Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penuaan merupakan proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan


terus menerus dan berkesinambungan. Lanjut usia adalah tahap akhir
perkembangan pada kehidupan manusia yang dimulai dari usia 60 tahun hingga
hampir mencapai 120 atau 125 tahun. Adapun lanjut usia dapat diklasifikasi;
lansia awal (65 hingga 74 tahun), lansia menengah (75 tahun atau lebih), dan
lansia kahir (85 tahun atau lebih) (Dunkle 2009 dalam Santrock, 2012).

Berdasarkan data perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tentang world


population aging, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa penduduk
lanjut usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus meningkat mencapai 2
miliar jiwa pada tahun 2050 (UN,2015). Menurut data survey penduduk antar
sensus (Supas) 2015, jumlah lanjut usia di Indonesia sebanyak 21,7 juta atau
8,5%. Dari jumlah tersebut, terdiri dari lansia perempuan 11,6 juta (52,8%) dan
10,2 juta (47,2%) lanjut usia laki-laki (BPS, 2016). Dilihat dari distribusi
penduduk lansia menurut provinsi, Jawa barat memiliki jumlah penduduk lansia
sebanyak 3.347.712 orang. Sementara itu, pada tahun 2017 kota bekasi ada di
urutan ke 5 dengan jumlah lansia terbanyak, yaitu 95.796 orang (BPS Jawa Barat,
2017).

Di dalam teori mitokondrial (Scheckhuber,2009) ia mengatakan bahwa


penuaan dalam system hormonal tubuh bisa menurunkan resistensi terhadap stress
dan memperbesar kemungkinan terkena penyakit. Banyak sekali orang yang
merasa dirinya mengalami stress, dari mulai remaja sampai dengan lansia. Tentu
saja factor penyebab stressnya berbeda dan bermacam-macam. Robbins (2001)
menuturkan stress dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan
psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan, dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Menurut Depkes RI (2000) dalam Tarbiyati, Soewadi, dan Sumarni (2004)
dalam penelitiannya mengatakan bahwa prevalensi gangguan mental pada
populasi lanjut lansia bervariasi luas, secara umum diperkitakan 25% populasi
lanjut usia menunjukan gejala gangguan mental yang bermakna. Menurut Dewi
(2014) gangguan mental seperti stress merupakan salah satu factor pendukung
terjadinya gangguan pola tidur yang diantaranya adalah insomnia, yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Sebagai manusia kita perlu istirahat dari kesibukan, salah satu caranya
adalah dengan tidur. Tidur merupakan salah satu cara guna menghilangkan lelah
setelah sehari penuh beraktivitas. Jam tidur normal pada umumnya adalah 8 jam.
Namun terkadang ada saat dimana kita mengalami gangguan sulit tidur sampai
larut malam atau biasa disebut insomnia. Menurut (Black, 2009) yang dikutip
oleh Widayani Yuliana (2020) insomnia merupakan keadaan seseorang yang
mengalami kesulitan tidur dan mempertahankan kondisi tidur.

Data dari WHO pada tahun 1993 kurang lebih 18% penduduk dunia
pernah mengalami gangguan sulit tidur dengan keluhan yang sangat hebat
sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya. Prevalensi gangguan
tidur setiap tahun cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia dan
berbagai penyebab lainnya. Kaplan dan Saddock melaporkan kurang lebih 40-
50% dari populasi usia lanjut di dunia menderita gangguan tidur. Di Indonesia
setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya
sulit tidur (insomnia). Menurut Irawan (2009) prevalensia lansia di Indonesia
yang menderita insomnia adalah 67%, itu merupakan angka yang cukup tinggi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ……..

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masih terdapat banyak jumlah
populasi lansia, penderita stress, serta tingginya kejadian insomnia, maka dari itu
peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan
kejadian insomnia pada lansia.

1. PBB (2015) memperkirakan terdapat 901 juta jiwa penduduk lanjut


usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus meningkat
mencapai 2 miliar jiwa pada tahun 2050 (UN,2015).
2. Menurut data survey penduduk antar sensus (Supas) 2015, jumlah
lanjut usia di Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%.
3. prevalensi gangguan mental pada populasi lanjut lansia bervariasi luas,
secara umum diperkitakan 25% populasi lanjut usia menunjukan
gejala gangguan mental yang bermakna.
4. Kaplan dan Saddock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi
usia lanjut di dunia menderita gangguan tidur.
5. Di Indonesia setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% oranng
dewasa melaporkan adanya sulit tidur (insomnia).
6. Menurut Irawan (2009) prevalensia lansia di Indonesia yang menderita
insomnia adalah 67%.
C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, rumusan masalah yang


akan di teliti adalah :

1. Bagaimana…….samakan dng tujuan khusus


2. Bagaimana……samakan dengan tujuan khusus
3. Apakah ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia
pada lanjut usia di BRSLU Budhi Dharma Kota Bekasi.?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan antara tingkat stress dengan insomnia pada lanjut usia di
BRSLU Budhi Dharma Kota Bekasi.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat stress pada responden lansia di BRSLU
Budhi Dharma Kota Bekasi.
b. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada responden lansia di BRSLU
Budhi Dharma Kota Bekasi.
c. Mengidentifikasi hubungan tingkat stress dengan kejadian insomnia
BRSLU Budhi Dharma Kota Bekasi.
E. Manfat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi di dunia
pendidikan maupun kesehatan terutama keperawatan geriatric mengenai
tingkat stres dan insomnia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lansia
Lansia dapat mengantisipasi stress dan mengatasinya jika stress
tersebut sudah terjadi sehingga dapat mengurangi kejadian insomnia.
b. Bagi panti social tresna werdha atau BRSLU
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pemberian pelayanan dan penanganan masalah
kesehatan jiwa, khususnya management stres pada lansia yang tinggal
di Balai Rehabilitasi Social Lanjut Usia Budhi Dharma
c. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai sumber rujukan dan salah satu referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai