Anda di halaman 1dari 8

RESUME

ESENSI KURIKULUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH


Resume ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Al-Rasyidin, MA.
Disusun Oleh :
Nama : Riska Umi Fadilah Lubis
Nim : 0301182124
Jurusan/ Sem. : PAI-1 / 111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
IDENTITAS BUKU

Nama Penulis : Dr. Al-Rasyidin, M.Ag.


Judul Buku : Falsafah Pendidikan Islam
Cetakan : Pertama
Tempat Terbit : Jl. Cijotang Indah II No. 18-A Bandung
Tahun Terbit : 2008
ESENSI KURIKULUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH
PENDIDIKAN ISLAM
 Pengertian kurikulum
Secara etimologi kata kurikulum berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu
curere, yang bararti berlari. Penggunaan kata ini dihubungkan dengan curier atau kurir yang
menjadi penghubung dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dimana ia harus
menempuh perjalanan (jarak) untuk mencapai tujuan.
Secara terminologi, kata kurikulum bisa dimaknai sebagai: (1) circle of instruction,
yaitu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat di dalamnya, (2) seluruh program
pembelajaran atau pengalaman pendidikan yang dipersiapkan oleh perancang pendidikan,
sekolah, pendidik atau guru untuk mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan.
Dalam kosa kata Arab, istilah yang selalu digunakan untuk menyebutkan kurikulum
pendidikan adalah manhaj (‫ )منحج‬yang berarti jalan terang yang harus dilalui pendidik atau
guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka. Al-Khauly menjelaskan al-manhaj
sebagai seperangkat rencana dan media untuk mngantarkan lembaga pendidikan yang
diinginkan.

 Konsep Dasar kurikulum pendidikan Islam

Dalam falsafah pendidikan Islami, Allah Swt pada hakikatnya adalah al-Alim atau
Mu'allim yang 'mendidik’ semua makhluk ciptaan-Nya. Dalam hal ini, ada dua cara yang
dilakukan Allah Swt dalam mendidik makhluknya, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pendidikan yang dilakukan Allah Swt. secara langsung adalah sebagaimana yang telah
dilakukan-Nya terhadap para nabi dan rasul. Sedangkan terhadap umat manusia secara
keseluruhan, Allah Swt mendidik mereka dengan cara mengutus para nabi dan rasul. Dalam
dua bentuk proses pendidikan tersebut, kurikulum pendidikan yang digunakan adalah kalam
Allah, yakni al-Qur'an. Kemudian, dalam kasus para nabi dan rasul sebagai pendidik umat,
selain al-Qur'an, mereka juga berijtihad dan membuat sejumlah kebijakan atau ketetapan
berkaitan dengan kurikulum pendidikan bagi umatnya. Dalam konteks ini, segala sesuatu
yang telah dikatakan, diperbuat, dan ditetapkan nabi dan rasul tersebut juga merupakan
kurikulum pendidikan Islami.
Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, kurikulum pendidikan pada dasarnya
adalah alat atau instrumen untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi
jismiyah dan ruhiyahnya agar mereka kelak mampu mengenali kembali dan menguhkan
syahadah primordialnya terhadap Allah Swt. Aktualisasi konkrit dari syahadah primordial itu
adalah kemampuan mereka dalam menjalankan fungsi sebagai 'abd Allah dan tugasnya
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Karena cetak biru (blueprint) dan gambaran ideal
seorang 'abd Allah dan khalifah paripurna hanya terdapat dalam al-Qur'an dan al-Sunnah,
maka al-Qur'an dan al-Sunnah adalah jalan terang yang harus dilalui (manhaj) seorang
pendidik dengan peserta didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap atau kepribadian mereka, sehingga mereka sampai pada syahadah kepada Allah
Swt.

 Ruang lingkup

Secara umum, cakupan kurikulum pendidikan Islami meliputi seluruh kawasan


kehidupan manusia Muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun
pengabdiannya kepada Allah Swt sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam konteks
wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum pendidikan Islami harus memuat tentang:

a. Hakikat manusia sebagai: (a) kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah Swt, (b)
makhluk yang dianugerahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehinga berkemampuan
membelajarkan diri, dan (e) makhluk yang dipilih sebagai khalifah di muka bumi yang
diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan di dalamnya.
b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat
Ketuhanan yang tersimpul dalam al-asma al-husna ke dalam dirinya.
c. Adab atau Akhlaq al-Karimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata kehidupan diri
sendiri, masyarakat, dan alam semesta yang sejahtera, anggun, dan mulia.
d. Al-Ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutukan manusia untuk mampu menjalankan
tugas kekhalifahannya, baik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah Swt melalui nabi dan
rasul-Nya, maupun ilmu-ilmu yang dihamparkan-Nya di alam semesta dan dalam diri
manusia, yang dapat didekati manusia lewat penginderaan, pemikiran, dan
eksperimentasi ilmiah. Karenanya, dalam konteks ini, kurikulum pendidikan Islami harus
memuat ilmu-ilmu perolehan, seperti filsafat, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman, dan
ilmu-ilmu terapan.
e. Sunnah Allah, yaitu perubalhan dan perkembangan alam ser kehidupan manusia di mana
mereka dipersyaratkan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut ke arah yang
lebih baik.

Kemudian dalam konteks wilayah pengabdian diri kepada Allah Swt sebagai 'abd
Allah, maka kandungan kurikulum pendidikan Islam harus berisikan tentang:

a. Hakikat manusia sebagai 'abd Allah yang merupakan: 1) makhluk spiritual yang
memiliki perjanjian suci dengan Tuhan, 2) makhluk yang diperintahkan untuk berserah
diri dan menyembah kepada-Nya, 3) makhluk yang diperintahkan untuk tidak
mensyarikatkan ibadah yang dilakukan kepada sesuatu, kecuali hanya Allah Swt semata,
dan 4) makhluk yang diperintahkan untuk bersikap tulus ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.
b. Tugas-tugas pengabdian manusia yang berdimensi luas, baik dalam dimensi vertikal
maupun horizontal (habl min Allah wahabl min al-nás). Dalam dimensi vertikal, tugas-
tugas pengabdian itu mencakup pelaksanaan ibadah mahdlah secara kontinum sepanjang
kehidupan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan dalam dimensi horizontal,
pengabdian itu meliputi semua 'amal shalih atau perbuatan baik yang berhubungan
dengan kehidupan antar sesama manusia dan makhluk ciptaan Allah Swt.
c. Al-‘IIm, yakni semua ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk berkemampuan
merealisasikan fungsinya sebagai makhluk ibadah ('abd Allah), yakni makhluk yang
diperintahkan untuk secara kontinum mengabdi kepada Allah Swt dengan tulus dan
ikhlas. Karenanya, dalam konteks ini, kurikulum pendidikan Islami harus memuat ilmu-
ilmu syari'ah, ilmu-ilmu naqliyah, atau ilmu-ilmu perenial yang mencakup al-Qur'an dan
Sunnah serta seluruh ilmu-ilmu yang digali dan dikembangkan dari keduanya.

 Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi, asas bermakna hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan
berpikir, atau dasar cita-cita. Asas berasal dari bahasa Arab, yaitu al-Asas yang bermakna
fundamen (alas,dasar) bangunan atau dapat juga berarti asal, pangkal, atau dasar dari segala
sesuatu. Jadi, asas dalampembahasan ini adalah landasan yang menjadi dasar dalam
pembentukan kurikulum pendidikan Islami.
Al-Syaibany mengemukakan bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan
pembantukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah:

1. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus
meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi
aqidah, ibadah, muamalah dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini
bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syari’at
Islam, yaitu Alquran dan Sunnah dan sumber-sumber cabang lainnya seperti, ijma’, qiyas,
kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istihsan).

Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus diletakkan pada apa yang telah
digariskan oleh sumber-sumber tersebut dalam rangka menghantarkan peserta didik kepada
pengenalan dan peneguhan syahadah primordialnya kepada Allah Swt (‘abd Allah), dan
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islami. Dengan dasar
filosofis, susunan kurikulum pendidikan Islami akan mengandung suatu kebenaran, terutama
dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya secara umum, dan
falsafah ini membawa konsekuensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan Islami harus
beranjak dari konsep ontology, epistemology, aksiologi yang digali dari pemikiran rasional
yang radikal, sistematis dan universal. Para filosof Muslim, yang sepenuhnya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Alquran dan
Al-Sunnah.

3. Asas Psikologis
Asas ini memberi artim bahwa kurikulum pendidikan Islami harus disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui peserta
didik. Kurikulum pendidikan Islami harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan
peserta didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan social,
kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individual dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan aspek-aspek psikologis peserta didik.

4. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islami harus mengacu kea rah realisasi diri
individu kedalam masyarakat. Ini berarti bahwa semua kecendrungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk social
harus mendapat tempat atau perhatian dalam kurikulum pendidikan Islami. Hal ini
dimaksudkan agar out put yang dihasilkan pendidikan Islami adalah manusia yang mampu
mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya

Berdasarkan pada asas-asas diatas, menurut an-Nahlawi, kurikulum pendidikan Islami


harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fithrah insane sehingga
memiliki peluang untuk mensucikannya, menajaganya dari penyimpangan, dan
menyelamatkannya dari kesesatan.
b. Kurikulum pendidiakan Islami hendaknya diarahkan untuk mecapai tujuan akhir
pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah, di samping
merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, social, budaya, maupun intelektual peserta didik
c. Pentahapan dan pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodeisasi
perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan), terutama karakteristik peserta
didik dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan.
d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum
pendidikan Islami harus memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan
tetap bertopang pada cita ideal Islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat
Islam.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum hendaknya tidak bertentangan dan
tidak menimbulkan pertentangan dengan pola hidup Islami.
f. Hendaknya kurikulum bersifat realistic atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi dalam kehidupan Negara tertentu.
g. Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes sehingga
dapat disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individual, minat
serta kemampuan siswa untuk menangkap dan mengolah bahan pelajaran
h. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat
membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
i. Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku ‘amaliah Islamy, seperti
pendidikan untuk berjihad dan da’wah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim
di lingkungan sekolah.
 Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam dapat dikarakterisasikan dengan pencerminan nilai-nilai


Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termenisfetasi dalam seluruh aktivitas
dan kegiatan pendidikan. Karakteristik kurikulum pendidikan Islami senantiasa memiliki
keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah Swt.
dan Rasul-Nya.

Menurut al-Syaibany, diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah:

a. Mementungkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungannya, kaedah, alat dan tekniknya.
b. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial
dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan
kegiatan yang bermacam-macam.
c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak
hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqly maupun naqly, tetapi juga
meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukangan,
bahasa asing, dan lain-lain.
e. Ketertarikan antara kurikulum pendidikan Islami dengan minat, kemampuan, keperluan,
dan perbedaan individual antara peserta didik. Disamping itu juga ketertarikannya
dengan alam sekitar, budaya, dan sosial dimana kurikulum itu dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai