A. Aktivitas
1. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
c. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)
5. Diagnosa keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
a. Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, mobilitas yang kurang,
pembatasan pergerakan, nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d. kelemahan, gangguan persepsi kognitif,
imobilisasi, gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular, menurunnya kekuatan
otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.
6. Intervensi
a. Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, motivasi yang kurang,
pembatasan pergerakan, nyeri.
NOC: Energy conservation dan self care, dengan kriteria hasil klien dapat:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
NIC:
1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
6) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7) Bantu klien untuk menjadwalkan waktu khusus untuk aneka aktivitas
dalam rutinitas sehari-hari
8) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda
9) Berikan reinforcement positif bagi partisipasi klien dalam aktivitas
10) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
4. Pengkajian
a. Riwayat tidur
1) Kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari
2) Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
3) Kebiasaan/pun saat tidur
4) Lingkungan tidur
5) Dengan siapa paien tidur
6) Obat yang di konsumsi sebelum tidur
7) Asupan dan stimulan
8) Perasaan pasien mengenai tidurnya
9) Apakah ada kesulitan tidur
10) Apakah ada perubahan tidur
b. Pemeriksaan fisik
1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energy pasien
2) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata syu, dan konjungtiva merah
3) Perilaku : iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
c. Pemeriksaan diagnostic
1) Electroencephalogram (EEG)
2) Electromyogram (EMG)
3) Electroologram (EOG)
5. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen, gangguan
metabolisme,kerusakan eliminasi, pengaruh obat,imobilisasi, nyeri pada kaki,
takut operasi, lingkungan yang mengganggu.
Intervensi
Tujuan : Perencanan keperawatan berhubungan dengan cara untuk
mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
1) Bila terjadi pada pasien rawat inap,masalah tidur di hubungkan
dengan lingkungan rumah sakit, maka :
a) Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas
b) Berikan obat analgesik sesuai prosedur
c) Berikan linngkungan yang suportif
d) Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan
cemas.
2) Bila faktor insomnia maka
a) Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi
sebelum tidur.
b) Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada
waktu siang dan sore hari.
c) Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
d) Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan
minat sebelum tidur.
e) Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta
meditasi sebelum tidur.
3) Bila terjadi somabulisme, maka :
a) Berikan rasa aman pada diri pasien
b) Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan.
c) Cegah timbulnya cidera.
4) Bila terjadi enuresa, maka :
a) Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum
tidur.
b) Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih
sebelum tidur.
c) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
5) Bila terjadi Narkolepsi, maka :
a) Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat
hidroklorida (ritalin) Untuk mengendalikan narkolepsi
b) Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu
tidur
c) Tutup pintu kamar pasien
d) Pasang kelambu/garden tempat tidur
e) Matikan pesawat telapon
f) Bunyikan musik yang lembut
g) Redupkan atau matikan lampu
h) Kurangi jumlah stimulus
i) Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok
j) Meningkatkan aktivitas pada siang hari :Buat jadwal aktivitas
yang dapat menolong pasien. Usahakan pasien tidak tidur pada
siang hari.
b. Membuat Pasien untuk memicu tidur.
1) Anjurkan pasien mandi sebelum tidur
2) Anjurkan pasien minum susu hangat.
3) Anjurkan pasien membaca buku
4) Anjurkan pasien menonton televisi
5) Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur
6) Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur
7) Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur
c. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur
1) Gunakan cahaya lampu malam.
2) Posisikan tempat tidur yang rendah.
3) Letakkan bel dekat pasien.
4) Ajarkan pasien untuk meminta bantuan
5) Gantungkan selang Drainase di tempat tidur dan cara
memindahkannya bila pasien memekainnya.
d. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
1) Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
2) Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
3) Penerangan tentang efek samping obat hipnotik
4) Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.
4. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Golongan bahan makanan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat Semua –
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, usus, limpa, paru-paru, otak,
keju ekstrak daging/ kaldu,
bebek, angsa, burung.
9. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
e. Terjadi splenomegali.
f. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat bila ada krepitasi
3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
c. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
d. Ukur kekuatan otot
e. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
f. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
4. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
7. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
8. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
9. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan a. Membantu dalam
intensitas (skala 0-10). menentukan kebutuhan
Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan
yangmempercepat dan keefektifan program
tanda-tanda rasa sakit non
verbal
b. Berikan matras/ kasur b. Matras yang lembut/
keras, bantal kecil,. empuk, bantal yang besar
Tinggikan linen tempat akan mencegah
tidur sesuai kebutuhan pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada
sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau c. Mengistirahatkan sendi-
penggunaan bantal, sendi yang sakit dan
karung pasir, gulungan mempertahankan posisi
trokhanter, bebat, brace. netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri
dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi
d. Dorong untuk sering d. Mencegah terjadinya
mengubah posisi,. Bantu kelelahan umum dan
untuk bergerak di tempat kekakuan sendi.
tidur, sokong sendi yang Menstabilkan sendi,
sakit di atas dan bawah, mengurangi gerakan/ rasa
hindari gerakan yang sakit pada sendi
menyentak
e. Anjurkan pasien untuk e. Panas meningkatkan
mandi air hangat atau relaksasi otot, dan
mandi pancuran pada mobilitas, menurunkan rasa
waktu bangun dan/atau sakit dan melepaskan
pada waktu tidur. kekakuan di pagi hari.
Sediakan waslap hangat Sensitivitas pada panas
untuk mengompres sendi- dapat dihilangkan dan luka
sendi yang sakit beberapa dermal dapat disembuhkan
kali sehari. Pantau suhu
air kompres, air mandi,
dan sebagainya.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
3) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
a. Evaluasi/ lanjutkan a. Tingkat aktivitas/ latihan
pemantauan tingkat tergantung dari
inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi dari
sendi peoses inflamasi
b. Pertahankan istirahat tirah b. Istirahat sistemik dianjurkan
baring/ duduk jika selama eksaserbasi akut dan
diperlukan jadwal seluruh fase penyakit yang
aktivitas untuk penting untuk mencegah
memberikan periode kelelahan mempertahankan
istirahat yang terus kekuatan
menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu
c. Bantu dengan rentang c. Mempertahankan/
gerak aktif/pasif, meningkatkan fungsi sendi,
demikiqan juga latihan kekuatan otot dan stamina
resistif dan isometris jika umum. Catatan : latihan
memungkinkan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan
melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil
(Hidayat, A.A.A, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta.
Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. (1995). Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Addison-Wesley: California
Maas, J. B. (2002). Power sleep : kiat-kiat tidur sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi
puncak, alih bahasa : Hariyanto, S. Bandung : Kaifa.
Wartonah, Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Salemba Medika: Jakarta.
G3A015088
2016
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
ISTIRAHAT DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
ARTHRITIS REUMATOID DIBANGSAL DAHLIA UNIT PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG
Oleh
G3A015088
2016