Anda di halaman 1dari 5

Krisis Ekonomi Global

Gambaran Umum Krisis Ekonomi Global Krisis adalah situasi yang merupakan titik
balik (turning point) yang dapat membuat suatu keadaan bertambah baik ataukah
bertambah buruk. Jika dipandang dengan kacamata bisnis, maka suatu krisis akan
menimbulkan hal-hal seperti intensitas permasalahan akan bertambah, masalah akan
dibawa menjadi konsumsi public baik melalui media informasi ataukah informasi dari
mulut ke mulut, masalah akan mengganggu kelancaran bisnis dari hari ke hari, masalah
mengganggu nama baik perusahaan, masalah dapat merusak system kerja dan
menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan, masalah yang dihdapi disamping
membuat perusahaan jadi panik juga tidak menutup kemungkinan membuat masyarakat
jadi panik, dan masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi dalam
bidang ekonomi.
Inti dari segala penjabaran di atas bahwa krisis adalah suatu masalah. Masalah jelas akan
bermuara pada kerugian. Jika tidak ditanggulangi secara serius dan efektif, maka masalah
ini nantinya akan berkelanjutan bahkan bisa menjadi masalah yang tidak berkesudahan.
Ternyata, secara realita dunia saat ini, krisis tidak hanya dikenal dekat oleh perusahaan-
perusahaan. Krisis juga dapat menyerang sebuah negara dalam system perekonomiannya.
Jika krisis menyerang sebuah negara, artinya terdapat masalah yang tidak menutup
kemungkinan akan melahirkan anak-anak masalah lain dalam negara tersebut. Dan
mengingat dalam ilmu hubungan internasional, secara praktis dikatakan bahwa dalam
dunia ini, syogyanya negara-negara yang ada saling menjalin hubungan satu sama lain,
tidak mengadakan proteksi dan menutup diri masing-masing, guna terciptanya
perdamaian dan saling membantu dalam pemenuhan kebutuhan masing-masing, maka
jika ada satu negara yang mengalami krisis internal dalam negerinya, dengan adanya
saling ketergantungan, maka akan member dampak negara yang berkaitan atau
tergantung dengannya juga terkena dampak krisis.
Hal ini sering kita sebut teori dependensi yaitu saling ketegantungan satu sama lain. Jika
ditinjau dari konfliknya atau masalahnya, dalam hal ini krisisnya, maka kita sering
menyebutnya teori domino, dimana jika terjadi kejatuhan yang menyenggol pihak lain,
maka pihak tersebut juga akan jatuh. Fenomena krisis yang merembes ke hampir seluruh
pelosok dunia inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah krisis global, sebuah
masalah krisis yang mengglobal; globalisasi krisis.
Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat ‘efek domino’ krisis yang
berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di
seluruh penjuru dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari
krisis subprime mortgage (kredit perumahan) itu merontokkan sejumlah lembaga
keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran, termasuk Lehman Brothers
dan Washington Mutual, dua bank terbesar di AS. Para investor mulai kehilangan
kepercayaan, sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia pun rontok.
Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti
dikutip AFP belum lama ini, resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia
menaksir akan terdapat kerugian sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan
global akibat kredit macet di sektor perumahan AS. “Ini lebih tinggi dari perkiraan
sebelumnya sebesar 945 miliar dolar AS,”. Hal ini menyebabkan sistem perbankan dunia
saling enggan mengucurkan dana, sehingga aliran dana perbankan, urat nadi
perekonomian global, menjadi macet. Hasil analisis Dana Moneter Internasional (IMF)
pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya dua kuartal berturut-turut sudah
bisa disebut sebagai resesi.
Sederet bank di Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus
turun tangan menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia,
Luksemburg, dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2
miliar euro atau sekitar Rp 155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan
likuiditasnya. Fortis, bank terbesar kedua di Belanda dan perusahaan swasta terbesar di
Belgia, memiliki 85.000 pegawai di seluruh dunia dan beroperasi di 31 negara, termasuk
Indonesia. Ketiga pemerintah itu memiliki 49 persen saham Fortis. Fortis akan menjual
kepemilikannya di ABN AMRO yang dibelinya tahun lalu kepada pesaingnya, ING.
Pemerintah Jerman dan konsorsium perbankan, juga berupaya menyelamatkan Bank
Hypo Real Estate, bank terbesar pemberi kredit kepemilikan rumah di Jerman.
Pemerintah Jerman menyiapkan dana 35 miliar euro atau sekitar Rp 486,4 triliun berupa
garansi kredit. Inggris juga tak kalah sibuk. Kementerian Keuangan Inggris,
menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford & Bingley, dengan menyuntikkan dana 50
miliar poundsterling atau Rp864 triliun. Pemerintah juga harus membayar 18 miliar
poundsterling untuk memfasilitasi penjualan jaringan cabang Bradford & Bingley kepada
Santander, bank Spanyol yang merupakan bank terbesar kedua di Eropa. Bradford &
Bingley merupakan bank Inggris ketiga yang terkena dampak krisis finansial AS setelah
Northern Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS yang dilego pemiliknya kepada
Lloyds TSB Group.
Dari deskripsi-deskripsi di atas tentang bagaimana sebenarnya wajah ekonomi
internasional saat ini yang dicerminkan dalam perekonomian setiap negara-negara besar
yang selama beberapa lama ini kita yakini sebagai pemegang kendali dalam dunia
ekonomi politik internasional, kita pun dapat memahami dan mengetahui bahwa saat ini
kita memang tengah berada dalam sebuah keadaan krisis yang telah mengglobal. Sebuah
krisis yang akan merambas seperti geragih di tanah lapang jika tidak mendapatkan
penanganan yang serius oleh kita semua masyarakat internasional.

Penyebab Krisis Ekonomi Global 2008-2009

Krisis Global yang bermula Oktober 2008 lalu hingga saat ini sebenarnya adalah bukan
merupakan krisis yang pertama terjdi di dunia internasional. Krisis yang kemudian kita
pahami sebagai masalah-masalah ekonomi ternyata telah terjadi sejak abad ke-18.
Beberapa rentetan sejarah krisis global itu antara lain:

1. Kepanikan 1797, yang berlangsung selama 3 tahun dari 1797 hingga 1800. Akibat dari
deflasi Bank of England yang menyebar hingga lautan Atlantik dan Amerika Utara dan
menyebabkan hancurnya perdagangan dan pemasaran real estate di Amerika Serikat dan
sekitar Karibia. Ekonomi Inggris terpengaruh akibat adanya pembalikan deflasi selama
perang dengan Perancis saat terjadinya revolusi Perancis.
2. Depresi 1807, yang terjadi selama tujuh tahun sejak 1807 hingga 1814. Undang-
undang embargo Amerika Serikat 1807 pada saat itu diluluskan oleh kongres Amerika
saat presiden Thomas Jefferson memimpin. Hal ini menghancurkan industri yang terkait
dengan pengapalan. Kaum federal berusaha melawan embargo ini dan berusaha
melakukan penyelundupan di New England.

3. Kepanikan 1819, terjadi selama 5 tahun dari 1819 hingga 1824. Ini adalah finansial
pertama yang mempengaruhi keuangan Amerika Serikat secara besar-besaran, bank-bank
berjatuhan, munculnya pengangguran, dan merosotnya pertanian dan industri
manufaktur. Ini juga menandakan berakhirnya ekspansi ekonomi yang mengikuti Perang
1812.

4. Kepanikan 1837, saat itu, ekonomi Amerika jatuh secara tajam disebabkan kegagalan
bank dan kurangnya keyakinan pada uang kertas. Spekulasi pasar menyebabkan bank di
Amerika berhenti bertransaksi dalam bentuk koin emas dan perak.

5.Resesi Awal 1980, Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi Iran
membuat melonjaknya harga minyak dan munculnya krisis energi 1979. Pergantian rezim
di Iran menyebabkan menurunnya pasokan minyak sehingga harga minyak melambung.
Ketatnya kebijakan moneter di Amerika Serikat untuk mengontrol inflasi menyebabkan
terjadi resesi lainnya.
Maka dapat dijabarkan dalam poin-poin beberapa penyebab krisis global yang bermula
Oktober 2008 lalu hingga saat ini, sebagai berikut :
1. Defisit anggaran keuangan Amerika yang tercermin sejak laporan keuangan Amerika
2007 silam akibat inflasi, perang Irak, kebebasan regulasi markt yang liar, dan persaingan
ekspor impor dengan negara lain.
2. Kasus Subprime Mortgage, paket pengkreditan rumah yang ditujukan untuk orang
‘miskin’ Amerika yang memiliki catatan peminjaman buruk.
3. Gaya hidup bergantung kredit yang melebihi batas, namun di bawah kesanggupan
membayar, bahkan tidak sedikit peminjam yang sebenarnya memiliki kredit rating yang
jauh di bawah standar tetap diberikan pinjaman demi kemudahan dan kelancaran utang
dan perekonomian Amerika.
4. Pengganti fungsi US Dollar dan penjaminan emasnya sebagai alt nvestasi menjadi
media utang oleh Fed Reserve
5. Terseretnya perbankan dan lembaga-lembaga besar keuangan Amerika sebagai efek
berantai sejak kredit macet subprime mortgage (dibutuhkan likuiditas dana kas yang
besar sehingga memicu penarikan massal dana besar-besaran dari bursa Amerika
Analisis Krisis Global

Dalam perspektif strukturalis, dikatakan bahwa struktur ekonomi politik global dapat
mempermudah negara-negara berkembang dalam perekonomiannya dengan cara
membuatnya tergantung pada negara-negara inti kapitalis.
Dunia yang kita pijak saat ini adalah dunia dengan arus globalisasi yang sangat kuat di
berbagai pihak. Dalam bidang ekonomi, globalisasi ekonomi terjadi dalam sistem
ekonomi kapitalis yang secara terpaksa dimasyarakatkan pada negara-negara berkembang
di dunia. Dalam bidang politik, globalisasi politik terjadi dalam sistem politik demokratis
yang juga terpaksa dimasyarakatkan pada negara-negara berkembang di dunia.
Jika paham-paham baik dalam ekonomi maupun politik ini berhasil diadopsi oleh negara-
negara berkembang yang sebenarnya belum siap atau bahkan tidak membutuhkan paham
seperti ini, maka akan bermuara pada ketergantungan yang akan terjadi di kemudian hari
apabila paham-paham tersebut berhasil diadopsi. Dari analisis ini, maka dapat saya
simpulkan bahwa era globalisasi juga memegang peranan penting dalam ketergantungan
negara-negara berkembang terhadap negara maju karena sebenarnya ketergantungan
adalah salah satu semangat tersembunyi dari globalisasi.
Struktur dunia juga telah ditanamkan sejak dulu, sejak Bretton Woods dicetuskan di New
Hampshire Juli 1944 lalu sebagai sebuah solusi untuk membangun kembali
perekonomian dunia dan negara-negara yang berjatuhan pascaPerang Dunia II saat itu.
Bretton Woods saat itu lahir sebagai sebuah sistem yang mengatur perekonomian dunia
agar berjalan tetap pada jalur dan diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan di setiap
negara yang meratifikasinya. Sistem ini kemudian menyepakati sebuah sistem fixed
exchanged rate dengan mata uang Dollar Amerika Serikat sebagai satu-satunya mata
uang yang dapat dikonversikan ke emas.

Solusi Krisis Ekonomi Global

Untuk solusi yang menurut saya sebaiknya dicanangkan dalam menanggulangi krisis
global ini, ada 2 poin yang akan saya tawarkan, antara lain:

1. Perwujudan Sistem Ekonomi Mandiri


Sistem Ekonomi Mandiri menurut saya adalah sebuah solusi yang baik uyntuk setiap
negara di dunia ini. Kepercayaan diri akan potensi masing-masing adalah hal yang sangat
penting sebelum perwujudan ekonomi mandiri ini. Perlu diingat, ekonomi mandiri yang
bukannya ekonomi mandiri yang kemudian bermuara pada tidak adanya interaksi
internasional yang menghiasi dunia internasional. Interaksi harus ttap ada, namun
kuantitasnya perlu dibatasi agar nantinya tidak bermuara pada sebuah fenomena
ketergntungan lagi. Karena toh kita semua telah diberi rezki masing-masing dalam hidup
ini.
2. Perkuat system regionalisasi ekonomi
Sistem Regionalissi ekonomi juga merupakan salah satu solusi yang saya tawarkan untuk
penyelesaian krisis glbal 2008-2009 ini. Sistem Regionalisasi Ekonomi, jika terwujud
menurut saya akan memberikan rasa keterikatan secara batin yang lebih besar ketimbang
kerja sama dengan negra-negara yang tidak seregion. Rasa keterikatan yang lebih besar
itu jelas timbul dari kesamaan budaya leluhur yang tidak jauh beda dari negara-negara
yang terdiri dari satu region. Selain adanya kesamaan budaya leluhur, tentu tentang
pemahaman, paradigm, dan pola pikir dalam melihat sebuah persoalan hampir sama. Hal
ini kemudian saya percaya dapat meminimalisir terjadinya konflik internal. Selain itu,
solusi system ekonomi region ini juga saya tawarkan dari semangat kerja sama dan
gotong royong. Bahwa untuksuatu hal yang dihadapi secara bersama tentu akan lebih
mudah teratasi dari pada sendiri-sendiri
Dari kedua poin solusi yang saya tawarkan di atas tentu tidaka akan berhasil jika tidak
dibarengi dengan aktor-aktor ekonomi politik internasional yang memiliki mentalyang
baik. Sebagus atau seideal apa pun sebuah system dibuat, jika tidak dilakukan oleh
individu-individu yang baik secara pikiran dan hati, maka system tersebut tentu tidak
akan berjalan denganbaik. Karena itu, hal paling utama yang perlu dipersiapkan adalah,
sumberdaya manusia yang terlatih secara skill dan mental untuk menghadapi derasnya
cobaan dalam dunia ekonomi politik internasional.

Anda mungkin juga menyukai