Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KETERAMPILAN KLINIK DASAR KEBIDANAN

'' Nyeri ''

OLEH

Nama : Nazira Saban

Prodi : D3 Kebidanan

Semester : 2 (dua)

Kelas : Ambon

NIM : 1540119108

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penulis

BAB II PEMBAHASAN

A. Stimulasi nyeri

B. Teori nyeri

C. Faktor yang mempengaruhi nyeri

D. Nyeri persalinan

E. Penilaian nyeri

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dengan judul “ Nyeri dalam keterampilan klinik dasar
Kebidanan "

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ambon, 01 Juli 2020


Penyusun

Nazira Saban

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat, bidan dan
tenaga kesehatan lain tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena
nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi
nyeri). Bidan memberi asuhan kebidanan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang
memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori kebidanan
kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
kebidanan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan stimulasi nyeri?

2. Apa saja teori nyeri?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi nyeri?

4. Apa saja nyeri pada persalinan?


5. Bagaimana cara melakukan penilaian nyeri?

C. Tujuan masalah

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang keterampilan klinik dasar kebidanan juga ;

1.Untuk mengetahui stimulasi nyeri

2.Untuk mengetahui apa itu teori nyeri

3.Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi nyeri

4.Untuk mengetahui nyeri pada persalinan

5. Untuk mengetahui apa itu penilaian nyeri

BAB II

PEMBAHASAN

A. Stimulasi nyeri

Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah
stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri ( pain Threshold).

Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut alimul (2006), diantaranya adalah:

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor.

2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.

3. Tumor, dapat juga menekankan reseptor nyeri

4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada Arteria koronaria yang menstimulasi
reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik trauma pada jaringan tubuh, gangguan pada
jaringan tubuh, tumor.

B. Teori nyeri

1. Teori Intensitas (The Intensity Theory)

Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor. Setiap rangsangan sensori
punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Saifullah, 2015).

2. Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan bahwa impuls nyeri dapat
diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat, dimana
impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan ditutup (Andarmoyo, 2013).

3. Teori Pola (Pattern theory)

Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), teori ini menjelaskan bahwa nyeri di
sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini
merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari impuls saraf (Saifullah,
2015).Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal medulla spinalis
dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T
(Margono, 2014).

4. Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat subtansi
seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, subtansi ini disebut endorphine yang
mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine
mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphinekemungkinan
bertindak sebagai neurotransmitter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari
pesan nyeri (Hidayat, 2014).

C. Faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.

Contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri.

c. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.

Contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

d. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

f. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan seseorang
cemas.

g. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

h. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

i. Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman
dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

D. Nyeri persalinan

Rasa nyeri pada persalinan disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah rahim
(selanjutnya serviks) dan iskemia (hipoksia) otot-otot rahim. Reaksi terhadap nyeri merupakan
respons yang sifatnya sangat individual. Reaksi ini tergantung pada kepribadian, kondisi
emosional serta tingkat pemahaman pasien, latar belakang kultural keluarga serta pendidikannya,
dan pengalaman sebelumnya. (Farrer, 2001). Pada kala satu persalinan, nyeri timbul akibat
pembukaan servik dan kontraksi uterus. Sensasi nyeri menjalar melewati syaraf simposisyang
memasuki modula spinalis melalui segmen posterior syaraf spinalis torakalis 10, 11 dan 12.

Penyebaran nyeri pada kala satu persalinan adalah nyeri punggung bawah yang dialami ibu
disebabkan oleh tekanan kepala janin terhadap tulang belakang, nyeri ini tidak menyeluruh
melainkan nyeri disuatu titik. Akibat penurunan janin, lokasi nyeri punggung berpindah ke
bawah, ke tulang belakang bawah serta lokasi denyut jantung janin berpindah ke bawah pada
abdomen ibu ketika terjadi penurunan kepala (Mander, 2003) Stimulus nyeri dalam persalinan
tidak dapat dihilangkan, kecuali jika dilakukan sectio caesaria yang akan menghentikan proses
persalinan.

Beberapa abnormalis seperti malpresentasi, dapat meningkatkan atau memperpanjang


stimulus tersebut sehingga menambah potensi keluhan nyeri. Ambang nyeri dalam persalinan
dapat diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian, dan berbagai permasalahan jasmani
(demam, kelelahan, asidosis dehidrasi, ketegangan (Farrer, 2001).

Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang
berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya
ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan
oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Farrer, 2001).

Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan


oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika
urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan
gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri. Apabila nyeri persalinan
tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya partus lama (Llewllyn, 2003).

E. Penilaian nyeri

Hal yang selalu harus diingat dalam melakukan penilaian nyeri diantaranya adalah

 penilaian terhadap :

1. Intensitas nyeri

2. Lokasi nyeri

3. Kualitas nyeri,penyebaran dan karakter nyeri

4.Faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri

5. Efek nyeri pada kualitas kehidupan sehari-hari

6. Regimen pengobatan yang sedang dan yang sudah diterima


7. Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi, intervensi dan respon

8. Adanya hambatan umum dalam pelapoan nyeri dan penggunaan analgesik 

9. skala pengukuran nyeri akan sangat membantu

Pengukuran nyeri harus memiliki manfaat klinis, reliabel dan valid dalam mengukur aspek
nyeri yang dibutuhkan. Assessment nyeri memiliki pengertian yang lebih luas daripada
pengukuran nyeri karena menyangkut hubungan antar komponen pengalaman nyeri sedangkan
pengukuran nyeri adalah kuantifikasi dari masing-masing kompone tersebut. Untuk dapat
melakukan assessment nyeri secara komprehensif, maka hal-hal berikut ini harus dieksplorasi
secara lengkap:

1. Riwayat penyakit sekarang

2. Riwayat penyakit sebelumnya

3.Terapi yang telah dan sedang dijalani

4. Pemeriksaan fisik 

5. Pemeriksaan penunjang khusus

6. Evaluasi psikologis pada pasien

7. Pelacakan kemungkinan diferensial diagnosis lain

DIAGNOSIS

Anamnesis
1. skrining nyeri

Anamnesis diawali dengan meminta pasien mengisi ID Pain Screening Questionnare,


untuk membedakan apakah nyeri yang diderita pasien adalah nyeri nosiseptif atau neuropatik 

ID PAIN

1. Apakah nyeri terasa seperti kesemutan ?

YA(+1poin) TIDAK (0 poin)

2. Apakah nyeri terasa panas/membakar ?

YA(+1poin) TIDAK (0 poin)

3. Apakah terasa kebas/baal ?

YA(+1poin) TIDAK (0 poin)

4. Apakah nyeri terasa seperti kesetrum ?

YA(+1poin) TIDAK (0 poin)

5. Apakah nyeri bertambah hebat bila tersentuh ?

YA(+1poin) TIDAK (0 poin)


6. Apakah nyeri hanya terasa di persendian/otot/gigi/lainnya?

YA(- 1poin) TIDAK (0 poin)

Total skor 

Skor total minimum = -1

Skor total maksmimum = 5

2. Anamnesis nyeri

a) Riwayat klinik:

- awitan nyeri

- perjalanan penyakit

- mencari penyakit dasar (DM,trauma,neuralgia trigeminal, herpes zoster)

- riwayat pengobatan

 b) Sifat keluhan :

- rasa terbakar,ditusuk, disayat,hentakan, kesetrum


- kesemutan, hilang rasa, kurang rasa

- disestesia

- hiperalgesia

- alodinia

- hiperpatia

- nyeri fantom

-keluhan vasomotor/atrofi jaringan subkutan

- gejala otonom(dingin, bengkak, edema setempat,hiperhidrosis)

c) kualitas nyeri

d) lokasi keluhan

e) distribusi dan penjalaran nyeri

f) Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

3. Intensitas nyeri

Diukur dengan skala berikut:

a. VISUAL ANALOG SCALE (VAS)

 b. NUMERIC PAIN SCALE (NPS)


c. PAEDIATRIC PAIN SCALE (untuk anak )

Ambang / Penilaian Nyeri Berdasar PQRST

P : Provokatif / Paliatif

Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa / benturan..?
Akibat penyayatan..? dll.

Q : Qualitas / Quantitas

Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering terjadinya..? Ex :
Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.

R : Region / Radiasi

Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar ke daerah
lain / area penyebarannya..?

S : Skala Seviritas

Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur GCS (Glasgow's
Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan
keluhan

T : Timing

Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering keluhan nyeri
tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..? Acut atau
Kronis..?

Contoh gastritis

P : iritasi/Radang lambung

Q : Ditusuk-tusuk
R : Epigastrium dan lihat apakah ada penyebaran ke seluruh tubuh

S : SKALA : 1-10 Tergantung sama pasiennya misal S= 8 atau s= 6

T : Hilang timbul / terus menerus / sesaat

Ket : Skala nyeri

1. Tidak nyeri = 0

2. Nyeri ringan = 1-3

3. Nyeri sedang = 4-7

4. Nyeri berat = 8-10


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan
atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan jaringan. Penilaian nyeri merupakan hal yang
penting untuk mengetahui intensitas dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri
sebaiknya harus dinilai sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan
pasien.

Derajat nyeri dapat dibagi secara sederhana menjadi ringan, sedang, berat. Nyeri dapat
digolongkan dalam berbagai cara, yaitu menurut jenisnya, menurut timbulnya nyeri, menurut
penyebabnya, menurut derajat nyerinya.

Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala assessment
nyeri unidimensional (tunggal) atau multidimensi. Skala assessment nyeri unidimensional ini
meliputi Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS),
Wong Baker Pain Rating Scale. Skala multidimensional ini meliputi McGill Pain Questionnaire
(MPQ), The Brief Pain Inventory (BPI), Memorial Pain Assessment Card, Catatan harian nyeri
(Pain diary).

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Oleh sebab itu saran untuk teman-
teman agar dapat menambahkan referensi tentang keterampilan dasar kebidanan khususnya di
perpustakaan agar lebih dapat meningkatkan jumlah referensi-referensi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Mangku G, Senapathi TGA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
Indeks.

Ali N, Lewis M. (2015). Understanding Pain, An Introduction for Patients and

Caregivers. Rowman & Littlefield.

Wilkinson P, Wiles J. (2013). Guidelines for Pain ManagementProgrammes for adults. The
British Pain Society

Yudiyanta, Novita. (2015). Assessment Nyeri. Patient Comfort Assessment Guide

Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. (2009).


Panduan Tatalaksana Nyeri Operatif. Jakarta: PP IDSAI

Konsep dasar nyeri, last updated october 29 2008, Available from:


http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html

Anda mungkin juga menyukai