Anda di halaman 1dari 19

Makalah

i
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang hingga saat
ini masih memberikan kita kesehatan, sehingga kami diberikan kesempatan yang luar biasa
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Komputer Statistik.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurang baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari dosen dan teman-teman agar kami dapat memperbaiki
makalh ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Baubau, 6 Mei 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover..............................................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2

A. Pengertian Kematian..........................................................................2
B. Penyebab Dasar Kematian.................................................................2
C. Sertifikat Kematian............................................................................3
D. Kematian Pada Bayi...........................................................................9
E. Aturan Pengkodean Penyebab Kematian...........................................12

BAB III PENUTUP.......................................................................................14

A. Kesimpulan .......................................................................................14
B. Saran .................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas merupakan suasana kematian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Tingkat tinggi atau rendahnya Mortalitas pastinya akan berbeda dengan
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kematian (Mortalitas) yaitu pro mortalitas dan anti mortalitas. Pro
Mortalitas merupakan salah satu faktor pendukung Kematian(Mortalitas) yang dapat
mengakibatkan meningkatkan jumlah kematian.
Banyak kasus yang dapat berkontribusi dalam suatu kematian. Dalam hal ini seluruh
kasus harus terdokumentasi dalam sertifikat kematian. Kasus yang telah terdokumentasi
dengan lengkap merupakan sumber data dalam menentukan satu penyebab kematian.
Penyebab tunggal tersebut merupakan penyebab dasar kematian (Underlaying cause of
Death (UCoD)). Penyebab dasar kematian tersebut memiliki banyak fungsi salah satunya
sebagai landasan menyusun program preventif primer, untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat.
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud demgan Kematian ?
2. Apa saja Penyebab Dasar Kematian ?
3. Bagaimana Sertifikat Kematian ?
4. Kenapa terjadi Kematian Pada Bayi ?
5. Apa saja Aturan Pengkodean Penyebab Kematian ?
E. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kematian
2. Untuk mengetahui Penyebab Dasar Kematian
3. Untuk mengetahui Sertifikat Kematian
4. Untuk mengetahui Kematian Pada Bayi
5. Untuk mengetahui Aturan Pengkodean Penyebab Kematian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kematian (Mortalitas)


Mortalitas merupakan suasana kematian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Tingkat tinggi atau rendahnya Mortalitas pastinya akan berbeda dengan
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kematian (Mortalitas) yaitu pro mortalitas dan anti mortalitas. Pro
Mortalitas merupakan salah satu faktor pendukung Kematian(Mortalitas) yang dapat
mengakibatkan meningkatkan jumlah kematian.
B. Penyebab Dasar Kematian
Banyak kasus yang dapat berkontribusi dalam suatu kematian. Dalam hal ini seluruh
kasus harus terdokumentasi dalam sertifikat kematian. Kasus yang telah terdokumentasi
dengan lengkap merupakan sumber data dalam menentukan satu penyebab kematian.
Penyebab tunggal tersebut merupakan penyebab dasar kematian (Underlaying cause of
Death (UCoD)). Penyebab dasar kematian tersebut memiliki banyak fungsi salah satunya
sebagai landasan menyusun program preventif primer, untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat.

Penyebab dasar kematian adalah (WHO, 2010):

1. Penyakit atau kondisi yang merupakan awal dimulainya rangkaian perjalanan


penyakti menuju kematian; atau
2. Keadaan kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan ceder dan berakhir dengan
kematian.
 Konsep penyebab dasar kematian merupakan hal penting dalam menentukan kode
mortalitas. Penyebab dasar kematian adalah suatu kondisi, kejadian atau keadaan yang
tanpa penyebab dasar tersebut pasien tidak akan meninggal (Sarimawar dan Suhardi.
2008). Sebagai contoh, penderita kanker meninggal dan penyebab langsungnya adalah
gagal jantung sebagai akibat dari carcinomatosis. Tititk awalanya adalah neoplasma
colon. Maka urutannya adalah neoplasma ganas colon menyebabkan carcinomatosis,
selanjutnya menyebabkan gagal jantung. Pada contoh tersebut, gagal jantung merupakan
kejadian terakhir dari urutan penyakit yang diawali dengan kanker colon. Neoplasma
maligna colon merupakan kondisi yang harus dikode sebagai penyebab dasar
kematian( UCoD).
C. Sertifikat Kematian
World Health Organization telah merekomendasikan bentuk sertifikat kematian
dalam format International Foem of Medical Certificate of Cause of Death (MCCD).
Form tersebut merupakan sumber utama data mortalitas. Informasi sertifikat kematian
bisa diperoleh dari petugas kesehatan (dokter rumah sakit atau dokter puskesmas) atau
untuk kasus-kasus kecelakaan/kekerasan dari polisi dan dokter forensik. Untuk beberapa
kasus yang berhubungan dengan hukum, dokter forensik bertanggung jawab atas
kelengkapan sertifikat kematian.
Penentuan kode pada sertifikat kematian harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Urutan kejadian penyakit menuju kematian;


2. Penyebab awal dari urutan tersebut.
Format sertifikat kematian sesuai rekomendasi WHO terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Bagian I – digunakan untuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan urutan dari
kejadian langsung menuju kematian;
2. Bagian II – digunakan untuk kondisi yang tidak berkaitan dengan bagian I tetapi
secara alamiah berkotribusi terhadap kematian.

Bagian I dari sertifikat kematian terdiri dari 3-4 baris tergantung pada kebiasan
setempat untuk mencatat urutan dari kejadian menuju kematian. Jika terdapat dua atau
lebih penyebab kematian maka urutan waktu harus dicatat oleh pembuat sertifikat. Setiap
kejadian dalam urutan harus dicatat di baris yang terpisah.
a) Penyebab langsung kematian dituliskan pada baris pertama;
b) Penyebab dasar kematian dituliskan pada baris terbawah;
c) Penyebab antara dituliska pada baris yang terletak antara baris pertama dan baris
terbawah;
1) Dengan demikian sertifikat yang lengkap berisi informasi tentang:
a. Penyebab langsung
b. Penyebab antara dari (a)
c. Penyebab antara dari (b)
d. Penyebab dasar dari (c)
2) Penyebab lain yang berkontribusi
World Health Organization (WHO) telah menetapkan prosedur dalam penentuan
penyebab dasar kematian (Underlaying Cause of Death/UCOD). Apabila hanya terdapat
satu penyebab kematian yang ditulis dalam sertifikat kematian, maka penyebab kematian
tersebut yang digunakan sebagai UCOD.
Jika terdapat lebih dari satu penyebab kematian yang dilaporkan, maka terdapat
beberapa aturan yang dapat digunakan yaitu prinsip umum, Rule 1, Rule 2 dan Rule 3
1. Prinsip Umum
Jika terdapat lebih dari satu kondisi yang dilaporkan pada sertifikat kematian,
maka kondisi yang dituliskan tersendiri di baris terbawah pada bagian 1 sertifikat
kematian dipilih sebagai penyebab dasar kematian apabila kondisi tersebut dapat
mengeakibatkan semua kondisi yang ditulis pada baris di atasnya.
2. Rule I
Jika prinsip umum tidak bisa diterapkan dan terdapat urutan yang berakhir pada
kondisi yang dituliskan pada baris pertama sertifikat, pilihlah penyebab awal dari
urutan tersebut. Jika terdapat lebih dari satu urutan yang berakhir pada kondisi yang
dituliskan pada baris pertama sertifikat kematian, pilih penyebab awal dari urutan
yang disebutkan pertama kali.
3. Rule 2
Jika tidak ada urutan yang berakhir pada kondisi yang diisikan pertama pada sertifikat
kematian, maka pilih kondisi yang diisikan pertama tersebut.
4. Rule 3
Jika kondisi yang dipilih dengan prinsip umum, Rule 1 atau Rule e ternyata
secara jelas merupakan akibat langsung dari kondisi lain meskipun dilaporkan bagian
I ataupun bagian II, maka pilih kondisi lain tersebut. Dalam menggunakan Rule 3
diperlukan pengetahuan mengenai asumsi akibat langsung dari suatu penyakit dengan
penyakit lainnya.
Pemilihan UCOD dimaksudkan untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan
informatif bagi pengambilan kebijakan kesehatan masyarakat ataupun tujuan
pencegahan. Namun kasus yang dilaporkan terkadang merupakan data yang kurang
memenuhi tujuan tersebut, misalnya pada kasus senilitas (usia tua). Data kasus
kematian yang dilaporkan sebagai kematian dikarenakan usia tua tidak dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pencegahan. Dalam hal ini diperlukan adanya rule
modifikasi. Beberapa rule modifikasi tersebut antara lain:
1. Rule A. Senilitas dan kondisi lainnya yang tidak jelas
Apabila penyebab yang dipilih adalah kondisi yang tidak jelas (ill-defined) dan
kondisi yang diklasifikasikan di tempat lain dilaporkan dalam sertifikat kematian,
pilihlah kembali penyebab kematian, seolah-olah kondisi yang tidak jelas tidak pernah
dilaporkan, kecuali dengan pertimbangan bahwa kondisi tersebut memodifikasi kode.
2. Rule B. Kondisi Trivial
Apabila penyebab kematian yang dipilih adalah kondisi sepele yang tidak
mungkin menyebabkan kematian, dan suatu kondisi yang lebih serius (tiap kondisi
kecuali kondisi yang tidak jelas atau kondisi sepele lainnya) dilaporkan, pilihlah
kemali penyebab dasar kematian seolah kondisi sepele tersebut tidak pernah
dilaporkan. Bila kondisi sepele dilaporkan sebagai kondisi yang menyebabkan kondisi
lain, maka kondisi sepele tersebut tidak dibuang, yang berarti rule B tidak dapat
diterapkan.
3. Rule C. Linkage
Apabila penyebab yang dipilih dipertautkan oleh ketentuan dalam klasifikasi
atau dalam catatan untuk penggunaan dalam koding penyebab dasar kematian, dengan
satu atau lebih kondisi lain pada sertifikat, maka berilah kode kombinasi untuk kasus
tersebut.
4. Rule D. Specificity
Apabila penyebab yang dipilih menggambarkan kondisi dengan istilah umum
dan istilah lain yang memberikan informasi lebuh teliti tentang letak atau sifat kondisi
ini dilaporkan pada sertifikat kematian, maka pilihlah istillah lain yang lebih
informatif tersebut. Rule ini akan sering digunakan apabila istilah umum menjadi kata
sifat yang memberikan istilah lain yang lebih teliti tersebut.
5. Rule E. Stadium dini dan lanjut penyakit
Apabila penyebab yang dipilih adalah penyakit dengan stadium dini dan
penyakit yang sama dengan stadium lebih lanjut dilaporkan pada sertifikat, koelah
penyakit dengan stadium lebih lanjut. Aturan ini tidak berlaku untuk bentuk penyakit
“kronis” yang dilaporkan sebagai akibat dari bentuk “akut” selama klasifikasi tidak
memberi instruksi khusus pada akibat tadi.
6. Rule F. Sequele
Apabila penyebab yang dipilih adalah bentuk awal dari kondisi yang oleh
klasifikasi diberikan kategori “sekuele dari ...” yang terpisah, dan terdapat bukti
bahwa kematian terjadi akibat efek sisa kondisi ini dari pada oleh penyakit dalam fase
aktif, maka kodelah pada kategori “squele dari ...” yang sesuai.
Penerapan rule untuk seleksi penyebab dasar kematian memerlukan
pengetahuan medis tentang hubungan kausal antar penyakit. Untuk mengintepretasi
hubungan kausal dan menerapkan rule modifikasi tersebut dapat digunakan ACME
Decision Table yang dikembangkan oleh US National Center for Health Statistic
(NCHS). ACME Decision Table tersebut adalah salah satu tabel penentu yang
dikembangkan oleh NCHS dalam suatu sistem terpada yaitu Medical Mortality Data
System (MMDS).
Meskipun bukan standar internasional, tabel tersebut dipakai oleh banyak negara
untuk melakukan proses pengkodean penyebab kematian. Indonesia sendiri telah
mengembangkan pencatatan sertifikat kematian menggunakan alat bantu tabel
tersebut untuk beberapa wilayah sentinel. Pengembangan pelaporan tersebut
dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
1) Struktur ACME Decision Table
ACME Decision Table terdiri dari Tabel A hingga Tabel E. Berikut ini
penjelasan mengenai fungsi dari masing-masing tabel tersebut:
a. Tabel A

Merupakan daftar kode ICD -10 yang valid untuk penggunaan dalam pengodean
penyebab dasar dan multiple (langsung dan antara).

b. Tabel B
Merupakan daftar kode yang valid untuk penggunaan dalam pengkodean
penyebab multiple, tetapi tidak untuk pengkodean penyebab dasar.
c. Tabel C
Merupakan daftar kode ICD-10 yang tidak valid baik bagi pengkodean
penyebab dasar maupun multiple.
d. Tabel D
Digunakan untuk menentukan hubungan kausal kondisi-kondisi yang dituliskan
pada sertifikat kematian. “Address code” dicantumkan pada bagian atas daftar kode
dan rentang kode (subaddress) yang mempunyai hubungan kausal yang valid
dicantumkan di bawah address code. Address code adalah kode yang dirinci pada
baris a, b dan c dari bagian pertama. Kode subaddress mengidentifikasi kondisi-
kondisi yang dapat menimbulkan atau menyebabkan kondisi pada address code.
Kondisi-kondisi yang kode-kodenya tidak tercantum, tidak bisa menyebabkan kondisi
yang ada pada “address code”. Dengan kata lain, kode-kode tersebut bukan
merupakan urutan yang bisa diterima. Tabel D digunakan untuk menentukan
hubungan kausal ketika menerapkan Prinsip Umum, Rule 1 dan 2. Pada tabel D ini
terdapat beberapa simbol terkait hubungan antara dua kondisi.
Tanda “M” merupakan simbol yang menunjukkan adanya hubungan ambivalen
atau masih diragukan. Apabila menemukan kode ini maka diperlukan konfirmasi
diagnosis untuk menentukan penyebab kematian.
e. Tabel E
Tabel E merupakan tabel modifikasi dan dipakai untuk aplikasi Rule 3 , Rule
Modifikasi A, Rule Modifikasi C dan Rule Modifikasi D, Rule Modifikasi E dan Rule
Modifikasi F. Di dalam tabel D terdapat beberapa simbol antara lain:
1) Simbol “M” menunjukkan hubungan ambivalen
2) Simbol “#” menunjukkan perlunya pertimbangan khusus dalam penerapakan
modifikasi Rule C Linkage.

Selain adanya simbol tersebut di Tabel E juga terdapat akronim yaitu:

1) DS (Direct Sequale)
2) DSC (Direct Sequale Combine)
3) IDDC (Ill Defined Direct Combine)
4) SENMC (Senelity with Mention of Combine)
5) SENDC (Senility Due To Combine)
6) LMP (Linkage Mention Due to Preferred)
7) LMC (Linkage With Mention Due To Combine)
8) LDP (Linkage in Due To Position)
9) LDC (Linkage in The Due to Position Combine)
10) SMP (Selected Modification Preferred)
11) SMC (Selected Modification Combine)
12) SDC (Selected in the Due Position Combine)
f. Tabel F
Tabel F Menerangkan entri paling ambivalen “M” yang ditemukan dalam tabel
D dan E. Tabel F memberikan pedoman lebih lanjut dalam memilih penyebab dasar
kematian yang paling sesuai. Jika kondisi yang ditempatkan dalam tabel F dapat
dipenuhi, kode atau kode kombinasi ini dipilih sebagai penyebab dasar kematian.
g. Tabel G
Tabel G memuat daftar kode yang diciptakan untuk membantu perangkat lunak
dalam MMDS membedakan antara kondisi tertentu yang dikode ke dalam kategori
yang sama.
h. Tabel H
Tabel H berisi daftar kode yang dianggap remeh (tidak berarti) ketika
menentukan penyebab dasar kematian. Jika penyebab dasar yang dipilih ada dalam
daftar tersebut, maka rule Modifikasi B diterapkan untuk menentukan rangkaian
langkah yang sesuai lebih lanjut.
2. Penggunaan ACME Decision Tabel
Penentuan hubungan kausal dapat menggunakan tabel D. Sedangkan untuk
melihat ada tidaknya rule modefikasi menggunakan Tabel E.Tabel D memberikan
bantuan untuk menerapkan Prinsip Umum, Rule 1 dan Rule Seleksi 2 yang akan
menghasilkan UCOD Tentatif. Selanjutnya UCOD dapat dimodifikasi lebih lanjut
dengan Rule 3 atau Rule Modifikasi A-F.
a. Langkah-langkah penggunaan Tabel D.
Sebagai contoh akan dilakukan proses cek hubungan kausal antara hipertensi
(I10) dengan Arteroskleorsis Generalisata (I70.9), maka yang harus dilakukan adalah
 Pastikan telah dilakukan pengodean diagnosis dengan tepat dan benar;
 Mencari kode I70.9 di dalam tabel D sebagai adress code;
 Mencari kode I10 di bawah kode I70.9;
 Apabila di bawah I70.9 terdapat kode I10 maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan kausal antara Hipertensi dengan Arteroskleorsis Generalisata.
b. Langkah-langkah penggunaan Tabel E.
Sebagai contoh ingin diketahui adakah modifikasi antara diagnosis penyebab
kematian Edema Cerebri (G93.6) (sebagai UCOD Tentatif) dengan Hemoragi Batang
Otak Intracranii (I61.3), maka langkah yang dilakukan adalah:
a. Melakukan pencarian pada Tabel E untuk kode G93.6 sebagai address;
b. Mencari kode I61.3 (sebagai sub address) di bawah kode G93.6;
c. Apabila kode tersebut ditemukan makan akan terlihat keterangan di samping kode
tersebut;
d. Dalam kasus ini, kode ditemukan dan terdapat keterangan DS pada samping kiri;
e. DS menunjukkan keterangan Direct Sequale yang berarti rule yang digunakan adalah
Rule 3;
f. UCOD yang dipilih adalah I61.3 tersebut;
g. Proses pengecekan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh UCOD yang
paling tepat.   
D. Kematian Pada Bayi
1. Kematian Perinatal
Masa perinatal dimulai dari 22 minggu (154 hari) masa gestasi dan berakhir
pada 7 hari setelah kelahiran (WHO, 2010). Kematian yang terjadi pada kurun waktu
tersebut dikategorikan ke dalam kematian perinatal.Pencatatan sertifikat kematian
perinatal berbeda dengan sertifikat kematian umur 7 hari ke atas. Pencatatan penyebab
kematian perinatal disusun dengan urutan sebagai berikut:
a. Penyakit / kondisi utama janin atau bayi;
b. Penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi lain janin atau bayi;
c. Penyakit / kondisi utama ibu yang mempengaruhi janin atau bayi;
d. Penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi lain ibu yang mempengaruhi janin atau
bayi;
e. Keadaan relevan lainnya.

Sertifikat harus berisi informasi tentang :


a. Kondisi bayi ketika dilahirkan yaitu lahir hidup atau lahir mati (stillbirth).;
b. Tanggal meninggal;
c. Waktu meninggal.
Informasi dalam sertifikat kematian harus memuat:
a. Data Ibu, berupa;
1) Tanggal melahirkan;
2) Jumlah kehamilan sebelumnya: lahir hidup/ lahir mati/ keguguran;
3) Tanggal dan hasil dari kehamilan sebelumnya: Lahir hidup/ lahir mati
/keguguran;
4) Kehamilan yang sekarang:
 Hari pertama dari menstruasi yang terakhir (jika tidak tahu, perkirakan lama
kehamilan dalam hitungan minggu);
 Antenatal care dua atau lebih pemeriksaan: Ya/tidak/tidak tahu;
 Persalinan: Normal spontan letak kepala atay lainnya disebutkan;
b. Data bayi berupa:
1) Berat badan lahir dalam gram;
2) Jenis kelamin: laki-laki/ perempuan/indeterminate;
3) Lahir tunggal/kembar ke 1/kembar ke 2/ kelahiran kembar lain;
4) Jika lahir mati: Kapan terjadi kematian: sebelum lahir/ selama persalinan/ tidak
tahu;
c. Variabel lain adalah penolong persalinan (dokter/bidan/dukun/lainnya).
2. Pengisian Sertifikat Kematian Perinatal
Sertifikat kematian perinatal mempunyai 5 isian untuk entry penyebab kematian.
Contoh sertifikat kematian dapat dilihat pada gambar berikut:
Isian penyebab kematian terdiri dari bagian a hingga e. Pengisian penyebab
kematian tersebut mengikuti aturan sebagai berikut:
a. Pada bagian a dan b harus diisikan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi dari bayi
atau janin;
b. Bagian a diisi dengan kondisi yang tunggal dan terpenting, apabila terdapat kondisi
lain pada bayi atau janin maka diisikan pada bagian b;
c. Kondisi tunggal terpenting adalah keadaan patologis yang menurut pendapat pembuat
sertifikat memberikan kontribusi terbesar terhadap kematian bayi atau janin;
d. Modus kematian seperti heart failure, asfiksia atau anoxia tidak boleh diisikan pada
bagian a kecuali modus tersebut hanya diketahui sebagai satu-satunya kondsi bayi
atau janin;
e. Prematuritas juga tidak dapat diisikan pada bagian a;
f. Bagian c dan d harus diisikan semua penyakit atai kondisi dari ibu, yang menurut
pendapat pembuat sertifikat mempunyai pengaruh yang merugikan (adverse effect)
terhadap bayi atau janin;
g. Kondisi terpenting diisikan pada bagian c dan kondisi lain diisikan pada bagian d;
h. Bagian e digunakan untuk laporan keadaan lain yang berhubungan erat dengan
kematian tetapi tidak dapat menggambarkan suatu penyakit atau kondisi bayi atau ibu
sebagai contoh: melahirkan tanpa penolong.
Beberapa aturan terkait pengisian dan pemberian kode penyebab kematian perinatal
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Kematian perinatal yang dimungkinkan terjadi karena kondisi ibu yang berdampak
pada janin diisikan pada bagian (c) dan (d) dengan kode pada kategori P00-P04.
Kategori kode tersebut tidak dapat digunakan pada bagian (a) dan (b);
b. Kematian perinatal yang diakibatkan oleh keadaan janin/bayi diisikan pada bagian (a).
Kode yang biasa muncul adalah antara kategori P05-P96 (perinatal conditiona) atau
Q00-Q99(congenital anomalies);
c. Hanya diperbolehkan mengisi satu kode untuk bagian (a) atau (c); Namun untuk
bagian (b) dan (d) diperbolehkan mengisi lebih dari satu;
d. Bagian (e) merupakan keterngan kematian perinatal. Apabila dibutuhkan bagian ini
dapat di isi dengan kategori kode Bab XX dan XXI;
e. Rule seleksi untuk kematian umum (7 hari ke atas) tidak diterapkan pada sertifikat
kematian perinatal;
f. Apabila aturan tersebut di atas tidak terpenuhi maka diperlukan adanya perbaikan.
Apabila tidak memungkinkan maka digunakan Rule P1 hingga Rule P4
E. Aturan Pengodean penyebab kematian
1. Rule P1, Mode of death atau prematurity disisikan di (a)
Apabila heart failure, asphyxia atau anoxia atau prematur diisikan di (a) dan
kondisi lain janin/bayi juga diisikan di (a) atau (b), kodelah kondisi lain yang disebut
pertama seolah-olah kondisi lain tersebut telah diisikan secara sendiri di (a) dan kode
heart failure, asphyxia atau anoxia atau prematur yang semula di (a) seperti telah
diisikan di (b).
2. Rule P2, Dua atau lebih kondisi diisikan di (a) atau (c)
Jika terdapat dua atau lebih kondisi diisikan pada (a) ayau (c), kodelah kondisi
yang disebut pertama seolah-olah kondisi tersebut diisikan sendiri di (a) atau (c) dan
kode kondisi lainnya seolah-olah mereka telah diisikan di (b) atau (d)
3. Rule P3, Tidak ada kondisi yang diisikan di (a) atau (c)
a. Jika tidak ada kondisi yang diisikan pada (a) tetapi ada kondisi bayi atau janin
yang diisikan.
b. Jika tidak ada kondisi yang diisikan di (a) atau (b), beri kode P95 untuk lahir mati
(stillbirth) atau P96.9 untuk kematian bayi baru lahir. Kode tersebut diisikan di
bagian a;
c. Dengan cara yang sama, jika bagian (c) tidak terisi tetapi terdapat kondisi ibu
yang diisikan di (d), berilah kode kondisi yang disebut pertama seolah telah
diisikan di (c);Jika tidak ada yang dimasukkan di (c) atau di (d) digunakan
artificial code (xxx.x) untuk menunjukkan tidak ada kondisi ibu yang dilaporkan.
4. Rule P4, Kondisi yang diisikan pada bagian yang salah
a. Jika kondisi maternal (kode P00-P04) diisikan di (a) atau (b) atau jika kondisi
janin/bayi diisikan di (c) atau (d), kodelah kondisi tersebut seolah telah diisikan
pada masing-masing bagian dengan benar;
b. Jika kondisi dapat dikelompokkan sebagai kondisi janin/bayi atau sebagai kondisi
ibu, namun keliru diisikan ke bagian (e), kodelah sebagai kondisi janin atau
kondisi ibu tambahan yang diisikan masing-masing.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mortalitas merupakan suasana kematian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Tingkat tinggi atau rendahnya Mortalitas pastinya akan berbeda dengan
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kematian (Mortalitas) yaitu pro mortalitas dan anti mortalitas. Pro
Mortalitas merupakan salah satu faktor pendukung Kematian(Mortalitas) yang dapat
mengakibatkan meningkatkan jumlah kematian.

Penyebab dasar kematian adalah suatu kondisi, kejadian atau keadaan yang tanpa
penyebab dasar tersebut pasien tidak akan meninggal (Sarimawar dan Suhardi. 2008).
Sebagai contoh, penderita kanker meninggal dan penyebab langsungnya adalah gagal
jantung sebagai akibat dari carcinomatosis. Tititk awalanya adalah neoplasma colon.
Maka urutannya adalah neoplasma ganas colon menyebabkan carcinomatosis, selanjutnya
menyebabkan gagal jantung. Pada contoh tersebut, gagal jantung merupakan kejadian
terakhir dari urutan penyakit yang diawali dengan kanker colon. Neoplasma maligna
colon merupakan kondisi yang harus dikode sebagai penyebab dasar kematian( UCoD).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali terdapat kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Kami selaku penulis makalah mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.
Daftar pustaka

https://arieswidiyoko.wordpress.com/author/arieswidiyoko/

https://medreces.blogspot.com/2016/10/koding-mortalitas_77.html

https://burhanudinnuban.blogspot.com/2016/10/faktor-kematianmortalitas-faktor.html

https://www.scribd.com/doc/286397156/Klasifikasi-Kodifikasi-Penyakit-6-Pertemuan-7-ppt

https://arieswidiyoko.wordpress.com/2017/05/24/manfaat-kode-mortalitas/

Anda mungkin juga menyukai