Anda di halaman 1dari 18

Keganasan pada Kelenjar Tiroid

102012479
Muhammad Asyraf bin Mohammad Nazari
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
scootaccess@gmail.com

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seorang laki-laki, 60 tahun datang ke klinik tempat anda bekerja dengan keluhan terdapat
benjolan di leher bagian depan yang kian hari makin membesar, sejak satu tahun yang lalu.
Awalnya benjolan tersebut kecil dan tidak dihiraukan pasien, namun sekarang pasien menjadi
sulit menelan dan pasien mengeluh tidak bisa bernafas dengan lapang. Pasien juga mengeluh
suaranya menjadi serak akhir-akhir ini dan berat badannya menurun.
Tiroid adalah kelenjar yang berkonsistensi lembut, berwarna merah coklat, berbentuk
‘H’, terbentuk dari 2 lobus lateral, kiri dan kanan, dan bagian ismus. Sekitar separuh dapat
ditemukan lobus piramid, umumnya muncul dari ismus. Lobus lateral terletak di kedua sisi dari
laring dan trakea, kutub atasnya umumnya setinggi superior margo superior kartilago
krikoideus, kutub bawahnya umumnya setinggi antara cincin tulang raan ke-2 dan ke-4 trakea. 1
Di dorsal lobus lateral kelenjar tiroid terletak kelenjar paratiroid yang memproduksi
hormon yang berfungsi penting mengatur metabolisme kalsium dan fosfat. Sisi medial
berbatasan dengan laring, trakea, faring, esofagus. Arteri tiroidea inferior dan nervus laringeus
rekuren berjalan bersama di sisi medial lobus lateral. 1

PEMERIKSAAN

Anamnesis

 Keluhan utama – keluhan utama merupakan keluhan yang menyebabkan pasien datang
ke dokter. Dalam kasus ini keluhan utama pasien ini adalah benjolan di leher yang
semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu

1
 Riwayat penyakit sekarang – Riwayat penyakit sekarang merupakan sifat-sifat kepada
keluhan utama. Antara pertanyaan tentang riwayat penyakit sekarang adalah apakah
terdapat nyeri pada benjolan? Apakah benjolan teraba keras atau lunak?
 Keluhan tambahan – Tanyakan jika ada keluhan selain dari keluhan utama. Apakah
terdapat kesulitan menelan? Apakah terdapat kesulitan bernafas? Apakah suara
menjadi serak? Apakah pasien gementar, jantung berdebar, batuk atau pilek?
 Riwayat penyakit dahulu – Tanyakan adakah pasien pernah mengalami gejala seperti ini
atau penyakit-penyakit lain seperti hipertensi dan diabetis mellitus.
 Riwayat penyakit keluarga – Dokter harus menanyakan sama ada terdapat ahli keluarga
yang menderita penyakit seperti ini.
 Riwayat obat – Tanyakan apakah pasien pernah berobat dan obat apa yang digunakan
jika ada. Ditanyakan juga pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit dahulu obat
apa yang pernah digunakan.
 Riwayat sosial – Tanyakan kondisi gizi, kebersihan dan pekerjaan pasien yang mungkin
terkait dengan keluhan dan penyakit yang dihidapi pasien.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pasien terlihat sakit ringan. Pasien masih dalam keadaan compos mentis.
Tanda-tanda vital pasien didapatkan seperti berikut:
 Tekanan darah: 120/80 mmHg
 Nadi: 82x/menit
 Pernafasan: 26x/menit
 Suhu: 36,8oC

Pemeriksaan fisik leher didapatkan:


1. Inspeksi
Di sini akan terlihat pembesaran pada leher pasien.
2. Palpasi
Bole dilakukan dengan cara anterior approach dan posterior approach dengan meraba
pada daerah leher pasien. Saat ini dilakukan pengukuran pada benjolan sekitar leher yang

2
kurang lebih 12 cm. Konsistensi benjolan juga didapatkan keras, ada nyeri tekan dan sukar
digerakkan sehingga menimbulkan kesulitan menelan dan bernafas pada pasien (dari
anamnesa).
3. Auskultasi
Untuk didengarkan apakah terdapat bunyi Bruit atau tidak. Suara pasien terdengar serak.

Pemeriksaan Penunjang

Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu penyakit.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk kasus ini adalah: 1
a) Pemeriksaan serologi
Sebagian besar memiliki fungsi tiroid yang normal dalam pemeriksaan TSH, T4 dan T3
serum. Kecuali pada kasus karsinoma medular tiroid sering didapatkan kadar kalsitonin
serum meninggi.2
b) USG
Merupakan cara yang cukup sensitif untuk memeriksa ukuran dan jumlah tumor tiroid,
ada tidaknya tumor, sifat padat atau kistik, ada tidaknya kalsifikasi serta apakah lesi jinak
atau ganas.2
c) X-Ray
Foto AP dan lateral trakea dapat menunjukkan kalsifikasi dalam tumor tiroid, kondisi
desakan, pergeseran posisi dan penyempitan trakea, serta bayangan jaringan lunak
prevertebral, juga dapat menunjukkan kondisi batas inferior tumor berekstensi ke
posterior sternum dan mediastinum.2
d) CT Scan
Karsinoma tiroid pada CT tampak sebagai bayangan jaringan lunak tidak beraturan
dan/atau berlobulasi, kebanyakan berdensitas heterogen, batas tidak tegas, dapat
disertai kalsifikasi, pasca kontras menunjukkan penyengatan tak beraturan. Namun CT
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid.2
e) MRI
Sangat baik dalam diagnosis lokalisasi karsinoma tiroid dan hubungannya dengan organ,
vaskular dan jaringan sekitarnya.2

3
f) Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Berdasarkan
arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma medule.3

Gambar 1: Karsinoma folikular3

DIAGNOSIS

Diagnosis

Diagnosis terbagi menjadi dua, yaitu diagnosis banding atau differential diagnosis dan
diagnosis yang bekerja atau dikenal dengan working diagnosis. Differential diagnosis
didapatkan setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan working diagnosis
dapat diketahui setelah melakukan pemeriksaan penunjang.

Differential Diagnosis

4
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang dilakukan
dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis penyakit lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bisa dicurigai
menderita beberapa penyakit seperti :

Adenoma tiroid4
Umumnya pada orang muda berusia 20-30 tahun, wanita lebih banyak, kebanyakan berupa
tumor depan leher yang tumbuh lambat, ketika tumor masih kecil, tanpa gejala apapun, kadang
tumor mendadak membesar dan nyeri, sering kali disebabkan perdarahan di dalamnya.
Pemeriksaan menemukan umumnya soliter, tepi jelas, permukaan licin, tanpa metastasis
kelenjar limfe leher ataupun metastasis jauh, umumnya tanpa gejala rudapaksa saraf.

Struma nodular4
Umumnya pada wanita di atas usia setengah baya, riwayat penyakit dapat mencapai
belasan bahkan puluhan tahun, lesi sering kali mengenai kedua lobus lateral tiroid, umumnya
nodul multipel, ukuran bervariasi, permukaan nodul licin. Bila riwayat sudah lama dapat timbul
perubahan kistik.

Tiroiditis subakut4
Lebih sering ditemukan pada wanita setengah baya sehat, dianggap disebabkan oleh
infeksi virus, riwayat penyakit beberapa minggu atau beberapa bulan, sebelum sakit sering
terdapat riwayat infeksi saluran nafas, disertai demam rendah dan gejala fisik lain, setelah
berlangsung beberapa minggu dapat sembuh spontan.

Tiroiditis limfositik kronik (Penyakit Hashimoto) 4


Umumnya pada wanita di atas 40 tahun, yaitu pembesaran kedua lobus lateral tiroid
progresif menahun, konsistensi keras seperti karet, permukaan nodular, secara klinis sulit
dibedakan dari kanker, tapi tidak adhesif atau terfiksasi ke jaringan sekitar tiroid. Penyakit ini
relatif responsif terhadap terapi adrenokortikoid, dapat juga dengan iridiasi sinar X dosis kecil.

5
Tiroiditis fibrosa (tiroiditis kronis ligneosa) 4
Penyakit hiperplasia fibrosa kronis, sering pada wanita berusia sekitar 50 tahun, riwayat
penyakit panjang, rata-rata 2-3 tahun, kelenjar tiroid tampak membesar sedang, konsistensi
keras seperti kayu, tapi morfologi semula sering terjaga. Terdapat kecenderungan progresif,
sering terfiksasi ke jaringan sekitarnya dan timbul gejala desakan. Radiasi tidak efektif, dapat
dilakukan eksplorasi bedah dan mengeksisi bagian ismus untuk mengatasi atau mencegah
gejala desakan.

Working Diagnosis
Working Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis
tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-gejala yang timbul
dan hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik kesimpulan apabila pasien
tersebut menderita kanker tiroid.
Membedakan sifat nodul adalah penting dalam mendiagnosa kanker tiroid. Anamnesa
dan pemeriksaan fisik khususnya harus menitikberatkan faktor-faktor seperti usia pasien, jenis
kelamin, ada tidaknya riwayat paparan radiasi, ukuran dan laju pertumbuhan tumor di leher.
Harus diketahui apakah ada gejala desakan atau infiltrasi lokal, ada tidaknya manifestasi
sindrom karsinoid, ada tidaknya riwayat keluarga adenoma tiroid, kromafinoma, karsinoma
medular tiroid atau tumor endokrin multipel dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik terhadap jumlah, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, permukaan
licin atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan, apakah bergerak turun naik sesuai gerakan menelan,
kelenjar limfa leher membesar atau tidak, gerakan pita suara dan lain-lain. Pada kasus
didapatkan kondisi pasien yang berusia lanjut dengan benjolan di leher yang semakin
membesar sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan kini mengganggu proses menelan, suara dan
pernafasan pasien. Terdapat juga pembesaran kelenjar getah bening pada palpasi di daerah
leher dan supraclavicular. Berat badan pasien juga menurun meningkatkan kemungkinan pasien
menderita kanker tiroid.
Berikut adalah kondisi yang harus diwaspadai bagi memikirkan kanker tiroid 5:

6
 Pria dan anak, kemungkinan kanker besar, 50% dari nodul tiroid masa anak adalah
kanker.
 Bertambah besar mendadak dalam waktu singkat.
 Timbulnya gejala desakan seperti suara serak atau dispnea.
 Konsistensi tumor keras, permukaan kasar tidak rata.
 Mobilitas tumor terbatas atau terfiksasi, tidak turun naik sesuai gerakan menelan.
 Pembesaran kelenjar limfe leher, aspirasi kelenjar limfe mengeluarkan cairan berwarna
hijau rumput.
 Sifat tumor tiroid pra-operasi sulit ditemukan bila tidak ada gejala desakan atau infiltrasi
lokal dan tanpa pembesaran kelenjar limfe leher.

ETIOLOGI

Etiologi kanker tiroid belum jelas, pada umumnya beranggapan karsinoma tiroid
berkaitan dengan banyak faktor termasuk radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen,
jenis kelamin, faktor diet dan lain-lain.

1. Radiasi ionisasi

Hubungan antara paparan radiasi dan kanker tiroid sudah dikemukan sejak tahun 1950.
Paparan radiasi merupakan faktor risiko seumur hidup bagi timbulnya nodul jinak maupun
ganas tiroid. Penelitian menunjukkan pada populasi terpapar faktor karsinogen seperti sinar X
dan radiasi ϒ, insiden karsinoma papilar dan folikular tiroid lebih tinggi. 6

2. Genetik dan onkogen

Sebagian karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial. Timbulnya karsinoma medular
tiroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET pada kromosom nomor 10. Lebih dari 95%
penderita karsinoma medular tiroid familial memiliki mutasi titik proto-onkogen RET. Penelitian
menunjukkan, delesi atau rearansemen gen pada lengan pendek kromosom nomor 3
merupakan defek genetik molekular yang tersering ditemukan pada karsinoma folikular tiroid.
Protein fusi hasil rearansemen, hibridisasi gen RET dan gen PAX-PPARϒ mungkin berperanan
kunci dalam timbul dan berkembangnya karsinoma tiroid.6

3. Jenis kelamin dan hormonal

7
Pada wanita lebih sering terjadi karsinoma tiroid karena hormon estrogennya yang berperan.
Pada tumor tiroid terdapat reseptor estrogen dalam jumlah bervariasi dan reseptor
progesteron tertinggi sehingga menyimpulkan bahawa reseptor estrogen dan reseptor
progesteron merupakan faktor penting yang mempengaruhi insiden karsinoma tiroid pada
wanita.6

4. Faktor diet

Defisiensi iodium mungkin berkaitan dengan timbulnya tiroid. Tapi data epidemiologis
menunjukkan, meskipun pada daerah pesisir yang kaya iodium, karsinoma tiroid juga relatif
sering terjadi. Ini mungkin berhubungan dengan 2 tipe utama karsinoma tiroid berupa tipe
papilar dan tipe folikular yang masing-masing terkait dengan diet kaya iodium dan miskin
iodium.6

5. Lesi jinak tiroid

Penyakit hiperplasia jinak tiroid seperti struma nodosa dan adenoma tiroid, dapat
bertransformasi ganas menjadi karsinoma.6

EPIDEMIOLOGI

Kanker tiroid biasanya timbul pada nodul tiroid asimptomatik yang sudah ada sebelumnya.
Keganasan ini jarang terjadi, didapatkan insiden 7 per 100.000 populasi setiap tahun. Namun
demikian, kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang paling sering terjadi. Di Indonesia
ada data vang pasti karena masih belum akuratnya data kesehatan. Di Amerika Serikat setiap
tahun terdapat 25.700 kasus baru. Hampir 70% dari penderita adalah wanita. Karsinoma tiroid
dapat tumbuh secara indolen, dan banyak penderita meninggal dengan sebab lain. Prevalensi
nodul tiroid meningkat sebanding dengan peningkatan usia dan peningkatan terjadinya nodul
adalah 0,08% pertahun mulai dari baru lahir sampai usia dekade ke 8. 6
Secara klinis nodul tiroid terdapat pada 7% populasi dewasa dan paling sering terjadi
pada wanita. Angka kejadian keganasan pada nodul tiroid adalah sebesar 12% pada pasien
dengan nodul tunggal dan 3% pada pasien dengan nodul multipel. Karena itu, menemukan
kanker di antara nodul tiroid seperti mencari jarum dalam tumpuan jerami. Bermacam metode
telah dikembangkan untuk mencegah operasi yang tidak diperlukan pada nodul tiroid ini. 6

PATOFISIOLOGI

8
Patofisiologi kanker tiroid adalah tidak spesifik dan sukar untuk didefinisikan. Perubahan
dari beberapa faktor molekuler sering dikaitkan dengan keganasan tiroid. Ini termasuk faktor
proliferatif seperti hormon pertumbuhan dan onkogen, dan faktor penghambat apoptosis dan
sel-siklus seperti penekan tumor. Perilaku fisiologis tergantung pada jenis tumor. Kanker tiroid
dianggap mencerminkan sebuah kontinum dari sumur dibedakan anaplastik, ditandai dengan
awal dan akhir peristiwa genetik. Sampai dengan sepertiga dari pasien dengan kanker tiroid
dibedakan pengalaman tumor de-diferensiasi, disertai dengan peningkatan tumor grade dan
hilangnya fungsi tiroid-spesifik seperti akumulasi yodium. Karsinoma papilar cenderung
menyebar ke kelenjar getah bening lokal, sedangkan sel folikel dan Hurthle (karsinoma
folikular) lebih sering menyebar pada hematogen. Karsinoma anaplastik sangat langka, agresif,
karsinoma dibedakan dengan kecenderungan tinggi untuk invasi lokal dan penyebaran
metastasis.7

Tipe patologik yang sering ditemukan pada karsinoma tiroid adalah karsinoma papilar,
karsinoma folikular, karsinoma medular dan karsinoma tidak berdiferensiasi (anaplastik).
Karsinoma papilar dan karsinoma folikular secara bersama disebut sebagai karsinoma tiroid
berdiferensiasi.

1. TIPE PAPILAR

Karsinoma tipe ini adalah jenis keganasan berdiferensiasi baik yang paling sering ditemukan (>
50-60%). Karsinoma ini bisa didapatkan pada semua umur. Karsinoma ini bersifat kronik,
tumbuh lambat dan mempunyai prognosis paling baik diantara karsinoma lainnya. Sebagian
besar disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional di leher. Walaupun telah ada
metastasis limfogen di leher dengan pengobatan yang baik dapat dicapai ketahanan hidup
sampai 20 tahun atau lebih. Karena tumbuh lambat, jarang ada keluhan bila tidak parah dan
penyebaran diluar tiroid juga lambat maka evaluasi untuk menilai keberhasilan berbagai cara
teknik pembedahan dan penanganan lainnya sukar ditentukan. 4,7

Berikut adalah karakteristik dari karsinoma tipe papilar 8:

 Puncak onset usia 30-50 tahun.


 Wanita lebih sering daripada pria ( 3:1 ).
 Faktor resiko tersering adalah karena terpajan radiasi ( 85%).
 Biasanya terdapat di tengah dari tiroid di lobus homolateral dan kontralateral,
multifokal/ multisentrik, tidak berkapsul atau punya pseudokapsul.
 Penyebaran ke kelenjar getah bening leher terdapat pada ± 50% kasus.
 Penyebaran yang jauh secara hematogen ( ke tulang dan paru ) jarang terjadi.

9
 Persentase kesembuhan sangat besar.
 Prognosis tergantung dari besarnya ukuran tumor, bila <1,5 cm prognosisnya baik.

2. TIPE FOLIKULAR

Karsinoma ini adalah tipe kedua yang paling sering ditemukan (20-25%). Tipe ini lebih agresif
daripada tipe papilar. Tipe ini lebih sering didapat pada usia setengah baya dan sangat jarang
ditemukan pada anak-anak. Tumor ini bertumbuh lambat, sangat mirip tiroid normal dan bisa
juga menangkap iodium radioaktif. Tapi suatu saat bisa berkembang secara progresif dan
menyebar ke tempat-tempat yang jauh letaknya.7

Berikut adalah karakteristik dari karsinoma tipe folikular 8:

 Puncak onset pada usia 40-60 tahun.


 Wanita lebih sering daripada pria dengan ratio 3:1.
 Tumor soliter dan berkapsul.
 Penyebaran melalui kelenjar getah bening jarang terjadi.
 Nervus rekurens, sering juga menyebabkan disfagi, dispnoe. Biasanya menginvasi
struktur vascular dan penyebaran biasanya terjadi melalui hematogen ke paru, tulang,
otak, hati, bladder, kulit.
 Persentase kesembuhan besar.
 Prognosis tergantung dari besarnya ukuran tumor < 1 cm prognosisnya baik.

3. TIPE MEDULAR

Karsinoma ini agak jarang ditemukan (5-10%) berasal dari sel parafolikuler atau sel C yang
memproduksi tirokalsitonin, biasanya berada di lobus atas kelenjar tiroid. Tumor ini berbatas
tegas dan keras pada perabaan. Meskipun tumbuh lambat tapi tumor ini 70% menyebar ke
kelenjar getah bening leher dan 20% menyebar ke tempat yang jauh. Tumor ini terutama di
dapat pada usia diatas 40 tahun, tetapi juga ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan pada
anak. Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberiaan radioterapi tidak
memuaskan. Pemberiaan iodium radioaktif juga tidak berhasil karena tumor ini bukan berasal
dari sel folikuler, tetapi dari sel parafolikuler ( sel C ) sehingga tidak menangkap atau menyerap
iodium radioaktif.7

4. TIPE ANAPLASTIK (tidak berdiferensiasi)

Paling jarang terjadi ( 2-3 %) tetapi paling mematikan diantara yang lainnya. Tipe ini paling
susah disembuhkan dengan berbagai macam cara. Karsinoma tipe ini tumbuh dengan cepat dan

10
sering menyebar dengan cepat. Tumor ini sering disertai nyeri dan nyeri alih ke daerah telinga
dan suara dapat menjadi serak karena adanya infiltrasi ke nervus rekurens, sering juga
menyebabkan disfagi, dispnoe.7

Berikut adalah karakteristik dari karsinoma tiroid anaplastik 8:

 Onset terjadi pada usia < 65 thn dan bahkan lebih muda.
 Sangat jarang pada anak.
 Ratio wanita lebih besar daripada pria (2:1).
 Biasanya keluhan berupa adanya kelenjar tiroid yang berkembang sangat cepat dengan
adanya riwayat struma jinak.
 Bisa timbul pasca radiasi à setelah bertahun-tahun lamanya.
 Penyebaran ke KGB leher timbul pada 90% kasus.
 Penyebaran jauh sangat sering.
 Angka kesembuhan sangat rendah.
 Kadang pasien butuh trakeostomi untuk membantu pernafasannya karena tipe ini paling
parah menginfitrasi trakea sampai ke lumen sehingga terjadi dispnoe yang ditandai
dengan stridor inspirasi.

Penyebaran dan metastasis5,7

a. Penyebaran intraglandular tiroid: kelenjar tiroid kaya akan jaringan limfatik, tumor
dapat menyebar di dalam kelenjar.
b. Penyebaran ekstraglandular tiroid: tumor dapat menembus kapsul tiroid menyerang
jaringan sekitar tiroid, ke medial, posterior menginfiltrasi trakea, esofagus, nervus
laringeus rekuren dan kartilago tiroidea dan lain-lain.
c. Metastasis kelenjar limfe: kanker tiroid sering bermetastasis ke kelenjar limfe anterior
laring, pre-trakea, paratrakea, kelompok kelenjar limfe profunda leher superior, media,
inferior, lebih sering ke kelompok media dan inferior; selain itu dapat metastasis ke
kelenjar limfe supraklavikular dan kelenjar limfe mediastinum.
d. Metastasis jauh: kanker tiroid sering bermetastasis jauh, tersering ke paru, lalu ke
tulang.

Klasifikasi Klinis TMN karsinoma tiroid5:

 T (Tumor primer)

11
T0 = tidak terbukti ada tumor
Tx = tumor tidak dapat dinilai
T1 = <>
T2 = 2-4 cm masih terbatas pada tiroid
T3 = > 4 cm terbatas pada tiroid atau tumor dengan ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra
triod yang
minimal (misal ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
T4a = tumor telah berestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut ; jaringan
lunak subkutan,
laring, trakea, esofagus, nervus Laringeus rekuren atau karsinoma anaplastik terbatas pada
tiroid (intra tiroid)
T4b = tumor telah menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri carotis atau
karsinoma
anaplastik berestensi keluar kapsul (ekstra tiroid)

 N (Kelenjar getah bening regional)


Nx = kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 = tidak ditemukan metastasis ke kelenjar getah bening
N1 = pembesaran (dapat dipalpasi)
N1a = hanya ipsilateral
N1b = kontralateral, bilateral, garis tengah, atau mediastinum

 M (Metastasis jauh)
Mx = metastasi jauh tidak dapat dinilai
M0 = tidak terdapat metastasis jauh
M1 = terdapat metastasis jauh

Berdasarkan temuan klinis, kanker tiroid dapat dibagi dalam beberapa stadium:

 Karsinoma papilar atau folikular (semua peringkat umur)

Tabel 1: Karsinoma papilar atau folikular5

 Papilar dan folikular umur ≥ 45 tahun dan medular

12
Tabel 2: Karsinoma papilar dan folikular umur ≥ 45 tahun dan medular 5

 Anaplastik/ tidak berdiferensiasi (semua kasus stadium IV)

Tabel 3: Karsinoma anaplastik5

MANIFESTASI KLINIS

 Benjolan, atau bintil di leher yg biasanya tumbuh cepat dan biasanya teraba keras.
Nodul tunggal adalah tanda yang paling umum bagi kanker tiroid.
 Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
 Suara serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
 Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama
pemeriksaan fisik.
 Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan.
 Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.5

13
KOMPLIKASI

Antara komplikasi yang sering terjadi adalah8:

1) Perdarahan
Risiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.
2) Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
3) Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
4) Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu 9:

a. Minor: seroma

b. Jarang: kerusakan trunkus simpatikus

c. Mayor:

 Perdarahan intraoperatif
 Perdarahan pasca operatif
 Trauma pada nervus laringeus rekuren/ superior
 Hipoparatiroidisme
 Hipotiroidisme
 Krisis tiroid
 Infeksi

PENATALAKSANAAN

Dapat dibagi menjadi terapi cara operasi dan non-operasi. Bagi terapi operatif, terdapat
beberapa indikasi5:

 Hasil pemeriksaan sitologi (BAJAH) ganas, curiga ganas ataupun neoplasma folikular.
 Nodul tiroid dengan tanda invasi lokal seperti serak, terfiksir, pembesaran kelenjar getah
bening servikal.

14
 Nodul tiroid pada pasien usia dibawah 20 tahun atau lebih 60 tahun dengan hasil BAJAH
atipia.
 Nodul tiroid dengan pasien riwayat mendapat terapi radiasi pada daerah leher.
 Struma Multi Nodular dengan gejala penekanan (disfagia, serak, gangguan bernafas
terutama saat berbaring)

Terapi operatif

Berdasarkan ukuran tumor primer, jenis patologik, ada tidaknya metastasis dan lingkup infiltrasi
yang berbeda, dipilih model operasi yang berbeda.

Penanganan terhadap kanker primer

1. Lobektomi unilateral plus ismektomi

Bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid. Semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan
lobektomi unilateral dan ismektomi. Kasus suspek kanker tiroid juga harus menjalani lobektomi
unilateral dan ismektomi. Ketika melakukan lobektomi unilateral dan ismektomi, harus
memaparkan dan memerhatikan proteksi nervus rekuren laringeus, secara rutin memeriksa
adanya pembesaran kelenjar limfe pretrakea dan para-nervus rekuren laringeus, bila ditemukan
harus diangkat sekaligus.9

2. Tiroidektomi total atau subtotal

Bila lesi tiroid mengenai kedua lobus, atau kanker tiroid sudah memiliki metastasis jauh,
memerlukan terapi dengan isotop pasca operasi, harus terlebih dahulu dilakukan tiroidektomi.
Ketika melakukan tiroidektomi harus sedapat mungkin meninggalkan satu kelenjar paratiroid.
Ada kalanya untuk meninggalkan sedikit kapsul posterior melakukan lobektomi subtotal tiroid
bilateral atau lobektomi total unilateral ditambah lobektomi subtotal kontralateral. 9

Gambar 2: Tiroidektomi9

15
3. Reseksi diperluas lobus residual unilateral

Terhadap tumor tiroid dengan sifat tak jelas dilakukan eksisi lokal tumor, pasca operasi secara
patologik ternyata ganas, dilakukan operasi untuk mengangkat lobus residual, angka kanker
residual adalah 29,2-60%. Operasi ulangan harus mengangkat keseluruhan lobus tiroid residual
ipsilateral berikut jaringan parut dan otot anterior leher, mengeksplorasi regio pretrakea dan
para-nervus rekuren laringeus apakah ada pembesaran kelenjar limfe, bila ada harus sekaligus
dibersihkan.9

Penanganan terhadap kelenjar limfe regional

Metastasis kelenjar limfe regional dan kanker tiroid mencakup kelenjar limfe regio leher dan
mediastinum superior, secara klinis lebih sering ditemukan metastasis kelenjar limfe leher.
Umumnya literatur menunjukkan metastasis kelenjar limfe leher tidak berpengaruh jelas
terhadap prognosis kanker tiroid. Terhadap kasus kelenjar limfe leher positif, harus dilakukan
operasi pembersihan kelenjar limfe leher kuratif.9

Terapi non-operatif

1. Radioterapi

Radioterapi eksternal: kanker tiroid berdiferensiasi tidak peka terhadap radioterapi rutin, selain
itu organ sekitarnya seperti kartilago tiroidea, trakea, medula spinal dan lain-lain, kurang tahan
terhadap radiasi, sehingga pada umumnya tidak dianjurkan radioterapi eksternal murni atau
radioterapi adjuvan rutin pasca operasi. Indikasi radioterapi umumnya dianggap mencakup
karsinoma tak berdiferensiasi, karsinoma tiroid berdiferensiasi pasca operasi dengan remnan
lokal, lesi yang tidak mengambil I-131, metastasis otak dan lain-lain. 9

Radioterapi internal: radiasi I-131 berefek destruktif terhadap jaringan tiroid, sedangkan
sebagian besar karsinoma tiroid berdiferensiasi bersifat mengambil I-131. Maka secara klinis I-
131 dipakai untuk terapi karsinoma tiroid berdiferensiasi, khususnya kasus dengan metastasis
jauh dan bersifat mengambil I-131.9

2. Terapi hormonal

Pasca operasi karsinoma tiroid berdiferensiasi pasien pada dasarnya secara rutin diberikan
tiroksin. Dasar teorinya adalah tiroksin dapat menghambat sekresi TSH sehingga mengurangi
rekurensi dan metastasis karsinoma tiroid berdiferensiasi. Dewasa ini tindakan klinis umumnya
adalah pasca operasi memakai tiroksin secara kontinu selama jangka waktu panjang atau relatif

16
panjang, dosis disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH serum atau mencapai kondisi batas
hipertiroid.9

3. Kemoterapi

Terhadap pasien kanker tiroid berdiferensiasi, dewasa ini masih belum ada kemoterapi yang
efektif, maka secara klinis kemoterapi hanya dipakai secara selektif untuk pasien stadium lanjut
yang tak dapat dioperasi atau pasien dengan metastasis jauh, atau dipakai bersama metode
lainnya. Secara relatif, karsinoma tak berdiferensiasi lebih peka terhadap kemoterapi, secara
klinis umumnya dipakai kemoterapi kombinasi.9

PROGNOSIS

Prognosis pasien kanker tiroid stadium 1 sangat baik, dengan angka harapan hidup 20
tahun hampir 100%. Dibandingkan denngan pasien pada stadium IV angka harapan hidup 5
tahunnya hanya 25%. Pada sebagian kecil akrsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik
berkembang sangat cepat, untuk hal ini belum ada sistem staging terbaru yang cocok. 10

Prognosis pasien kanker tiroid folikuler diyakini lebih buruk dibandingkan tipe papiler,
hal ini dikaitkan dengan tingginya metastase homogen pada tipe ini. Namun demikian dalam
pendekatan penatalaksanaan dan prognosis kedua tumor ini berada pada satu kelompok yaitu
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. Karsinoma anaplastik memiliki prognosis terburuk,
dengan rata-rata survival hanya 6 bulan setelah diagnosis ditegakkan. 10

KESIMPULAN

Pasien menderita kanker tiroid. Ini dibuktikan dengan gejala berupa benjolan dengan
konsistensi keras yang semakin membesar pada leher sejak 1 tahun yang lalu sehingga
menimbulkan keluhan lain seperti suara serak, kesulitan bernafas dan kesulitan menelan.
Pasien juga ada riwayat penurunan berat badan dan pembesaran kelenjar getah bening yang
menguatkan lagi kesimpulan diagnostik pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sutjahjo, Ari. Endokrin metabolik. Surabaya: Airlangga University Press. 2006; 1: 3-4.
2. Noer Sjaifoellah, 2005. Ilmu penyakit dalam: kanker tiroid. Edisi ke-7. Jakarta. FKUI. h. 293-6.
3. Tambayong, 2007. Patologi untuk keperawatan. Jakarta. EGC. h. 103.
4. Mazzaferri EL. The diagnosis of thyroid cancer. NewYork. Springer. 2005; 1: 21-7.
5. Witt RL. Initial surgical management of thyroid cancer. USA. Surg Oncol Clin N Am. 2004; 5:
147-60.
6. Wells SA, 2008. Cancer of the endocrine system. New York. Lippincott Williams & Wilkins. h.
13-6.
7. Jamil M, 2004. Kanker tiroid pada usia lanjut. Padang. EGC. h. 28-37.
8. Thomas WJ, 2006. Complications of thyroid cancer. London. Springer-Verlag. p. 165-70.
9. Edison M, Lennard TWJ, 2008. Complications of thyroid surgery. London. Springer. p. 152-7.
10. Wirsma A, 2008. Karsinoma tiroid. Bandung. EGC. h. 43-5.

18

Anda mungkin juga menyukai