Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GIZI REMAJA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Gizi dalam Kesehatan Reproduksi

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

1. Iip Latifah : (NIM: 4501.0319.A.004)


2. Nuraeni : (NIM: 4501.0319.A.007)
3. Yeni Sapitri : (NIM: 4501.0319.A.0011)
4. Ela Widiastuti : (NIM: 4501.0319.A.0013)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
CIREBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “GIZI REMAJA” dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada:

1. M. Firman Ismana, MM selaku ketua STIKes CIREBON.


2. Ika Choirin Nisa, SST, M.Kes selaku ka prodi DIII kebidanan.
3. Iis., SST.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Gizi Pada Kesehatan Reproduksi.
4. Teman-teman mahasiswa satu kelompok yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima aegala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah.

Cirebon,  Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

1.1 Latar Belakang


.............................................................................................................................................

1.2 Tujuan
.............................................................................................................................................

1.2.1 Tujuan Umum


.............................................................................................................................................

1.2.2 Tujuan Khusus


.............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................

2.1 Pengertian Gizi


.............................................................................................................................................

2.2 Gizi Remaja


............................................................................................................................................

ii
2.3 Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja
...................................................................................................................................................

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi


.............................................................................................................................................

2.5 Keadaan Gizi Remaja Saat ini


.............................................................................................................................................

2.6 Kebutuhan Zat Gizi Pada Remaja


.............................................................................................................................................

2.7 Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja


.............................................................................................................................................

2.8 Cara menghadapi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja


...................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................................

3.1 Kesimpulan
...........................................................................................................................................

3.2 Saran
...........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang(1)

Masa remaja merupakan masa perkembangan anak menjadi dewasa dari segi biologis,
emosi, sosial dan kognitif (Riskesdas, 2010). Masa remaja sangat penting diperhatikan
karena merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini
akan sangat menentukan kematangan mereka di masa depan. Masalah gizi pada remaja
timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan. Status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi
dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau
normal, maupun gizi lebih (Syarief, 2004). Masalah dengan status gizi lebih dapat
mengakibatkan masalah emosional dan sosial bagi remaja. Status gizi anak sekolah
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena pola konsumsi anak di sekolah tidak
terpantau oleh orang tua (Proverawati, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi menurut UNICEF (1998) (dalam


Tinneke, 2008) yaitu terdiri dari faktor langsung, faktor tidak langsung, pokok masalah dan
akar masalah. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan
penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah
ketersediaan pangan, pola asuh, fasilitas pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Pokok masalah yang mempengaruhi status gizi adalah kemiskinan, kurang pendidikan, dan
kurang keterampilan, sedangkan akar masalah yang mempengaruhi status gizi adalah krisis
ekonomi langsung.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada
remaja walaupun secara tidak langsung. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka remaja
akan bersikap positif untuk memilih alternatif yang terbaik dan cenderung memperhatikan
hal-hal yang penting tentang pencegahan status gizi tidak baik. Pengetahuan merupakan salah
satu pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi makanan. Semakin baik
pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas
pangan yang dikonsumsinya (Sediaoetama, 2004). Pendidikan formal merupakan faktor

1
utama yang mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah menyerap informasi gizi
dan kesehatan sehingga pengetahuan gizi dan kesehatan akan semakin baik (Kristianti,
2009). konsumsi minuman ringan (softdrink) (Ashurst, 2005). Tingginya kadar pemanis
buatan pada softdrink dapat meningkatkan asupan kalori pada remaja. Softdrink berisi
komponen gula yang berjumlah besar dalam setiap kemasannya, yaitu setara dengan 10
sendok teh gula atau energi sebesar 200 kkal dalam kemasan 300 ml (Prayitno dan Dieny,
2012). Jika terdapat kelebihan kalori maka tubuh akan mengubah dan menyimpan energi
sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Kelebihan kalori yang terus menerus tanpa ada
peningkatan pengeluaran energi melalui aktifitas maka dapat mengakibatkan status gizi lebih
(Suryanti, Jafar, dan Syam, 2008). Konsumsi softdrink dengan jumlah yang berlebih
mengakibatkan kalori yang berlebih dalam softdrink akan diubah menjadi lemak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi pada kesehatan reproduksi
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian gizi
2. Untuk mengetahui gizi remaja
3. Untuk mengetahui tujuan pemberian gizi pada remaja
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi
5. Untuk mengetahui keadaan gizi remaja saat ini
6. Untuk mengetahui kebutuhan zat gizi pada remaja
7. Untuk mengetahui akibat kekurangan gizi pada usia remaja
8. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah nutrisi pada usia remaja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi(2)

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955
sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza”
yang berarti makanan. Disatu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan
tubuh manusia. Secara klasik ilmu gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk menyediakan energy, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh. (Almatsir, 2002:3)

Gizi adalah suatu proses dimana semua makluk hidup memanfaatkan makanan untuk
keperluan pemeliharaan fungsi organ tubuh, pertumbuhan reproduksi dan sebagai
penghasilan energi. Lebih luas gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta untuk menghasilkan tenaga.

2.2 Gizi Remaja(3)

Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara anak-
anak dan dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka
dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi
dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akan menjadi
seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik. (Dedeh dkk, 2010 : 12) .

Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan
tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan
rentan usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa transisi penting
pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat
menentukan kematangan mereka dimasa depan. (Dedeh dkk, 2010 :16 ) Intinya masa remaja
adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan zat gizi remaja harus
diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik

3
remaja pada umumnya lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah,
umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti olah raga, hobi, kursus.
Semua itu tentu akan menguras energi, yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan
asupan zat gizi seimbang.

Periode Window of Opportunity adalah kesempatan singkat untuk melakukan sesuatu


yang menguntungkan. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan, karena bila terlewatkan,
risiko akan terjadi dikemudian hari. Istilah ini digunakan dalam berbagai bidang ilmu, seperti
astronomi, ekonomi, kedokteran, dan kesehatan masyarakat termasuk gizi. Dibidang gizi
periode Window of Oppurtunity ‘hanya’ berkisar dari sebelum kehamilan sampai umur anak
sekitar dua tahun. Jika calon ibu hamil kekurangan gizi dan berkelanjutan hingga hamil, janin
pun akan kekurangan gizi. Hal ini dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi, yakni anak
kurang gizi, lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa
kegemukan dan berisiko terkena penyakit degenerative. (Dedeh dkk, 2010 : 10).

Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara umum didasarkan pada Recommended
Daily Allowances (RDA) yang disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan
kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan,
tidak berarti kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,
biokimiawi, antropometris, diet serta psikososial

2.3 Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja(3)

Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar
mereka bisatumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu
para remajauntuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa
tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil
surveymenunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10
tahunkelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.

Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam
kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang
cukup.Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun
tidakmendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu

4
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium,
serat,magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.Pola makan yang tidak sehat
akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisamempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari
berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma
bias mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan
datang.Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosissaat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena
sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.

Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam
satutahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan
pengontrolanfaktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang
sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang
dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat
pada remaja.

Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan
ilmugizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa
makananyang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang
memenuhikebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi(3)

Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan
giziatau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup
lama.Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi
lebih.Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit
defisiensi,dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang
sifatnya lebihringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin
B1 dapatmenyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan

5
prestasikerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit
infeksi.Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta senja dan
turunnyaketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:

1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan

2.5 Keadaan Gizi Remaja Saat ini(3)

Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.
Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan
alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban pararemaja.
Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan darimasalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah
ini berpangkal pada“kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”.Yang sedikit
berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.

Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%


mahasiswikehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain
terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita
tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang,
sekitar27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara
majuangka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak
44%wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia)
mengalami anemia kekurangan besi.

Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan,seperti yang ditayangkan di iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini, meski
dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak,

6
di samping zat aditif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat
kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.

Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan

1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang
lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan
zat gizi.
3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara
berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.

Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.
Penelitianlain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan
memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri
malah melewatkan duakali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar
kudapan bukan hanya kalori,tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat
mengganggu (menghilangkan) nafsumakan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin
digemari oleh remaja, baik hanyaebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan
sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium,
besi, riboflavin, asam folat,vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol,
dan natrium tinggi. Proporsilemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang
terkandung dalam makanan itu.

Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini
padaumumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena
“kegilaan”mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari
tahun ketahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang
disertaioleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta
gangguan ovarium.

7
2.6 Kebutuhan Zat Gizi Pada Remaja(4)
a. Energi

Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat dilihat pada tabel AKG.
Kebutuhan energi remaja putra lebih banyak daripada remaja putri. Pada usia 16 tahun
remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada
usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada suaia 12 tahun (2.500 kkal),
untuk kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perkiraan energi untuk
remaja putra berusia 11-18 tahun, yaitu 13-23 kkal/ cm, pada remaja putri dengan usia
yang sama, yaitu 10-19 kkal/cm (Arisman, 2008).

b. Protein

Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan sengan pola tumbuh,


bukan berdasarkan usia kronologis. Untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini
adalah 0,29- 0,32 gr/ cm tinggi badan. Pada remaja putrid 0,27- 0,29 gr/ cm

c. Lemak

Kebutuhan lemak pada remaja sebaiknya tidak lebih dari 25 % dari kebutuhan
energi.

d. Vitamin dan Mineral

Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan
besi dan kalsium paling mencolok karena keduamineral ini merupakan komponen penting
pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yangdianjurkan sebesar 800 mg (praremaja)
sampai 1.200 mg remaja.Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus
memerlukan tambahan vitamin di ataskebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin,
riboflavin, dan niacin harus ditambahsejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini
diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis
jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga
jenis vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan
jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, danE juga perlu ditingkatkan

8
disamping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin
C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk,1986), terutama
mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.

2.7 Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja(5)

Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang
yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan
pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi
yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi
dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua
masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya,
karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja
putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.

Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja
perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja
perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab
anorexianervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus,
sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan),
khususnyaremaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon
testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan
perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik,
peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali
mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan
E yang banyak terdapat bit, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan sering makan makanan
gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega,minyak nabati. Disarankan
untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi
yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang
dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama
vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang

9
lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan
kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yangmengkonsumsi kurang banyak
buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkinuntuk terserang asma dan
gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.

Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia
gizi.Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang
kurangmengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula
karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi,
kehamilan,melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.

2.8 Cara menghadapi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja (6)

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan


masalahgizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:

a. Program Edukasi Gizi


Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,
khususnyaSekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA),karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat ( growth spurt )
setelah pertumbuhan pada masa balita
b. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa
terjadi.Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi
makanansehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.Contoh: melalui
pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi danvitamin A.
c. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan
agarmasyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi
yangditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada
bahan makanan tersebut.Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan

10
yang biasa dikonsumsi olehmasyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi
pada tepung

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan
dengantimbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi
kebutuhan,absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi
daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi padaremaja perempuan dan laki-laki akan jelas
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual,
perubahan komposisi tubuh, mineralisasitulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan
nutrisi yang meningkat pada masa remajaadalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.Peran
pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalahgizi
sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasigizi
melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program
fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan - kesalahan .Oleh karena itu
kami senantiasa meneri saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
makalah yang sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2003. Gizi dalam Daur Kehidupan : Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Sopiah dkk, 2014. Pengetahuan Gizi Remaja. Dikutip dari https//eprints.uny.ac.id
3. Dedeh dkk, 2010. Gizi seimbang pada Remaja : Akademi Kebidanan Bunda
Kotamubagu.
4. Depkes RI, 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementrian kesehatan Indonesia.
5. Vilda, AVS dan Setyowati , M. 2015. Karakter gizi remaja putri. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Semarang.
6. Christanti, D F dan Khosman A. 2012. Asupan Gizi dan Status Gizi pada Remaja. Jurnal
Gizi dan Pangan. Bogor : IPB. Vol7 No2, 135-142.

Anda mungkin juga menyukai