Anda di halaman 1dari 27

KEBUTUHAN AKTIVITAS, ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Aktivitas
1.      Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

2.      Faktor –faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau imobilisasi


a.  Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
b.  Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan
mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
c.  Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktivitas.
d.  Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas.
e.  Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia.

3.      Masalah yang terjadi berhubungan dengan otot


a.  Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil karena diganti
dengan jaringan dan lemak.
b.  Hipertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot yang
kuat dan berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada peningkatan
diameter dan panjang serabut terkait dengan unsure-unsur filament.
c.  Nekrosis (jaringan mati) terjadi serabut atau iskemia dimana proses regenerasi
otot sangat minim
4.      Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
a.       Anamnesa
1)      Keluhan utama
2)      Riwayat penyakit sekarang
3)      Riwayat penyakit dahulu
4)      Riwayat penyakit keluarga
5)      Tingkat aktivitas sehari-hari (Pola aktivitas sehari-hari, Jenis, frekuensi,
dan lamanya latihan fisik )
6)      Tingkat kelelahan (Aktivitas yang membuat lelah, Riwayat sesak nafas)
7)      Gangguan pergerakan (Penyebab gangguan pergerakan , Tanda dan
gejala, Efek dari gangguan pergerakan)
b.      Pemeriksaan fisik
1)      Tingkat kesadaran
2)      Postur/bentuk tubuh: Skeliosis, kiposis, lordosis, dan cara berjalan
3)      Ekstrimitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,
Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi)

DERAJAT KEKUATAN OTOT


Skala Persentase Kekuatan Karakteristik
Normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
           
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
c.       Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)

5.      Diagnosa keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
a.    Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, mobilitas yang kurang,
pembatasan pergerakan, nyeri.
b.    Gangguan mobilitas fisik b.d. kelemahan, gangguan persepsi kognitif,
imobilisasi, gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
c.    Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular, menurunnya kekuatan
otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.

6.      Intervensi
a.   Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, motivasi yang kurang,
pembatasan pergerakan, nyeri.
NOC: Energy conservation dan self care, dengan kriteria hasil klien dapat:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
NIC:
1)   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2)   Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3)   Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4)   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien
5)   Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
6)   Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7)   Bantu klien untuk menjadwalkan waktu khusus untuk aneka aktivitas
dalam rutinitas sehari-hari
8)   Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda
9)   Berikan reinforcement positif bagi partisipasi klien dalam aktivitas
10) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

b.    Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan persepsi kognitif, imobilisasi,


gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
NOC:Tingkat mobilitas, dengan kriteria hasil klien: Memiliki keseimbangan,
Mampu memposisikan tubuh, Mampu berpindah tempat.
NIC:
Terapi latihan: Ambulasi.
1)       Pakaikan klien pakaian yang tidak membatasi aktivitas
2)       Tempatkan tombol posisi tempat tidur dekat dengan jangkauan klien
3)       Dorong klien untuk duduk di tempat tidur atau kursi
4)       Sediakan alat bantu ambulasi jika klien memerlukannya (mudah goyah)
5)       Monitor penggunaan alat bantu yang digunakan oleh klien
6)       Dorong ambulasi mandiri dalam batasan aman
Terapi latihan: mobilitas sendi.
1)       Tentukan keterbatasan dari pergerakan sendi dan efek pada fungsi
2)       Tentukan tingkat motivasi klien untuk mempertahankan atau
mengembalikan pergerakan sendi
3)       Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dan rencana untuk
latihan sendi
4)       Monitor lokasi dan asal ketidaknyamanan atau nyeri selama pergerakan
atau aktivitas
5)       Lindungi pasien dari trauma selama latihan
6)       Bantu klien untuk posisi tubuh optimal untuk pergerakan sendi baik
yang pasif maupun yang aktif
7)       Dorong latihan ROM aktif sesuai jadwal
8)       Berikan reinforcement positif untuk latihan sendi yang telah dilakukan
klien
c.    Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular, menurunnya kekuatan
otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.
NOC:Perawatan diri ADL, dengan kriteria hasil klien mampu: Makan,
Berganti pakaian, Toileting, Mandi, Merawat diri, Menjaga kebersihan diri,
Menjaga kebersihan mulut.
NIC:
1)      Monitor kemampuan klien dalam melakukan ADL secara mandiri.
2)      Monitor kebutuhan klien akan alat bantu dalam melakukan ADL.
3)      Sediakan peralatan-peralatan pribadi yang dibutuhkan klien (seperti
pasta gigi, dan sabun mandi).
4)      Bantu klien dalam melakukan ADL sampai klien mampu melakukannya
dengan mandiri.
5)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
tingkat kemampuannya.
6)      Dorong klien untuk mandiri, tetapi bantu klien bila klien tidak bisa
melakukannya sendiri.

B.     Istirahat dan Tidur


1.      Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmani menurn yang
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
2.      Faktor - faktor yang mempengaruhi tidur
a.      Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur yang lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur, misalnya pada pasien degan
gangguan pernafasan seperti asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler
dan lain-lain.
b.      Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kelelahan tingkat
menenngah orang dapat tidur dengan nyeyak, sedang pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan priode tidur REM lebih pendek
c.       Stres Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.
Hal ini di sebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
norepirefin darah melalui sisitem saraf simpatis.zat ini akan mengurangi
tahap IV REM dan NREM.
d.     Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu :
1)    Diuretik : menyebabkan imsomnia
2)    Anti depresan : Suprnsi REM
3)    Kafein : Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan
tidur
4)    Beta Bloker : Menimbulkan Insomnia
5)    Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah mengantuk
6)    Amfetamin : Menurunkan tidur REM
e.      Nutrisi
Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang merupakan
asam amino dari protein yang di cerna seperti keju,susu,daging dan ikan
tuna dapat mampercepat terjadinya ptoses tidur.
f.       Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseaoranng untuk
tidur . Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseoranng dapat
seseorang dapat tidur dengan nyeyak dan saebaliknya.
g.      Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat meanimbulkan
gangguan proses tidur.
h.  Alkohol
Alkohol Menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.
3.      Gangguan tidur
a.      Insomnia 
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan
untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseoranng yang
terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami
insomnia (japardi 2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk
mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia
bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang yang
menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan,
tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
1)  Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur.
2)  Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
3)  Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu
rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur.
b.      Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya
otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di
tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi 2002). Lebih
banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai resiko terjadinya cidera.
c.       Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada
anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti
belum jelas, namun ada bebrapa faktor yang menyebabkan Enuresis seperti
gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
d.      Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang tak terkendali
untuk tidur, dapat di katakan pula bahwa Narkolepsi serangan mengantuk
yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangn
mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di
duga terjadi akibat kerusakan genetikasistem saraf pusat di mana periode
REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan
bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yanng bekerja
pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
e.       Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih,
setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat
dan ketakutan.
f.       Mendengkur 
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang
turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
bila di lewati udara pernafasan.

4.      Pengkajian
a.      Riwayat tidur
1) Kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari
2)    Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
3)    Kebiasaan/pun saat tidur
4)    Lingkungan tidur
5)    Dengan siapa paien tidur
6)    Obat yang di konsumsi sebelum tidur
7)    Asupan dan stimulan
8)    Perasaan pasien mengenai tidurnya
9)    Apakah ada kesulitan tidur
10)   Apakah ada perubahan tidur
b.      Pemeriksaan fisik
1)    Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energy pasien
2)   Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata syu, dan konjungtiva merah
3)    Perilaku : iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
c.       Pemeriksaan diagnostic
1)      Electroencephalogram (EEG)
2)      Electromyogram (EMG)
3)      Electroologram (EOG)

5.      Diagnosa keperawatan
a.  Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen, gangguan
metabolisme,kerusakan eliminasi, pengaruh obat,imobilisasi, nyeri pada kaki,
takut operasi, lingkungan yang mengganggu.
Intervensi
Tujuan : Perencanan keperawatan berhubungan dengan cara untuk
mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
a.       Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
1)      Bila terjadi pada pasien rawat inap,masalah tidur di hubungkan
dengan lingkungan rumah sakit, maka :
a)   Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas
b)   Berikan obat analgesik sesuai prosedur
c)   Berikan linngkungan yang suportif
d)   Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan
cemas.
2)      Bila faktor insomnia maka
a)    Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi
sebelum tidur.
b)    Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada
waktu siang dan sore hari.
c)    Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
d)    Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan
minat sebelum tidur.
e)    Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta
meditasi sebelum tidur.
3)      Bila terjadi somabulisme, maka :
a)    Berikan rasa aman pada diri pasien
b)    Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan.
c)    Cegah timbulnya cidera.
4)    Bila terjadi enuresa, maka :
a)    Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum
tidur.
b)   Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih
sebelum tidur.
c)   Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
5)      Bila terjadi Narkolepsi, maka :
a)    Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat
hidroklorida (ritalin) Untuk mengendalikan narkolepsi
b)    Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu
tidur
c)    Tutup pintu kamar pasien
d)    Pasang kelambu/garden tempat tidur
e)    Matikan pesawat telapon
f)    Bunyikan musik yang lembut
g)    Redupkan atau matikan lampu
h)    Kurangi jumlah stimulus
i)     Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok
j)     Meningkatkan aktivitas pada siang hari :Buat jadwal aktivitas
yang dapat menolong pasien. Usahakan pasien tidak tidur pada
siang hari.
b.      Membuat Pasien untuk memicu tidur.
1)    Anjurkan pasien mandi sebelum tidur
2)    Anjurkan pasien minum susu hangat.
3)    Anjurkan pasien membaca buku
4)    Anjurkan pasien menonton televisi
5)    Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur
6)    Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur
7)    Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur
c.       Mengurangi potensial cedera sebelum tidur
1)   Gunakan cahaya lampu malam.
2)   Posisikan tempat tidur yang rendah.
3)   Letakkan bel dekat pasien.
4)   Ajarkan pasien untuk meminta bantuan
5)   Gantungkan selang Drainase di tempat tidur dan cara
memindahkannya bila pasien memekainnya.
d.      Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
1)   Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
2)   Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
3)   Penerangan tentang efek samping obat hipnotik
4)   Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.

KONSEP DASAR REUMATIK


1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165). Reumatoid arthritis
adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2005).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian,
kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000). Artritis
rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
b.      Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki
dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis
lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c.      Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d.      Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
e.      Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f.      Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
g.      Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia mudah
h.      Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
3. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
b.      Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi
yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang
di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi
pada kedua sisi).
Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang
mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum
terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi
reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi,
hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis
membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga
terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses
ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas (kelainan bentuk).
c.      Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis
yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum,
kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan
adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi
penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin
wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik,
cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang,
dan lain-lain.
d.      Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.
Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini
timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal
ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut.
Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). 
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran
asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan
dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena
penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol,
obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil
buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi
akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

e.      Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra
artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a.      Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan
b.      Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung
pembungkus tendon.
c.       Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
d.      Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot
ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
e.       Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat,
atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.
Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.
f.       Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g.      Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

4. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1.   Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2.   Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3.   Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4.   Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5.   Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6.   Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Golongan bahan makanan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat Semua –
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, usus, limpa, paru-paru, otak,
keju ekstrak daging/ kaldu,
bebek, angsa, burung.

Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr –


atau tahu, tempe, oncom

Lemak Minyak dalam jumlah terbatas. –

Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,


kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,
polong, kacang buncis, kembang bayam, jamur maksimum 50
kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari
gr sehari

Buah-buahan Semua macam buah -

Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol


mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita
osteoartritis:

9. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
e. Terjadi splenomegali.
f. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS

A. Pengkajian
1.      Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2.      Riwayat Kesehatan
a.  Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b.  Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3.      Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
1)    Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2)    Catat bila ada krepitasi
3)    Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4)    Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
c.  Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
d.  Ukur kekuatan otot
e.   Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
f.   Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
4.      Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5.      Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6.      Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
7.      Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
8.      Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
9.      Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10.  Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12.  Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
13.  Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a.    Kaji nyeri, catat lokasi dan a.    Membantu dalam
intensitas (skala 0-10). menentukan kebutuhan
Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan
yangmempercepat dan keefektifan program
tanda-tanda rasa sakit non
verbal
b.    Berikan matras/ kasur b.    Matras yang lembut/
keras, bantal kecil,. empuk, bantal yang besar
Tinggikan linen tempat akan mencegah
tidur sesuai kebutuhan pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada
sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
c.    Tempatkan/ pantau c.   Mengistirahatkan sendi-
penggunaan bantal, sendi yang sakit dan
karung pasir, gulungan mempertahankan posisi
trokhanter, bebat, brace. netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri
dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi
d.   Dorong untuk sering d.   Mencegah terjadinya
mengubah posisi,. Bantu kelelahan umum dan
untuk bergerak di tempat kekakuan sendi.
tidur, sokong sendi yang Menstabilkan sendi,
sakit di atas dan bawah, mengurangi gerakan/ rasa
hindari gerakan yang sakit pada sendi
menyentak
e.    Anjurkan pasien untuk e.    Panas meningkatkan
mandi air hangat atau relaksasi otot, dan
mandi pancuran pada mobilitas, menurunkan rasa
waktu bangun dan/atau sakit dan melepaskan
pada waktu tidur. kekakuan di pagi hari.
Sediakan waslap hangat Sensitivitas pada panas
untuk mengompres sendi- dapat dihilangkan dan luka
sendi yang sakit beberapa dermal dapat disembuhkan
kali sehari. Pantau suhu
air kompres, air mandi,
dan sebagainya.
b.      Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
3) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
a.   Evaluasi/ lanjutkan a. Tingkat aktivitas/ latihan
pemantauan tingkat tergantung dari
inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi dari
sendi peoses inflamasi
b.    Pertahankan istirahat tirah b. Istirahat sistemik dianjurkan
baring/ duduk jika selama eksaserbasi akut dan
diperlukan jadwal seluruh fase penyakit yang
aktivitas untuk penting untuk mencegah
memberikan periode kelelahan mempertahankan
istirahat yang terus kekuatan
menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu
c.    Bantu dengan rentang c.  Mempertahankan/
gerak aktif/pasif, meningkatkan fungsi sendi,
demikiqan juga latihan kekuatan otot dan stamina
resistif dan isometris jika umum. Catatan : latihan
memungkinkan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi

d.   Ubah posisi dengan sering d. Menghilangkan tekanan pada


dengan jumlah personel jaringan dan meningkatkan
cukup. Demonstrasikan/ sirkulasi. Memepermudah
bantu tehnik pemindahan perawatan diri dan
dan penggunaan bantuan kemandirian pasien. Tehnik
mobilitas, pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi
kulit
e.    Posisikan dengan bantal, e. Meningkatkan stabilitas
kantung pasir, gulungan (mengurangi resiko cidera)
trokanter, bebat, brace dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
3.   Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
a.   Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
b.   Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
a.   Dorong pengungkapan a.    Berikan kesempatan untuk
mengenai masalah tentang mengidentifikasi rasa
proses penyakit, harapan takut/ kesalahan konsep
masa depan dan menghadapinya
secara langsung
b.   Diskusikan arti dari b.   Mengidentifikasi
kehilangan/ perubahan pada bagaimana penyakit
pasien/orang terdekat. mempengaruhi persepsi
Memastikan bagaimana diri dan interaksi dengan
pandangaqn pribadi pasien orang lain akan
dalam memfungsikan gaya menentukan kebutuhan
hidup sehari-hari, termasuk terhadap intervensi/
aspek-aspek seksual. konseling lebih lanjut
c.   Diskusikan persepsi c.   Isyarat verbal/non verbal
pasienmengenai bagaimana orang terdekat dapat
orang terdekat menerima mempunyai pengaruh
keterbatasan. mayor pada bagaimana
pasien memandang
dirinya sendiri
d.   Akui dan terima perasaan d.   Nyeri konstan akan
berduka, bermusuhan, melelahkan, dan perasaan
ketergantungan marah dan bermusuhan
umum terjadi
e.    Perhatikan perilaku menarik e.    Dapat menunjukkan
diri, penggunaan emosional ataupun
menyangkal atau terlalu metode koping
memperhatikan perubahan maladaptive,
membutuhkan intervensi
lebih lanjut
f.    Susun batasan pada perilaku f.    Membantu pasien untuk
mal adaptif. Bantu pasien mempertahankan kontrol
untuk mengidentifikasi diri, yang dapat
perilaku positif yang dapat meningkatkan perasaan
membantu koping. harga diri
4.   Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
a.   Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
b.   Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c.   Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
a.   Diskusikan tingkat fungsi a.  Mungkin dapat melanjutkan
umum (0-4) sebelum timbul aktivitas umum dengan
awitan/ eksaserbasi melakukan adaptasi yang
penyakit dan potensial diperlukan pada
perubahan yang sekarang keterbatasan saat ini
diantisipasi
b.   Pertahankan mobilitas, b.  Mendukung kemandirian
kontrol terhadap nyeri dan fisik/emosional
program latihan
c.   Kaji hambatan terhadap c.  Menyiapkan untuk
partisipasi dalam perawatan meningkatkan
diri. Identifikasi /rencana kemandirian, yang akan
untuk modifikasi meningkatkan harga diri
lingkungan
d.   Kolaborasi: Konsul dengan d.  Berguna untuk menentukan
ahli terapi okupasi. alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan
individual. Mis;
memasang kancing,
menggunakan alat bantu
memakai sepatu,
menggantungkan
pegangan untuk mandi
pancuran
e.   Kolaborasi: Atur evaluasi e.  Mengidentifikasi masalah-
kesehatan di rumah sebelum masalah yang mungkin
pemulangan dengan dihadapi karena tingkat
evaluasi setelahnya. kemampuan aktual
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
(Nursalam, 2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan
melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil
(Hidayat, A.A.A, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul.  Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta.
Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. (1995). Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Addison-Wesley: California
Maas, J. B. (2002). Power sleep : kiat-kiat tidur sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi
puncak, alih bahasa : Hariyanto, S. Bandung : Kaifa.

Priharjo, R. (1996). Pemenuhan aktivitas istirahat pasien. Jakarta : EGC.

Wartonah, Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Salemba Medika: Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN


ISTIRAHAT DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
ARTHRITIS REUMATOID DIBANGSAL DAHLIA UNIT PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG
Oleh

Ida Farida Komala

G3A015088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
ISTIRAHAT DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
ARTHRITIS REUMATOID DIBANGSAL DAHLIA UNIT PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG

Oleh

Ida Farida Komala

G3A015088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016

Anda mungkin juga menyukai