dengan sinistra

Perkusi : Sonor dikedua hemi thoraks

Auskultasi : Vesikuler, Wheezing -/-, Rhonki -Cor

: Inspeksi :Iktus Cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis di ICS VI teraba 1 cm medial

di garis midklavikularis kiri


Perkusi : ICS III-IV garis sternalis kanan dengan

suara redup (batas kanan)

ICS VI, 1 cm medial garis midklavikularis kiri dgn

suararedup (batas kiri)

ICS III linea parasternal kiri dengan suara redup (batas

atas)

Auskultasi :Bunyi jantung I-II reguler, Gallop -,

Murmur -

Abdomen :

Inspeksi : Perut datar,tidak ada jejas

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : supel

Perkusi : Timpani

Ekstremitas atas : Akral hangat, capillary refill time< 2 detik, edema (-/-)

Ekstremitas bawah : Akral hangat, capillary refill time< 2 detik, edema (-/-)

A. STATUS LOKALIS

Rectal Toucher:
 Inspeksi : Tampak tonjolan massa (+) dengan ukuran diameter ± 5
cm, tanda radang (+), darah (-)
 Palpasi : Tonus spinchter ani (+), Teraba massa disertai nyeri saat
penekanan, pada sarung tangan sedikit cairan feses (+), lendir (+) dan
darah (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 10,6 * 11,7-15,5

Leukosit 6500 4500 -11500

Eritrosit 4,2 * 3,8 – 5,2

Hematokrit 21,0* 35 – 47

Trombosit 407.000 150-400

MCV 61* 80-100

MCH 16,4 * 28-33

MCHC 26,8* 33-36

RDW 19,7 * 11,3-14,7

4. DIAGNOSA

Diagnosa kerja : Hemoroid interna grade IV

Diagnosis banding : Hemoroid externa,Ca Rektum

5. TATALAKSANA

Farmakoterapi

IVFD RL 20 tpm

Ceftizoxim 2x1 gram IV

Tramadol 3x1 ampul

Non Farmakoterapi
 Rencana Operasi Hemoroidektomi 5 juni 2020

6. LAPORAN HASIL OPERASI

 Waktu Operasi : 05 juni 2020

• Dokter Sp.B : dr. Tarjono, Sp.B

• Diagnosis Pra-operasi : Hemoroid interna grade IV

• Diagnosis Pasca operasi : Hemoroid interna grade IV

• Jenis Operasi : Hemoroidektomi

06 juni 2020
Manalagi 1
S:
Nyeri pada luka bekas operasi. Demam
(-) nyeri berkemih,keluhan lain (-)
O:
KU: Sakit sedang
Kes: CM
GCS E4M6V5
TD: 110/70 mmHg
N: 87 x/m
R: 20 x/m
S: 36.4 °C
A:
Post Hemoroidektomi hari ke 1

P:
IVFD Nacl 20 tpm
Ceftizoxim 2x1 gram IV
Tramadol 3x1 ampul
7. FOLLOW UP

07 juni 2020
Manalagi 1
S:
Nyeri pada luka bekas operasi sedikit
berkurang,nyeri BAK (-)
O:
KU: Sakit ringan
Kes: CM
GCS E4M6V5
TD: 120/70 mmHg
N: 86 x/m
R: 20 x/m
S: 36.4 °C
A:
Post Hemoroidektomi hari ke 2 BLPL

P: Obat pulang :
IVFD Rl 20 tpm Doxiciclin 2x1 no XIV
Ceftizoxim 2x1 gram IV Na diclofenak 2x1 no XIV
Tramadol 3x1 ampul

8. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam

 Quo ad functionam : ad bonam

 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9. EDUKASI

 Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien


 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pengobatan dan

perlunya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan sumber infeksi

dan mencegah penyebaran infeksi.

 Pasien diminta untuk patuh mengkonsumsi antibiotik dan obat obatan lain

yang diberikan oleh dokter.

 Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya untuk menjaga

kebersihan luka bekas operasi untuk membantu proses penyembuhan dan

pemulihan post operasi.

 Meminta kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan Tinggi serat,dan

tinggi protein untuk membantu proses penyembuhan luka bekas operasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang
dari ampulla recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi
oleh m.levator ani dan sphincter ani.1

Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale,


yang merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os
coccygis. Di lateral di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria,
di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars
membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh corpus
perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.1

Bantalan hemorrhoid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan


rectum distal Untuk fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi
sebagai Fungsi kontinens yaitu menahan pasase abnormal gas, feses cair dan feses
padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal yang “watertight”1

Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. ikat dan otot polos. Bantalan
hemorrhoid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos
dibawahnya. Hemorrhoid interna dan eksterna saling berhubungan, terpisah linea
dentate1Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang
dindingnya tidak mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid,
bukan vena

Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :

1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.

2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang


dihubungkan satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris
yang dinamakan valvula analis (sisa membran proctedeum.

3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.

4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu
arteri rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran
darah vena terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v.
Mesenterica inerior.

5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior


menuju nodi lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici
mesenterica inferior.

Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum


dengan struktur sebagai berikut :

1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada
anus dengan epidermis perianal.

2. Tidak mempunyai collum analis

3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka


terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda
interna. Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna,
yang mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.

Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis


superficialis medialis.

VASKULARISASI
Vaskularisasi rektum dan canalis ani sebagian besar diperoleh melalui

arteri hemorrhoidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemorrhoidalis


superior merupakan kelanjutan akhir arteri mesentrika inferior. Arteri
hemorrhoidalis media merupakan cabang ke anterior dari arteri hipogastrika.
Arteri hemorrhoidalis inferior dicabangkan oleh arteri pubenda interna yang
merupakan cabang dari arteri iliaca interna, ketika arteri tersebut melewati bagian
atas spina ischiadica. Sedangkan vena-vena dari canalis anidan rektum mengikuti
perjalanan yang sesuai dengan perjalanan arteri.
Vena-vena ini berasal dari 2 pleksus yaitu pleksus hemorrhoidalis superior
(interna) yang terletak di submukosa atas anorectal junction, dan pleksus
hemorrhoidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah anorectal junction dan

di luar lapisan otot. Persarafan rektum terdiri atas sistem saraf simpatik
dan parsimpatik. Serabut saraf simpatik berasal dari pleksus mesentrikus inferior
dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas
kedua, ketiga, dan keempat. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari
saraf sakral kedua, ketiga, dan keem

2.2 Definisi Hemorrhoid


Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan
atau penyulit sehingga diperlukan tindakan.1Kata hemorrhoid berasal dari kata
haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran)
jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir keluar.1

Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak


merupakan keadaan patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan
atau penyulit sehingga diperlukan tindakan.1Hemorrhoid dapat menimbulkan
gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialah mengedan
pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.

2.3 Etiologi Hemorrhoid


Etiologi hemorrhoid sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah kurangnya mobilisasi,
konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang
memakan makanan berserat, faktor genetika, kehamilan, penyakit yang
meningkatkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus).Konstipasi
merupakan etiologi hemoroid yang paling sering. Konstipasi terjadi apabila feses
menjadi terlalu kering, yang timbul karena defekasi yang tertunda terlalu lama.
Jika isi kolon tertahan dalam waktu lebih lama dari normal, jumlah H2O yang
diserap akan melebihi normal, sehingga feses menjadi kering dan keras.

2.4 Epidemiologi
Hemoroid bisa terjadi pada semua umur tetapi paling banyak terjadi pada
umur 45-65 tahun. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun.
Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu dengan status ekonomi
tinggi.Angka prevalensi hemoroid di akhir pertengahan abad ke 20 dilaporkan
menurun.Sepuluh juta orang di Indonesia menderita hemoroid, dengan prevalensi
lebih dari 4%.Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko yang sama.Resiko
hemoroid meningkat seiring bertambahnya usia.

2.5 Patogenesis Hemorrhoid


Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemorrhoidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemorrhoid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung
pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran
balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama
defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama
merupakan faktor predisposisi. Hemorrhoid kehamilan sering terjadi akibat
penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemorrhoid. Kemungkinan kanker rectum
juga menghambat vena rectalis superior.

Hemorrhoid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis


(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang
sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v.
rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah
kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini
dinamakan hematoma perianal.

Kedua pleksus hemorrhoid, internus dan eksternus, saling berhubungan


secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemorrhoid intern mengalirkan darah ke
v. hemorrhoid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemorrhoid
eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan
lipat paha ke daerah v. Iliaka

2.6 Klasifikasi Hemorrhoid


Hemorrhoid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana linea dentata
menjadi batas histologis. Klasifikasi hemorrhoid yaitu:
a. Hemorrhoid eksternal, berasal dari dari bagian distal linea dentata dan
dilapisi oleh epitel skuamosa yang telah termodifikasi serta banyak
persarafan serabut saraf nyeri.

b. Hemorrhoid internal, berasal dari bagian proksimal linea dentata dan


dilapisi mukosa.

c. Hemorrhoid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan


kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.

2.7. Derajat Hemorrhoid Internal


Hemorrhoid internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yakni:
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

2.8. Gejala Klinis Hemorrhoid


Gejala klinis hemorrhoid dapat dibagi berdasarkan jenis hemorrhoid yaitu:
a. Hemorrhoid internal
1. Prolaps dan keluarnya mukus
2. Perdarahan
3. Rasa tak nyaman
4. Gatal
5. Nyeri
b. Hemorrhoid eksternal
1. Rasa terbakar
2. Nyeri ( jika sudah mengalami trombosis)
3. Gatal

2.9 Pemeriksaan Fisik Hemorrhoid


Pemeriksaan yang dapat dilakukan hanya 2 yakni Inspeksi dan Palpasi
dengan melakukan Rectal Toucher. Pada inspeksi dapat ditemukan adanya
pembengkakan vena yang mengindikasikan hemorrhoid eksternal atau
hemorrhoid internal yang mengalami prolaps. Hemorrhoid internal derajat I dan II
biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan
lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemorrhoid tersebut telah
mengalami thrombosis.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura,
fistula, polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan
inflamasi juga harus dinilai.Pada pemeriksaan Rectal Toucher, sikap pasien dapat
menungging (Knee-Chest), litotomi, berdiri menungging, dan miring (Sims).
Penilaian berupa nyeri pada perabaan, permukaan benjolan, tonus sfingter, adanya
perdarahan masif atau tidak, pemeriksaan prostat pada pasien laki-laki, dan
percobaan reposisi manual benjolan.

2.10 Pemeriksaan Penunjang Hemorrhoid


Canalis ani dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemorrhoid. Side-viewing pada anoskopi
merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemorrhoid.
Gejala hemorrhoid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada canalis ani dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat
dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal
dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan
kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi
harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien
dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemorrhoid.

2.11 Penatalaksanaan Hemorrhoid


Terdiri dari Konservatif, Medikamentosa, dan Operatif definitif. Sebagian
besar kasus hemorrhoid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan
konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada,
meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan konstipasi. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan
konsumsi cairan, menghindari konstipasi, dan mengurangi mengejan saat buang
air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan
serta pencegahan hemorrhoid.

Classification Treatment Options

1st Degree – No rectal prolapse  Diet


 Local & general drugs
 Sclerotherapy
 Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is  Sclerotherapy


spontaneously reducible  Infrared coagulation
 Banding [recurring banding
may require Procedure for
Prolapse and Hemorrhoids
(PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is manually  Banding


reducible  Hemorrhoidectomy
 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible  Hemorrhoidectomy


 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

Tabel 2 Terapi pada Hemorrhoid


1. Hemorrhoid externa

Trombosis akut pada hemorrhoid eksterna merupakan penyebab nyeri


yang konstan pada anus. Penderita umumnya pederita berobat kedokter pada fase
akut ( 2- 3 hari pertama). Jika keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi
dengan local anestesi.Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan non operatif.
Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya meliputi satu pleksus pembuluh
darah. Insisi mungkin tidak sepenuhnya mengevakuasi bekuan darah dan
mungkin menimbulkan pembengkakan lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi
pembuluh darah subkutan . Incisi tampaknya lebih sering menimbulkan skin tag
daripada eksisi.5

2. Hemorrhoid Interna

A. Non InvasiveTreatment

Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal.Yang disampaikan meliputi

a. Edukasi

- jangan mengedan terlalu lama

- mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi

- membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda

- minum sekira 8 gelas sehari5

b. Obat-obatan vasostopik

Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat mengurangi


edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang
bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan
desensibilitas dan stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas
kapiler.7Ardium diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan
selanjutnya1x

B. Ambulatory Treatment

1. Skleroterapi

Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya Fenol 5 %


dalam minyak nabati, atau larutan quinine dan urea 5% yang disuntikan ke sub
mukosa dalam jaringan areolar longgar di bawah jaringan hemorrhoid.
Sclerotheraphy dilakukan untuk menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan parut pada hemorrhoid. Secara teoritis, teknik
ini bekerja dengan cara mengoblitersi pembuluh darah dan memfiksasinya ke
lapisan mukosa anorektal untuk mencegah prolaps. Terapi ini cocok untuk
hemorrhoid interna grade I yang disertai perdarahan> Kontra indikasi teknik ini
adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi portal, kondisi
immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis hemorrhoid yang
prolaps. Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang tidak
tepat atau kelebihan dosis pada satu tempat. Komplikasi yang paling sering adalah
pengelupasan mukosa, kadang bisa menimbulkan abses.5

2. Infrared Coagulation

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan
lampu tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan hemorrhoid dari reflector
plate emas melalui tabung polymer khusus. Sinar koagulator infra merah (IRC)
menembus jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan
inflamasi, destruksi jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi
diberi local anestesi terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi,
umumnya berupa koagulasi pada daerah yang tidak tepat.5

3. Bipolar Diatheraphy
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi
pada ujung cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau dibawahnya.5

4. Cryotheraphy

Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang


secara teori menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk
jaringan parut.5

5.Rubber Band Ligation

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak


menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada
hemorrhoid derajat III. Hemorrhoid yang besar atau yang mengalami prolaps
dapat diatasi dengan ligasi menurut Baron ini.5

Dengan bantuan anoskop, mukossa diatas hemorrhoid yang menonjol


dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band
didorong dan ligator ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemorrhoidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa
bersama rubber band akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada
pangkalnya. Komplikasi yang sering terjadi berupa edema dan trombosis.5

Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation
adalah cara terpilih di AS untuk terpi hemorrhoid internal. Prosedur ini , jaringan
hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk menempatkan karet
disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan
mengecil.5
Gambar 5..Rubber Band Ligation

C. Surgical Approach

Hemorrhoidectomy

Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada
penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh
dengan cara lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang
mengalami trombosis dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan
teknik ini. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah
eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dengan
tidak mengganggu spincter ani.4

Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama


operasi dan hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi
radikal. Jaringan yang patologis diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos
dan ditinggalkan selama pengangkatan hemorrhoid. Kepastian hemostasis
harus benar-benar diperhatikan.4

Ada 2 variasi daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:

1. Open hemorrhoidectomy

2. Closed hemorrhoidectomy
3. Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal
ditutup atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi5

Open Hemorrhoidectomy

Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat


hemorrhoid yang telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran
ataupun bila terlalu sempit untuk masuk retractor.2

Closed Hemorrhoidectomy2

Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini,
yaitu:

1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan


anoderm.

2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan


dengan cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm)

3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas


yang diisi jaringan granulasi.

Indikasi :

1. Perdarahan berlebihan

2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.

3. Prolaps hebat disertai nyeri.

4. Adanya penyakit anorectal lain

Stapled Hemorrhoidectomy
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemorrhoid Circular Stapler. Teknik ini biasanya
digunakan untuk hemorrhoid derajat II hingga derajat IV. Teknik PPH ini
mengurangi prolaps jaringan hemorrhoid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemorrhoid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemorrhoid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

Gambar 6.Stapled Hemorrhoidectomy

2.12 Pencegahan
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah berulangnya
kekambuhan keluhan hemorrhoid, di antaranya :
1. Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar

2. Cegah konstipasi dengan banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur dan
buah serta kacang-kacangan).

3. Banyak minum air putih minimal delapan gelas sehari untuk melancarkan
defekasi.

4. Jangan menunda-nunda jika ingin buang air besar sebelum feses menjadi
keras.

5. Istirahat yang cukup.

6. Jangan duduk terlalu lama.

7. Senam/olahraga rutin.

8. Hindari anal seksual.


BAB III

KESIMPULAN

Penyakit hemorroid walaupun bukan penyakit yang fatal, tetapi cukup


mengganggu kehidupan. Patogenesis penyakit ini masih belum sepenuhnya
dipahami,tetapi faktor kongesti,hipertoni sfinkter ani dan kelemahan
penyangga pleksus hemorroidalis memegang peran utama. Berbagai macam
modalitas terapi dan yang akan dipilih hendaknya dipertimbangkan
berdasarkan besar dan derajat hemorroid dan juga tentunya bergantung
fasilitas serta pengalaman dari dokter yang menanganinya. Sehingga,
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan
prevalensi, angka kekambuhan, serta timbulnya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, W. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi ke- 2.Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran EGC.2005
2. Ulima B. Faktor Risiko Kejadian Hemorrhoid pada Usia 21-30 Tahun
[Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.2012.
3. Nugroho S. Hubungan aktivitas fisik dan konstipasi dengan derajat
hemorrhoid diURJbedah RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2014.
2(18): 41-50.
4. Mubarak H. Karakteristik Penderita Hemorrhoid Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik tahun 2008-2009 [Karya Tulis
Ilmiah]. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010.
5. Djumhana. Patogenesis Diagnosis dan Pengelolaan Medik Hemorroid.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan
Sadikin. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.2010.
6. Marcellus SK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-4. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006.
7. Varut L. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical
management. World Gastroenterol.2012.18(17): 2009–2017
8. Acheson AG, Scholefield JH. Management of
haemorrhoids.BMJ.2008.336(7640):380–383.
9. Kaidar-Person O., Person B, Wexner SD. 2007. Hemorrhoidal Disease: A
Comprehensive Review. J. American College of Surgeons 204 (1): 102-
114.
10. Nisar PJ, Scholfield JH. 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.

11. Agbo SP. 2011. Surgical Management of Hemorrhoids. J Surg Tech Case
Rep 2011 Jul-Dec; 3(2): 68-75.

Anda mungkin juga menyukai