Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2005 tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah

(Kemenkes RI, 2014).

Remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar

sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Selain itu perkembangan emosi

remaja juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu perubahan jasmani, perubahan pola

interaksi dengan orangtua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan

pandangan luar, perubahan interaksi dengan sekolah (Ali, 2010). Kemampuan

berpikir remaja yang sedang berkembang, membuat cakrawala kognitif yang baru.

Tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan,

ada tiga tahap perkembangan remaja seperti remaja awal (early adolescence),

remaja madya (middle adolescence), dan remaja akhir (late adolescence).

Pertumbuhan dan perkembangan remaja meliputi biologis, kognitif dan sosio

emosional. Tugas perkembangan remaja yaitu memfokuskan pada bagaimana


meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi perilaku dan sikap

dewasa (Sarwono,2012).

Belajar tidak asing lagi bagi manusia, terutama bagi seorang pelajar.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbinsyah, 2010).

Peran orang tua disini sangat penting karena orang tua merupakan pendidik

yang pertama dan utama, disamping itu orang tua harus memberi contoh dan perilaku

baik agar anak dapat meniru kebaikan dari orang tuanya ( Permono, 2013). Peran

orang tua dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak sangat penting, salah

satunya mengajarkan cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada anak

(Handaya, 2016). Anak-anak dan remaja pada masa sekarang perlu mendapatkan

perhatian dan bimbingan yang penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya dan

orang-orang dewasa lainnya dalam rumah tangga, agar mereka dapat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang terarah kepada kebahagiaannya antara lain

dalam bidang proses belajar. Tidaklah tepat jika kita membiarkan tanpa pengarahan

yang tepat atau menyerahkan seutuhnya kepada bapak dan ibu guru di sekolah, sebab

disamping waktu yang sangat terbatas juga perhatian dan kasih sayang yang tulus

seperti yang didapatkan dari ayah dan ibu.


Ada 4 gaya pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu Authoritative

(demokrasi) dengan mendorong remaja untuk mandiri namun masih membatasi dan

mengendalikan aksi-aksi mereka. Kedua Authoritarium (otorirer) pola asuh ini

bersifat menghukum dan membatasi dimana orang tua sangat memaksakan remaja

mengikuti dan menghormati usaha-usaha yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketiga

adalah Permissive (mengabaikan) gaya pengasuhan orang tua dimana orangtua

memberikan kebebasan penuh kepada anaknya. Dan keempat adalah pola asuh

overprotected gaya pengasuhan ini menonjolkan perlindungan berlebihan,

meinmbulkan kekhawatiran yang menyebabkan penjagaan yang berlebihan pula

(Fathi, 2015).

Banyak orangtua yang beranggapan bahwa pola asuh yang diberikan

sudah baik dan benar dalam mengasuh anaknya, dan yakin bahwa anak dapat

mendapatkan pola asuh yang baik dari sekolahnya dan lepaslah hak dan

kewajiban orangtua untuk mengasuh anaknya, walaupun orang tua seringkali

melihat tingkah laku anaknya yang tidak sesuai seperti pacaran, bermain

games, berkumpul dengan teman sebaya hingga larut malam, orang tua masih

menganggap hal tersebut pergaulan yang lazim untuk usia remaja, padahal

perilaku tersebut adalah perilaku yang menyimpang

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan april 2020 di RW

06, Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, peneliti

melibatkan 10 orangtua yang memiliki anak usia remaja dan 10 anak usia remaja

diwilayah tersebut. Hasilnya 8 dari 10 orangtua mengatakan anaknya tidak disiplin


dalam belajar mulai dari beberapa faktor seperti bermain sampai lupa waktu, bermain

game, pacaran, dan beberapa kali bermain hingga larut malam. Namun orang tua

tersebut mengatakan bahwa pola asuh yang diberikan sudah baik dan mengatakan hal

diatas tersebut adalah hal yang wajar. Dan wawancara dari remaja tersebut, 7 dari 10

remaja mengatakan belajar kalau diberikan tugas saja dan lebih mengutamakan

bermain game, bermain bersama teman hingga larut malam, pacarana. Remaja

mengatakan hal itu adalah hal yang wajar dan tidak ada masalah dan senang

menjalankan hal tersebut karena orang tua merekapun tidak menegur.

Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk melihat

apakah perilaku remaja khususnya yang berkaitan dengan kedisplinan belajar ada

kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, pola asuh orangtua

terutama ibu merupakan faktor penting yang mampu mempengaruhi kemandirian dan

pembentukan sikap anak dalam bersosialisasi maupun kebertanggung jawabannya

terhadap tugas tugas yang seharusnya dilaksanakan terutama bertanggung jawab

kepada sang pencipta, seperti belajar dengan tekun, sholat 5 waktu, serta sikap dalam

menjalankan kehidupan lainnya. Latar belakang pola asuh keluarga satu dan yang

lainnya berbeda beda pasti akan membentuk pola asuh yang berbeda, maka dari itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua

Dengan Kedisplinan Belajar Pada Anak Usia Remaja di RW 06 Kelurahan Malaka

Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur“


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hasil dari wawancara dengan

orang tua remaja dan remaja tersebut, peneliti melakukan wawancara di RW 06

Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.

1. Hasil wawancara dengan 10 orang tua yang memiliki anak usia remaja, 80% orang

tua mengatakan anaknya tidak disiplin dalam belajar mulai dari beberapa faktor

seperti bermain sampai lupa waktu, bermain game, pacaran, dan beberapa kali

bermain hingga larut malam. Namun orang tua tersebut mengatakan bahwa pola

asuh yang diberikan sudah baik dan mengatakan hal seperti bermain sampai lupa

waktu, bermain game, pacaran, dan beberapa kali bermain hingga larut malam

adalah hal yang wajar.

2. Peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja diwilayah tersebut dan hasilnya

70% remaja mengatakan belajar kalau diberikan tugas dan lebih mengutamakan

bermain game, bermain Bersama teman hingga larut malam, pacaran dan remaja

mengatakan hal itu adalah hal yang wajar dan tidak ada masalah dan senang

menjalankan hal tersebut karena orang tua merekapun tidak menegur.

3. Hasil observasi diwilayah tersebut remaja sering kali terlihat berkumpul sampai

pukul 24.00 WIB hingga menjelang subuh tanpa memikirkan pendidikannya,

tidak terlihat hal positif, remaja hanya bermain game, bercanda-canda hanya

mementingkan kesenangannya saja. Orang tua yang melihat hal tersebut pun tidak

menegur dan membiarkannya.


C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti dapat

merumuskan permasalahn sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh orangtua pada anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya?

2. Bagaimana gambaran Disiplin pada anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya ?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kedisiplin belajar pada

anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan dalam

belajar pada anak usia remaja di RW 06 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan

Duren Sawit, Jakarta Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pola asuh orang tua pada anak usia remaja di RW 06

Malaka Jaya.

b. Gambaran kedisiplinan belajar pada anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya.

c. Menganalisis hubungan antara pola asuh orangtua dengan kedisiplinan belajar

anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya.


E. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

dijadikan bahan masukan bagi orang tua dalam memberikan pola asuh yang baik

dan lebih paham lagi dalam mencegah terjadinya anak susah dalam belajar.

2. Manfaat Penelitian

a. Masyarakat

1) Sebagai materi untuk memberikan edukasi melalui penyuluhan tentang

pentingnya pola asuh orangtua terhadap disiplin dalam belajar anak

untuk menjadi pedoman bekal untuk masa depan anak tersebut

b. Institusi Pendidikan

1) Sebagai acuan dalam memberikan edukasi bagi mahasiswa ketika

melakukan praktek lapangan dengan keluarga yang memiliki anak usia

remaja dan harus memahami tentang pola asuh orangtua yang baik dan

benar tentang kedisiplinan dalam belajar.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan

rujukan untuk peneliti selanjutnya yang lebih besar dan bermanfaat

bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai