Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan ........................................................................................................... 2

BAB 2 Isi ............................................................................................................................. 10

2.0 Subclavian Steal Syndrome .............................................................................. 11

2.1 Sindrom Weber ................................................................................................ 12

2.2 Sindrom Benedict ............................................................................................. 13

2.3 Sindrom Millard Gubler- Foville ..................................................................... 15

2.4 Sindrom Basis Pontis Bagian Tengah .............................................................. 16

2.5 Sindrom Tegmentum Pontis Kaudalis .............................................................. 18

2.6 Sindrom Tegmentum Pontis Orale ................................................................... 19

2.7 Sindrom Wallenberg ......................................................................................... 21

2.8 Sindrom Dejerine .............................................................................................. 23

2.9 Sindrom Horner ................................................................................................ 24

2.10 Sindrom Sinus Cavernosus ......................................................................... 25

2.10 Bells Palsy ....................................................................................................... 26

BAB 3 Kesimpulan ............................................................................................................... 28

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 29

1
BAB 1

PENDAHULUAN

Batang otak dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon serta menempati
fossa cranii posterior di dalam tengkorak. Bentuknya seperti batang dan menghubungkan
medulla spinalis yang sempit dengan prosencephalon yang luas. Batang otak mempunyai tiga
fungsi utama:1

1. Berfungsi sebagai penyalur tractus asendens dan desendens yang menghubungkan


medulla spinalis dengan berbagai pusat yang lebih tinggi di prosencephalon.

2. Mengandung pusat-pusat refleks penting yang mengatur kontrol sistem respirasi


dan kardiovaskular; juga berhubungan dengan kendali tingkat kesadaran.

3. Mengandung nuclei penting saraf kranialis III sampai XII.

Gambar 1: Anatomi batang otak tampak ventral dan dorsal2

2
Gambar 2: Anatomi batang otak tampak lateral2

Gambaran Umum Medulla Oblongata

Medulla oblongata bersambung dengan pons di superior dan dengan medulla spinalis di
inferior. Pertemuan medulla oblongata dan medulla spinalis merupakan tempat asal radix
anterior dan posterior nervus spinalis cervicalis I, yang kira-kira berada setinggi foramen
magnum. Medulla oblongata berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.
Canalis centralis medulla spinalis berlanjut ke atas sampai ke setengah bagian bawah medulla
oblongata; pada setengah bagian atas medulla oblongata canalis centralis meluas sebagai
cavitas ventricularis quartus.1

Pada permukaan anterior medulla oblongata terdapat fissura mediana anterior, yang
ke inferior berlanjut sebagai fissura mediana anterior medulla spinalis. Pada masing-masing
sisi fissura mediana terdapat penonjolan yang disebut pyramis. Pyramis terdiri dari berkas-
berkas serabut saraf (serabut kortikospinal) yang berasal dari sel-sel saraf besar di gyrus
precentralis cortex cerebri. Pyramis mengecil di bagian inferior dan di tempat ini sebagian
besar serabut desendens menyilang ke sisi kontralateral, membentuk decussatio pyramidum.
Fibrae arcuate externae anteriores merupakan beberapa serabut saraf yang keluar dari fissura
mediana anterior di atas decussatio pyramidum dan berjalan ke lateral di permukaan medulla
oblongata masuk ke cerebellum. Pada posterolateral pyramis terdapat oliva yang merupakan
elevasi berbentuk oval yang disebabkan oleh nucleus olvaris inferior yang ada di bawahnya.
Pada sulcus antara pyramis dan oliva muncul fila radicularis nervus hypoglossus (N. XII). Di
posterior oliva terdapat pedunculus cerebellaris inferior, yang menghubungkan medulla

3
oblongata dengan cerebellum. Di dalam sulcus antara oliva dan pedunculus cerebellaris
inferior muncul fila radicularis nervus glossopharyngeus (N. IX), nervus vagus (N. X), dan
radix cranialis nervus accessorius (N. XI).1

Permukaan posterior pada setengah bagian kranial medulla oblongata membentuk


bagian bawah dasar ventriculus quartus. Permukaan posterior pada setengah bagian kaudal
medulla oblongata bersambung dengan permukaan posterior medulla spinalis dan
mempunyai sulcus medianus posterior. Di masing-masing sisi sulcus medianus terdapat
penonjolan yang memanjang, disebut tuberculum gracilis, yang terjadi akibat nucleus gracilis
yang terletak di bawahnya. Di bagian lateral tuberculum gracilis terdapat penonjolan serupa,
tuberculum cuneatus, yang disebabkan oleh nucleus cuneatus yang ada di bawahnya.1

Gambaran Umum Pons

Pons terletak di anterior cerebellum dan menghubungkan medulla oblongata dengan


mesencephalon. Panjang sekitar 1 inci (2,5 cm) dan namanya diberikan karena memiliki
bentuk yang sesuai dengan permukaan anteriornya, yaitu seperti jembatan yang
menghubungkan hemispherium cerebelli kanan dengan hemispherium cerebelli kiri.1

Permukaan anterior cembung dari satu sisi ke sisi lain dan memperlihatkan banyak
serabut melintang yang konvergen pada masing-masing sisi untuk membentuk pedunculus
cerebellaris medius. Terdapat alur yang dangkal di garis tengah (sulcus basilaris) yang
ditempati oleh arteri basilaris. Pada setiap sisi permukaan anterolateral pons muncul nervus
trigeminus (N. V). Masing-masing saraf terdiri dari bagian medial yang lebih kecil (radix
motorik) dan bagian lateral yang lebih besar (radix sensorik). Di dalam sulcus antara pons
dan medulla oblongata (dari medial ke lateral) muncul nervus abducens (N. VI), nervus
facialis (N. VII), dan nervus vestibulocochlearis (N. VIII).1

Permukaan posterior pons tertutup cerebellum. Bagian ini membentuk setengah


bagian atas lantai ventriculus quartus dan berbentuk segi tiga. Permukaan posterior dibatasi di
sebelah lateral oleh pedunculus cerebellaris superior dan terbagi menjadi dua bagian yang
simetris oleh sulcus medianus. Pada lateral sulcus ini terdapat penonjolan memanjang
(eminentia mediana) yang di sebelah lateral dan dibatasi oleh sebuah sulcus, yaitu sulcus
limitans. Ujung inferior eminentia mediana sedikit meluas dan membentuk colliculus facialis
yang disebabkan oleh radix nervus facialis yang melingkar di sekeliling nucleus nervus
abducens. Lantai bagian superior sulcus limitans berwarna abu-abu kebiruan dan disebut
substantia ferruginea; warna itu terjadi akibat pigmen yang ada pada sel-sel saraf di
dalamnya. Lateral dari sulcus limitans terdapat area vestibuli yang dibentuk oleh nucleus
vestibularis yang terletak di bawahnya.1

4
Gambaran Umum Mesencephalon

Panjang mesencephalon sekitar 0,8 inci (2 cm) dan menghubungkan pons dan cerebellum
dengan prosencephalon. Sumbu panjangnya miring ke depan ketika naik melalui incisura
tentorium cerebelli. Mesencephalon dilewati oleh saluran yang sempit (aqueductus cerebri)
yang berisi cairan serebrospinal.1

Pada permukaan posterior terdapat empat colliculus (corpora quadrigemina). Colliculi


ini berupa tonjol-tonjol berbentuk bulat yang terbagi menjadi pasangan superior dan inferior
oleh alur transversal dan vertikal. Colliculus superior merupakan pusat refleks visual, dan
colliculus inferior adalah pusat pendengaran bagian bawah. Pada garis tengah di bawah
colliculus inferior muncul nervus trochlearis (N. IV). Saraf ini berdiameter kecil dan
melingkar pada aspek lateral mesencephalon untuk masuk ke dinding lateral sinus
cavernosus.1

Pada aspek lateral mesencephalon, brachium coliculi superioris dan inferioris naik ke
arah anterolateral. Brachium colliculi superioris berjalan dari colliculus superior ke corpus
geniculatum literale dan tractus opticus. Brachium colliculi inferioris menghubungkan
colliculus inferior dengan corpus geniculatum mediale.1

Pada aspek anterior mesencephalon terdapat cekungan yang dalam pada garis tengah
(fossa interpeduncularis) yang pada kedua sisinya dibatasi oleh crus cerebri. Banyak
pembuluh darah kecil menembus lantai fossa interpeduncularis dan daerah ini disebut
substantia perforata posterior. Nervus occulomotorius (N. III) keluar dari sebuah sulcus di sisi
medial crus cerebri dan berjalan ke depan di dinding lateral sinus cavernosus.1

Vaskularisasi Batang Otak

Arteri vertebralis timbul dari arteri subklavia, dan ketika mereka melewati foramina
costotransverse dari C6 ke C2. Mereka memasuki tengkorak melalui foramen magnum dan
bergabung di persimpangan pontomedullary untuk membentuk arteri basilar. Setiap arteri
vertebralis biasanya bercabang menjadi arteri cerebellar posterior inferior (PICA). Di bagian
atas pons, arteri basilaris terbagi menjadi 2 arteri serebral posterior.2

Arteri basilaris bercabang menjadi arteri cerebellar superior yang memasok bagian
lateral pons dan otak tengah, serta permukaan superior dari otak kecil. Otak kecil dipasok

5
Gambar 3: Perdarahan batang otak tampak basal2

Gambar 4: Perdarahan batang otak tampak lateral2

arteri circumflexan, PICA, arteri cerebellar anterior inferior dan superior cebelar arteri dari
arteri basilar. Medula diperdarahi oleh Pica dan cabang kecil dari arteri vertebralis. Pons
diperdarahi oleh cabang-cabang dari arteri basilaris. Arteri cereberal posterior memperdarahi
otak tengah, talamus, dan korteks oksipital.2

6
Gambar 5: Distribusi arteri yang menyuplai darah pada mesensefalon2

Gambar 6: Distribusi arteri yang menyuplai darah pada pons2

Gambar 7: Distribusi arteri yang menyuplai darah pada medula2

7
Fungsi Saraf Kranial

Saraf kranial mempunyai tiga fungsi utama. Sebagian memberikan fungsi motorik dan
sensorik, sebagian memberikan fungsi khas seperti penglihatan, pendengaran, penciuman dan
rasa. Selebihnya mengawal fungsi viseral melalui inervasi parasimpatetik.3

Tabel 1: Lokasi dan fungsi saraf kranial3

Saraf Kranial Lokasi Nuklei Fungsi


Olfaktorius Bulba olfaktori Sensorik: Penciuman dan
refleks olfaktori
Optikus Talamus Sensorik: Penglihatan dan
refleks visual
Okulomotorius Batang otak Motorik: Pergerakan bola
mata, kelopak mata,
konstriksi pupil, akomodasi
lensa
Trochlearis Batang otak Motorik: pergerakan superior
oblique bola mata
Trigeminal Batang otak, Sensorik: Deria proprioseptik
untuk mengunyah
Pons, Sensorik: dari wajah ke
kornea. Motorik: sehingga m.
masticatory dan m. tensor
Medulla timpani
Sensorik: dari wajah hingga
ke mulut
Abducens Pons Motorik: Pergerakan rektus
lateralis bola mata
Fasialis Pons Sensorik: kulit telinga luar,
deria rasa dari lidah bagian
anterior.
Motorik: Ekspresi wajah,
pergerakan m. stapedius,
salivasi, lakrimasi
Vestibulocochlearis Pons dan Medulla Sensorik: keseimbangan dan
pendengaran
Glossopharyngus Medulla Sensorik: telinga tengah,
palate, faring, lidah bagian
posterior, deria rasa lidah
bagian posterior.

8
Motorik: menelan, salivasi
kelenjar parotis
Vagus Medulla Sensorik: faring, laring,
toraks, abdomen, rasa dari
epiglotis.
Motorik: menelan dan fonasi
Autonomic: parasimpatetik
torak dan visceral abdomen
Accessorius Medulla Motorik: m.
sternocleidomastoideus dan
m. trapezius superior
Hypoglossus Medulla Motorik: lidah

ISI

Sindroma batang otak

Perfusi inadekuat untuk regio batang otak tertentu dapat terjadi secara transien (subclavian
steal syndrome) atau permanen (sindrom Weber, Benedict, Millard-Gubler, Foville,
Wallenberg, Dejerine). Infark biasanya akibat oklusi arterial. Oklusi ini menimbulkan pola
defisit klinis yang berbeda, tergantung pada pembuluh darah tertentu yang tersumbat
(sindrom vaskular). Karena nuclei dan jaras serabut batang otak sangat banyak, tersusun

9
rapat, dan memiliki fungsi yang sangat beragam, dapat terlihat berbagai variasi sindroma
vaskular yang sesuai.2
Infark pada distribusi vertebrobasilar, seperti pada distribus karotis, biasanya terjadi
akibat embolisme. Emboli penyebab dapat berasal dari jantung, dari plak ateromatosa di
arteriae vertebralis, atau dari diseksi arteri dengan trombosis sekunder. Anggapan yang
menyatakan bahwa tekukan arteria vertebralis saat tidur dapat menyebabkan iskemia tidak
lagi dapat diterima. Berbagai sindroma vaskular batang otak yang berbeda dapat
diidentifikasi secara klinis dan radiologis. Baru-baru ini, magnetic resonance imaging
resolusi tinggi dengan sekuens T2-weighted dan diffusion-weighted dapat memberikan
visualisasi infark batang otak secara langsung pada fase akut. Meskipun terdapat beberapa
variasi antar individu, arsitektur vaskular batang otak cenderung seragam sehingga sindroma
yang akan dibahas disini memiliki nilai klinis yang dapat dibedakan.2
Kelumpuhan piramidalis akibat lesi batang otak merupakan bagian dari gejala
sindrom batang otak yang dibagi sesuai dengan organ yang terkena yaitu:
1. Sindrom mesensefalon (sindrom Weber, sindrom Benedict)
2. Sindrom pons (sindrom basis pontis kaudalis, sindrom Millard-Gubler, sindrom Foville,
sindrom basis pontis bagian tengah, sindrom tegmentum pontis kaudalis, sindrom
tegmentum pontis orale)
3. Sindrom medulla oblongata (sindrom Dejerine, sindrom Wallenberg)

Infark batang otak pada berbagai lokasi sering menimbulkan manifestasi klinis berupa
hemiplegia alternans (kelemahan menyilang), yang dapat didefinisikan sebagai kombinasi
defisit saraf kranial pada sisi lesi dengan kelemahan setengah tubuh sisi kontralateral. Pada
Gambar 8, diperlihatkan tiga sindroma hemiplegia alternans yang berbeda, masing-masing
terjadi akibat iskemia di regio batang otak tertentu, dengan defisit klinis yang sesuai.2

10
Gambar 8: Sindroma hemiplegia alternans2

I. Subclavian Steal Syndrome

Sindroma ini terjadi akibat oklusi arteri subklavia sinistra atau dekstra di bagian proksimal
tempat arteri vertebralis berasal. Meskipun terjadi oklusi, sistem kardiovaskular menjaga
perfusi adekuat untuk lengan ipsilateral dengan mengalirkan arteri vertebralis ipsilateral

11
secara retrograd: aliran darah naik ke arteri vertebralis kontralateral ke tempat pertemuannya
dengan arteri vertebralis ipsilateral (tempat kedua arteri bersatu membentuk arteri basilaris),
dan kemudian kembali menuruni arteri vertebralis ipsilateral menuju arteri aksilaris dan
berlanjut ke arteri brakhialis. Pada kasus yang jarang, situasi ini dapat timbul akibat
latihan/pergerakan tangan yang mengalihkan begitu banyak darah dari sistem vertebrobasilar
yang secara klinis terbukti menimbulkan iskemia batang otak. Diagnosis Subclavian steal
syndrome memerlukan baik manifestasi klinis yang khas maupun temuan angiografi yang
sesuai secara klinis berupa aliran retrograd pada arteria vertebralis. Oklusi arteri subklavia
perlu diobati hanya jika menyebabkan iskemia pada lengan atau subclavian steal sundrome
yang nyata, dengan manifestasi iskemia pada teritori vertebrobasilar, seperti penurunan
kesadaran atau vertigo.2

II. Sindrom Weber (Sindrom Pedunkulus Serebri)


Sindrom Weber merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan tanda yang meliputi
kelumpuhan nervus okulomotorius (N.III) ipsilateral, hemiparesis spastik kontralateral,
rigiditas parkinsonism kontralateral (substansia nigra), distaksia kontralateral (traktus
kortikopontis) serta adanya defisit saraf kranialis yang kemungkinan disebabkan adanya
gangguan pada persarafan supranuklear pada nervus VII, IX, X dan XII. Penyebabnya adalah
oklusi ramus interpedunkularis arteri serebri posterior dan arteri khoroidalis posterior;
sementara penyebab yang juga jarang adalah tumor (glioma).2
Menurut Lumbantobing, sindrom Weber ini ditandai oleh kelumpuhan nervus III
homolateral dan kelumpuhan nervus VII, XII dan ekstremitas sisi kontralateral jenis upper
motor neuron. Lesi berada di pedunkulus serebri.4

Gambar 9: Etiologi sindroma Weber2

12
Gambar 10: Sindrom Weber.2

Manifestasi klinis sindroma Weber dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. Kerusakan struktur batang otak dan efeknya pada sindrom Weber.2

KERUSAKAN STRUKTUR EFEK


Substansia nigra Kontralateral parkinsonism
Serabut kortikospinalis Kontralateral hemiparesis
Traktus kortikobulbaris Kerusakah pada otot-otot wajah bagian
bawah yang kontralateral dan fungsi nervus
hipoglosus (N.XII)
Serabut nervus okulomotorius (N.III) Kelumpuhan nervus okulomotorius
ipsilateral. pupil terfiksasi dan berdilatasi

III. Sindrom Benedict


Sindroma nukleus ruber atau sindroma Benedict dapat disebabkan oleh oklusi ramus
interpedunkularis arteri basilaris dan arteri serebri posterior. Gambaran klinis yang dapat
ditemukan berupa kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral dengan midriasis
(gangguan serabut radiks N III); gangguan sensasi raba, posisi, dan getar kontralateral,
serta diskriminasi dua titik (keterlibatan lemniskus medialis); hiperkinesia kontralateral
(tremor, korea, atetosis) akibat keterlibatan nukleus ruber; rigiditas kontralateral
(substansia nigra).2

13
Tabel 2. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:2

Struktur yang terlibat Efek klinis


Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar
kontralateral.
Nukleus ruber Hiperkinesia kontralateral (korea atetosis)
Substansia nigra Akinesia (parkinsomnisme) kontralateral
Radiks n. Okulomotorius Kelumpuhan n. okulomotorius ipsilateral
dengan pupil yang berdilatasi dan terfiksasi

Gambar 11: Sindroma Benedict.2

Gambar 12: Letak lesi pada sindrom Benedict.2


IV. Sindrom Foville-Millard Gubler (Sindrom basis pontis kaudalis)

Sindroma Millard-Gubler atau sindroma Foville dapat terjadi karena oklusi ramus
sirkumferensialis arteria basilaris, tumor, abses, dan lain-lain. Gambaran klnis yang biasa

14
ditemukan berupa kelumpuhan nervus abdusens (perifer) dan nervus fasialis (nuklear)
ipsilateral; hemiplegia kontralateral; analgesia, termanestesia, dan gangguan sensasi raba,
posisi, serta getar sisi kontralateral.2

Gambar 13: Letak lesi sindroma basis pontis kaudalis.2

Tabel 3. Efek klinis sindrom Foville sesuai struktur yang terlibat.2

Struktur yang terlibat Efek klinis


Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar
kontralateral.
Lemnikus lateralis Tuli
Nucleus n. Fasialis Kelumpuhan n. fasialis perifer ipsilateral
Traktus spinotalamikus lateralis Analgesia dan termanestesia setengah
tubuh kontralateral
Traktus piramidalis Hemiplegia spastic kontralateral
N. abdusens Kelumpuhan n. abdusens perifer ipsilateral

15
Gambar 14: Sindroma basis pontis kaudalis.2

V. Sindrom basis pontis bagian tengah

Disebabkan oleh oklusi ramus sirkumferensialis brevis dan ramus paramediana arteri
basilaris. Gambaran klinis yang ditemukan berupa paresis flasid otot-otot pengunyah
ipsilateral, serta hipestesia, analgesia, dan termanestesia wajah; hemiataksia dan asinergia
ipsilateral; hemiparesis spastik kontralateral.2

Tabel 4. Efek klinis sindrom basis pontis bagian tengah sesuai struktur yang terlibat.2

Struktur yang terlibat Efek klinis


Radiks n. Trigeminus Hemianestesia semua modalitas sensorik
ipsilateral
Paralisis flaksid otot pengunyah ipsilateral
Pedunkulus serebelaris medial Hemiataksia dan asinergia ipsilateral
Traktus kortikospinalis Hemiparesis spastik kontralateral
Nuclei pontis Distaksia ipsilateral

16
Gambar 15: Letak lesi pada sindroma basis pontis bagian tengah.2

Gambar 16: Sindroma basis pontis bagian tengah.2

VI. Sindrom tegmentum pontis kaudale

17
Sindrom ini terjadi disebabkan oleh oklusi cabang arteri basilaris (ramus
sirkumferensialis longus dan brevis). Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah
kelumpuhan nuclear abdusen dan fasialis ipsilateral, nistagmus (fasikulus longitudinalis
medialis), paresis tatapan kearah sisi lesi; hemiataksia dan asinergia ipsilateral
(pedunkulus serebralis medialis); analgesia dan termanestesia kontralateral (traktus
spinotalamikus lateralis); hipestesia dan gangguan sensasi posisi dan getar sisi
kontralateral (lemniskus medialis); mioritmia palatum dan faring ipsilateral (traktus
tegmentalis sentralis).2

Gambar 17: Letak lesi sindrom tegmentum pontis kaudale.2

18
Gambar 18: Sindrom tegmentum pontis kaudale.2

Tabel 5: Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi pada sindrom tegmentum pontis
kaudale.2

Kerusakan struktur Efek


Fasikulus longitudinalis medialis Nistagmus, paresis gaze ke sisi kiri
Pedunkulus serebelaris medial Hemiataksia, intension tremor,
adiadokokinesi, disatria serebral
Nukleus n. Fasialis Kelumpuhan n. VII perifer ipsilateral
Nukleus vestibularis Nistagmus, vertigo rotatoris
Jaras simpatis sentral Sindrom Horner, hipohidrosis, vasodilatasi
ipsilateral
N. abdusen Kelumpuhan n. VI perifer ipsilateral
Traktus tegmentalis sentralis Mioritmia palatum dan faring

VII. Sindrom tegmentum pontis orale

Sindrom ini terjadi disebabkan oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri basilaris
dan arteri serebelaris superior. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah hilangnya
sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua serabut nervus trigeminus) dan paralisis otot-
otot pengunyah (nucleus motorius nervus trigeminus), hemiataksia, intention tremor,
adiadokokinesia (pedunkulus serebelaris superior); gangguan semua modalitas sensorik
kontralateral.2

19
Gambar 19: Sindrom tegmentum pontis orale.2

Gambar 20: Letak lesi sindrom tegmentum pontis orale.2

Tabel 6. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:2

Kerusakan struktur Efek


Pedunkulus serebelaris superior Hemiataksia, Intention tremor,
Adiadokokinesi, Disarteria serebelar
Nukleus prinsipalis sensorik n. Trigeminus Gangguan sensasi epikritik wajah ipsilateral
Nukleus traktus spinalis n. Trigeminus Analgesia dan termanestesia wajah ipsilateral
Nucleus motorik n . trigeminus Paralisis flaksid (nuklear) otot-otot

20
pengunyah ipsislateral
Traktus tegmentalis sentralis Mioritmia palatum dan faring
Traktus tektospinalis Hilangnya reflex kedip
Traktus spinotalamikus lateral Analgesia dan termanestesia separuh tubuh
kontralateral
Lemnikus lateralis Tuli
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi
separuh tubuh kontralateral. Ataksia
Traktus kortikonuklearis Kelumpuhan n. fasialis, n. glosofaringeus, n.
(serabut yang keluar) vagus, n. hipoglosus

VIII. Sindrom Wallenberg

Sindrom Wallenberg dapat disebabkan oleh oklusi atau embolisme di teritori arteri
serebeli inferior posterior atau arteria vertebralis. Gambaran klinis pada sindrom
Wallenberg dapat berupa onset mendadak disertai dengan vertigo, nistagmus (nukleus
vestibularis inferior dan pedunkulus serebeli inferior), nausea dan muntah (area
postrema), disartria dan disfoni (nukleus ambiguus), singultus atau cegukan (pusat
respirasi formasio retikularis).2

Gambar 21: Letak lesi pada sindrom Wallenberg.2

21
Gambar 22: Sindrom Wallenberg.2

Tabel 8: Struktur batang otak yang terlibat pada Sindroma Wallenberg.2

Struktur yang terlibat Efek klinis


Nucleus vestibularis inferior Nistagmus dan kecenderungan jatuh ke sisi

ipsilateral.
Nucleus dorsalis n. Vagus Takikardia dan dispnea
Pedunkulus serebelaris inferior Ataksia dan asinergia ipsilateral
Nucleus traktus solitaries Ageusia (kehilangan rasa)
Nucleus ambigus Paresis palatum, laring dan faring

ipsilateral; suara serak


Nucleus n. Kokhlearis Tuli
Nucleus traktus spinalis n. Trigeminus Analgesi dan termanestesia wajah

ipsilateral; reflex kornea menghilang


Jaras simpatis sentral Sindrom Horner; hipohidrosis; vasodilator

wajah ipsilateral
Traktus spinoserebelaris anterior Ataksia; hipotonia ipsilateral
Traktus spinotalamikus lateralis Analgesi dan teranestesi setengah tubuh

kontralateral
Traktus tegmentalis sentralis Mioritma palatum dan faring

22
Formasio retikularis Cegukan (singultus)

IX. Sindrom Dejerin (Sindrom medularis medialis)

Sindrom Dejerin ini terjadi akibat oklusi ramus paramedianus arteria vertebralis atau
arteria basilaris, umumnya bilateral. Gambaran klinis dapat berupa kelumpuhan flasid
nervus hipoglosus ipsilateral, hemiplegia kontralateral (bukan spastik) dengan tanda
Babinski, hipestesia kolumna posterior kontralateral (yaitu, hipestesia terhadap raba dan
teka, dengan gangguan sensasi posisi), serta nistagmus (pada kasus terkenanya fasikulus
longitudinalis medialis oleh lesi tersebut.2

Gambar 23: Sindrom Dejerin.2

23
Gambar 24: Letak lesi sindrom Dejerin.2

Tabel 9. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:2

Struktur yang terlibat Efek klinis


Fasikulus longitudinalis Nistagmus
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi
kontralateral
Oliva Mioritmia palatum dan posisi kontralateral
Nervus hipoglosus (nervus XII) Kelumpuhan flasid nervus XII dengan
hemiatrofi lidah
Traktus piramidalis Hemiplagia kontralateral (bukan spastik)
tetapi terdapat refleks Babinski

X. Sindrom Horner

Lesi yang mengenai jaras simpatis sentral, pusat siliospinalis, ganglion servikale superius,
atau serabut simpatis postganglionik di sepanjang perjalanannya ke mata menimbulkan
kumpulan abnormalitas yang khas, yang disebut sindrom Horner. Trias temuan okular terdiri
dari:5

1. Penyempitan fissura palpebralis (akibat hilangnya fungsi m. tarsalis superior)

2. Miosis (akibat hilangnya fungsi m. dilator pupilae, sehingga menyebabkan efek


konstriksi m. sfingter pupilae menjadi lebih dominan)

3. Enoftalmus (akibat hilangnya fungsi m. orbitalis)

Anhidrosis dan vasodilatasi di separuh sisi wajah ipsilateral terjadi jika persarafan simpatis
wajah juga terkena, baik di pusat siliospinalis atau di serabut eferen yang keluar dari pusat
ini.5

24
Gambar 25: Persarafan simpatis mata dan sindrom Horner.5

XI. Sindrom Sinus Cavernosus

Sindrom sinus cavernosus didefinisikan berdasarkan tanda dan gejalanya;


ophthalmoplegia, kemosis, proptosis, sindrom Horner atau kelumpuhan N. trigeminus.
Penyebabnya dapat berupa infeksi dan non-infeksi seperti inflamasi, vaskular, trauma dan
neoplasma. Antara etiologi terjadinya sindrom sinus cavernosus termasuk aneurisma arteri
carotid, fistula carotid cavernosus, tumor dan sindrom Tolosa-Hunt.6

Sinus cavernosus merupakan struktur vena, berpasangan yang terletak di kedua sisi
sella turkika. Sinus ini menerima aliran vena dari superior dan inferior vena orbital dan
mengalirkannya melalui sinus petrosus superior dan inferior. Pada sinus cavernosus dapat

25
ditemukan arteri carotid, pleksus simpatetiknya dan nervus pergerakan bola mata, yaitu N. III
(occulomotorius), N. IV (trochlearis) dan N. VI (abducens). Dalam pleksus, cabang
ophtalmikus dan cabang maxillaris N. V (trigeminus) melintas atau melewati dinding sinus
sementara arteri karotid melewati sinus itu sendiri.6

Sindrom sinus cavernosus yang disebabkan oleh tumor dapat terjadi dari tumor primer
(meningioma, neurofibroma) itu sendiri atau dari penyebaran lokal (tumor karsinoma
nasofaring, tumor hipofisis) maupun metastasis (tumor dari payudara, prostat atau paru-paru).
Radioterapi mungkin dapat membantu pada sesetengah tipe kanker seperti kanker nasofaring,
tetapi pada tumor hipofisis disarankan reseksi bedah. Aneurisma pada sinus cavernosus tidak
menambah kemungkinan terjadinya perdarahan subarachnoid. Akan tetapi ruptur sinus
cavernosus dapat menyebabkan fistula direk carotid cavernosus (C-C fistula) yang dapat
berlanjut menjadi perdarahan serebral. Aneurisma yang sering ditemukan pada orang lanjut
usia ini dapat memberikan gejala seperti ophthalmoplegia. C-C fistula mempunyai tipe direk
dan indirek, dan biasanya disebabkan oleh trauma atau ruptur aneurisma. Tipe direk C-C
fistula dapat memanifestasikan gejala proptosis, kemosis, kehilangan penglihatan dan
ophthalmoplegia sementara tipe indirek menimbulkan gejala yang sama tetapi secara
tersembunyi dan seringnya dengan resolusi spontan. Teknik oklusi endovaskular sering
digunakan sebagai penatalaksanaannya selain operasi ligasi karotid dan operasi bypass
superfisial temporal ke medial serebral.6

XII. Bells Palsy

Didefinisikan sebagai kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-


neoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian
nervus fasialis di foramen, stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang
mulainya akur dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam definisi tersebut,
penekanan diadakan pada kejinakan penyakit dan pada proses edema bagian nervus fasialis di
sekitar foramen stilomastoideus. Mungkin sekali edema tersebut merupakan gejala reaksi
terhadap proses yang disebut masuk angin oleh karena pada kebanyakan penderita dapat
diperoleh data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka,
tidur di lantai, atau setelah bergadang. Bells palsu hampir selalu unilateral.7

Pada kebanyakan penderita yang pertama kali mengetahui paresis fasialisnya, ialah
teman sekantor atau orang sekeluarganya. Kelumpuhan otot wajah terjadi pada sisi dimana
beberapa hari sebelumnya daerah leher sekitar mastoid berasa pegal, capek.7

Kelumpuhan fasialis melibatkan semua otot wajah sesisi, dan dengan test-test yang
tersebut di bawah ini mudah dibuktikan. Bila dahi dikerutkan, lipatan kulit dahi hanya

26
tampak pada sisi yang sehat saja. Bila orang sakit disuruh memejamkan kedua matanya,
maka pada sisi yang tidak sehat, kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata dan
berputarnya bola mata ke atas dapat disaksikan. Fenomena tersebut dikenal sebagai tanda
Bell. Pada observasi sudah dapat disaksikan juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak
sehat lebih lambat jika dibanding dengan gerakan kelopak mata yang sehat. Fenomena
tersebut dikenal sebagai lagoftalmus. Lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan mendatar.
Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi lumpuh tidak mengembung. Dalam
menjungurkan bibir, gerakan bibir tersebut menyimpang ke sisi yang tidak sehat. Bila orang
sakit disuruh untuk memperlihatkan gigi-geliginya atau disuruh meringis, sudut mulut sisi
lumpuh tidak terangkat, sehingga mulut tampak mencong ke arah yang sehat. Selain
kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila
paresisnya benar-benar bersifat Bells Palsy. Tetapi 2 hal harus disebut sehubung dengan ini.
Pertama, air mata yang keluar secara berlebihan di sisi kelumpuhan dan pengecapan pada dua
per tiga lidah sisi kelumpuhan kurang tajam. Gejala yang tersebut pertama timbul karena
konjungtiva bulbitidak dapat penuh ditutupi kelopak mata yang lumpuh, sehingga mudah
mendapat iritasi angin, debu dsb. Soal berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin sekali
edema nervus fasialis di tingkat foramen stilomastoideus meluas sampai bagian nervus
fasialis dimana khorda timpani menggabungkan diri padanya.7

Bells palsy diobati sebagai kasus neuritis. Dalam tahap akut kortikosteroid dapat
digunakan. Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatansia per os dengan
ACTH im 40-60 satuan/hari selama 2 minggu dapat mempercepat penyembuhan. Dalam 5
hari sampai 2 bulan 95% kasus-kasus Bells palsy dapat disembuhkan. Setelah 1 minggu,
otot-otot yang lumpuh boleh diransang secara galvanik. Mengenai stimulasi listrik ini banyak
autoritas yang meragukan manfaatnya, bahkan berpendapat bahwa kontraktur sebagai gejala
sisa dapat diakibatkan oleh galvanisasi.7

KESIMPULAN

Batang otak terletak paling kaudal, terbagi menjadi medulla oblongata, pons dan
mesensefalon. Secara anatomi batang otak termasuk struktur yang kompleks dengan fungsi
yang beragam dan penting secara klinis, sehingga jika terdapat lesi, tunggal dan sekecil
apapun, lesi itu hampir selalu merusak beberapa nukleus, pusat refleks, traktus ataupun jaras
yang terletak di batang otak. Lesi tersebut seringkali bersifat vascular degeneratif atau
demielinasi dapat juga merusak batang otak. Kumpulan dari gejala-gejala yang khas dan

27
bersifat alternans pada batang otak tersebut membentuk suatu sindroma yang kemudian
dikenal dengan sebutan sindrom batang otak.

Sindroma batang otak merupakan sekumpulan gejala yang ditandai dengan


terganggunya satu atau beberapa fungsi dari saraf kranial maupun jejas saraf simpatis baik
melalui proses mekanik berupa invasi maupun trauma ataupun akibat adanya suatu gangguan
vaskularisasi. Kelumpuhan piramidalis akibat lesi di batang otak merupakan gejala bagian
dari sindroma batang otak yang dapat diperinci dalam: Sindroma mesensefalon (sindrom
Weber, sindrom Benedict, sindrom Claude) . Sindrom pons (sindrom foville, sindrom

Raymond-Cestan, sindrom Millard-Gubler). Sindrom medulla oblongata (sindrom Pra-


Olivar, sindrom retro-Olivar, sindrom Lateralis/Wallenberg). Kelumpuhan piramidalis akibat
kelumpuhan di batang otak, tidak peduli lokalisasinya, mempunyai satu ciri yang khas, yaitu:
kelumpuhan UMN kontralateral yang disertai oleh kelumpuhan saraf otak motorik atau
defisit sensorik akibat kerusakan pada saraf otak sensorik pada sisi dan tingkat lesi.
Kelumpuhan tersebut berupa hemiparesis. Dan hemiparesis yang diiringi gangguan saraf otak
tersebut dinamakan hemiparesis alternans.

Dengan mengetahui berbagai sindrom tersebut diharapkan bagi seorang klinisi untuk
membantu menentukan letak lesi yang terjadi berdasarkan gejala-gejala klinis yang tampak.
Prognosis dari berbagai sindrom tersebut sangat tergantung dari penyebab yang mendasari
gangguan tersebut sehingga dalam penatalaksanaanya juga didasarkan pada gangguan atau
lesi primer yang menyebabkan fungsi sebagian atau beberapa saraf kranial tersebut.

Daftar Pustaka

1. Richard S. Snell. Batang otak. Dalam: Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Ed ke-5. EGC, Jakarta, 2007. h. 212-39.

2. Duus P, Baehr M, Frotscher M. Batang otak. Dalam: Diagnosis Topik Neurologi DUUS.
Ed ke-4. EGC, Jakarta. 2010; h. 197 212.

3. Loren A Rolak. Brainstem disease. IN: Neurology Secrets. Hanley & Belfus. INC,
Philadelphia, 1993. h. 103.

28
4. Lumbantobing, M S. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik Dan Mental. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta; 2013. h. 49.

5. Duus P, Baehr M, Frotscher M. Sindrom Horner. Dalam: Diagnosis Topik Neurologi


DUUS. Ed ke-4. EGC, Jakarta. 2010; h. 141.

6. Jorge C Kattah. Cavernous sinus syndromes. In. Medscape. Last updated Februari 14,
2014. Cited Ferbruari 19, 2017. Available on:

http://emedicine.medscape.com/article/1161710-overview

7. Priguna Sidharta. Bells palsy. Dalam: Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Ed ke-6.
Dian Rakyat, Jakarta. 2008. h. 403-4.

29

Anda mungkin juga menyukai