php/jolahraga
https://doi.org/10.21831/jk.v7i1.26394
__________________________________________________________________________________
disadari sebagai keterampilan penting yang harus relevansinya dengan praktik pendidikan. Peran
dimiliki oleh para akademisi (Aisyah & penelitian dan pengembangan sebagai jembatan
Mahanani, 2017). menjadi semakin penting.
Dalam menyoroti lemahnya literasi bidang Kembali ke pembahasan mengenai Jurnal
keolahragaan, Winarno (2018) menilai hal terse- Keolahragaan. Munculnya kata ‘model’ dan
but disebabkan oleh rendahnya produktivitas kar- ‘pengembangan’ sebagai kata kunci yang paling
ya bidang keolahragaan. Masalah ini berkaitan banyak digunakan mengindikasikan kepopuleran
dengan terbatasnya referensi bidang keolahraga- penelitian dan pengembangan jika dibandingkan
an di Indonesia, kurangnya budaya baca tulis dengan jenis penelitian lain. Aspek pembahasan
stakeholder keolahragaan dan budaya prestasi yang sudah banyak diketahui dari penelitian dan
olahraga yang dominan berwujud performa fisik, pengembangan adalah publikasi hasil-hasil pe-
sehingga menulis karya masih menjadi masalah. ngembangannya dan teori atau panduan melalui
Sarannya adalah mengubah budaya: prestasi buku yang saat ini beredar, contohnya karya
olahraga berupa performa fisik perlu dokumenta- Setyosari (2013); Sutarti dan Irawan (2017) serta
sikan serta ditulis sebagai karya akademik. artikel jurnal seperti yang disajikan oleh Haryati
Salah satu bentuk karya akademik adalah (2012). Sementara itu, studi yang memotret
artikel yang dipublikasikan dalam prosiding penelitian dan pengembangan pendidikan di
maupun jurnal ilmiah. Jurnal yang terkemuka Indonesia belum diketahui. Oleh karena itu, studi
dapat menjadi cerminan kondisi komunitas ilmu- ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
wan di suatu bidang. Saat ini, peringkat terbaik gambaran hasil penelitian dan pengembangan
jurnal ilmiah bidang ilmu keolahragaan di yang telah dilakukan di bidang keolahragaan
Science and Technology Index (SINTA) Kemen- melalui tinjauan analitis terhadap artikel-artikel
terian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jurnal Keolahragaan.
Republik Indonesia (Kemenristekdikti) adalah Untuk mencapai tujuan dalam penelitian
peringkat dua. Jurnal Keolahragaan merupakan ini, analisis dipandu oleh tiga pertanyaan, yaitu:
salah satu jurnal yang menempati posisi tersebut. (1) Bagaimana posisi penelitian dan pengem-
Fokus dan cakupannya meliputi aspek ilmu bangan dibandingkan dengan jenis penelitian lain
keolahragaan seperti pendidikan jasmani, kepela- dalam hal kuantitas artikel yang dipublikasikan?
tihan olahraga dan kesehatan olahraga. Dalam (2) Apa saja jenis-jenis pengembangan yang telah
tampilan keywords tag cloud di Jurnal Keolah- dihasilkan dan dilaporkan? (3) Apa saja isu-isu
ragaan, muncul kata ‘model’ dan ‘pengembang- yang ditemukan melalui analisis terhadap artikel
an’ sebagai kata kunci yang paling banyak penelitian dan pengembangan di Jurnal
digunakan. Temuan awal ini dapat dijadikan Keolahragaan?
asumsi bahwa penelitian dan pengembangan
METODE
merupakan metode yang banyak digunakan pada
penelitian di bidang ilmu keolahragaan. Studi dokumen digunakan dalam peneliti-
Penelitian dan pengembangan, yang ber- an ini. Studi dokumen banyak dimanfaatkan pada
basis pada praktik di dunia industri, berpotensi penelitian kualitatif karena merupakan sumber
besar diterapkan di dunia pendidikan karena yang stabil, sifatnya alamiah, berguna sebagai
dapat menjembatani antara penelitian pendidik- bukti suatu pengujian dan hasilnya dapat mem-
an dan praktik pendidikan (Borg & Gall, 1983; buka pemahaman terhadap sesuatu yang diseli-
Gall, Gall, & Borg, 2003). Jenis penelitian ini diki (Moleong, 2007). Data dalam studi dokumen
dapat dikategorikan sebagai penelitian terapan. dikumpulkan dengan cara menghimpun dan
Dalam testimoninya saat mengenang kepergian menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
Borg, Gall (1991) mengungkapkan keyakinan tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik
Borg pada kekuatan jenis penelitian ini untuk dan hasil yang dilaporkan berupa analisis
meningkatkan kualitas pendidikan. Kini, sekitar terhadap dokumen-dokumen tersebut (Nilamsari,
tiga dekade sejak gagasan itu dikemukakan, 2014). Dokumen dalam penelitian ini adalah
penelitian dan pengembangan pendidikan telah artikel-artikel laporan hasil penelitian dan
banyak dipraktikkan dan menghasilkan berbagai pengembangan yang telah dipublikasikan di
produk. Namun demikian, jurang antara peneliti- Jurnal Keolahragaan.
an dan praktik pendidikan diakui masih Data dikumpulkan melalui penelusuran
menganga. Hasil studi Vanderlinde dan van arsip di situs web Jurnal Keolahragaan
Braak (2010) menunjukkan skeptisisme guru (https://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga/iss
pada nilai kegunaan penelitian pendidikan dan ue/archive). Tahun publikasi artikel tidak diba-
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 85
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
tasi, yaitu sejak jurnal tersebut diterbitkan sampai persentase artikel penelitian dan pengembangan
dengan edisi terakhir saat penelitian ini dilakukan terkecil. Pada tahun berikutnya persentase terse-
(April 2013-September 2018). Langkah pertama but melonjak menjadi yang tertinggi. Tercatat
dalam tahap ini adalah mengidentifikasi judul 70% artikel yang diterbitkan pada tahun 2014
artikel di setiap volume dan nomor penerbitan. adalah artikel penelitian dan pengembangan.
Instrumen yang digunakan adalah lembar daftar Bahkan pada volume 2 nomor 1 tahun 2014,
periksa (checklist). Dengan melakukan verifikasi sebanyak 80% artikel pada edisi tersebut merupa-
pada abstrak, judul-judul artikel yang merupakan kan artikel penelitian dan pengembangan. Jumlah
hasil penelitian dan pengembangan ditandai. artikel penelitian dan pengembangan yang
Langkah ini menghasilkan daftar judul artikel dipublikasikan oleh Jurnal Keolahragaan sempat
penelitian dan pengembangan yang masih umum. turun secara berturut-turut pada dua tahun beri-
Artinya, judul-judul artikel belum dibedakan an- kutnya, namun kembali naik pada tahun 2017. Di
tara penelitian dan pengembangan dalam konteks tahun berikutnya, artikel penelitian dan pengem-
pendidikan dan non-pendidikan. Langkah selan- bangan masih menguasai 30% porsi jumlah
jutnya, judul artikel penelitian dan pengembang- artikel yang diterbitkan.
an yang sudah terjaring kemudian diseleksi untuk
Tabel 1. Jumlah Artikel Penelitian dan
menentukan judul artikel penelitian dan
Pengembangan di Jurnal Keolahragaan
pengembangan pendidikan. Kriteria seleksi yang
digunakan dalam studi ini adalah berdasarkan Volume Jumlah Jumlah Artikel
subjek penelitian, jika judul dan abstrak tidak (Nomor), Artikel yang Penelitian dan
secara eksplisit menunjukkan siswa sekolah Tahun Diterbitkan Pengembangan
sebagai subjek penelitiannya, maka akan dieks- 1 (1), 2013 8 1
1 (2), 2013 8 3
klusikan. Dari seleksi ini didapatkan daftar judul
2 (1), 2014 10 8
artikel penelitian dan pengembangan pendidikan 2 (2), 2014 10 6
yang akan diproses pada tahap selanjutnya. 3 (1), 2015 10 5
Judul artikel penelitian dan pengembang- 3 (2), 2015 10 7
an pendidikan yang telah terseleksi kemudian 4 (1), 2016 10 6
diidentifikasi jenis hasil pengembangannya lalu 4 (2), 2016 10 3
dikelompokkan. Dari pengelompokan ini dihasil- 5 (1), 2017 10 6*
kan sebaran jumlah artikel di setiap kategori jenis 5 (2), 2017 10 5
hasil pengembangan. Analisis lebih lanjut dilaku- 6 (1), 2018 10 3
kan dengan mengambil sampel artikel penuh dari 6 (2), 2018 10 3
Jumlah 116 56
kategori jenis hasil pengembangan yang paling
*salah satunya berstatus retracted.
banyak muncul. Artikel-artikel yang terseleksi
pada tahap ini digunakan sebagai basis untuk Jumlah artikel penelitian dan pengem-
melakukan analisis sehingga menghasilkan tema- bangan yang hampir mencapai setengah dari
tema yang disajikan pada bagian pembahasan. keseluruhan jumlah artikel di Jurnal Keolahraga-
an menunjukkan gejala yang bertolak belakang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pandangan Borg dan Gall di tahun 1983
Pengumpulan data menghasilkan infor- sampai dua dekade kemudian. Bagi peneliti yang
masi jumlah artikel penelitian dan pengembang- berstatus mahasiswa, “It is highly unlikely that a
an di Jurnal Keolahragaan. Dari total 116 judul graduate student will be able to find the financial
artikel yang sudah dipublikasikan, 56 judul and personnel support to complete a major R &
(48%) diantaranya merupakan artikel hasil pene- D project” (Borg & Gall, 1983; Gall et al., 2003).
litian dan pengembangan. Data ini membuktikan Saat melakukan penelitian dan pengembangan
asumsi awal yang menyatakan bahwa penelitian yang besar (major), isu yang perlu dipertimbang-
dan pengembangan merupakan jenis penelitian kan oleh peneliti adalah persoalan dukungan
yang banyak dilakukan di bidang ilmu keolah- finansial dan personel. Jika dilihat dari afiliasi
ragaan. Jumlah artikel penelitian dan pengem- institusi para penulis pertama artikel penelitian
bangan beserta sebaran tahun publikasinya di dan pengembangan di Jurnal Keolahragaan,
Jurnal Keolahragaan dapat dilihat pada Tabel 1. mereka berasal dari universitas. Apakah temuan
Pada tahun pertama penerbitan, empat dari ini menunjukkan isu-isu yang dianggap sebagai
16 artikel (25%) yang diterbitkan merupakan keterbatasan dalam melakukan penelitian dan
artikel penelitian dan pengembangan. Tahun per- pengembangan pendidikan sudah relatif dapat
tama penerbitan Jurnal Keolahragaan memiliki teratasi? Media instruksional yang dianggap
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 86
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
mahal dan perlu dihindari saat pernyataan porsi terbanyak dengan 12 artikel (43%), disusul
tersebut pertama kali dikemukakan adalah 16mm Pengembangan Model Permainan atau Aktivitas
film dan synchronized slidetape. berjumlah 9 artikel (32%), kemudian Pengem-
Generasi pengguna media instruksional bangan Media Pembelajaran sebanyak 4 artikel
pembelajaran masa kini bahkan tidak lagi menge- (14%), Pengembangan Modul Pembelajaran ada
nal benda-benda tersebut. Saat ini pembuatan 2 artikel (7%), dan terdapat 1 artikel (4%)
media instruksional dalam format audio visual Pengembangan Alat untuk pembelajaran. Hasil
atau multimedia bukan lagi hal yang dianggap selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
mahal. Teknologi telah memudahkan pengem- Langkah selanjutnya, peneliti mengambil
bangan media pembelajaran, tetapi penggunaan sampel artikel penuh sebagai basis untuk
media dan teknologi secara efektif masih melakukan analisis. Sampel dipilih, pertama-
tergantung pada desain instruksional yang baik tama, mewakili tahun publikasi untuk mendapat-
serta pelatihan dan dukungan bagi mereka yang kan gambaran perkembangan penelitian dan
menggunakan teknologi tersebut (Spector, 2017). pengembangan dari tahun ke tahun. Kriteria
Temuan ini juga berbanding terbalik dengan pemilihan berikutnya adalah keterwakilan jenis
anggapan Tegeh, Jampel, dan Pudjawan (2015) satuan pendidikan subjek penelitiannya. Artikel
yang melihat kurangnya materi perkuliahan tahun 2017 otomatis terpilih karena merupakan
metodologi penelitian dan pengembangan serta satu-satunya artikel Pengembangan Model
langkanya buku yang membahas model-model Pembelajaran pada tahun tersebut. Di tahun 2016
penelitian pengembangan di Indonesia. Keterba- terdapat dua artikel dengan dua jenis subjek yang
tasan literatur ternyata tidak menurunkan popula- berbeda, yaitu siswa TK dan siswa SMP. Untuk
ritas metode penelitian dan pengembangan. memilih diantara dua artikel tersebut, peneliti
Pembahasan berikutnya dari hasil terlebih dahulu beralih ke artikel tahun 2014.
pengumpulan data adalah pembagian kategori Artikel dengan subjek siswa TK bisa dianggap
penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebagai sampel yang unik diantara ketiga artikel
dalam pendidikan dan di luar lingkungan pendi- pada tahun tersebut. Untuk itu sampel yang
dikan. Jumlah artikel penelitian dan pengem- dipilih mewakili tahun 2014 adalah artikel
bangan yang dilakukan di sekolah dan di luar dengan subjek siswa TK, sementara tahun 2016
sekolah menunjukkan proporsi yang seimbang. diwakili oleh artikel dengan subjek siswa SMP.
Dari 56 artikel penelitian dan pengembangan, 28 Artikel tahun 2015 dan 2013 menyisakan hanya
artikel (50%) dalam judul dan atau abstraknya subjek siswa SD. Sampel dari tahun 2015 dipilih
menyebutkan penelitian dilakukan pada siswa dari siswa SD kelas bawah karena siswa SD kelas
sekolah. Jenjang pendidikan siswa yang menjadi atas telah diwakili oleh artikel tahun 2017.
subjek penelitian mulai TK hingga SMA. Sementara itu artikel tahun 2013 dipilih untuk
Penelitian dengan subjek siswa SD menempati melengkapi keterwakilan tahun dengan
jumlah terbanyak dengan 14 artikel (50%) diikuti mempertimbangkan materi pengembangannya.
siswa TK dengan 6 artikel (21%), SMP 5 artikel Bola voli tidak dipilih karena materi permainan
(5,18%) dan SMA/SMK 3 artikel (3,12%). Pene- dianggap telah terwakili oleh tenis meja.
litian pada siswa SD menempati porsi terbesar Kelima sampel yang telah terpilih
karena satuan pendidikan ini memiliki jumlah kemudian dianalisis pada bagian judul, metode
unit sekolah terbanyak jika dibandingkan dengan penelitian dan hasil pengembangannya. Data
jenis satuan pendidikan formal lainnya pada diperoleh dari sampel dengan cara menyalin
jenjang dasar dan menengah. Berdasarkan Data secara langsung kalimat di dalam artikel yang
Master Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dianalisis. Tabel 3 menunjukkan data sampel
jumlah sekolah SD/Sederajat mencapai 174.606 artikel yang dianalisis. Pembahasan dari hasil
sekolah. Jumlah ini jauh lebih banyak jika analisis ini disajikan dalam tiga tema seperti
dibandingkan dengan jumlah SMP/Sederajat dapat dilihat pada bagian berikutnya.
sebanyak 58.201 sekolah, SMA/Sederajat 22.615
Penggunaan Kata ‘Model’ yang Dapat
sekolah dan SMK/Sederajat 14.214 sekolah
Diperdebatkan
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, n.d.).
Berdasarkan jenis pengembangannya, Seluruh artikel yang dianalisis mengguna-
artikel yang termasuk dalam penelitian dan kan kata ‘model’ di judul dan atau di abstrak.
pengembangan pendidikan dapat dikelompok- Artikel “Gerak Multilateral …” tidak
kan ke dalam lima kategori. Dari 28 judul artikel, mencantumkan kata ‘model’ dalam judul, namun
Pengembangan Model Pembelajaran menempati pada kalimat pertama abstrak menyebutkan,
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 87
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
“Penelitian ini bertujuan menghasikan model dipakai dan disepakati penggunaannya dalam
pembelajaran…” Penggunaan kata ‘model’ da- bahasa sains. Istilah ‘model’ dalam pembahasan
lam judul dan abstrak dapat dinilai sebagai upaya ilmiah digunakan untuk gambar, skema, grafik
untuk menunjukkan tujuan atau sesuatu yang atau bentuk lain yang merupakan abstraksi dari
ingin dihasilkan dari penelitian dan pengembang- suatu fenomena. Model hanya menampilkan
an. Namun demikian, tujuan ini menjadi kabur komponen-komponen yang dianggap sebagai
karena hasil-hasil dari pengembangan adalah kunci dengan mengabaikan komponen-kom-
produk. Seluruh artikel yang dianalisis melapor- ponen lain dari yang kompleks dalam fenomena
kan dalam hasil penelitian berupa buku panduan sesungguhnya. Menurut Cohen, Manion, dan
atau buku pedoman. Antara model dan produk Morrison (2007), kata ‘model’ sering kali diper-
dapat dilihat adanya perbedaan. tukarkan dengan teori. Keduanya dapat dilihat
Meskipun ‘model’ dapat diartikan sebagai sebagai perangkat penjelas atau skema yang
suatu contoh yang sangat baik sehingga bisa memiliki kerangka kerja konseptual untuk
ditiru,“something that a copy can be based on memberikan representasi dari fenomena tertentu.
because it is an extremely good example of its Pada umumnya model digunakan untuk
type” (Walter, 2008), namun penggunaan kata menjelaskan fenomena dalam ilmu pengetahuan
‘model’ dalam sebuah artikel jurnal ilmiah bisa (Bokulich, 2011).
jadi rancu dengan konsep ‘model’ yang telah
Tabel 2. Pengelompokan Jenis Pengembangan Bidang Pendidikan di Jurnal Keolahragaan
Jenis pengembangan Materi Subjek Edisi
Pengembangan Model Teknik dasar tenis meja Siswa SD kelas atas 2017, 5 (2)
Pembelajaran Motorik kasar Siswa TK kelompok A 2016, 4 (2)
Integratif (atletik dengan biologi) Siswa SMP 2016, 4 (1)
Lempar lembing Siswa SMP 2015, 3 (2)
Integratif berbasis aktivitas jasmani Siswa TK 2015, 3 (2)
Gerak multiateral (melalui bola besar) Siswa SD kelas bawah 2015, 3 (2)
Bola basket Siswa SD kelas atas 2015, 3 (1)
Motorik (menggunakan agility ladder) Siswa SD 2014, 2 (2)
Pengenalan air Siswa TK 2014, 2 (2)
Motorik (modifikasi permainan Siswa SD kelas atas 2014, 2 (1)
tradisional)
Bola voli Siswa SD kelas atas 2013, 1 (2)
Penjas (melalui permainan) Siswa SD 2013, 1 (2)
Pengembangan Media Budaya hidup sehat (multimedia) Siswa SMA 2014, 2 (1)
Pembelajaran Penjasorkes (komputer) Siswa SMA 2014, 2 (1)
Tenis lapangan (VCD) Siswa SD 2013, 1 (2)
Teknik dasar bola voli Siswa SMP 2013, 1 (1)
Pengembangan Alat Target net bulu tangkis Siswa SMP 2015, 3 (1)
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 88
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
Contoh model dalam pendidikan jasmani (selective review) yang berkaitan dengan teori
olahraga dan kesehatan misalnya adalah model dasar suatu model untuk menghasilkan saran,
Health-based Physical Education (HBPE). Model kritik atau pernyataan posisi peneliti terhadap
ini memberi kerangka pada bagaimana cara guru model tersebut, bukan sebuah produk (contoh:
memperoleh manfaat kesehatan masyarakat Haerens, Kirk, Cardon, & Bourdeaudhuij, 2011).
(public health) yang signifikan dari pendidikan Selain itu, pengembangan sebuah model bisa
jasmani yang mereka ajarkan di kelas. HBPE memakan waktu yang lama, mengalami sanggah-
dapat dianggap sebagai model pedagogis yang an, bantahan, kritik, revisi, hingga dapat diterima
penting dalam pendidikan jasmani untuk men- sebagai bentuk representasi yang paling baik
dukung siswa mengembangkan gaya hidup sehat yang mungkin. Model TGfU misalnya, model ini
sepanjang hayat (Fernandez-Rio, 2016). Model bertahun-tahun dibahas pada Konferensi khusus
lain yang dikenal luas dalam pendidikan olahraga TGfU yang telah diadakan di New Hampshire
adalah Teaching Games for Understanding (2001), Melbourne, Australia (2003), Hong
(TGfU). Kong, Cina (2005), Vancouver, British
Penelitian yang bertujuan untuk mengem- Columbia, Kanada (2008), dan Loughborough,
bangkan suatu model, dalam prosedurnya dapat Inggris (2012). Konferensi ini masih berlanjut.
menggunakan metode kajian pustaka terseleksi Tidak hanya itu, sebuah model juga memiliki
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 89
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
komunitas pendukungnya. Dalam mengembang- Joyce P. Gall dan Walter R. Borg. Berdasarkan
kan model, komunitas TgfU telah menerbitkan hasil temuan dalam studi ini, penulisan susunan
jurnal peer-review yang prestisius seperti Journal nama penulis dan edisi buku yang dikutip pada
of Teaching in Physical Education; Sport, bagian metode kurang dicermati. Dua artikel
Education and Society; Physical Education and mencantumkan sumber ‘Borg dan Gall’ untuk
Sport Pedagogy; dan European Physical Educa- edisi tahun 2003 dan 2007, padahal seharusnya
tion Review (Memmert et al., 2015). Penelitian ‘Gall, Gall dan Borg’.
untuk menghasilkan model dalam waktu yang Masih dalam penyajian metode, salah satu
singkat hampir dapat dikatakan mustahil. artikel mengutip buku Metode Penelitian
Suatu model dapat diposisikan sebagai Pendidikan karya Sugiyono edisi 2013. Jika
kerangka yang memberikan basis teori dalam dibandingkan dengan cetakan (bukan edisi) yang
mengembangkan produk pendidikan. Misalnya lebih baru, misalnya cetakan ke-23 tahun 2016,
hasil studi Baran (2014) yang menunjukkan di dalam buku tersebut penulis buku hanya
perlunya suatu model pedagogis dan teoretis menulis ulang definisi tanpa memberikan infor-
untuk memandu guru dalam mengembangkan masi tambahan dan membandingkannya dengan
pengalaman belajar melalui media telepon geng- sumber lain. Bahkan, dalam paragraf yang mem-
gam. Produk pendidikan tidak hanya mengacu berikan ilustrasi penelitian dan pengembangan
pada objek material seperti buku teks, media dalam industri (halaman 408), terdapat indikasi
instruksional dan lainnya, namun juga dapat kesalahan pengutipan karena tidak mencantum-
merujuk pada prosedur dan proses seperti metode kan tahun dan tidak menunjukkan sumber per-
mengajar. Sebagai contoh, dari model HBPE tama sebagaimana jelas tercantum dalam catatat
dapat diteliti program atau aktivitas apa yang kaki buku yang dirujuk (lihat Gall et al., 2003, p.
dapat dikembangkan sesuai dengan teori dasar 569). Untuk menghindari ketidakakuratan seperti
model HBPE yang berangkat dari teori motivasi ini, lebih baik mengutip dari sumber aslinya.
(lihat Fernandez-Rio, 2016). Pada bagian metode, tiga artikel menye-
Berdasarkan argumen tersebut, ketika butkan prosedur penelitian dengan (1) ‘meng-
penelitian dan pengembangan menghasilkan adopsi dari tahapan pengembangan yang
produk, apakah tidak lebih baik menghilangkan dikemukakan oleh Gall, Gall, & Borg’, (2)
kata ‘model’ pada judulnya? Jika hasil peneliti- ‘mengadaptasikan langkah-langkah pengem-
an bukan merupakan sebuah model berwujud bangan pendidikan oleh Borg & Gall’ dan (3)
skema, grafik atau bentuk lain yang dapat sepuluh langkah pelaksanaan menurut Borg dan
dianggap sebagai model, mungkinkah istilah Gall. Padahal, di edisi ke-7 “Education
‘bentuk’, ‘jenis’, atau ‘variasi’ pembelajaran Research:…” sangat jelas disebutkan bahwa
lebih tepat digunakan? Hal ini mungkin mem- model yang diajukan adalah model Dick dan
butuhkan diskusi yang lebih panjang. Carey, “One of the most widely used models of
educational research and development is the
Penyajian Referensi pada Prosedur
systems approach model designed by Walter Dick
Pengembangan yang Kurang Akurat
and Lou Carey” (Gall et al., 2003, p. 570). Dari
Pada bagian metode penelitian, seluruh kelima artikel yang dianalisis, hanya satu yang
artikel yang dianalisis merujuk pada buku menyebutkan model Dick dan Carey sebagai
“Educational Research: An Introduction” basis dalam prosedur pengembangan.
dengan tiga variasi edisi, yaitu edisi ke-4 tahun Model Dick dan Carey diakui banyak
1983, edisi ke-7 tahun 2003 dan edisi ke-8 tahun digunakan dalam penelitian dan pengembangan
2007. Edisi pertama buku ini ditulis oleh Walter pendidikan (Setyosari, 2013, p. 276). Model ini
R. Borg pada 1963 dan diterbitkan oleh David dikembangkan dari model ADDIE (Analysis,
McKay, New York. Pada edisi berikutnya, tahun Design, Development, Implementation, and
1971, muncul nama Meredith D. Gall sebagai Evaluation). Model ADDIE sendiri merupakan
penulis kedua. Mengingat Walter R. Borg model generik yang dapat disesuaikan dan
meninggal dunia pada tahun 1990, maka di edisi dimodifikasi dalam banyak cara (Spector, 2017).
setelah tahun tersebut (edisi ke-6 tahun 1996) Model Dick dan Carey banyak digunakan dalam
nama Meredith D. Gall menjadi penulis pertama pengembangan desain instruksional. Hasilnya
dan mulai edisi ini pula Joyce P. Gall ikut dinilai membantu dalam meningkatkan pembel-
berkontribusi sebagai penulis. Edisi paling ajaran (Dick, Carey, & Carey, 2015). Model ini
mutakhir dari buku ini adalah edisi ke-8 tahun menyediakan proses langkah demi langkah yang
2007 dengan susunan penulis Meredith D. Gall, dapat diikuti dengan mudah dan sangat mem-
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 90
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
bantu peneliti dan perancang pemula dalam Prosedur Evaluasi yang Menekankan pada
memahami rincian prinsip-prinsip dalam desain Data Kuantitatif
instruksional (Khalil & Elkhider, 2016). Model
Pada bagian metode penelitian, seluruh
Dick dan Carey telah mengalami revisi dan
artikel melaporkan ada dua jenis data yang
pengembangan sejak edisi buku pertamanya
dikumpulkan, yaitu data kualitatif dan data kuan-
terbit pada 1978.
titatif. Tiga artikel menyebutkan data kualitatif
Jika pada edisi ke-7, Gall et al. (2003)
didapatkan dari (1) wawancara, (2) catatan
menampilkan model Dick dan Carey sebagai
lapangan dan (3) data saran perbaikan draf model
model desain instruksional yang digunakan
awal dan hasil observasi pada pelaksanaan uji
dalam prosedur pengembangan, pada edisi ke-4
coba dengan skala kecil dan besar. Dua artikel
yang ditulis 20 tahun sebelumnya, Borg dan Gall
lainnya hanya menyebutkan dua sumber data
(1983) mengajukan sepuluh tahapan pengem-
kualitatif, tanpa menggunakan catatan lapangan.
bangan yang dikembangkan oleh timnya untuk
Seluruh artikel tidak menjelaskan hasil data
mengembangkan mini course. Perbedaan konteks
kualitatif dalam pembahasan. Hasil dan pemba-
antara pengembangan prosedur dan pengem-
hasan cenderung berisi analisis data kuantitatif.
bangan produk pendidikan sebaiknya tidak
Hasil data kualitatif, terutama wawancara, disam-
diabaikan.
paikan di bagian pendahuluan, namun tidak me-
Pada penelitian dan pengembangan, temu-
muat prosedur pengumpulan data kualitatifnya.
an dari hasil penelitian digunakan untuk meran-
Temuan tersebut mengingatkan pada
cang produk atau prosedur baru yang kemudian
pandangan reflektif Borg (1987), pakar peneliti-
secara sistematis diuji, dievaluasi, dan disempur-
an dan pengembangan pendidikan yang dirujuk
nakan hingga memenuhi kriteria efektivitas,
oleh kelima artikel yang dianalisis. Menurutnya,
kualitas, atau standar tertentu, “…which the
“People who develop instructional materials are
findings of the research are used to design new
for the most part doers. They are people who
products and procedures…” (Gall et al., 2003, p.
perceive gaps or deficiencies in the instructional
569). Hal yang mungkin perlu didiskusikan
process and are strongly motivated to fill in these
adalah: apakah yang dimaksud dengan produk/
gaps and overcome these deficiencies”. Peneliti-
prosedur baru belum diketahui sampai adanya
an dan pengembangan pendidikan banyak
hasil penelitian atau peneliti sudah memiliki
dilatarbelakangi oleh masalah yang dipersepsi
gambaran tentang produk/ prosedur yang akan
oleh peneliti dan keinginan untuk mengatasi
dihasilkan kemudian divalidasi melalui peneliti-
masalah tersebut. Hal ini tidak lepas dari
an? Pada artikel yang dianalisis, hasil sepertinya
karakteristiknya sebagai penelitian terapan.
sudah ditentukan terlebih dahulu sebagai tujuan
Sepertinya pandangan Borg ini masih berlaku
penelitian seperti terlihat dalam kalimat pembuka
sampai sekarang.
abstrak: “Penelitian ini bertujuan menghasilkan
Kembali pada definisi penelitian dan pe-
...". Pandangan lain, bagaimana jika artikel
ngembangan, prosedur perlakuan yang dianggap
penelitian dan pengembangan mendeskripsikan
baku pada produk yang dikembangkan dari
proses yang telah dijalankan oleh peneliti seperti
penelitian adalah adanya uji lapangan secara sis-
studi yang dilaporkan oleh Simons et al. (2018)
tematis, evaluasi dan perbaikan (systematically
yang menyatakan: “The aim of this study was to
field-tested, evaluated, and refined). Teknik
describe the development, usability, accept-
evaluasi, dengan demikian, memainkan peranan
ability, and feasibility of a…” Dengan mendes-
yang penting dalam penelitian dan pengembang-
kripsikan temuan dan proses penelitian yang
an. Dalam proses penelitian dan pengembangan
telah dilakukan, peneliti dapat memberikan
terdapat dua pokok aktivitas, yaitu mengembang-
informasi berharga bagi pengetahuan (Gall et al.,
kan dan memvalidasi (Setyosari, 2013). Evaluasi
2003). Pengalaman peneliti menempuh proses
pendidikan berkaitan erat dengan penelitian dan
penelitian dan pengembangan dapat membantu
pengembangan pendidikan, “The field of educa-
peneliti selanjutnya, diantaranya dalam menja-
tional evaluation is closely related to educational
lankan langkah demi langkah pengembangan
research and development. Evaluation technique
agar tidak mengulangi kesalahan yang sama (jika
play major role in R & D,…(Borg & Gall, 1983,
ada) atau memperbaiki prosedur agar lebih
p. 773). Pada edisi 1983, penelitian dan pe-
efektif.
ngembangan pendidikan dibahas dalam satu bab
khusus sementara di edisi 2003, penelitian dan
pengembangan pendidikan dimasukkkan dalam
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 91
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
pembahasan penelitian evaluasi. Hal ini menun- celah antara penelitian pendidikan dan praktik-
jukkan eratnya evaluasi dan pengembangan. nya. Hal ini sudah diperingatkan oleh (Legrand,
Edisi 1983 buku “Educational 1969) setengah abad yang lalu, “…applied
Research:…” menjelaskan proses pengembang- educational research as we understand it does
an yang dialami oleh penulisnya, sedangkan pada not mean merely recording the external aspect of
edisi 2003 “sepuluh tahapan pegembang-an” a situation quantitatively and demonstrating how
diganti dengan model desain instruksional yang methods work. Penelitian terapan tidak sekedar
dikembangkan oleh Dick dan Carey dengan merekam aspek eksternal dari suatu situasi secara
menambahkan formulasi dari Schriven pada kuantitatif dan mendemonstrasikan bagaimana
evaluasi formatif dan sumatifnya. Evaluasi metode bekerja.
formatif dilakukan sepanjang proses pengem-
SIMPULAN
bangan. Hasil evaluasi digunakan sebagai basis
untuk meningkatkan efektivitas produk, dan Berdasarkan temuan dalam studi ini,
dalam situasi tertentu temuan dalam evaluasi penelitian dan pengembangan merupakan jenis
formatif dapat berujung pada keputusan untuk penelitian yang paling banyak dilakukan dan
membatalkan tahapan pengembangan selanjut- dilaporkan di Jurnal Keolahragaan. Jumlahnya
nya (Gall et al., 2003, p. 570). Prosedur ini jarang mendekati setengah dari keseluruhan artikel yang
ditemui pada laporan hasil penelitian dan telah diterbitkan di jurnal tersebut. Hasil ini
pengembangan. membuktikan asumsi awal penelitian dan menun-
Dalam mendesain sebuah pembelajaran, jukkan minat yang besar dari para peneliti di
Durak dan Ataizi (2016) menganjurkan agar bidang ilmu keolahragaan pada penelitian dan
menjaga kesinambungan antara pengembangan pengembangan. Pengembangan yang dilakukan
dan langkah evaluasinya. Untuk setiap masalah dapat digolongkan ke dalam dua kategori:
yang dialami oleh peserta didik, proses/langkah pendidikan dan non-pendidikan yang dibedakan
pengembangan harus ditinjau kembali. Dalam hal berdasarkan subjek penelitiannya. Pengembang-
ini, proses evaluasi formatif harus dituntaskan. an model pembelajaran merupakan jenis
Dick dan Carey merekomendasikan tiga tingkat pengembangan pendidikan yang paling banyak
evaluasi formatif. Pertama, mencoba prototipe dilakukan, disusul pengembangan model
material secara individu (one on one) yaitu eva- permainan atau aktivitas, pengembangan media
luator bekerja dengan satu orang siswa. Tingkat pembelajaran, pengembangan modul pembelajar-
kedua, ujicoba terhadap kelompok kecil yang an dan pengembangan alat untuk pembelajaran.
terdiri dari enam sampai delapan siswa. Ketiga, Analisis pada sampel artikel pengembangan
uji coba lapangan yang melibatkan seluruh model pembelajaran menghasilkan pembahasan
anggota kelas, yang masih termasuk kecil. tema yang meliputi: kerancuan dalam pengguna-
Bagian yang sering luput dari perhatian adalah an istilah ‘model’, kekurangakuratan dalam
pada penjelasan berikutnya, “This phase of menyajikan referensi yang berkaitan dengan
evaluation relies heavily on qualitative methods, prosedur pengembangan dan prosedur evaluasi
for example, interviewing and observation by the yang cenderung menampilkan analisis data-data
developer” (Gall et al., 2003, p. 572). Sesuai kuantitatif. Secara umum isu-isu yang telah
dengan saran pencetus model pengembangannya, dibahas dalam studi ini diharapkan menjadi
sebaiknya fase evaluasi formatif menekankan pemantik diskusi lebih lanjut bagi para peneliti
pada metode kualitatif seperti wawancara dan yang memiliki ketertarikan pada jenis penelitian
observasi oleh peneliti/pengembang. Temuan dan pengembangan.
dalam studi ini menunjukkan evaluasi lebih Studi ini mengalami keterbatasan pada
banyak dilakukan secara kuantitatif dengan metode yang digunakan. Studi dokumen yang
bertumpu pada data-data statistik yang diperoleh umumnya digunakan sebagai metode yang ber-
dari angket dan rubrik penilaian. dampingan dengan metode pengumpulan data
Kurangnya analisis data kualitatif mem- lain dalam penelitian kualitatif, dalam penelitian
buat peneliti/pengembang kehilangan kesempat- ini digunakan sebagai metode tunggal. Area
an untuk melakukan refleksi atas penelitian yang pengumpulan datanya pun dipersempit pada
dilakukannya. Penekanan yang kuat pada apa sebuah media penerbitan ilmiah berkala. Hal ini
yang dianggap sebagai objektivitas, dengan dilakukan tidak lepas dari tujuan yang memang
mengandalkan penilaian ahli, pada satu sisi justru dirancang spesifik untuk melihat dan meng-
mengkerdilkan potensi penelitian dan pengem- analisis dokumen dari satu media saja yaitu
bangan sebagai penelitian terapan untuk mengisi Jurnal Keolahragaan.
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 92
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)
Jurnal Keolahragaan 7 (1), 2019 - 93
Hysa Ardiyanto, Syarief Fajaruddin
https://doi.org/10.32509/wacana.v13i2.14 y
3 Sutarti, T., & Irawan, E. (2017). Kiat sukses
Noor, I. H. (2010). Penelitian dan pengabdian meraih hibah penelitian pengembangan.
masyarakat pada perguruan tinggi. Jurnal Yogyakarta: Deepublish.
Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(3), 285– Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K.
297. (2015). Pengembangan buku ajar model
https://doi.org/10.24832%2Fjpnk.v16i3.4 penelitian pengembangan dengan model
62 ADDIE. In Seminar Nasional Riset
Purwanto, D. D., & Suharjana, S. (2017). Inovatif (Vol. 3).
Pengembangan model pembelajaran Utami, N. S., & Sukadiyanto, S. (2014). Model
pengenalan teknik dasar tenis meja untuk pengenalan air bagi siswa taman kanak-
siswa SD kelas atas. Jurnal Keolahragaan, kanak. Jurnal Keolahragaan, 2(2), 204–
5(2), 133. 215. https://doi.org/10.21831/jk.v2i2.2626
https://doi.org/10.21831/jk.v5i2.6419
Vanderlinde, R., & van Braak, J. (2010). The gap
Retnowati, T. H., Mardapi, D., & Kartowagiran, between educational research and practice:
B. (2018). Kinerja dosen di bidang Views of teachers, school leaders,
penelitian dan publikasi ilmiah. Jurnal intermediaries and researchers. British
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, Educational Research Journal, 36(2),
6(2), 215–225. 299–316.
https://doi.org/10.21831/amp.v6i2.21524 https://doi.org/10.1080/014119209029192
Rubiyatno, R., & Suharjana, S. (2013). Model 57
pembelajaran penjas melalui permainan Walter, E. (2008). Cambridge advanced
untuk pembentukan karakter kerja sama, learner’s dictionary. Cambridge
tanggung jawab dan kejujuran siswa SD. University Press.
Jurnal Keolahragaan, 1(2), 166–175.
Wibawa, K. A., & Sugiyanto, F. X. (2015). Gerak
https://doi.org/10.21831/jk.v1i2.2572
multilateral melalui permainan bola besar
Setyosari, P. (2013). Metode penelitian untuk anak SD kelas bawah. Jurnal
pendidikan dan pengembangan (4th ed.). Keolahragaan, 3(2), 194–207.
Jakarta: Prenadamedia Group. https://doi.org/10.21831/jk.v3i2.6244
Simons, D., De Bourdeaudhuij, I., Clarys, P., De Wijayanti, K. E., & Wibowo, R. (2017).
Cocker, K., Vandelanotte, C., & Deforche, Pembelajaran pendidikan kesehatan
B. (2018). A smartphone app to promote berbasis riset: Ulasan dan
an active lifestyle in lower-educated implementasinya di Indonesia. Jurnal
working young adults: development, Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 9(2),
usability, acceptability, and feasibility 14–20.
study. JMIR Mhealth and Uhealth, 6(2), 1– https://doi.org/10.17509/jpjo.v2i2.8174
18. https://doi.org/10.2196/mhealth.8287
Winarno, M. E. (2018). Mendorong
Spector, J. M. (2017). Reflections on educational pengembangan literasi keolahragaan
technology research and development. nasional. In Seminar Nasional Pendidikan
Educational Technology Research and Jasmani dan Olahraga (pp. 7–14).
Development, 65, 1415–1423. Jombang: STKIP PGRI Jombang.
https://doi.org/10.1007/s11423-017-9545-
Copyright © 2019, Jurnal Keolahragaan, ISSN 2339-0662 (print), ISSN 2461-0259 (online)