Oleh :
Arnia Usa Nindhiya Kinanti (162111004)
Dwi Aulia Wardhani (162111005)
Riska Indrawati (162111007)
Putri Pamungkas (162111010)
Fitri Aulia Rahmah (162111015)
ii
5. Pegawai dibagian Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang yang
telah banyak membantu kegiatan kami melaksanakan plate waste, survei
konsumsi dan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan kesempatan
kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Manajemen Industri Jasa
Pangan.
6. Pasien dan keluarga pasien yang telah banyak membantu kegiatan kami
selama pengambilan data dan selama pengamatan serta memberikan
kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Manajemen
Industri Jasa Pangan.
7. Tak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
terkait lainnya yang telah banyak membantu baik untuk melaksanakan
Praktek Kerja Manajemen Industri Jasa Pangan.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Industri
Jasa Pangan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi
penyusunan maupun isinya, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih jika
ada pihak yang memberikan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2.2 Menejemen Sarana Fisik, Peralatan Dapur dan Energi ......... 24
3.2.3 Menejemen Sumber Daya Manusia (SDM) ........................... 74
3.2.4 Menejemen Perencanaan Menu ............................................. 106
3.2.5 Menejemen Pengadaan atau Pembelian Bahan Makanan ...... 132
3.2.6 Menejemen Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan 143
3.2.7 Menejemen Produksi, Ditribusi dan Pelayanan Makanan ..... 162
3.2.8 Menejemen Perhitungan Biaya Makanan .............................. 191
3.2.9 Manajemen Sistem Keamanan Makanan ............................... 198
3.2.10 Survey Kepuasan Konsumen ............................................... 200
3.2.11 Plate waste (Sisa Makanan) ................................................. 204
3.2.12 Pendidikan Gizi .................................................................... 215
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Inventaris Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan 2019 .................... 57
Tabel 3.2 Evaluasi Fasilitas Dapur Institusi ....................................................... 64
Tabel 3.3 Data Keperluan Listrik RSUD Kanjuruhan 2019 ............................. 73
Tabel 3.4 Standart Kualifikasi Pegawai RSUD Kanjuruhan 2019 .................... 74
Tabel 3.5 Uraian Tugas Kepala Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan 2019 ........... 77
Tabel 3.6 Uraian Tugas Wakil Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan 2019 ............ 79
Tabel 3.7 Uraian Tugas Koordinator Unit Pelatihan Dan Pengembangan ........ 80
Tabel 3.8 Uraian Tugas Koordinator Unit Pelayanan Gizi IRNA ..................... 81
Tabel 3.9 Uraian Tugas Koordinator Unit Produksi dan Distribusi Makanan.. 82
Tabel 3.10 Uraian Tugas Koordinator Penyuluhan dan Konsumsi Gizi ............ 84
Tabel 3.11 Uraian Tugas Adminitrasi ................................................................ 85
Tabel 3.12 Uraian Tugas Ahli Gizi Ruangan ..................................................... 86
Tabel 3.13 Uraian Tugas Pengawas Unit Produksi Makanan ............................ 87
Tabel 3.14 Uraian Tugas Pelaksana Masak ....................................................... 89
Tabel 3.15 Uraian Tugas Transpoter .................................................................. 90
Tabel 3.16 Kebutuhan Tenaga Kerja Menurut PGRS (Kemenkes RI) 2013 ..... 97
Tabel 3.17 Waktu Kerja Tersedia Ahli Gizi Ruangan Ranap ............................ 99
Tabel 3.18 Standart Kelonggaran Ahli Gizi Ruangan Ranap ............................ 99
Tabel 3.19 Kebutuhan Tenaga Ahli Gizi Ruangan Ranap ................................. 99
Tabel 3.20 Rotasi Libur Tenaga Transpoter ...................................................... 100
Tabel 3.21 Waktu Kerja Tersedia Tenaga Transpoter ....................................... 101
Tabel 3.22 Standart Kelonggaran Tenaga Transpoter........................................ 101
Tabel 3.23 Kebutuhan Tenaga Transpoter ......................................................... 101
Tabel 3.24 Rekapan Rotasi Libur Pelaksana Masak .......................................... 102
Tabel 3.25 Waktu Tidak Bekerja Pelaksana Masak........................................... 103
Tabel 3.26 Standar Kelonggaran Pelaksana Masak ........................................... 103
Tabel 3.27 Kebutuhan Tenaga Kerja Pelaksana Masak ..................................... 103
Tabel 3.28 Pengulangan Bahan Makanan .......................................................... 123
Tabel 3.29 Analisis Hasil Perhitungan Nilai Gizi Makanan Tim ...................... 126
Tabel 3.30 Analisis Hasil Perhitungan Nilai Gizi Makanan Biasa .................... 126
vi
Tabel 3.31 Rekomendasi Siklus Menu............................................................... 130
Tabel 3.32 Spesifikasi Bahan Makanan Basah .................................................. 141
Tabel 3.33 Spesifikasi Bahan Makanan Kering ................................................. 141
Tabel 3.34 Suhu dan Kelembaman Gudang Kering........................................... 157
Tabel 3.35 Jarak Antara Dinding, Rak, Lantai di Gudang Kering ..................... 159
Tabel 3.36 Standart Bumbu Untuk 20 Porsi ...................................................... 168
Tabel 3.37 Alat Masak di RSUD Kanjuruhan ................................................... 180
Tabel 3.38 Food Cost ......................................................................................... 191
Tabel 3.39 Gaji Honorer RSUD Kanjuruhan ..................................................... 193
Tabel 3.40 Overhead Cost .................................................................................. 194
Tabel 3.41 Harga Jual Tiap Porsi ....................................................................... 196
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Penampilan Makanan ........ 200
Grafik 3.2 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Tekstur Makanan................ 201
Grafik 3.3 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Suhu Makanan.................... 202
Grafik 3.4 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Variasi Makanan ................ 202
Grafik 3.5 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Kebersihan Makanan.......... 203
Grafik 3.6 Persentase Kepuasaan Pasien terhadap Waktu Penyajian ................ 204
Grafik 3.7 Persentase Sisa Makanan Pokok (Nasi) ............................................ 209
Grafik 3.8 Persentase Sisa Makanan Pokok (TIM) ............................................ 210
Grafik 3.9 Presentase Sisa Lauk Hewani ........................................................... 210
Grafik 3.10 Presentase Sisa Lauk Nabati ........................................................... 211
Grafik 3.11 Presentase Sisa Sayur ..................................................................... 212
Grafik 3.12 Presentase Sisa Susu ....................................................................... 213
Grafik 3.13 Presentase Sisa Buah ...................................................................... 213
Grafik 3.14 Pre-Post Test Pendidikan Gizi........................................................ 226
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR ARTI LAMBANG
/ : Atau
½ : Setengah
± : Kurang lebih
% : Persen
= : Sama dengan
x : Kali
& : Dan
+ : Tambah
– : Kurang
xi
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
Wastafel Tempat cuci tangan
Chiller Alat atau mesin pendingin
Janitor Gudang
Lay Out Tata letak dari suatu elemen desain yang di tempatkan
dalam sebuah bidang menggunakan sebuah media yang
sebelumnya sudah di konsep terlebih dahulu
Rotasi Perputaran
Standart Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan
Shift Perubahan
Table D’hote Menu yang menawarkan sejumlah hidangan dengan
harga tetap
Supervisor Pengawas
Freezer Lemari beku
Food Prosessor Sisa Makanan
Hipertensi Tekanan darah tinggi
Diabetes Mellitus Kondisi kronis yang mempengaruhi cara memproses
gula darah
Stroke Kerusakan otak akibat gangguan suplai darah
Nutrisurvey Software untuk menganalisis kandungan gizi bahan
makanan
Order Memesan
Institusi Lembaga
Positif Pasti, tegas
Supplier Orang yang menjual bahan yang akan diolah ke
perusahaan lain
Kompleks Suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian
Spesifikasi Perbuatan melakukan pemilihan
Control Suatu alat untuk mengendalikan
Food Labelling Keterangan yang terdapat dibagian luar kemasan
produk
Danger Zone Range temperatur dimana bakteri berkembang dengan
cepat
Extra Feeding Memberi makan
Survey Pemeriksaan
Cross Contamination Terjadi pencemaran makanan
Hygiene Suatu upaya meningkatkan kebersihan
Gross Death Rate Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah
pasien yang keluar hidup atau meninggal.
Newborn Death Rate Kematian bayi baru lahir
Fetal Death Rate Kematian bayi lahir meninggal
Maternal Death Rate Kematiannya yang berhubungan dengan melahirkan
xv
Eatable Dimakan
Application Of Heat Suatu kegiatan atau proses pemberian panas
Palatable Lezat di lidah
Safe To Eat Aman dimakan
Digestible Mudah dicerna
Change Its Appearance Berubah penampilannya
Food Grade Bahan yang aman untuk makanan
Cooking By Dry Heat Masak tanpa atau sedikit pakai cairan
Cooking By Moist Heat Masak menggunakan media air
Cooking By Fat Masak menggunakan minyak
Food Cost Biaya makanan
Labor Cost Biaya tenaga kerja
Overhead Cost biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan
baku maupun dalam biaya tenaga kerja
Break Even Point Suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap,biaya variabel,keuntungan dan
volume kegiatan
Fixed Cost Biaya Tetap
Variable Cost Biaya Yang Dikeluarkan Secara Berubah-Ubah Yang
Didasarkan Pada Perubahan Jumlah Produk Yang
Diproduksi
Protected Meal Times Menjaga waktu makan
Food Weighing Penimbangan makanan
Recall / Self Reported Menanyakan makanan kemarin
Consumption
Cleaning Service Petugas kebersihan
First In First Out Bahan makanan yang pertama kali masuk gudang
maka menjadi yang pertama keluar gudang.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
waktu lama dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak
adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi dan diet khusus merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit
(kusumayanti, et all, dalam Depkes 2013).
Maka dari itu diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien agar
pasien dapat mencapai status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan. Sistem penyelenggaraan makanan merupakan program terpadu
dan terintegrasi dan subsistemnya adalah perencanaan anggaran belanja,
perencanaan menu, perencanaan bahan makanan, perencanaan sarana dan
prasarana, pembelian bahan makanan, penerimaan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan
makanan, distribusi makanan, pencatatan dan pelaporan.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan, serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang
membutuhkan (Ratna, 2009 dalam Umagapi, 2012).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisi sistem penyelenggaraan makanan
di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengorganisasian penyelenggaraan
makanan di rumah sakit
2. Mahasiswa mampu memahami menejemen sarana fisik, peralatan
dapur dan energi
3. Mahasiswa mampu memahami menejemen sumber daya manusia
4. Mahasiswa mampu memahami perencanaan menu
5. Mahasiswa mampu memahami menejemen pengadaan atau
pembelian bahan makanan
6. Mahasiswa mampu memahami manajemen penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan
2
7. Mahasiswa mampu memahami manajemen produksi dan pelayanan
makanan
8. Mahasiswa mampu memahami manajemen perhitungan biaya makan
9. Mahasiswa mampu memahami manajemen sistem keamanan
makanan
10. Mahasiswa mampu melaksanakan survey kepuasan pasien
11. Mahasiswa mampu melaksanakan plate waste (sisa makanan)
12. Mahasiswa mampu melaksanakan pendidikan gizi
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan tentang manajemen
sistem penyelenggaraan makanan institusi di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen
Malang yang meliputi:
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengorganisasian penyelenggaraan
makanan di rumah sakit
2. Mahasiswa mampu melaksanakan menejemen sarana fisik, peralatan
dapur dan energi
3. Mahasiswa mampu melaksanakan menejemen sumber daya manusia
4. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan menu
5. Mahasiswa mampu melaksanakan menejemen pengadaan atau
pembelian bahan makanan
6. Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan
7. Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen produksi dan pelayanan
makanan
8. Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen perhitungan biaya makan
9. Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen sistem keamanan
makanan
10. Mahasiswa mampu melaksanakan survey kepuasan pasien
11. Mahasiswa mampu melaksanakan plate waste (sisa makanan)
Mahasiswa mampu melaksanakan pendidikan gizi
3
BAB II
PELAKSANAAN
4
sebelumnya (Hasan, 2002). Data sekunder yang diperoleh selama
praktek kerja lapangan berlangsung yaitu :
1. Data mengenai gambaran umum RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang.
2. Data mengenai SPO (Standar Prosedur Operasional) yang meliputi:
kegiatan pemesanan, pembelian, penerimaan, penyimpanan,
pengolahan (produksi), Higiene sanitasi, sumber daya manusia
(SDM).
3. Data mengenai Kebijakan pelayanan gizi di RSUD Kanjuruhan
Data mengenai standart yang digunakan di instalasi gizi RSUD
Kanjuruhan meliputi : standart resep, standart porsi, standart menu
dan standart bumbu.
4. Data mengenai siklus menu 10 hari plus 1 hari.
5
BAB III
HASIL ANALISA, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
6
3.1.1 Analisis Situasi di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang
merupakan salah satu rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten
Malang yang menjadi pusat rujukan bagi masyarakat
Kabuapaten Malang terutama di wilayah Malang selatan. Lahan
yang dimiliki adalah seluas 32.140 m2 denganluas bangunan
sekitar 13.568,9 m2 .
1) Sarana dan Prasarana
a. Sarana Gedung
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang saat ini
mempunyai gedung yang memadai serta representatif
guna mendukung dalam pemberian pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang terus berupaya melakukan pembangunan serta
merehabilitasi bangunan secara berkelanjutan. Adapun
sarana gedung yang dimilik saat ini adalah:
1. Gedung Instalasi Gawat Darurat;
2. Gedung Rawat Inap;
3. Gedung Pelayanan Rawat Jalan;
4. Gedung Pelayanan Jantung;
5. Gedung Pelayanan Paru;
6. Gedung Anastesiologi dan Perawatan Intensif (ICU);
7. Gedung Pelayanan Administrasi Terpadu (PAT) dan
perkantoran;
8. Gedung Pelayanan Penunjang (Radiologi, Farmasi,
Gizi, Patologi Klinik, Bank Darah, IBS, IKK, IPS,
ISL, ISS, Keamanan dan Keterbiban);
9. Gedung Hemodialisa;
10. Gedung Rehabilitasi Medik;
11. Gedung Kamar Bersalin;
12. Gedung Diklat;
13. Ruang Tunggu Pasien
7
b. Sarana Peralatan
Sarana berupa peralatan medis maupun non medis setiap
tahun selalu bertambah. Adapun beberapa peralatan
medis maupun non medis yang dimiliki oleh RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang antara lain :
1. CT Scan;
2. Electro Cardiographi (ECG);
3. Bronchoscopy;
4. XRay;
5. Ultrasonografi (USG);
6. Transcranial Magnetic Stimulator (TMS);
7. Audiometri
8. Phacoemulsification Machine;
9. Refrigerator (penyimpan jenazah);
10. Incenerator (pembakar sampah medis).
c. Fasilitas Umum
1. Masjid
2. Kantor Cabang Bank Jatim
3. Mesin ATM (Bank Jatim)
4. Kantin
5. Koperasi
8
b) Bidang Pelayanan Keperawatan ;
Seksi pelayanan keperawatan
Seksi monitoring dan evaluasi pelayanan keperawatan
c) Bidang Sarana dan Pelayanan Penunjang ;
Seksi sarana dan pelayanan penunjang
Seksi monitoring dan evaluasi sarana penunjang
c. Wakil Direktur Adminitrasi Keuangan, membawahi :
a) Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub bagian umum
Sub bagian kepegawaian
Sub bagian perlengkapan
b) Bagian Keuangan
Sub bagian penerimaan
Sub bagian pengeluaran
Sub bagian akuntansi dan verifikasi
c) Bagaian Perancanaan Program, Rekam Medik, Evaluasi
dan Pelaporan Humas dan Pemasaran
Sub bagain perencana program
Sub bagian rekam medik, evaluasi dan pelaporan
Sub bagain humas dan pemasaran
d. Unit – Unit Struktural
a) Komite, terdiri dari :
Komite farmasi dan terapi
Komite medik
Komite keperawatan
Komite pencegahan dan pengendalian infeksi
b) Instalasi :
Instalasi gawat darurat
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
9
Instalasi bedah sentral
Instalasi anastesiologi dan terapi intensif
Instalasi hemodialisa
Instalasi pusat pelayanan terpadu
Instalasi pelayanan khusus
Instalasi rehabilitasi medik
Instalasi peristi dan persalinan komprehensif
Instalasi gizi
Instalasi patologi klinik
Instalasi radiologi
Instalasi farmasi
Instalasi sterilisasi sentral
Instalasi kedokteran kehakiman
Instalasi pemeliharaan sarana
Instalasi sanitasi lingkungan
Instalasi keselamatan dan kesehatan kerja
Instalasi pelatihan
Instalasi pendidikan, penelitian dan pengembangan
Instalasi promosi kesehatan rumah sakit
Instalasi sistem informasi rumah sakit
Instalasi peningkatan mutu rumah sakit
c) Satuan Pengawas Internal
d) Staf Medik Fungsional dikelompokkan menjadi ;
SMF penyakit dalam
SMF anak
SMF saraf
SMF bedah saraf dan urologi
SMF orthopedi dan traumatologi
SMF paru, kulit dan kelamin
SMF THT
SMF Mata
10
SMF Jantung
SMF gigi dan mulut
SMF anestesi
SMF radiologi
SMF patologi klinik
SMF umum
12
Perubahan nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang Berdasarkan SK Bupati
No.180/37/Kep/421.013/2008 Tentang Pemberian Nama RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang. Kemudian diikuti dengan
perubahan Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Bupati
Malang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah. Berdasarkan SK Bupati
Malang No. 180/232/KEP/421.013/2009 tentang Penetapan
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagai SKPD yang
menerapkan PPK BLUD status Penuh. Dipimpin oleh dr. Lina
Julianty P., Sp.M, MM dan adanya perubahan jumlah karyawan
menjadi 564 orang danjumlah tempat tidur menjadi 221 buah.
12) Tahun 2011 – 2018
Dipimpin oleh dr. Harry Hartanto, MM, diikuti dengan
perubahan karyawan menjadi 687 orang dan jumlah tempat tidur
menjadi 280 buah.
13) Tahun 2018 – 2019
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang dipimpin oleh drg.
Marhendrajaya, MM, Sp.KG.
14) Tahun 2019 – Sekarang
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang dipimpin oleh dr.
Abdurahnan, M. Kes.
13
layanan;
Memberikan pelayanan kesehatan rujukan kepada
masyarakat secara komprehensif dan profesional;
Mewujudkan pelayanan publik yanginovatif
Melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) secara efektif danefisien
Mewujudkan sumber daya manusia yangsejahtera
c. Motto:
“Kepuasan Anda adalah Tujuan Utama Layanan Kami”
d. Nilai-nilai (value):
Cinta Kasih;
Tulus Ikhlas;
Kejujuran;
Profesional;
Kebersamaan.
e. Paradigma:
Memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat yang
berpenghasilan minimal
f. Icon:
“Hospital Without Wall”
16
yang baik untuk penyelenggaraan makanan, tersedianya panci
dengan ukuran besar untuk pemasakan sayur, wajan dalam
beberapa macam ukuran yang digunakan untuk pembuatan
bumbu maupun pemasakan lauk. Dalam dapur instalasi gizi
RSUD Kanjuruhan, manajemen waktu yang baik yang digunakan
oleh pengolah makanan sehingga menghasilkan produk makanan
yang disajikan tepat pada waktunya. Ketepatan waktu pengolahan
juga menentukan proses dan hasil akhirnya.
17
boga yang ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan prasarana
atau tenaga dari rumah sakit.
Penyelenggaraan makanan dengan sistem diborongkan
penuh atau sebagian, fungsi dietisien rumah sakit adalah
sebagai perencana menu, penentu standar porsi, pemesanan
makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang
diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang ditetapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Prasyarat
Kesehatan Jasa Boga disebutkan bahwa prasyarat yang
dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah Sakit :
Telah terdaftar pada Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B
dan memiliki tenaga Ahli Gizi atau Dietisien.
Pengusaha telah memiliki sertifikat kursus Penyehatan
Makanan.
Semua karyawan memiliki sertifikat kursus Penyehatan
Makanan.
Semua karyawan bebas penyakit menular dan bersih.
c. Kombinasi
Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan
makanan yang merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan
sistem diborongkan sebagai upaya memaksimalkan sumber
daya yang ada. Pihak rumah sakit dapat menggunakan jasa
boga/catering hanya untuk kelas VIP atau makanan karyawan,
sedang selebihnya dapat dilakukan dengan swakelola.
18
Meskipun RSUD Kanjuruhan belum memiliki SOP mengenai
penerimaan rekanan tetapi penentuan rekanan jasa boga disesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 yaitu telah terdaftar pada Dinas
kesehatan Provinsi setempat. Selain itu syarat menjadi rekanan
harus mempunyai sertifikat higiene sanitasi tapi hal ini belum
sesuai karena rekanan belum memiliki sertifikat tersebut,
persyaratan ini akan direalisasikan pada awal tahun 2020.
4) Tujuan Organisasi
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan
gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna
mencapai status gizi yang optimal. Penyelenggaraan makanan
menurut sifatnya dibedakan menjadi 3 , antara lain:
a. Komersial adalah memperoleh keuntungan adalah tujuan
utamanya. Usaha jasa boga yang tergolong dalam kategori ini
adalah restoran, kantin, kafetaria, warung makan, dan
catering yang melayani untuk pesta.
b. Non Komersial adalah tidak bertujuan untuk mencari
keuntungan. Usaha jasa boga yang tergolong pada kategori
ini adalah penyelenggara makanan institusi (rumah sakit,
asrama, panti asuhan, dan lembaga pemasyarakatan).
c. Semi Komersial adalah landasan yang diterapkan tidak
berfokus untuk mendapatkan keuntungan semata seperti pada
penyelenggaraan makanan komersial, contohnya asrama,
kantin suatu industry.
Tujuan penyelenggaraan makanan di RSUD kanjuruhan
bersifat non komersial hal ini dapat dilihat dari pelayanan Rumah
Sakit yang tidak mencari keuntungan tetapi untuk membantu
mempercepat kesembuhan pasien. Hal ini sejalan dengan tujuan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit untuk menyediakan
makanan dengan kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan
19
serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien atau
konsumen yang membutuhkan (Depkes RI, 2007).
20
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang memberikan
makanan sesuai dengan kebutuhan gizi pasien, hal ini dapat
dilihat dari kesesuaian diet atau makanan yang diberikan
kepada pasien, baik dari nilai gizi ataupun teksturnya.
Instalasi gizi RSUD Kanjuruhan memiliki standart
mengenai nilai gizi serta bentuk atau tekstur yang sudah
ditetapkan untuk beberapa macam diet yang ada di RS.
Setiap pasien yang dirawat di RSUD Kanjuruhan harus
mendapatkan diet yang sesuai untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. Selain itu instalasi gizi RSUD
Kanjuruhan juga mempertimbangkan kebiasaan atau alergi
yang dimiliki pasien, memberikan makanan yang mudah
diterima atau dicerna serta memberikan terapi gizi kepada
pasien yang mempunyai gangguan dalam saluran cerna
diberikan makanan bertahap mulai dari yang bertekstur
saring sampai nasi biasa. Ahli gizi RSUD Kanjuruhan juga
menjelaskan dan memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai makanan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan kaitannya dengan penyakit serta manfaat diet
yang diberikan.
b. Cita Rasa
Drummond KE & Brefere LM (2010), berpendapat cita
rasa merupakan suatu cara pemilihan makanan yang harus
dibedakan dari rasa (taste) makanan tersebut. Cita rasa
merupakan atribut makanan yang meliputi penampilan, bau,
rasa, tekstur, dan suhu. Tekstur adalah bentuk makanan
yang disajikan membuat makanan menjadi lebih menarik
biasanya disajikan dalam bentuk–bentuk tertentu. Bentuk
makanan yang menarik akan memberikan daya tarik
tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan. Makanan
yang kurang baik mengakibatkan persepsi pasien terhadap
21
makanan yang disajikan kurang baik pula. Persepsi pasien
yang kurang baik terhadap makanan yang disajikan maka
dapat menyebabkan makanan yang disajikan tidak habis
dikonsumsi sehingga menimbulkan sisa. Pasien yang
menilai rasa makanan tidak enak akan memberikan sisa
makanan yang lebih banyak, sedangkan pasien yang menilai
makanan enak akan memberikan sisa makanan yang lebih
sedikit (Aula, 2011; Dian, 2012, Kumboyono, 2012).
Berdasarkan survey kepuasan yang sudah dilakukan
pada 45 pasien diruang Brawijaya, Diponegoro, Imam
Bonjol, dan Airlangga Dalam didapatkan hasil bahwa dari
segi penampilan pasien memberikan hasil yang puas dan
sangat puas, berdasarkan suhu makanan pasien memberikan
penilaian puas dan sangat puas tetapi ada beberapa pasien
yang memberikan komentar tidak puas dikarenakan
kebiasaan makan sebelum MRS yaitu menyukai makanan
dingin, sedangkan dari segi tekstur pasien memberikan
penilaian puas dan sangat puas hal ini dikarenakan dari ahli
gizi sudah memberikan diet dan tekstur sesuai dengan kondisi
pasien. Untuk meningkatkan asupan ahli gizi dapat
melakukan sosialisasi atau edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai pentingnya gizi dan memberikan motivasi
untuk penyembuhan pasien dengan adanya makanan yang
bergizi. Hal ini sudah dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan dan konsultasi gizi kepada pasien.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh
manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan
atau dalam kehidupan bermasyarakat. Singkatnya manusia
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku
22
makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang
meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan
(Sulistyioningsih, 2011).
Tingkat budaya yang diwarisi dari orang tua pasien,
bukan saja menentukan macam makanan dan cara mengolah
makanan pasien sehari - hari, akan tetapi juga sikap dan
kesukaan pasien terhadap makanan. Tingkah budaya yang
beraneka ragam inilah yang dihadapi oleh petugas rumah
sakit dalam memberikan makanan. Oleh karena itu,
pemilihan jenis makanan, macam hidangan yang disajikan
kepada orang sakit, harus dipilih sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu mengarah kepada pilihan atau kesukaan satu
kelompok masyarakat saja.
Berdasarkan hasil survei pada pasien RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang, masih memiliki tingkat
kepercayaan selama sakit yang beragam dimana mereka lebih
memilih tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi
pantangan daripada memilih mengkonsumsi makanan guna
untuk penyembuhan dan pemulihan. Salah satu contoh
pantangan makanan yang dimiliki pasien adalah pasien tidak
mengkonsumsi olahan ayam dipercaya karena apabila pasca
operasi mengkonsumsi ayam maka luka bekas operasi tidak
akan sembuh. Setelah diberikan edukasi dan konsultasi
mengenai pentingnya zat gizi dalam proses penyembuhan
terutama protein yang banyak terkandung dalam ayam atau
daging dan tidak benarnya mitos yang beredar dimasyarakat,
pasien mulai mau memakan apa yang seharusnya dimakan
untuk mempercepat proses penyembuhan. Untuk
meningkatkan asupan tanpa memilih-milih makanan ataupun
mengedepankan pantangan ahli gizi dapat melakukan
23
sosialisasi atau edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
gizi dalam proses penyembuhan pasien yang sedang sakit.
24
pengolahan, dan ruang pemorsian yang mana sudah digunakan
dengan semestinya yaitu sebagai tempat mengolah makanan,
tempat menyimpan makanan bahan setengah jadi, tempat
menyimpan makanan sesuai jumlah porsi dan sesuai jam makan,
tempat memenuhi sistem untuk pelayanan makanan panas/dingin.
Adapun ruang selain yang disebutkan sebelumnya yaitu ruang
ganti karyawan, ruang transporter, ruang pencucian alat makan
pasien, ruang pencucian alat masak dan bahan makanan, ruang
pengawas dan dapur susu yang mana belum digunakan dengan
semestinya dikarenakan instalasi gizi dalam tahap perbaikan.
25
1. Lantai: harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air, tahan
terhadap asam dan tidak memberikan suara keras. Beberapa
macam bahan dapat digunakan seperti bata keras, teraso
tegel, dan sebagainya.
2. Dinding: harus halus, mudah dibersihkan, dapat
memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan
terhadap cairan. Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa
uap harus berada dalam keadaan terbungkus atau tertanam
dalam lantai atau dinding.
3. Langit-langit : harus bertutup, dilengkapi dengan bahan
peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan
cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna agar serasi
dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-
langit harus tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi
dengan baik.
4. Penerangan dan ventilasi: harus cukup, baik penerangan
langsung maupun penerangan listrik, sebaiknya
berkekuatan minimal 200 lux. Ventilasi harus cukup
sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap
lemak, bau air, dan panas, untuk itu dapat digunakan
“exhause fan“ pada tempat-tempat tertentu. Ventilasi harus
dapat mengatur pergantian udara sehingga ruangan tidak
terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak
pada lantai, dinding, atau langit-langit.
b. Arus Kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja
dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan. Kegiatan
tersebut meliputi penerimaan bahan makanan, persiapan,
pemasakan, pembagian/distribusi makanan, yang perlu
diperhatikan adalah:
26
a. Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu
jurusan,
b. Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat
dihemat,
c. Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses,
d. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak
bolak-balik,
e. Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin,
f. Biaya produksi dapat ditekan,
g. Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan
makanan,
Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang
dibutuhkan sesuai alur penyelenggaraan adalah:
a. Ruangan penerimaan: timbangan 100-300 kg, rak bahan
makanan beroda, kereta angkut, alat-alat kecil seperti
pembuka botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya.
b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar:
Timbangan 20-100 kg, rak bahan makanan, lemari es,
freezer. Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless
steel.
c. Ruangan persiapan bahan makanan: meja kerja, meja
daging, mesin sayuran, mesin kelapa, mesin pemotong dan
penggiling daging, mixer, blender, timbangan meja,
talenan, bangku kerja, penggiling bumbu, bak cuci.
d. Ruang pengolahan makanan: ketel uap 10-250 lt, kompor,
oven, penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja
pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci,
kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.
e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat: bak cuci, rak alat,
tempat sampah, lemari.
27
f. Dapur Susu: meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat
sampah, pencuci botol, mixer, blender, lemari es, tungku,
meja pemanas.
g. Ruang pegawai: kamar mandi, locker, meja kursi, tempat
sampah, WC, tempat sholat dan tempat tidur. Ruang
perkantoran: meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari
es, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari
kaca, mesin ketik, AC, dan sebagainya.
28
Gambar 3.1 Layout Dapur RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
Keterangan:
29
Chiller Rak bahan makanan kering
30
7 Ruang pencucian alat 15 Ruang pelaksana dan
masak transporter
Keterangan:
31
Meja pengawas Gas LPG
32
5 Ruang pemorsian 15 Ruang pencucian alat makan
pasien
9 KM / WC 19 Ruang ganti
Analisis:
Menurut hasil analisis layout dapur RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang sudah baik karena pada saat pengamatan dapur
ini baru saja dilakukan renovasi hanya saja belum selesai
seluruhnya. Desain layout sudah dibuat sesuai dengan peraturan
dapur gizi yang seharusnya yaitu PMK RI No. 78 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Rekomendasi layout yang dibuat tidak begitu banyak
perubahan dari segi desainnya, hanya saja beberapa peralatan yang
ada di dapur gizi ditata agar lebih terlihat rapi. Rekomendasi luas
ruang penyimpanan bahan makanan kering adalah 2 kali lipat lebih
besar. Sebenarnya luas ruang penyimpanan bahan makanan kering
tersebut sudah ideal, tetapi berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, proses pengadaan bahan kering dilakukan 1 bulan
sekali, akan tetapi pengantaran dilakukan 2 kali. Bentuk meja
pemorsian yang semula berbentuk L dirubah menjadi bentuk U.
Hal tersebut dilakukan karena ketika tahap renovasi selesai
dilakukan maka penempatan transporter pada tahap pemorsian
berada di ruang troli yang mana terdapat pemisah kaca yang bisa
dibuka tutup ketika pemorsian sehingga makanan yang sudah
33
diporsi bisa digeser melewati pemisah tersebut dan transporter
langsung menaruh ke dalam troli.
Beberapa peralatan perlu ditambahkan seperti rak telur di
ruang pengolahan karena pada saat diamati, telur hanya ditaruh di
kursi pendek di ruang pengolahan dan tidak terlihat rapi.
Penambahan rak alat makan pasien juga ditambahkan di ruang
pencucian alat makan pasien guna meniriskan alat makan tersebut,
karena saat diamati penirisan hanya dilakukan di lantai dengan alas
palet yang dapat membuat alat makan pasien terkontaminasi
bakteri.
34
Keterangan:
35
Timbangan kapasitas 100 gr -
Rak telur
300 kg
36
Gambar 3.4 Rekomendasi Alur Karyawan RSUD Kanjuruhan Kabupatem Malang
Keterangan:
37
Chiller Rak bahan makanan kering
38
7 Ruang pengawas 17 Ruang janitor
9 KM / WC 19 Ruang ganti
Analisis:
Alur kerja karyawan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang kurang baik (Gambar 3.3), ada alur masuk karyawan yang
tidak sesuai seperti pelaksana masak (garis biru) yang masuk dari
pintu timur diruang pencucian alat makan pasien. Pengawas (garis
hijau) masuk melalui pintu utara di ruang pemorsian yang mana
ruangan tersebut tidak boleh dijadikan tempat lalu-lalang orang-
orang. Saat hendak pemorsian, alur kerja pelaksana masak (garis
biru) dan pengawas produksi (garis hijau) sudah cukup baik, hanya
saja untuk alur kerja transporter (garis orange) masih kurang baik
karena transporter melewati ruang pemorsian menuju keluar untuk
membantu memasukkan makanan yang sudah diporsi ke dalam
troli. Sebenarnya ada ruang khusus transporter saat pemorsian yaitu
disebelah ruang pemorsian yang mana transporter tidak perlu
melewati ruang pemorsian terlebih dahulu, tetapi ruangan tersebut
sementara dipakai sebagai kantor ahli gizi, karena kantor yang asli
sedang diperbaiki.
Menurut PMK RI No. 78 Tahun 2013, hal-hal yang perlu
diperhatikan pada alur kerja adalah sebagai berikut.
1. Alur kerja sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan,
2. Pekerjaan dapat dilakukan dengan lancar sehingga energi dan
waktu dapat dihemat,
3. Jarak tempuh pekerja sependek mungkin & tidak bolak balik.
Berdasarkan beberapa masalah tersebut maka ada
rekomendasi alur kerja karyawan yang diharapkan dapat
39
diterapkan jika tahap perbaikan dapur sudah selesai dilakukan
(Gambar 3.4). Pintu masuk yang sebenarnya adalah melalui pintu
barat di ruang penerimaan bahan makanan khusus karyawan
pelaksana masak (garis biru) dan pengawas (garis hijau) karena
disamping pintu tersebut ada ruang ganti karyawan sehingga alur
kerja dapat berjalan searah. Alur kerja karyawan transporter (garis
orange) sudah sesuai yaitu masuk melalui pintu timur di ruang
pencucian alat makan pasien kemudian langsung menuju ruang
transporter. Kemudian transporter bisa ke ruang transporter sambil
menunggu waktu pemorsian atau waktu ambil alat makan pasien.
Sedangkan pelaksanan masak bisa langsung menuju ruang
persiapan dan pengolahan.
Saat pemorsian pelaksana masak dan pengawas produksi
(garis hijau) bisa langsung keruang pemorsian, tetapi berbeda
dengan transporter (garis orange). Ada transporter khusus yang
diperbolehkan masuk ke ruang pemorsian untuk menaruh alat
makan pasien yang akan diporsikan, transporter tersebut boleh
melewati ruang persiapan dan pengolahan dengan syarat
menggunakan APD khusus. Sedangkan transporter lainnnya
menuju ke ruang troli lewat jalur luar dapur yaitu keluar melewati
ruang pencucian alat makan pasien kemudian ke ruang troli
melalui pintu depan bagian utara.
40
Gambar 3.5 Layout Alur Bahan Makanan RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
Keterangan:
41
Meja permanen Palet
42
masak transporter
Keterangan:
43
Meja Tempat pencucian alat makan
pemorsian/penyajian pasien
44
kering
9 KM / WC 19 Ruang ganti
Analisis:
Alur bahan makanan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang pada saat diamati masih kurang baik (Gambar 3.5).
Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang pencucian alat
masak melalui pintu sebelah timur (garis ungu), kemudian bahan
makanan yang sudah dicek spesifikasinya langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk bahan yang akan segera diolah dan dibawa
ke chiller untuk yang tidak segera diolah. Penerimaan bahan
kering dilakukan di ruang penerimaan melalui pintu sebelah barat
(garis ungu). Hal tersebut terjadi karena pada saat hari
pengamatan, jalur penerimaan bahan makanan masih dalam tahap
perbaikan tetapi penerimaan bahan makanan kering tetap
dilakukan melalui pintu barat tersebut karena dekat dengan
gudang kering.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuatlah
rekomendasi alur bahan makanan yang bisa diterapkan jika nanti
proses perbaikan selesai dilakukan (Gambar 3.6). Bahan makanan
basah maupun kering diterima di ruang penerimaan melalui pintu
dibagian barat (garis ungu), kemudian bahan makanan basah yang
45
sudah dicek spesifikasinya bisa langsung dibawa ke ruang
persiapan untuk bahan yang akan segera diolah dan bahan yang
tidak segera diolah disimpan di ruang chiller. Bahan kering yang
sudah dicek spesifikasinya bisa langsung dimasukkan ke gudang
kering yang mana nanti akan diberi label oleh penanggungjawab
gudang.
Keterangan:
46
Tempat pencucian peralatan
Meja persiapan
masak
47
2 Ruang pemorsian 10 Ruang penyimpanan bahan
kering
48
Keterangan:
49
Timbangan kapasitas 100 gr -
Rak telur
300 kg
9 KM / WC 19 Ruang ganti
Analisis:
Alur pembuangan sampah pada dapur gizi RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah baik (Gambar 3.7) (garis
pink). Tidak ada alur yang melewati ruang pengolahan, akan
tetapi pada saat pengamatan ada penempatan tempat sampah yang
kurang tepat. Ruang penerimaan tidak terdapat tempat sampah
dan terdapat tempat sampah di dekat ruang pemorsian. Hal
tersebut terjadi karena dapur gizi masih dalam tahap perbaikan
sehingga masih ada beberapa barang yang tidak ditempatkan
ditempat semestinya. Tempat sampah seharusnya tidak boleh
50
diletakkan didekat ruang pengolahan dan pemorsian karena akan
mengakibatkan kontaminasi silang.
Oleh karena itu, dibuatlah rekomendasi alur pembuangan
sampah (Gambar 3.8) (garis merah) yang mana tempat sampah
didekat ruang pemorsian dipindahkan ke ruang penerimaan. Hal
tersebut dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi silang.
51
rumah atau institusi yang memiliki ruang-ruang yang
memanjang dan tidak terlalu lebar. Bentuk ini kurang efektif
namun hemat tempat.
52
c. Tipe L (L Shape)
Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas.
Jalur sirkulasi pada dapur L relatif lebih nyaman. Bentuknya
yang siku memungkinkan pengelompokan antara dapur
bersih dan kotor ditempatkan pada 2 dinding yang
berpotongan (di sudut). Keuntungan dari tipe dapur ini
memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak, cocok untuk
ruangan dapur yang mempunyai panjang ruangan terbatas,
cocok untuk memisahkan dua kelompok peralatan dan
pembagian kerja dapat lebih merata. Kerugiannya
memerlukan waktu dan energi yang lebih banyak.
d. Tipe U (U shape)
Bentuk dapur U biasanya menempati tiga dinding dan
dapat digabungkan dengan bar. Dapur U bisa dimanfaatkan
untuk penyimpanan yang cukup luas. Salah satu tipe dapur
yang dapat menciptakan tempat penyimpanan peralatan yang
cukup banyak dan efektif. Penataan zonanya lebih fleksibel,
tergantung kebutuhan penggunanya. Cocok untuk ruangan
dapur kecil dengan sedikit pekerja. Kerugiannya ruang gerak
pekerja terbatas dan bila peralatan terlalu banyak terkesan
tidak rapi.
53
Gambar 3.12 Tipe Dapur U
f. Tipe G
Dapur tipe ini sama dengan menutupi seluruh dinding
dapur dengan kabinet. Apabila ruang dapur cukup besar dan
54
membutuhkan banyak tempat penyimpanan alat-alat makan
yang jarang dipakai, tipe ini bisa digunakan. Namun banyak
desainer dapur modern saat ini tidak akan menyarankan
menggunakan desain model ini. Disamping banyak terjadi
ruang mati pada kabinet-kabinet sudut, juga dapur akan
terlihat penuh dan kurang memberi kenyamanan secara
psikologis.
55
h. Tipe Parallel Face To Face
Bentuk Pararel Face to Face biasa digunakan pada
institusi besar seperti Rumah Sakit, memungkinkan antar
pekerja melakukan kegiatan dengan posisi saling berhadapan,
seperti terlihat pada gambar berikut ini:
56
Rekomendasi tipe dapur yang cocok untuk digunakan pada
dapur instalasi gizi RSUD Kanjuruhan adalah tipe dapur L. Dapur
tipe L memiliki kelebihan yaitu (Putra dkk, 2015) :
- Bentuknya yang siku memungkinkan pengelompokan antara
dapur basah & dapur kering di tempatkan pada dua dinding
yang berpotongan (di sudut)
- Memiliki jalur sirkulasi udara yang lebih nyaman untuk
beraktivitas
Jika tipe tersebut diterapkan, diharapkan ruangan terlihat lebih
luas agar sirkulasi udara akan lebih nyaman atau lebih baik
sehingga suhu ruang bisa mencapai batas normal (27°C - 28°C).
57
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
5 Piring snack ceper besar Sango 13 buah
6 Mangkok sayur Melamin biru 31 buah
7 Piring lauk Beling sango 1 set
8 Piring makan Melamin 2 set
9 Piring lauk Melamin 2 set
10 Mangkok sayur Melamin 2 set
11 Piring biru (lauk) Melamin biru 8 set
12 Mangkok sayur Melamin biru 8 set
Alumunium
13 Wajan 1
besar
Alumunium
14 Wajan 1
sedang
15 Termos air panas Plastik 3
16 Piring biru Melamin 8 set
17 Piring sayur tertutup Sango 2 set
18 Piring merah Melamin 2 set
19 Timbangan 5 kg Alumunium 1
20 Panci masak sayur Alumunium 1
21 Kompor cor Baja 1
22 Kompor2 tungku (Rinay) Skinlistic 1
23 Saringan santan Alumunium 1
24 Panci piring presto air 10 Air 10 x 1
25 Piring lauk beling Sango 2
Oxon Tipe ox
26 Presto oxon 20 l 2
2020
27 Kompor gas rinai Rinai 1
28 Pipet gabus Kaca 1
29 Selang kompor Plastik 10 cm
30 Regular kuantum Miyako 2
31 Baskom plastik Plastik 6
32 Serok besar Stainlistil 1
33 Asahan pisau Stainlistil 1
34 Pisau solingen Kayu 3
35 Pisau pitorimox Plastik 2
36 Pengaduk bubur kayu Plastik 2
37 Kotak bumbu plastik Plastik 6
38 Kuantiker besar 82 ltr Plastik 2
39 Termometer ruang Kaca 2
40 Piring makan Melamin biru 12
41 Mangkok sayur Melamin biru 26
58
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
Melamin
42 Mangkok sayur 12
merah
Melamin
43 Piring lauk 12
merah
44 Piring lauk Melamin biru 36
45 Food cleaner trolly Steinless
46 Kereta makan 3 pintu Aluminium
47 Kereta makan 4 pintu Aluminium
48 Kereta makan 2 pintu Steinles
49 Kereta makan 2 pintu Kayu
50 Kereta makan 2 pintu Besi
51 Timbangan bahan makanan Kap.10 kg
52 Timbangan bahan makanan Kap.2 kg
53 Timbangan barang -
54 Timbangan barang -
55 Panci presto -
56 Double bowl Steinles 2
57 Tabung gas 50 kg 8
58 Tabung gas 12 kg 11+4+4
59 Kursi duduk bulat (hijau) Platik 5
60 Timbangan bayi - 1
61 Unit computer 1
62 Rak gudang 3 susun Besi 3
63 Gas elpiji (50 kg) Besi 1 bh
64 Meja ½ biro Kayu 1 bh
65 Kompor gas rinnai Stainlis 1+1
66 Blender Panasonik 1
67 Happy cool 1
68 Snack ball 1
69 Insect killer 1
70 Presto cooker cirlux
71 Penghangat sayur persegi Stainlis 2
72 Penghangat sayur bulat Stainlis 1
73 Panci email 24 cm Email 1
74 Kipas angibn ventilasi 2
75 Porelaim enamel keil 1
76 Porelaim enamel 34 cm Stainlis 1
77 Water heater Stainlis 1
78 Panci presto getra Getra 1+1
59
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
79 Panci email ideal + Ideal 1
80 Pot procesort Mika 1
81 Regulator besar yamato 4
82 Sendok makan superdol Stainlis 240
83 T4 bumbu bertutup Plastik 6
84 25 x 17 x 15
85 T4 sendok bertutup Plastik 9
86 Timbangan 2 kg Maspion 1
87 Mineral mix Kotal 80
88 Water 1
89 Kompor besar cor Getra 1
Gsb -330
90 Magic com 1
yoguwan
91 Serok cor 30 cm Ymc 104 ml 1
92 Baki merah uk 43 x 32 Melamin 33
Baki melamin bungan uk 42
93 Melamin 12
½ x 32 ½ cm
94 Gelas belimbing Beling 24
95 Gelas beling Beling 30
96 Piring lauk 16 ,5 cm Sango 58
97 Piring nasi besar Sango 47
98 Piring lauk merah Melamin 27
99 Piring kue merah Melamin 10
100 Piring nasi merah Melamin 43
101 Mangkok sayur merah Melamin 34
102 Mangkok sayur Sango 49
103 Sendok makan Deel 24+144
104 Tutup gelas Stainlistis 36
105 Baki ply wod lokal Playwood 10+7
106 Gelas blimbing kaca Kaca 24
Vanella
107 Mangkok sayur 60
melamin
108 Mangkok sayur Sango 24
109 Piring buah Sango 24
110 Piring lauk Sango 48
111 Piring lauk bulat Melamin biru 60
112 Piring makan Melamin biru 60
113 Piring makan Sango 80
114 Tutup gelas Melamin 24
115 Grosiran sendok kecil/besar 1+1
60
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
116 Piring makan Sango 1
117 Piring lauk Sango 1
118 Mangkok sayur tutup Lion star 1
119 Gelas ukur Sango 2
120 Mangkok G Stainlistis 1
121 Piring kecil H Sango 1
122 Piring makan H3 Sango 2
123 Piring makan H4 Sango 10
124 Skal dan stenlis Sango Stainlistis
125 Piring makan Sango 3 set
126 Piring lauk Sango 3 set
127 Mangkok sayur Sango 3 set
128 Piring makan Sango 3 set
129 Piring lauk Sango 1
130 Blender Kaca 1
131 Penjepit kue Stenlis 3
132 Mangkok salpir Melamin biru 2
133 Piring lauk F 2+1
134 Piring lauk Sango g 2
Stainlis
135 Jepit lauk 2
(distribusi)
Melamin u A
136 Skal melamin 12
stok
137 Termos air panas Lion star H 2
138 Mangkok sayur tutup Sango u H 2
139 Piring lauk sango H+G 8
140 Piring makan Sango 1
141 Mangkok sayur Sango R.G 1
142 Piring merah Melamin 1
143 Piring lauk merah Melamin 3
144 Mangkuk sayur merah Melamin 2
145 Skall besi Steinlis 15
146 Penjepit lauk Stainlis 2
147 Penjepit kue Stainlis 2
148 Water heter Besi 1
149 Piring makan biru Melamin 8
150 Piring lauk Melamin 18
151 Mangkok sayur Melamin 9
152 Piring makan besar Sango 10
61
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
153 Piring makan kecil Sango 6
154 Gayung pendek Plastik 2
155 Pengasah pisau 1
156 Pisau kecil Stanlis 1
157 Pisang sedang Stanlis 1
158 Sutil plastik untuk teflon Plastik 6
159 Saringan teh kecil Stanlis 1
160 Blender pemasrah Panasonik 1
161 Pisau dapur Stanlis 1+5
162 Piring lauk 13,5cm x 13,5 cm Sango 12
163 Termos air panas Lion star 10
164 Cetakan tumpeng Alumunium 1
165 Gelas ukur Plastik 3
166 Gayung tangkai panjang Plastik 6
167 Gayung tangkai pendek Plastik 3
168 Iros MLP Alumunium 3
169 Iros sedang Alumunium 1
170 Jros sedang Plastik 4
171 Jepitan ikan Stenlis 13+12
172 Pengupas wortel Stenlis 2+5
173 Karet presto Plastik 2
174 Termos nasi Plastik 3
175 Termos air teh/kopi Plastik 2
176 Termos air panas 1
177 Tutup saji kecil Plastik 9
178 Tempat buah segi empat Plastik 5+3
179 Tempat sendok Plastik 1
180 Teko air panas Plastik 2
181 Talenan kel Plastik 2
182 Tempat guali oval Plastik 5
183 Tempat ss segi empat Plastik 22
184 Teflon 26cm 1
185 Teflon 24cm 2
186 Marang besar Plastik 4
187 Marang sedang Plastik 9
188 Monting blender Plastik 8
189 Regulator kecil Kuantum 1
190 Kursi duduk pendek Plastik 6
191 Saringan santan Plastik 2
62
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
192 Saringan teh kecil Stenlistil 2
193 Saringan teh besar Stenlistil 2+2
194 Solet Plastik 20+8
195 Sendok nasi Stenlistil 4
196 Sendok nasi Plastik 6
197 Sutil kecil Alumunium 5
198 Pisau sayur kecil Besi 22
199 Pisang garnis Alumunium 3
200 Pisau daging besar Stanlis 1+1
201 Pasrah manisa Stanlis 1
202 Pring laut bertutup Sango 12
203 Mangkok sayur tertutup Sango 12
204 Piring snack segi empat Sango 24
205 Pengaduk bubur kayu Kayu 3
206 Kocok telur Stanlis 2
207 Saringan santan Stanlis 2
208 Pemukul daging Stanlis 1
209 Sutil sedang tangkai Stanlis 2
(Sumber : Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang)
Data inventaris RSUD Kanjuruhan sudah sesuai dengan
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2013 Tentang
“Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit” yaitu adanya uraian
sarana dan prasarana khususnya pelaratan penyajian makanan
yang harus dimiliki RS antara lain; bak cuci, meja distribusi,
lemari alat, kereta makan, panci, wajan, alat pengaduk,
penggoreng, piring, gelas, sendok, lemari pendingin, blender,
sarana kebersihan, tempat sampah.
63
5) Evaluasi Fasilitas Fisik Dapur Institusi
Tabel 3.2 Evaluasi Fasilitas Dapur Institusi
Besaran
No Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang/ Kebutuhan Fasilitas Analisis Rekomendasi
Luas
1 Ruang Ruang tempat ±16 m2 Rak bahan-bahan makanan, Luas ruang penerimaan Disediakan meja untuk
Penerimaan dan melaksanakan timbangan kap. 20-300 kg, kereta di RSUD Kanjuruhan ini menaruh bahan
Penimbangan kegiatan penerimaan angkut, pembuka botol, penusuk sudah sesuai standart makanan datang
Bahan Makanan dan penimbangan beras, pisau, kontainer, troli, alat yaitu sebesar 12,4 sehingga bahan
bahan makanan. penguji kualitas telur, lemari arsip. m².Fasilitas dalam ruang makanan tidak
penerimaan ini adalah diletakkan di bawah.
timbangan dengan Kurangnya peralatan di
kapasitas 100 gr-300 kg, ruang penerimaan
troli, dan tempat bahan makanan terjadi
pencucian. karena ruangan ini
masih dalam tahap
pembangunan atau
perbaikan.
2 Ruang Ruang tempat Min. 6 m2 Freezer, lemari pendingin, Luas ruangan Letak chiller dan
Penyimpanan menyimpan bahan container bahan makanan, penyimpanan bahan freezer yang tidak
Bahan Makanan makanan basah yang timbangan kapasitas 20-100 kg, basah sudah sesuai sesuai dengan
Basah harus dimasukkan kereta angkut, pengusir tikus dengan standart yaitu tempatnya dikarenakan
kedalam lemari elektrik sebesar 6,6 m². dapur gizi masih dalam
pendingin. tahap perbaikan
64
Fasilitas ruang sehingga untuk
penyimpanan bahan sementara ditempatkan
segar adalah chiller, di tempat lain.
freezer, dan tempat
bahan makanan dari
plastic.
67
gelas ukur, sendok makan, sendok dikarenakan ruangan
teh, panci kecil bertangkai belum digunakan dengan
diameter 15 cm, piring dan gelas, maksimal.
mangkok, waskom plastik,
kocokan susu, serbet, cempal, sikat
botol, timbangan susu kapasitas 2
kg, sterilisator, mixer, blender
8 Ruang Cuci Ruang cuci plato min. 9 m2 Pencucian secara mekanik Luas ruangan pencucian Pensterilan dilakukan
serta perlengkapan memerlukan : mesin cuci kapasitas sudah sesuai dengan dengan cara manual
makan dan minum 100 piring, rak pengering alat standart yaitu sebesar yaitu direndam dalam
lainnya kebersihan 12,4 m². Fasilitas yang air panas selama 5
Pencucian manual memerlukan : ada di ruang pencucian menit, segera dilakukan
ember plastik kapasitas 30 liter, alat makan pasien ini perbaikan water heater
baskom plastik kapasitas 30 liter, adalah 3 bak cuci, sabun, agar proses pencucian
perlengkapan kebersihan (sapu, air mengalir dan tempat alat makan dapat
sikat, lap, alat/kain untuk pel, sampah. Water heater berjalan dengan baik.
vacuum cleaner dalam kondisi rusak.
Tambahan untuk ruang pencucian Beberapa fasilitas tidak
: alat pengukur desinfektan tersedia karena dapur
pencucian, sabun cuci, karbol, instalasigizi masih dalam
pencuci dinding keramik, tempat tahap perbaikan.
sampah tertutup (basah dan
kering), serok air
68
9 Ruang Ruang penyimpanan Min. 6 m2 Sabun cuci colek, sikat, alat/kain Luas ruangan Luas ruangan sudah
Penyimpanan troli gizi sebelum untuk mengelap, serok air penyimpanan troli sudah sesuai, namun
Troli Gizi dibersihkan sesuai dengan standart ditambahkan alat
yaitu sebesar 16,6 m². pembersih trolli
10 Ruang Ruang penyimpanan Min. 9 m2 Lemari perkakas dapur khusus, rak Luas ruangan Ruangan kurang dari
Penyimpanan perlengkapan dapur perkakas dapur, meja, kursi penyimpanan alat dapur standart, ruangan
Peralatan Dapur bersih belum sesuai standart penyimpanan alat dapur
yaitu 8,9 m². bersih seharusnya
penyimpanan alat masak dipisah dari tempat
masih berada dalam satu pencucian alat masak
ruangan dengan
pencucian alat.
11 Ruang Ganti Alat Ruang petugas dapur Min. 6 m2 Sarung tangan, sepatu dapur / Luas ruangan ganti Luas ruangan belum
Pelindung Diri mengenakan APD sepatu boot, baju khusus, loker, karyawan belum sesuai standar dan ruangan
(APD) dan loker. (Sarung tangan, tutup rambut, masker (tutup dengan standart yaitu belum digunakan
celemek, sepatu, hidung dan mulut), celemek/apron sebesar 3,6 m². dengan maksimal
tutup kepala, dikarenakan masih
masker, dll) dalam tahap perbaikan
12 Ruang Ruang para Petugas 3~5 m2/ Meja, kursi, lemari berkas/arsip, Luas ruangan Luas ruangan sesuai
Administrasi melaksanakan petugas intercom/telepon, safety box administrasi sudah sesuai standart, ruang
kegiatan teknis (min. 6 standart yaitu 28,4 m². administrasi, ahli gizi
medis gizi klinik m2) ruang administrasi dan staff diletakkan
69
serta administrasi, berada dalam satu secara terpisah.
keuangan dan ruangan dengan ruang
personalia. ahli gizi dan staff
13 Ruang Kepala Ruang tempat kepala Min. 6 m2 Meja, kursi, lemari berkas/arsip, Luas ruangan kepala gizi Ruangan belum
Instalasi Gizi lnstalasi bekerja dan intercom/telepon, safety box sudah sesuai dengan digunakan karena
melakukan kegiatan standart yaitu 6,2 m² dalam tahap
perencanaan dan pembangunan
manajemen.
14 Ruang Pertemuan Ruang tempat Min. 9 m2 Meja, kursi, lemari berkas/arsip, Tidak tersedia Disediakan ruang
Gizi Klinik diskusi/pertemuan intercom/telepon, safety box diskusi
15 Janitor Ruang penyimpanan Min. 3 m2 Rak/lemari, perlengkapan Luas ruangan janitor Luas ruangan tidak
perlengkapan kebersihan belum sesuai dengan sesuai dengan standart.
kebersihan standart yaitu sebesar 1,4 Diadakan rak atau
m². Fasilitas yang lemari penyimpanan
tersedia yaitu alat alat kebersihan.
kebersihan.
16 Ruang Ruang untuk 3 m2 Keran pengatur uap, Manometer Tidak tersedia Disediakan ruang
Pengaturan/ pengendalian dan (sesuai uap, Header Uap manifold uap agar
Manifold Uap pendistribusian uap kebutuhan) sirkulasi udara berjalan
dengan baik.
17 Ruang Panel Ruang sentral 3 m2 Panel daya penerangan, panel daya Tidak ada ruang panel Diadakan ruang panel
Listrik pengendalian listrik (sesuai stop kontak, panel daya listrik listrik listrik.
kebutuhan)
70
18 Ruang Ruang untuk 4 m2 Keran pengatur gas, Manometer Tidak ada ruang Diadakan ruang panel
Pengaturan/ pengaturan (tergantung tekanan gas elpiji, Header gas manifold gas LPG gas LPG
Manifold Gas pemakaian gas elpiji kebutuhan) elpiji
Elpiji
19 Ruang Untuk menyimpan 3 m2 Penjepit Tabung, Kedudukan Luas ruangan Sudah sesuai
Penyimpanan tabung gas elpiji Tabung, Troli Tabung penyimpanan tabung gas
Tabung Gas Elpiji sudah sesuai dengan
standart yaitu sebesar 3,6
m². Fasilitas di ruang ini
yaitu gas LPG.
20 Gudang Alat Untuk memyimpan Min. 16 m2 Rak-rak Tidak ada Diadakan ruangan
alat makan penyimpanan alat
makan.
21 Ruang PKL Untuk kegiatan + 32 m2 Meja, kursi, white board, Laptop, Luas ruangan PKL Ruangan belum
pendidikan dan LCD dll belum sesuai dengan digunakan disebabkan
pelatihan mahasiswa standart yaitu 10,7 m². karena dalam tahap
perbaikan.
22 Ruang Petugas Untuk pelaksanaan + 12 m2 Meja, kursi dan peralatan Luas ruangan petugas Dilakukan perluasan
Jaga Dapur pengawasan administrasi dll pengawas belum sesuai ruang pengawas
produksi makanan dengan standart yaitu 5,3
m². fasilitas yang ada di
ruang pengawas yaitu
meja, kursi dan peralatan
ATK, komputer/laptop.
71
23 Ruang Nutrisionis Tempat nutrisionis + 10 m2 Meja, kursi, komputer, rak buku Luas ruangan ahli gizi Ruang ahli gizi, staff
atau nutrisionis sudah dan administrasi
sesuai dengan standart sebaiknya tidak
yaitu sebesar 28,4 m², dijadikan satu ruangan.
namun ruang nutrisionis
berada satu ruangan
dengan ruang
administrasi dan staff.
fasilitas yang ada di
ruang ahli gizi yaitu meja
kursi, alat ATK, dll
24 KM/WC petugas KM/WC @ KM/WC Kloset, wastafel, bak air Luas KM/WC belum Perluasan KM/WC,
pria/wanita sesuai dengan standart disediakan sabun
luas 2 m2 – yaitu sebesar 1,15 m². pencuci tangan dan
3 m2 wastafel
(Sumber: Kemenkes RI. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B)
72
6) Manajemen Energi dalam Penyelenggaraan Makanan Institusi
Tabel 3.3 Data Keperluan Listrik RSUD Kanjuruhan 2019
Waktu
KWh
Jumlah Daya Pemakaian
No Alat Merk (kwh =
(Alat) (Watt) Perbulan
0,001)
(jam)
1 Chiller Gea 1 150 24 3,6
2 Lemari Es Sharp 1 50 24 1,2
3 Blender Panasonic 1 190 3 0,57
4 Blender Philips 1 350 3 1,05
Rice
5 Fujimax 1 45 12 0,54
Cooker
Exhaust
6 Panasonic 2 50 12 1,2
fan
Exhaust
7 Kdk 2 74 12 1,776
Fan
8 Dispenser Miyako 1 300 24 7,2
Kipas
9 1 55 12 0,66
Angin
Komputer
10 1 450 12 5,4
1 paket
11 Lampu TL Philips 3 40 12 1,44
12 Lampu TL Philips 6 20 12 1,44
Lampu
13 Philips 4 25 12 1,2
PIJAR
14 Lampu SL Philips 2 18 12 0,43
TL
15 Miyaka 8 20 12 1,92
Nyamuk
TOTAL (Kwh) 29,626
Total Kebutuhan di Instalasi Gizi
29,626 kwh x Rp 1467,26 = Rp 43,4669/hari
73
3.2.3 Menejemen Sumber Daya Manusia
1) Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang
74
Gizi/Kesehatan atau D4
Gizi dengan pendidikan
dasar D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
5 tahun di instalasi gizi
3. Administrasi Pendidikan : Sesuai dengan
Kualifikasi: D3 Gizi standar kualifikasi
Minimal lulusan D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
1 tahun di instalasi Gizi
4. Koordinator Unit penelitian dan Pendidikan: Sesuai dengan
pengembangan Gizi S2 Gizi dan standar kualifikasi
Kualifikasi : Kesehatan
Minimal lulusan S1
Gizi/Kesehatan atau D4
Gizi dengan pendidikan
dasar D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
3 tahun di instalasi gizi
5. Koordinator unit pelayanan gizi Pendidikan: Sesuai dengan
ruang rawat inap D4 Gizi standar kualifikasi
Kualifikasi :
Minimal lulusan S1
Gizi/Kesehatan atau D4
Gizi dengan pendidikan
dasar D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
3 tahun di instalasi gizi
6. Koordinator unit penyuluhan Pendidikan : Sesuai dengan
dan konsultasi Gizi D3 Gizi standar kualifikasi
Kualifikasi:
Minimal lulusan S1
Gizi/Kesehatan atau D4
Gizi dengan pendidikan
dasar D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
3 tahun di instalasi gizi
7. Koordinator unit produksi dan Pendidikan: Tidak sesuai
distribusi makanan D3 Gizi dengan standar
Kualifikasi: kualifikasi
Minimal lulusan S1
75
Gizi/Kesehatan atau D4
Gizi dengan pendidikan
dasar D3 Gizi
Pengalaman kerja minimal
3 tahun di instalasi gizi
8. Ahli Gizi ruangan Pendidikan : Sesuai dengan
Kualifikasi : minimal lulusan S2 Gizi dan standar kualifikasi
D3 Gizi Kesehatan,
S1 Gizi, D4
Gizi, D3 Gizi
9. Pengawas Unit Produksi dan D3 Gizi Sesuai dengan
Distribusi Makanan standar kualifikasi
Kualifikasi : minimal lulusan D3
Gizi
78
Tabel 3.6 Uraian Tugas Wakil Instalasi Gizi
RSUD Kanjuruhan 2019
Wakil Kepala Instalasi Gizi
Tanggung 1) Koordinator pelayanan gizi rumah sakit
Jawab 2) Bertanggung jawab langsung kepada
kepala instalasi gizi
3) Pelaksana kegiatan asuhan gizi di ruang
rawat inap
Wewenang 1) Membantu kepala instalasi gizi
mengkoordinir pengelolaan kegiatan
pelayanan gizi rumah sakit
2) Melaksanakan kegiatan asuhan gizi di
ruang rawat inap
Tugas 1) Membantu kepala Instalasi Gizi
Pokok mengawasi dan mengendalikan proses
penyelenggaraan pelayanan gizi
2) Melaksanakan tugas Ka. Instalasi bila
berhalangan/tidak masuk kerja
3) Memberi masukan pada kepala instalasi
gizi untuk pengembangan pelayanan gizi
4) Merekap jumlah kunjungan pasien di poli
gizi bulanan dan tahunan
5) Memonitoring keamanan penggunaaan
kompor dan tabung LPG
6) Memonitoring kelancaran pembuangan
limbah cair makanan
7) Memonitoring pemakaian, pemeliharaan,
dan kerusakan sarana dan prasarana di
Instalasi Gizi
8) Melaksanakan kegiatan penyuluhan
kelompok di rungan
9) Melaksanakan kegiatan asuhan gizi di
ruang rawat inap
10) Memonitoring kesesuaian diit pasien di
ruang rawat inap
11) Bekerjasama dan komunikasi dengan
petugas di ruang rawat inap,
sekretaris/unit produksi makanan instalasi
gizi.
Tugas 1) Membimbing mahasiswa PKL
Tambahan 2) Memonitoring kebersihan di lingkungan
79
Instalasi Gizi
3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Instalasi Gizi
b. Sistem Rekruitmen
Sistem rekruitmen adalah proses untuk mendapatkan
calon karyawan yang memiliki kemampuan yang sesuai
dengan kualifikasi dan kebutuhan suatu organisasi atau
instansi (Mardianto, 2014). Sistem rekuitmen dan seleksi
pada RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagai berikut :
- Kepala Instalasi Gizi mengajukan form pengajuan
tenaga ke SDM
- Pihak SDM akan memproses pengajuan tenaga untuk
diajukan kepada Direksi
- Jika pihak Direksi ACC maka segera dilakukan tes
rekutmen.
Jika calon pegawai dinyatakan diterima maka akan
dipanggil sebagai pegawai orientas, kegiatan ini dilakukan
dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 sistem orientasi
yaitu :
1. Orientasi umum yang dilakukan oleh pihak SDM selama
3-6 hari.
91
2. Orientasi khusus yang dilakukan oleh unit terkait
tetapi masih dalam pengawasan pihak SDM kegiatan
ini dilakukan selama 3 bulan (±).
Adapun evaluasi/penilaian dari kegiatan Orientasi tersebut
meliputi:
1. DP3 (kuesioner soft skill/lain-lain dengan metode 360
derajat, semua ini menilai).
2. Tes tulis.
3. Tes kompentensi (KPRS, K3, PPI, BHD, Agama Islam)
4. Wawancara (Menejer unit, SDM)
Hasil rekapan penilaian akan dilakukan oleh pihak
SDM, apabila dalam hasil penilain sudah terpenuhi maka
calon pegawai tersebut akan menjadi calon pegawai
kontrak dan apabila penilaian masih belum terpenuhi maka
pihak SDM akan berkoordinasi dengan kepala unit
kemudian memanggil calon pegawai dan memberikan
kesempatan 1 bulan untuk memperbaiki, apabila dalam satu
bulan tersebut penilaian masih kurang maka maka pegawai
tersebut dinyatakan tidak lolos orientasi dan yang bagi
pegawai yang nilai evaluasinya terpenuhi akan menjadi
calon pegawai/pegawai kontrak.
Penilaian calon pegawai/kontrak ini dilakukan
selama 1 tahun atau waktu yang mendekati bulan April atau
Oktober pada tahun berjalan tersebut, karena periode
evaluasi ada pada bulan April dan Oktober, adapun
penilaian tersebut meliputi :
1. DP3 (Kuesioner soft skill/lainnya, metode 360 derajat,
semua lini menilai – atasan, bawahan, teman seruangan
dan teman seruangan dan teman di luar ruangan)
2. Tes kompetensi RS (PPI, KPRS, K3, BHD)
3. Wawancara (Manajer, SDM, Direktur)
4. Diklat Kegawaian dan ke-NU-an (DM dan Yayasan)
92
Hasil rekapan penilaian akan dilakuakan oleh pihak
SDM. Apabila penilaian pegawai kontrak tersebut sudah
terpenuhi maka akan menjadi Pegawai Tetap dengan
persyaratan lulus semua prosedur evaluasi kinerja.
c. Orientasi
Orientasi adalah aktivitas sumber saya manusia yang
memperkenalkan karyawan baru kepada organisasi dan
kepada tugas-tugas yang harus dikerjakan, atasan, dan
kelompok kerja (Ivancevich dalam Marwansyah, 2010:141).
Orientasi di RSUD Kanjuruhan dilakukan dua kali, yaitu saat
orientasi pegawai baru diperkenalkan tentang semua
komponen yang ada di RSUD Kanjuruhan agar pegawai
tersebut mengetahui dan memahami komponen apa saja yang
ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang. Jika pegawai
baru merupakan ahli gizi yang nantinya ditempatkan di
ruangan maka akan diorientasikan ke ruang rawat inap secara
rinci dan jika pegawai baru merupakan petugas pelaksana
atau transporter maka hanya diorientasikan di Instalasi Gizi.
Orientasi pegawai baru di Instalasi Gizi dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan :
Visi Instalasi Gizi yaitu Menjadi Instalasi Gizi yang
mampu memberikan pelayanan professional pada 2020.
Misi Instalasi Gizi yaitu: Memberikan pelayanan gizi
secara cepat, tepat, aman dan memuaskan. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia guna mendukung upaya
peningkatan mutu pelayanan gizi. Memberikan informasi
gizi secara benar, jelas dan akurat.
Orientasi yang dilakukan Intalasi Gizi sudah sesuai
dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang
menjelaskan tentang orientasi dalam SOP disebabkan bahwa
Instalasi Gizi harus memperkenalkan kepada karyawan baru
93
tentang semua komponen yang ada di RSUD Kanjuruhan
agar pegawai tersebut mengetahui dan memahami semua
komponen dan Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan sudah
menerapkan dilakukan sebanyak 2x. Selain itu dapat dilihat
dari tujuan orientasi yang terrealisasikan yaitu memberikan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas
pegawai baru Instalasi Gizi.
94
e. Supervisi
Supervisi yang dilakukan di Instalasi Gizi RSUD
Kanjuruhan dilakukan secara langsung oleh Kepala Instalasi
Gizi dengan melakukan kegiatan briefing dan rapat rutin
yang dilakukan setiap 1 bulan sekali untuk membahas kinerja
dan perkembangan tentang penyelanggaraan makanan di
Instalasi Gizi. Supervisi sendiri bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan perbaikan layanan dan kinerja dari
karyawan Instalasi Gizi.
95
Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu satu tahun yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang. SKP (Sasaran Kerja
Pegawai) juga digunakan sebagai penilaian tenaga di Instalasi
Gizi yaitu berupa target pencapaian dari tupoksi yang
dihitung dari awal tahun dan direkap pada akhir tahun berupa
prosentase. Dapat dikatakan bahwa SKP adalah rencana kerja
dan target yang akan di capai oleh Pegawai Negeri Sipil.
Penilaian kinerja dilakukan untuk mengelola
operasional organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal, mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan, dapat menyediakan umpan balik bagi karyawan
mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja, serta
memberikan motivasi karyawan dalam mencapai secara
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hail yang
diinginkan.
3) Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja menurut Siagian (dalam Agustin, 2014)
adalah kemampuan menghasilkan barang atau jasa dari berbagai
sumber daya dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap pekerja.
Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai kemampuan
meningkatkan hasil kerja karyawan yang ditinjau dari sumber daya
yang dimiliki oleh setiap masing-masing individu. Dari segi data
instalasi gizi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang, makanan
pasien dalam satu bulan kurang lebih 11.313 porsi, sehingga jika
dalam satu hari rata-rata menghasilkan 365 porsi. Jam kerja efektif
sehari tenaga produksi makanan adalah 7 jam. Berdasarkan data
yang sudah didapat dapat dihitung produktivitas kerja karyawan,
yaitu:
96
a. Berdasarkan Makanan/Jam Kerja
= 52 porsi/jam
b. Berdasarkan Menit/Makanan
98
a. Ahli Gizi Ruang Rawat Inap
Waktu kerja tersedia = [A - (B+C+D+E) × F]
= [313 - (12+3+14+1) × 7]
= [ 286 x 7]
= 1.981 jam/tahun
= 118.860 menit/tahun
1) Beban kerja per tahun = 45.365
2) Standart Kelonggaran = 0,31
3) Tenaga kerja sekarang =7
b. Transporter
Waktu kerja tersedia = [A - (B+C+D+E) × F]
= [309 - (12+2+0+1) × 7]
= [ 294 x 7]
= 2.058 jam/tahun
= 123.480 menit/tahun
1) Beban kerja per tahun = 12.348
2) Standart Kelonggaran = 0,295
3) Tenaga kerja sekarang = 10
100
Tabel 3.21 Waktu Kerja Tersedia Transpoter
Waktu Kerja Tersedia
Hari Kerja 309 hari/tahun
Cuti Tahunan 12 hari/tahun
Hari Libur Nasional 0 hari/tahun
Pelatihan 2 hari/tahun
Absen/Ketidakhadiran Kerja 1 hari/tahun
Hari Kerja Tesedia dlm Setahun 294 hari/tahun
Waktu Kerja 7 jam/hari
2.058 jam/tahun
Waktu Kerja Tersedia
123.480 menit/tahun
101
troli
Mencatat alat
makan yang
8 120 1029 942 0,92
keluar dan
kembali
Membungkus
9 120 1029 450 0,44
anack DM
10 Mengecek kitir 120 1029 942 0,92
Koordinasi dan
11 45 2744 314 0,11
Pelaporan
Jumlah 12348 9,70
c. Pelaksana Masak
Waktu kerja tersedia = [A - (B+C+D+E) × F]
= [303 - (12+2+0+1) × 7]
= [288 x 7]
= 2016 jam/tahun
= 120.960 menit/tahun
1) Beban kerja per tahun = 76.272
2) Standart Kelonggaran = 0,24
3) Tenaga kerja sekarang = 10
102
62,167/tahun
Rata - rata
5,167/bulan
Waktu Kerja Tersedia = 365 - 62 = 303 hari
105
akan sangat terbantu. Begitu juga dengan tenaga transpoter yang
mengalami kekurangan tenaga kerja dapat teratasi dengan
dibantunya pelaksana masak. Pegawai instalasi gizi RSUD
Kanjuruhan saling membantu dan bersinergi untuk melengkapi
kekurangan yang ada.
106
2) Jenis Menu
Secara mendasar terdapat 3 jenis menu berdasarkan tipe
menu yaitu menu statis, menu sekali pakai (single use menu) dan
menu siklus (cycle menu). Sedangkan berdasarkan pilihannya yaitu
full selective menu, semi selective, dan non selective menu. Selain
itu tipe menu diklasifikasikan berdasarkan cara pemberian
harganya yaitu ala carte dan table d’hote.
a. Jenis Menu Berdasarkan Tipe
a) Menu Statis (Static Menu), atau Menu Ditetapkan
(Fixed Menu) atau Basic Menu
Menu/hidangan yang ditawarkan secara tetap setiap
saat atau setiap hari. Jenis menu ini biasanya digunakan
pada institusi yang bersifat komersial khususnya apabila
menu tersebut menjadi ciri khas dari institusi tersebut.
Jenis menu ini banyak di jumpai di restoran atau hotel
dimana konsumennya berubah setiap hari, atau dimana
item yang tercantum pada daftar menu yang ditawarkan
variasinya cukup banyak. Menu ini biasanya juga dibuat
untuk konsumen yang kesulitan dalam menentukan menu
yang akan dipesan atau diinginkannya seperti anak-anak,
manula, tempat pertunjukkan atau arena olahraga.
Banyak rumah sakit sekarang ini mencoba
menggunakan menu statis atau menu gaya hotel karena
hari rawat pasien yang lebih pendek dan menerapkan
konsep layanan kamar. Menu statis dapat fleksibel yaitu
dengan mengubah satu atau dua item setiap hari atau
menawarkan menu spesial di hari-hari tertentu. Menu
statis mungkin sangat terbatas pilihannya, seperti di
banyak restoran cepat saji. Perubahan menu dibuat setelah
ada pengembangan produk/modifikasi dan riset pasar yang
cermat. Kelebihan menu statis dapat menyederhanakan
dalam pembelian bahan makanan, produksi makanan,
107
pelayanan dan manajemen secara umum dalam proses
penyelenggaraan makanan institusi. Jika rumah sakit akan
menggunakan menu statis perlu dikaji rata-rata lama hari
rawat pasien/length of stay (LOS) supaya penyelenggaraan
makanan di rumah sakit bermutu baik.
108
kelebihan dan kekurangan. Menu 5 hari : biasanya
digunakan untuk institusi dengan 5 hari kerja/minggu atau
institusi khusus seperti sekolah. Kelebihannya menu
mudah dirancang namun kekurangannya pengulangan
bahan makanan dan hidangan lebih cepat. Menu 7 hari :
yang menjadi dasar adalah hari dalm satu minggu (senin
sampai dengan minggu). Kelebihannya pengulangan
bahan makanan dan hidangan lebih lama tapi
kekurangannya konsumen mudah mengingat karena
berhubungan dengan nama hari.Menu 10 hari : Menu 10
hari mendasarkan pada tanggal 1 sampai dengan 10, menu
akan berulang lagi pada tanggal 11 dan seterusnya.
Kelebihannya dengan menu 10 hari konsumen tidak bosan
karena pengulangan bahan makanan dan hidangan setiap
10 hari sekali, namun kekurangannya sulit untuk
merencakan karena panjang/lama.
Menu siklus perlu direncanakan dengan hati-hati jika
akan dijadikan sebagai menu pilihan atau bukan pilihan.
Pada institusi yang baru menggunakan menu siklus, siklus
pertama dapat digunakan sebagai periode uji coba. Pada
periode satu siklus dijalankan akan terlihat jika ada
masalah yang terjadi, sehingga bisa dilakukan perbaikan
pada siklus berikutnya. Perubahan musim, ketersediaan
bahan makanan dipasaran, perubahan karakteristik
konsumen merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
dalam siklus menu, sehingga siklus menu perlu dikaji
ulang secara periodik. Penetapan lamanya siklus harus
memperhatikan lamanya konsumen mendapat pelayanan
makan. Lamanya siklus jangan sampai menimbulkan
ketidakpuasan konsumen, tetapi juga jangan sampai
menyulitkan pengelola. Kebaikan penggunaan menu siklus
adalah:
109
Menghemat waktu dan tenaga perencanaan menu dan
membantu dalam teknik perencanaan menu yang akan
datang, sehingga dalam membuat pergantian menu
dapat dapat dirubah menu yang kurang/tidak disukai
konsumen.
Memudahkan pembelian bahan makanan dan
pengolahan.
Menghindari pengulangan item menu yang sama,
makanan dapat disusun lebih bervariasi sehingga dapat
menghindarkan kebosanan.
Frekuensi penggunaan dari masing-masing bahan
makanan dapat diatur, sehingga dapat membantu dalam
standarisasi biaya, produksi dan prosedur pelayanan
makanan.
Mencegah penggunaan peralatan yang tidak efisien.
Pembelian bahan makanan dan peralatan inventaris
dapat dikontrol secara baik.
Beban kerja karyawan dapat diseimbangkan dan di
distribusi dengan jelas.
Membantu supervisor dalam mengatur aktifitas
penyelenggaraan makanan.
Kerugian penggunaan menu siklus jika penerapan
jangka waktu siklus lebih pendek dari lamanya konsumen
mendapat pelayanan makanan, sehingga pengulangan
macam hidangan menjadi lebih cepat sehinga mudah
bosan. Jika siklus yang diaplikasikan pada non pilihan,
sehingga makanan yang ditawarkan mungkin tidak
termasuk makanan yang sangat disukai atau kemungkinan
makanan yang sering ditawarkan adalah makanan yang
tidak populer. Jika siklus menu yang digunakan lebih
lama, seringkali tidak konsekuen yaitu dengan masih
terjadinya pengulangan nama hidangan di hari berikutnya.
110
b. Jenis Menu Berdasarkan Tingkat Pilihan
a) Menu Non Pilihan (Non Selective Menu) adalah susunan
menu dimana klien tidak dapat memilih menu yang disajikan.
Untuk klien yang tidak terlalu memperhatikan pelayanan
makanan dengan waktu yang terbatas menu ini sangat sesuai
digunakan. Kebaikan menu non pilihan adalah pengelola tidak
perlu berulangkali menyusun menu, sehingga menghemat
waktu dan dana. Kekurangannya mungkin klien tidak puas
karena terdapat hidangan yang tidak disukai sehingga tidak
dikonsumsi klien.
b) Menu Pilihan Terbatas (Semi Selective Menu), adalah klien
hanya dapat memilih sebagian kelompok hidangan. Pada menu
pilihan terbatas pilihan hanya diperbolehkan pada golongan
hidangan tertentu dan tidak boleh untuk golongan hidangan
yang ditentukan. Contoh konsumen diperbolehkan memilih
minuman dan sayuran tapi tidak untuk buah-buahan.
c) Menu Pilihan (Selective Menu), adalah menu dimana klien
diminta salah satu paket atau salah satu dari setiap golongan
hidangan yang ditawarkan. Setiap golongan hidangan yang
ditawarkan dapat disesuaikan dengan pola menu yang berlaku
di institusi. Banyaknya pilihan juga ditetapkan 2 atau 3 macam.
Pada restoran pilihanbiasanya lebih bervariasi, namun
menggunakan menu statis. Pada penyelenggaraan makanan
institusi, jika ada menu pilihan biasanya pilihannya tidak
terlalu banyak. Keuntungan dari menggunakan menu pilihan
yaitu menawarkan banyak pilihan ke konsumen, sehingga
konsumen akan memilih menu yang disukai. Dampaknya sisa
makanan tidak ada/dapat diminimalkan sehingga asupan zat
gizi menjadi lebih baik. Sisa makanan yang rendah berdampak
pada unit cost. Macam hidangan yang menjadi pilihan dapat
menggunakan hidangan yang telah di modifikasi dan
disesuaikan dengan pola menu yang ditetapkan.
111
Jika di fasilitas pelayanan kesehatan menu pilihan dapat
menjadi media edukasi bagi pasien agar dapat memilih sesuai
dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan. Kekurangan dari menu
pilihan adalah bahan pangan harus cukup tersedia di gudang
untuk memenuhi kebutuhan permintaan, staf produksi harus
terampil dan fleksibel untuk berbagai pilihan hidangan yang
bervariasi. Institusi juga harus konsekuen menyiapkan banyak
item menu pada setiap kali jam makan dengan jumlah porsi
yang sedikit, penggunaan waktu menjadi lebih banyak,
peralatan masak lebih bervariasi, akibatnya unit cost menjadi
meningkat. Pada fasilitas pelayanan kesehatan menu pilihan
hanya bisa diterapkan pada kelas perawatan yang lebih mahal,
atau dapat juga diterapkan pada penyelenggaraan makanan bagi
pekerja di perusahaan, khususnya untuk menu pilihan ditujukan
untuk para manager perusahaan tersebut.
112
3. Susun menu harus memperhatikan ketersediaan bahan
makanan dipasar jenis bahan makanan yang diperbolehkan
atau aman, kebiasaan makan daerah setempat dan anggaran
yang telah ditetapkan
4. Tetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan
waktu
5. Tetapkan master menu yaitu pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan
selama satu putaran menu
6. Tetapkan standar porsi yaitu banyaknya golongan bahan
makanan yang direncanakan setiap kali makan dengan
menggunakan satuan berat berdasarkan standar makanan
yang berlaku di Rumah Sakit
7. Kumpulkan berbagai jenis resesp hidangan, kelompokkan
berdasarkan jenis makanan (kelompok lauk hewani,
kelompok lauk nabati, kelompok sayuran, kelompok buah)
sehingga memungkinkan variasi makanan yang lebih
banyak.
8. Buat susunan hidangan yang terdiri dari lauk hewani, lauk
nabati, sayur, buah dan snack yang serasi warna, komposisi,
konsistensi bentuk dan variasinya.
9. Lakukan tes awal menu atau uji coba menu
10. Bila perlu perbaikan menu maka lakukan revisi menu dan
selanjunya menu siap untuk dilaksanakan.
3) Fungsi Menu
Dua fungsi dasar dari menu adalah pertama, menu
menetapkan kebutuhan yang harus disediakan/disiapkan untuk
berjalannya suatu penyelenggaraan makanan intitusi dan kedua,
menu merupakan alat koordinasi untuk melaksanakan tujuan
manajemen (pimpinan). Berikut beberapa fungsi menu menurut
berbagai sumber adalah: (Bakri, 2018)
113
a. Sebagai alat pemasaran yang berhubungan dengan pelayanan
makanan untuk memuaskan konsumen;
b. Sebagai alat kontrol dalam manajemen sistem
penyelenggaraan makanan (pada proses produksi dan
distribusi);
c. Sebagai alat penyuluhan/pendidikan bagi konsumen;
d. Sebagai alat untuk menunjukkan finansial institusi;
e. Sebagai alat informasi dan komunikasi antara unsur-unsur
dalam sub sitem penyelenggaraan makanan;
f. Sebagai sarana informasi harga, tehnik pemasakan dan metode
pelayanan dari setiap makanan yang disediakan;
g. Sebagai alat untuk menetapkan bahan-bahan yang akan dibeli,
cara pembelian, peralatan dan jumlah karyawan yang
dibutuhkan;
h. Sebagai faktor yang menentukan dalam memilih
perlengkapan, tata letak dapur dan perencanaan fasilitas
produksi;
i. Sebagai alat untuk menarik konsumen membeli atau
mengkonsumsi makanan atau hidangan yang disajikan;
j. Dengan disusunnya menu dapat diatur variasi penggunaan
bahan makanan/hidangan dan kombinasinya sehingga dapat
dihindari kebosanan.
Penggunaan standar resep, standar bumbu, standar porsi
dan siklus menu di RSUD Kanjuruhan Kepanjen menunjukkan
bahwa fungsi menu sudah berjalan dengan efektif dalam mengatur
proses penyelenggaraan makanan. Hal tersebut telah disusun dalam
SPO yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang tentang
penyusunan menu dan persiapan bumbu yaitu untuk penyusunan
menu terdiri dari pelaksana masak, pengawas, ahli gizi dan
koordinator unit produksi serta distribusi makanan, selain itu
penentuan macam menu disesuaikan bentuk makanan, kelas
perawatan dan dietnya. Penyusunan menu juga harus
114
memperhatikan ketersediaan bahan makanan di pasar, jenis bahan
makanan yang diperbolehkan atau aman, kebiasaan makan daerah
setempat dan anggaran yang telah ditetapkan selain itu juga
melakukan penetapan lama siklus menu, kurun waktu penggunaan
menu, master menu yaitu meliputi pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu
putaran menu, dilanjutkan dengan menetapkan standar porsi,
mengumpulkan berbagai jenis resep hidangan, membuat sususnan
idangan yang mana terdiri dari lauk hewani, lauk nabati, sayur dan
buah, melakukan tes awal menu dan jika perlu melakukan
perbaikan menu.
Dalam standar persiapan bumbu yaitu menyiapkan bumbu
yang dibutuhkan seperti empon-empon, bumbu yang berupa daun,
rempah-rempah, serta bawang merah dan bawah putih, dilanjutkan
dengan meracik bumbu, menumis masing-masing standar bumbu
sampai harum dan matang (bumbu menjadi kental dan berminyak)
setelah itu membiarkan sampai dingin, dilanjutkan dengan
pengemasan dalam kontainer tertutup kemudian bisa disimpan
didalam freezer dan untuk bumbu pada menu tertentu seperti
rawon, bobor setelah dilakukan peracikan kemudian diblender lalu
dapat dikemas dalam kontainer tertutup dan disimpan didalam
freezer.
4) Struktur Menu
Struktur menu adalah ketentuan frekuensi pemberian makan
dalam sehari contohnya 3 kali makan utama dan 2 kali makanan
selingan. Dalam menuliskan menu maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Menu yang di tulis biasanya berisi:
a. Nama dan alamat institusi. Pada menu harus tercantum nama
dan alamat institusi.
b. Desain harus spesifik. Biasanya disertai dengan adanya logo
institusi.
115
c. Ukuran dan warna. Ukuran menu tidak terlalu besar dengan
warna yang khas dan baik.
d. Dasar warna kertas yang digunakan harus berwarna muda, agar
tulisan mudah dibaca.
e. Susunan daftar sesuai dengan pola makan tertentu. Misalnya
untuk pola menu Indonesia, dimulai dari hidangan-hidangan
dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan
berbagai buah-buahan, serta macam-macam minuman.
Khusus pada fasilitas pelayanan kesehatan, biasanya
digunakan struktur menu dengan frekuensi pemberian makan 3 kali
sehari dan makanan selingan 1 atau 2 kali sehari dengan struktur
hidangan sebagai berikut:
a. Makan pagi : makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan
sayur, untuk kamar kelas VIP dan kelas I, sedangkan untuk
kamar kelas II dan kelas III tanpa lauk nabati.
b. Makan siang : susunan makanan yang diberikan lengkap yaitu
makanan pokok, lauk hewani, nabati, sayur, buah untuk kamar
kelas VIP, I, II dan III.
c. Makan sore : susunan makanan lengkap seperti makan siang
untuk kamar kelas VIP, I, II dan III.
d. Pemberian makanan selingan (snack) untuk kamar kelas I dan
kelas VIP adalah 2 kali makanan selingan disertai dengan
pemberian minuman berupa susu, teh manis atau sirup untuk
kelas VIP. Untuk kelas II dan III snack hanya diberikan 1 kali
yaitu snack pagi.
Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan struktur menu
akan terbentuk pola menu, contohnya:
a. Makanan pokok diberikan 3 kali sehari.
b. Lauk hewani diberikan 3 kali sehari.
c. Lauk nabati diberikan 3 kali sehari untuk kelas VIP dan kelas I,
2 kali sehari untuk kelas II dan kelas III.
d. Sayuran diberikan 3 kali sehari.
116
e. Buah diberikan 2 kali sehari untuk kelas VIP dan kelas I, 1 kali
sehari untuk kelas II dan kelas III pada makan siang.
f. Makanan selingan 2 kali sehari untuk kelas VIP dan kelas I
(pagi dan sore), 1 kali untuk kelas II dan kelas III (pagi).
Struktur menu yang ada di RSUD Kanjuruhan adalah 3 kali
makan utama dengan menggunakan siklus menu 10 hari plus satu.
Selingan yang diberikan pada pasien kelas VIP, I, dan II
mendapatkan dua kali buah dan tambahan snack dalam satu hari
yang mana snack tersebut didistribusikan sekitar jam 2 siang
sedangkan buah didistribusikan bersamaan saat makan siang dan
sore. Selingan yang diberikan pada pasien kelas III hanya mendapat
satu buah tanpa snack didistribusikan bersamaan saat makan siang.
Rincian waktu pendistribusian makanan pasien rawat inap yaitu
makan pagi 06.30 – 07.30 WIB, makan siang 11.30 – 12.30 WIB,
makan sore 16.30 – 17.00 (SPO RSUD KJ, 2018). Khusus bagi
penderita diabetes melitus mendapatkan 3 kali makan utama dan 3
kali snack bagi semua pasien tanpa memandang kelas perawatan
(VIP, I, II, III). Waktu pendistribusian makanan utama pada pasien
DM sesuai dengan diet yang lainnya, semetara waktu pemberian
snack DM berbeda, yaitu diberikan pada jam 10.00 WIB, 15.00
WIB dan 21.00 WIB.
Rekomendasi pemberian snack dan selingan di RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang adalah seharusnya selingan maupun
snack diberikan 3 jam setelah makanan utama datang. Hal tersebut
dilakukan agar pasien dapat memaksimalkan asupan makanan
dengan tidak mengkonsumsi selingan terlebih dahulu kemudian
makanan pokok yang dapat mengakibatkan sisa makanan pasien
banyak.
117
faktor dari pihak manajemen dan faktor dari pihak konsumen.
Berikut akan dijelaskan satu per satu faktor-faktor tersebut. (Buku
ajar gizi, 2018).
a. Faktor Konsumen
a) Kecukupan/Kebutuhan Gizi
Hampir semua institusi nonkomersial selalu
mengutamakan pemenuhan kecukupan/kebutuhan gizi
konsumen. Kecukupan/ kebutuhan gizi merupakan aspek
utama dalam pemenuhan status gizi guna meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi sangat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan aktivitas fisik.
Kecukupan/kebutuhan konsumen diterjemahkan dalam
standar makanan. Standar makanan ini yang menjadi dasar
dalam penyusunan menu pada institusi. Standar makanan
merupakan rujukan dalam menetapkan standar porsi dan
pola menu.
b) Kebiasaan Makan Dan Preferences
Bila menu akan ditawarkan kepada konsumen, maka
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, prioritas apa
saja sampai seseorang memilih makanan yang ditawarkan.
Setiap orang akan memilih makanan yang ditawarkan.
Setiap orang akan memilih makanan yang dia sukai dan dia
suka memilih yang ia makan. Kesukaan sangat tergantung
pada selera dan penerimaan individu terhadap makanan.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh pantangan adat istiadat,
agama, budaya, wilayah ataupun terapi yang sedang
dijalankan. Seorang manajer rumah sakit harus mengetahui
bahwa setiap konsumen mempunyai pengetahuan dan
pengalaman tentang makanan, sehingga akan
membandingkan dengan penyelenggaraan makanan
ditempat lain. Food preferences dapat diartikan sebagai
pemilihan makanan dari makanan yang ditawarkan.
118
Sedangkan food habit adalah cara seseorang memberikan
respon terhadap cara memilih, mengkonsumsi dan
menggunakan bahan makanan sesuai dengan keadaan sosial
dan budayanya.
c) Karakterisktik/Keadaan Bahan Makanan Tertentu
Dalam menyusun menu perlu juga diperhatikan faktor
karakteristik bahan makanan itu sendiri. Aspek yang
berhubungan dengan karekteristik bahan makanan adalah
warna, konsistensi dan tekstur makanan, rasa, aroma, cara
persiapan, ukuran dan bentuk potongan makanan,sanitasi
bahan makanan dan hidangan, suhu hidangan, besar porsi
dan cara penyajian.
b. Faktor Manajemen
a) Tujuan Institusi
Faktor pertama yang menjadi dasar perencanaan menu
di institusi adalah tujuannya, yaitu komersial atau
nonkomersial. Menu yang direncakanan untukrestoran tentu
berbeda dengan menu untuk rumah sakit. Menu merupakan
refleksi dari tujuan organisasi. Hal itu terlihat dari hidangan
yang ditawarkan, besar porsi, macam menu (selektif atau
standar).
b) Dana/Anggaran
Pada institusi nonkomersial dana yang dialokasikan
biasanya terbatas. Bahkan sangat terbatas. Untuk ini perlu
strategi dalam perencanaan menunya agar kecukupan gizi
konsumen terpenuhi. Hal ini terlihat dari pola menu,
macam bahan makanan yang digunakan dan jumlah tenaga,
jenis variasi menu dan lain-lain. Sedangkan untuk
komersial, dalam menetapkan harga jual makanan harus
benar-benar diperhitungkan, biaya bahan makanan, biaya
tenaga, dan biaya overhead, sehingga keuntungan yang
119
wajar dapat tercapai. Dalam penentuan biaya makan
institusi, faktor utama yang pelu diperhatikan ialah
kesesuaian kebutuhan/kecukupan gizi, hidangan, variasi
menu dengan anggaran yang didapat.
c) Ketersediaan Bahan Makanan di Pasar
Ketersediaan bahan makanan mentah dipasar akan
berpengaruh pada macam bahan makanan yang digunakan,
serta macam hidangan yang dipilih dan variasi menu. Pada
saat musim bahan makanan tertentu, pada menu yang telah
disusun dapat pula di substitusi dengan bahan makanan
tersebut. Substitusi dilakukan pada bahan makanan yang
frekuensi penggunaannya dalam 1 siklus lebih sering.
d) Fasilitas Fisik dan Peralatan
Macam menu yang disusun dapat mempengaruhi desain
fisik dan peralatan yang dibutuhkan. Namun di lain pihak
macam peralatan yang dimiliki dapat menjadi dasar dalam
menentukan item menu/macam hidangan yang akan
diproduksi. Contohnya bila dalam item menu yang
direncanakan terdapat Chicken nuggets, maka perlu
peralatan food prosessor. Menu yang disajikan hendaknya
disesuaikan dengan macam dan jumlah peralatan yang
tersedia.
e) Keterampilan Tenaga
Keterampilan, macam dan jumlah tenaga serta waktu
yang tersedia akan berpengaruh pada macam hidangan/item
menu serta jumlah item menu yang direncanakan.
f) Tipe Produksi dan System Pelayanan
Tipe produksi dan cara pelayanan yang tepat untuk type
sistem penyelenggaraan makanan tertentu, akan berdampak
pada macam hidangan yang direncanakan. Pada rumah
sakit, dimana distribusi makanan dilakukan dengan cara
120
sentralisasi, tidak dapat dipilih hidangan seperti omelet, es
krim dan lainlain.
Perencanaan menu yang dilakukan di RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang sudah dirancang sesuai dengan faktor yang
dapat mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain kebiasan
makan pasien dan ekonomi pasien. Hal tersebut terbukti dari menu-
menu yang dibuat sesederhana mungkin dengan nilai gizi yang
kurang lebih sama. Kebiasaan makan pasien menjadi salah satu
faktor karena banyak pasien yang masih berasal dari desa dan hanya
tahu makanan-makanan yang sederhana seperti lauk goreng dan
sayur bening.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua unit produksi,
dahulu siklus menu RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang pernah
dibuat modern, tetapi hal tersebut berdampak pada plate waste
pasien yang semakin banyak dikarenakan pasien tidak biasa dengan
menu tersebut. Ekonomi pasien juga menjadi salah satu faktor
dalam perencanaan menu, dikarenakan banyaknya pasien yang
menggunakan BPJS untuk pelayanan kesehatan sehingga anggaran
disesuaikan dengan hal tersebut.
121
atau 10 hari dengan kurun waktu pengguanaan menu dapat
diputar selama 6 bulan sampai 1 tahun
d. Menetapkan pola menu yaitu menetapkan pola dan frekuensi
mcam hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan
selama satu putaran menu dengan penetapan pola menu dapat
dikendalikan penggunaan bahan makanan sumber zat gizi yang
mengacu pada gizi seimbang
e. Menetapkan besar porsi atau banyaknya golongan bahan
makanan yang direncanakan setiap kali makan dengan
menggunakan satuan bahan penukar berdasarkan standar
makanan yang berlaku di Rumah Sakit
f. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan maam
pada satu putaran menu termasuk jenis makanan snack
g. Merancang format menu adalah susunan hidangan sesuai
dengan pola menu yang telah ditetapkan .setiap hidangan yang
terpilih dimasukan dalam format menu sesuai dengan golongan
bahan makanan.
h. Melakukan penilaian menu dan merevisi menu, melakukan
penilaian menu dibutuhkan instrumen penialain yang
selaanjutnya instrumen tersebut disebarkan kepada setiap
manager. Miasalnya manager produksi, manager distribusi da
marketing. Bila ada ketidaksetujuan dari salah satu pihak
manager maka perlu diperbaiki kembali sampai menu benar-
benar disetujui oleh semua manager.
i. Melakukan tes awal menu, apabila menu telah disepakati
makan perlu diadakan uji coba menu. Hasil uji coba langsung
diterapkan oleh perbaikan menu.
Langkah-langkah perencanaan menu yang diterapkan pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah
sesuai dengan standar pelayanan gizi rumah sakit. Perencanaan
menu dilakukan setiap satu tahun sekali dengan prosedur yang
sesuai dengan SPO di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang, salah
122
satunya adalah bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri
dari pelaksanaan masak, pengawas, ahli gizi dan coordinator unit
produksi dan distribusi makanan. Dalam penyusunan siklus menu,
beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Balance
Balance artinya adanya keseimbangan dalam rasa, warna,
dan penggunaan bahan makanan yang berarti tidak boleh
terjadinya
- Pengulangan warna pada setiap kali makan
- Pengulangan bahan pada setiap kali makan
- Pengulangan bentuk pada setiap kali makan
- Pengulangan rasa pada satu kali makan
2. Bervariasi
Bervariasi artinya tidak boleh terjadi penggunaan hidangan
yang sama dalam satu siklus menu atau tidak boleh terjadi
metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan.
b. Pengulangan Pengolahan
Berdasarkan pengamatan siklus menu di RSUD
Kanjuruhan terjadi pengulangan pengolahan pada siklus
menu ke 10 yaitu tumis sawi putih, wortel sawi hijau dan
oseng tempe dan tauge.
c. Pengulangan Warna
Berdasarkan pengamatan siklus menu di RSUD
Kanjuruhan, terjadi pengulangan warna pada siklus menu
ke 2 yaitu kare daging dan opor tempe dengan masakan
berwarna kuning, pada siklus menu ke 3 terjadi
pengulangan warna pada menu empal daging dan ayam
kecap dengan warna coklat, pada menu ke 4 terjadi
pengulangan warna pada menu kare ayam dan kare telur
dengan warna kuning, pada siklus menu ke 6 terjadi
pengulangan rendang tempe dan rendang ayam dengan
warna coklat, pada terjadi pengulangan pada menu daging
bb bali dan tempe bb bali dengan warna bumbu merah,
pada siklus menu ke 10 dengan menu tempe bb kecap dan
daging bb kecap dengan warna coklat, pada siklus menu ke
11 terjadi pengulangan pada menu opor tahu dan kare tahu
dengan warna kuning.
124
pasien sudah lama dirawat dirumah sakit dan kebiasaan makan
pasien.
125
Tabel 3.29 Analisis Hasil Perhitungan Nilai Gizi Makanan Tim
Menu Energi Protein Lemak KH
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Standart RS 1771,8 64,9 60,2 236,3
Menu 1 1930 91,6 58,4 256,8
Menu 2 1860,9 78,3 57,2 256,7
Menu 3 1868,7 81,6 57,4 258
Menu 4 1969,9 98,4 57 262,9
Menu 5 2048,9 89 70,2 264
Menu 6 1776,4 79 45,6 262
Menu 7 1868,2 83 52 265,7
Menu 8 1605,5 66,3 34,9 256,4
Menu 9 1834,7 73,8 50,4 271,2
Menu 10 1823,6 80,9 48,9 266,1
Menu 11 2022,3 88 67,5 264,3
Total 20609,1 909,9 599,5 2884,1
Rata- rata 1873,5 82,7 54,5 262,1
Presentase 105,7% 127,4% 90,5% 110,9%
Kesesuaian Sesuai Tidak Sesuai Sesuai
(cukup) sesuai (cukup) (cukup)
(lebih)
128
disebabkan karena kesalahan yang terjadi pada awal perencanaan
menu sehingga hal itu akan berkelanjutann dalam penerapan siklus
menu yang berdampak pada anggaran yang berlebih dari apa yang
direncanakan sehingga bisa menjadi kerugian untuk rumah sakit.
Rekomendasi yang bisa diberikan adalah menggunakan aplikasi
yang sama agar mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dan
seharusnya perencanaan menu dilakukan sesuai dengan SPO yang
telah ditetapkan agar tidak terjadi kesalahan berkelanjutan. Kami
mahasiswa sudah berusaha untuk memesan CD Menu tersebut
akan tetapi tidak kunjung datang, sehingga agar tidak membuang
waktu kami menggunakan nutrisurvey saja.
129
sama, yaitu terdapat pada menu ke 10 yaitu pada sayur tumis sawi
hijau sawi putih wortel dan oseng tempe tauge. Rekomendasi yang
diberikan adalah pengolahan dapat dilakukan dengan cara
dibening, ditumis, disup khusus untuk sayur dalam satu hari
makan. Untuk lauk bisa diolah dengan cara digoreng, dipanggang,
dikukus atau dipresto dalam satu hari makan. Selanjutnya
pengulangan pada warna, saat mengamati siklus menu ada
beberapa menu yang memiliki warna yang sama dalam satu hari
makan. Contoh pada siklus menu ke-2 yaitu pada kare daging dan
opor tempe yang mana sama-sama memiliki warna kuning.
Rekomendasi yang diberikan adalah menu dapat diganti tetapi
yang sama dan memiliki warna yang berbeda, misal seperti bumbu
balado dan rendang atau bumbu kecap.
Tabel 3.31 Rekomendasi Siklus Menu
Hari Waktu Makan
ke - Pagi Siang Sore
1 - Nasi - Nasi - Nasi
- Tempe mendoan - Telur bumbu - Kare ayam
- Tumis kacang balado - Capcay (sawi
panjang wortel - Sop-sopan putih, jagung
udang (kentang, muda, arcis)
kembang kol,
buncis)
- Gadon tahu
- Pisang hijau
- Nasi - Nasi - Nasi
- Tempe goreng - Telur bumbu - Empal daging
2 - Ikan bumbu opor - Brongkos kacang
merah - Tumis buncis panjang, labu
- Bening bayam tempe siam
- Pisang hijau - Tahu fantasi
- Nasi - Nasi - Nasi
- Dadar Gulung - Daging Sapi - Chiken popcorn
3 - Soun, tauge, bumbu rendang - Tempe bacem
kentang goreng - Tahu lapis - Semur manisa,
- Nugget tempe goreng buncis, wortel
- Saute Vegetable
130
- Pisang hijau
- Nasi putih -Nasi putih - Nasi putih
- Rolade daging -Lele goreng - Bandeng goreng
- Tahu bumbu -Tahu rempah - Oseng tempe +
kecap/goreng -Sayur bening lombok ijo ale/
4 - Sambel goring gambas tempe bumbu
labu + wortel - Pisang hijau kare
- - Urapan kacang
panjang + wortel
+ toge
- Nasi putih - Nasi Putih - Nasi putih
- Soto ayam - Pepes Ikan - Sate bakso dan
5 - Skotel tahu Tongkol telur puyuh
- Tumis kacang - Tempe mendoan - Tahu Goreng
panjang & bakso - Cah Kangkung - Tumis Kacang
- Pisang hijau Panjang
- Nasi putih - Nasi putih - Nasiputih
- Nugget ayam - Pindang telur - Udang saus
- Tumis Labu siam - Urap Urap manis
7
- Perkedel tahu - Tempe Mendoan - Sayur asem
- Pisang hijau jakarta
131
- Oseng kacang - Sambel goreng - Semur sayuran
panjang + wortel manisa + wortel (toge + wortel)
- Pisang hijau
132
a) Adanya kebijakan Institusi tentang pengadaan bahan
makanan.
b) Adanya kebijakan antar Institusi dengan rekanan atau
pemasok.
c) Adanya spesifikasi bahan makanan.
d) Adanya daftar pesanan bahan makanan.
e) Tersedia dana (Depkes, 2007).
Dalam melaksanakan pemesanan bahan makanan
mempunyai ketentuan sebagai berikut :
a) Pemesanan harus sesuai dengan jumlah, macam,
spesifikasi bahan makanan yang tertera dalam SPJB
(Surat Perjanjian Jual Beli).
b) Pemesan bahan makanan dengan frekwensi yang
ditetapkan
c) Mempertimbangkan harga dan kualitas.
d) Penerimaan disetujui setelah diadakan pemeriksaan.
e) Dibuat berdasarkan menu dan jumlah klien saat ini.
f) Pesanan dalam jumlah berat / butir / buah.
g) Mengetahui sumber, kondisi dan sanitasi bahan
makanan.
h) Pada akhir pesanan akan tercapai jumlah dana yang
disepakati.
i) Melakukan pencatatan secara rinci.
j) Meneliti order sebelum dikirim
133
yang tepat, waktu yang tepat, dan harga yang benar (Depkes
RI, 2013). Pembelian bahan makanan isntitusi tergantung pada
peraturan isntitusi, kondisi institusi (ada tidaknya tempat
penyimpanan), besar isntitusi dan kemampuan sumber daya
yang ada pada isntitusi tersebut. Selain itu faktor banyak atau
sedikitnya bahan makanan yang akan dibeli juga
mempengaruhi terhadap penetapan sistem pembelian bahan
makanan.
Prinsip adalah hal pokok yangdijadikan pedoman dalam
melakukan sesuatu, oleh karena itu, yang dimaksud dengan
prinsip-prinsip pembelian adalah hal-hal pokok dalam
pelaksanaan fungsi pembelian yang perlu dijadikan pedoman
atau acuan. Fungsi pembelian diadakan untuk melayani atau
menunjang organisasi lain tersebut. Oleh karena itu, prinsip-
prinsip kerjanya harus sedemikian rupa sehingga juga
berorientasi pada aktivitas penunjang seperti yang ditugaskan
tersebut dan prinsip kerja dari fungsi pembelian harus diatur
supaya mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
keberhasilan perusahaan. Ada beberapa metode pada
pembelian bahan makanan, antara lain:
a) Pembelian Langsung ke Pasar (The Open Market Of
Buying)
Cara Ini sebenarnya dapat digolongkan sebagai
pembelian setengah resmi atau setengah formal, karena
banyak hal-hal yang tidak dapat dikendalikan dengan pasar.
Namun cara inipun dapat dilaksanakan menurut prosedur
yang sudah ditetapkan artinya semua aspek administratif
pembelian bahan makanan dapat dilakukan sebagaimana
mestinya. Pembeli akan mengumpulkan informasi pasar
tentang macam,kualitas, harga, ketersediaan bahan
makanan. Pada saat bahan makanan dikirim maka pembeli
akan mengecek macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan
134
sesuai kesepakatan. Prosedur selanjutnya tetap mengikuti
jalur administrasi yang berjalan. Biasanya pesanan dapat
dilakukan melalui telepon, dengan langsung ke pasar atau
berdasarkan perjanjian antara pembeli dan penjual.
Cara pembelian ini hanya dapat dilaksanakan bila
institusi melayani sekitar 50 klien sehingga bahan makanan
masih cukup mampu diatasi. Prosedurnya sederhana tidak
kompleks tetapi perlu sikap positif, jujur dan terbuka. Pada
institusi kecil di Indonesia cara pembeli langsung ke pasar
banyak dilakukan, tetapi kurang/belum terpenuhi ketentuan
administrasi keuangan yang tepat. Bon pesanan,
penerimaan dan pencatatan sering tidak ada. Walaupun
pada saat pemesanan pembelimelalukan transaksi
penawaran harga namun sukar diawasi. Akan tetapi dengan
adanya harga pasar maka kesepakatan harga pembelian bisa
ditolerir. Selanjutnya seluruh kegiatan dicatat secara resmi,
tertulis dan sesuai dengan perencanaan pembelian yang
ditetapkan(macam, jumlah, spesifikasi, satuan harga, cara
pengiriman).
135
c) Pembelian dengan Musyawarah (The Negotiated Of
Buying)
Cara pembelian ini termasuk pembelian setengah
resmi atau setengah formal. Pembelian dengan cara ini
hanya dilakukan untuk bahan makanan yang hanya tersedia
pada waktu tertentu, jumlahnya terbatas dan merupakan
bahan makanan yang dibutuhkan klien. Misalnya golongan
buah tertentu yang hanya tersedia di musim tertentu.
Pembeli dan penjual mengadakan kesepakatan sebelumnya
untuk menyediakan bahan makanan tertentu. Pembeli
mendatangi penjual secara langsung dan memberikan SPPH
kepada rekanan selanjutnya rekanan menyampaikan
SPPHnya dan langsung mengikuti prosedur administrasi
yang berlaku.
d) Pembelian Untuk Waktu yang Akan Datang (Future
Contract)
Pembelian ini dirancang untuk bahan makanan yang
telah terjamin pasti, terpercaya mutu, keadaan dan harga.
Karena produk bahan makanan yang dibatasi, maka
pembeli berjanji membeli makanan tersebut dengan
kesepakatan harga saat ini, tetapi makanan dipesan sesuai
waktu dan kebutuhan pembeli/instansi.
e) Kontrak Tanpa Tanda Tangan atau 3T (Unsigned
Contracts Action)
Dari istilahnya jelas dipahami cara ini termasuk
pembelian setengah resmi atau setengah formal. Perjanjian
dilakukan atas dasar kepercayaan sehingga pihak
rekanan/pemborong jelas harus memiliki reputasi yang
tinggi dalam pelaksanaan pembelian bahan makanan.Ada
dua cara dari pelaksanaan kontrak 3T ini yaitu :
Firm At The Opening Price (FAOP)
136
Pembeli memesan bahan makanan pada
rekanan pada saat dibutuhkan dan harga disesuaikan
dengan harga pembelian saat transaksi itu
berlangsung.
Subject Approval Of Price (SOAP)
Pembeli dapat memesan bahan makanan pada
saat dibutuhkan dengan harga yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu. Cara-cara pembelian ini hanya
ditujukan untuk bahan makanan yang sudah terjamin
mutu dan penggunaan di institusi tidak terlalu sering.
137
berbelanja pada toko terdekat, toko swalayan bahkan pasar
tradisional yang harganya lebih murah, baik secara kontan
maupun secara utang bulanan. Namun sistem dan
prosedurnya harus tetap sama yaitu dengan mencari
informasi dimana toko atau supermarket dan pasar yang
kualitas dan harga barangnya paling murah.
c) Pembelian Secara Kontan
Bagian pembelian sebuah hotel pada umumnya
menyiapkan uang kas yang jumlahnya tidak terlalu banyak
yang disebut dengan kas kecil atau petty cash . Kas kecil ini
dipergunakan untuk membeli barang keperluan operasional
hotel, terutama bahan makanan keperluan dapur yang
sering diminta secara mendadak. Pembelian dengan cara
kontan dengan menggunakan kas kecil dilakukan untuk
membeli bahan makanan atau minuman dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Hal seperti ini sering dilakukan pada
saat gudang atau bagian dapur kehabisan bahan makanan
yang sangat diperlukan pada saat itu juga. Pembelian secara
kontan tidak dapat dilakukan setiap hari, tetapi hanya
dilakukan jika keadaan sangat mendesak dan disinilah
peranan seorang buyer atau driver dibagian pembelian
sangat diperlukan kemampuannya.
138
Kelemahan sistem penunjukan langsung adalah sebagai berikut:
Apabila rekanan mengirim bahan yang tidak sesuai maka akan
dikembalikan dan diganti oleh rekanan, hal ini dapat
menghambat proses produksi karena untuk pengiriman bahan
makanan basah dilakukan setiap hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan coordinator unit
produksi, penentuan supplier bahan makanan di RSUD Kanjuruhan
untuk bahan makanan basah dan kering ditunjuk langsung oleh
direktur tanpa seleksi. Sedangkan supplier peralatan dapur dipilih
melalui seleksi dimana para supplier akan memberikan daftar
hargadan yang memberikan harga terendah dengan spesifikasi
bahan makanan sesuai yang telah ditentukan rumah sakit akan
terpilih. Syarat untuk menjadi supplier di RSUD Kanjuruhan
adalah menawarkan harga terendah dan memiliki sertifikat uji
kelaikan hygiene sanitasi, akan tetapi persyaratan tersebut belum
tertulis dalam SPO.
139
di cek mulai dari kebutuhan untuk menu siang pada hari itu hingga
menu besok pagi. Perhitungan kebutuhan makanan dihitung sesuai
dengan menu dan jumlah pasien. Perhitungan kebutuhan bahan
makanan setiap harinya berbeda-beda, sesuai dengan siklus menu
yang ditetapkan. Cara menghitung kebutuhan bahan makanan yaitu
standart porsi dikalikan dengan jumlah pasien pada hari itu
ditambah dengan spelling. Jumlah spelling yang ditetapkan di
RSUD Kanjuruan ini yaitu sebanyak 5 untuk kelas I dan VIP,
sedangkan kelas II dan III masing-masing 5, sehingga total spelling
15 porsi. Namun, untuk bahan makanan kering dilakukan
pembelian selama 1 bulan sekali dan untuk bumbu 1 minggu
sekali. Oleh karena itu, perhitungan bahan makanan setiap harinya
hanya dilakukan bahan makanan basah saja yang dapat diketahui
perhitungan kebutuhan bahan makanan sehari-harinya.
140
makanan, warna bahan makanan, identifikasi produk,
kandungan produk, satuan bahan makanan.
c. Spesifikasi pabrik
Diaplikasikan pada kualitas yang dikeluarkan pabrik (buku
ajar gizi 2018)
Spesifikasi bahan makanan di RSUD Kanjuruhan
ditentukan oleh instalasi gizi, kemudian pihak inslatasi gizi akan
menyerahkan form spesifikasi bahan makanan kepada rekanan,
apabila nanti bahan yang datang tidak sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan oleh instalasi gizi maka pihak instalasi gizi akan
mengembalikan kepada rekanan, dan pihak rekanan akan
mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Tabel 3.32 Spesifikasi Bahan Makanan Basah
No Nama Bahan Sat Spesifikasi Pesan Datang
1. Ayam giling Kg Segar, lembut 1 1
2. Ayam potong Kg Segar, bersih 9+9 9+9
3. Tahu Bak Segar, padat 20 20
4. Telur puyuh Kg Baru, bersih 1 1
5. Prei Kg Segar, bersih 0,05 0,05
6. Serai Ikat Segar, bersih 1 1
7. Seledri Kg Segar, bersih 0,05 0,05
8. Sawi daging Kg Segar, bersih, 5 5
daun
141
coklat, isi
250 ml per
ktk, per
karton
4 Minyak Baru, Btl 694 - - - 694
goreng kemasan
utuh, isi 1
liter/btl,
merk “filma”
5 Susu Baru, merk Karton 40 - - - 40
botol “indomilk”
rasa coklat,
melon,
strawberry
isi 190 ml/
ktk 24 btl
karton
6 Kacang Bersih, bebsa Kg 32 - - - 32
hijau ulat, butiran
utuh,
kemasan 4
kg
7 Kecap Baru, merk Pouch 12 - - - 12
“BANGO”
Refill isi 600
ml/pouch
8 Gula Baru, kering, Kg 20 - - - 20
merah bersih, 1
kg/bks
9 Tepung Merk “Rose Kg 60 - - - 60
beras brand” baru,
500 gr/bks
10 Teh Merk “Sari Ktk 70 - - - 70
celup wangi” 25
kantong/ktk
142
berdasarkan perencanaan. Berikut adalah prosedur pembelian
tersebut.
a. Pembelian bahan basah
Pembelian bahan basah ini dilakukan pemesanan 1 hari
sebelum digunakan atau diolah. Koordinator produksi
memesan bahan makanan apa saja yang dibutuhkan, dengan
jumlah yang ditentukan, dan spesifikasi yang diinginkan
kepada rekanan. Pembelian bumbu-bumbuan dilakukan 1
minggu sekali karena pembuatan bumbu untuk menu 10 hari
dibuat dalam 1 minggu sekali yaitu pada hari senin atau pada
saat bumbu telah habis.
b. Pembelian bahan kering
Pembelian bahan kering dilakukan pemesanan 1 bulan sekali
tetapi bahan datang dua minggu sekali dikarenakan kapasitas
gudang tidak mencukupi.
143
dilakukan pada awal pelaksanaan kegiatan penyelenggraan
makanan di suatu lembaga. (Buku ajar gizi 2018)
144
c) Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan
yang meliputi memeriksa, meneliti, mencatat dan
melaporkan macam, kualitas dan jumlah bahan maknan
yang sesuai dengan pesanan.serta spesifikasi yang telah
ditetapkan dan perjanjian jual beli.
d) Harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur
pembelian harus sama dengan harga bahan makanan
yang tercantum dalam penawaran bahan makanan.
Untuk dapat melaksanakan penerimaan bahan makanan
dengan baik maka ada 2 persyaratan yang harus dipenuhi :
Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa
macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.
Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
145
b) Secara Konvensional (Conventional Receiving)
Petugas penerima bahan makanan menerima faktur
pembelian dengan spesifikasinya sehingga bila jumlah dan
mutu tidak sesuai petugas penerima berhak
mengembalikannya. Prosedur pengembalian bahan
makanan sebaiknya petugas pengiriman bahan makanan
ikut mengakui adanya ketidakcocokan pesanan dengan
pengiriman, yang ditAndai dengan membubuhkan tanda
tangan dilembar pengembalian bahan makanan tersebut.
Metode ini banyak digunakan pada institusi
penyelenggaraan makanan yang dikelola secara baik dan
anggaran dalam penyelenggarannya jelas serta sistem
pembelian menggunakan pelanggan atau pihak ketiga.
146
diterima oleh petugas pengawas produksi yang sedang
bertugas pada saat itu. Bahan makanan basah yang tidak
langsung digunakan disimpan dalam chiller dan freezer oleh
pelaksana masak. Bahan makanan basah yang akan digunakan
segera dilakukan pencucian atau pembersihan (lauk hewani
dan nabati), sedangkan untuk sayur dan buah masuk ke ruang
persiapan.
147
c) ATK
d) Kertas label
e) From stok bahan makanan kering (Lampiran)
148
Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah
ditimbang bahan makanan dibawa ke ruangan persiapan bahan
makanan, prasyarat penyimpanan bahan makanan adalah:
a) Adanya sistem penyimpanan barang.
b) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan
sesuai persyaratan
c) Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya
bahan makanan
149
(freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda menurut rumah
sakit masing-masing. Freezer (pembeku) umumnya dimiliki
oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk
menyimpan bahan makanan dalam jangka waktu yang agak
lama (Utari, 2009). Food labelling semua makanan yang
mempunyai potensi bahaya, makanan siap jadi, dan bahan
makanan yang telah dipersiapkan untuk diolah 24 jam
mendatang atau lebih, harus diberi label tanggal, bulan dan
tahun makanan diterima sampai bahan makanan tersebut
diolah maka label harus dibuang.
c) Perputaran bahan makanan.
Untuk memastikan barang yang lebih lama harus dipakai
terlebih dahulu, atau lebih sering kita sebut dengan istilah
FIFO (First In First Out).
d) Membuang barang yang telah mencapai tanggal
kadaluwarsa.
e) Membuat jadwal pengecekan barang. Untuk memastikan
bahwa makanan yang telah mencapai tanggal kadaluarsa
harus dikosongkan dari kontainer kemudian membersihkan
dan mengisi ulang dengan bahan makanan yang baru.
f) Memindahkan makanan antar kontainer dengan cara yang
benar.
g) Hindari bahan makanan dari temperatur danger zone
(temperatur dimana bakteri dapat hidup dan berkembang
biak dengan cepat).
h) Mengecek temperatur bahan makanan yang disimpan dan
area tempat penyimpanan.
i) Simpan bahan makanan di tempat yang didesain untuk
penyimpanan bahan makanan.
j) Menjaga semua area penyimpanan kering dan bersih. Dalam
penataan/penempatan barang, bahan makanan harus disusun
peraturan, diberi tanggal penerimaan dan setiap jenis bahan
150
makanan diberi pembatas. Bahan makanan yang
peraturannya cepat, diletakkan dekat dengan tempat
penyaluran dan sebaliknya. Bahan makanan yang berbau
tajam seperti terasi, harus dipisahkan dan tidak berdekatan
dengan bahan makanan yang mudah menyerap bau seperti
tepung-tepungan.
151
Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah
ditimbang bahan makanan dibawa ke ruangan persiapan bahan
makanan, prasyarat penyimpanan bahan makanan adalah:
Adanya sistem penyimpanan barang.
Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan
sesuai persyaratan.
Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya
bahan makanan.
a) Tujuan dari penyimpanan bahan makanan adalah:
Memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu
bahan makanan yang disimpan.
Melindungi bahan makanan yang disimpan dari
kerusakan, kebusukan, dan gangguan lingkungan lain.
Melayani kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan
dengan mutu dan waktu yang tepat.
Menyediakan persediaan bahan makanan dalam jumlah,
macam, dan mutu yang memadai.
b) Langkah-langkah Penyimpanan Bahan Makanan
Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima
harus segera dibawa ke dibawa keruangan
penyimpanan, gudang atau pendingin ruangan.
Apabila bahan makanan langsung digunakan,setelah
ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan
makanan setempat dibawa ke ruang persiapan bahan
makanan. Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan
ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering
(gudang bahan makanan) dan ruang pendingin, serta
ruang pembeku (freezer). Luas macam dan jenisnya
berbeda menurut rumah sakit masing-masing. Freezer
(pembeku) umumnya dimiliki oleh instansi yang besar
yang dimaksudkan untuk menyimpan bahan makanan
dalam jangka waktu yang agak lama (Utari (2009),
152
(DepkesRI, 2003) Food labelling semua makanan yang
mempunyai potensi bahaya, makanan siap jadi, dan
bahan makanan yang telah dipersiapkan untuk diolah 24
jam mendatang atau lebih, harus diberi label tanggal,
bulan dan tahun makanan diterima sampai bahan
makanan tersebut diolah maka label harus dibuang.
Perputaran bahan makanan. Untuk memastikan barang
yang lebih lama harus dipakai terlebih dahulu, atau
lebih sering kita sebut dengan istilah FIFO (First In
First Out).
Membuang barang yang telah mencapai tanggal
kadaluwarsa.
Membuat jadwal pengecekan barang. Untuk
memastikan bahwa makanan yang telah mencapai
tanggal kadaluarsa harus dikosongkan dari kontainer
kemudian membersihkan dan mengisi ulang dengan
bahan makanan yang baru.
Memindahkan makanan antar kontainer dengan cara
yang benar.
Hindari bahan makanan dari temperatur danger zone
(temperatur dimana bakteri dapat hidup dan
berkembang biak dengan cepat).
Mengecek temperatur bahan makanan yang disimpan
dan area tempat penyimpanan.
Simpan bahan makanan di tempat yang didesain untuk
penyimpanan bahan makanan.
Menjaga semua area penyimpanan kering dan bersih.
Dalam penataan/penempatan barang, bahan makanan
harus disusun peraturan, diberi tanggal penerimaan dan
setiap jenis bahan makanan diberi pembatas. Bahan
makanan yang peraturannya cepat, diletakkan dekat
dengan tempat penyaluran dan sebaliknya. Bahan
153
makanan yang berbau tajam seperti terasi, harus
dipisahkan dan tidak berdekatan dengan bahan makanan
yang mudah menyerap bau seperti tepung-tepungan.
c) Prinsip penyimpanan bahan makanan
Tepat tempat: bahan makanan ditempatkan sesuai
karakteristiknya, bahan makanan kering pada ruangan
penyimpanan kering dan bahan makanan segar
ditempatkan pada ruangan penyimpanan basah dengan
suhu yang tepat.
Tepat waktu: lama penyimpanan harus tepat sesuai jenis
bahan makanan.
Tepat mutu: dengan penyimpanan tidak menurunkan
mutu makanan.
Tepat jumlah: dengan peryimpanan tidak terjadi
penyusutan jumlah akibat rusak atau hilang.
Tepat nilai: akibat penyimpanan tidak terjadi penurunan
nilai harga bahan makanan.
d) Penyimpanan Bahan Kering
Penyimpanan merupakan tempat penyimpanan bahan
makanan kering yang tahan lama seperti beras, gula, tepung-
tepungan, kacang hijau, minyak, dll. Syarat utama untuk
menyimpan bahan makanan kering adalah ruangan khusus
kering, tidak lembab, pencahayaan cukup, ventilasi dan
sirkulasi udara baik, serta bebas dari serangga dan binatang
pengerat lainnya.Syarat tempat penyimpanan kering yaitu :
Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur
menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian
bahan makanan.
Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu
(FIFO). Cara untuk mengetahui bahan makanan yang
diterima diberi tanda tanggal penerimaan.
154
Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta
berbagai pembukuan di penyimpanan bahan makanan
ini, termasuk kartu stok bahan makanan harus segera
diisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya,
diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat
tertutup, terbungkus rapat dan tidak berlubang.
Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan
tidak menempel pada dinding.
Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara
19-21°C.
Kelembaban ruangan berkisar 80-90%.
Pembersihan ruangan secara periodik yaitu 2 kali
seminggu.
Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya
dilakukan secara periodik dengan mempertimbangkan
keadaan ruangan.
Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta
bila terjadi pengrusakan oleh binatang pengerat, harus
segera diperbaiki.
e) Penyimpanan Bahan Basah
Penyimpanan bahan basah merupakan tempat
penyimpanan bahan makanan yang masih segar seperti
daging, ikan unggas, sayuran dan buah. Bahan makanan
tersebut umumnya merupakan bahan makanan yang mudah
rusak, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk
memperlambat kerusakan terutama disebabkan oleh
mikroba.Pengelompokan bahan makanan segar sesuai
dengan suhu penyimpanan adalah:
Penyimpanan segar (fresh cooling), bahan makanan
disimpan dalam lemari pendingin dengansushu berkisar
155
antara 1 – 4 ᴼC untuk telur dan makanan matang. Untuk
sayuran segar berkisar antara 10 – 15 ᴼC.
Penyimpanan dingin (chilly), bahan makanan disimpan
di lemari es dengan suhu antara (-5) – 0 ᴼC. Suhu ini
dibutuhkan untuk menyimpan daging, ikan atau unggas
tidak lebih dari 3 hari.
Penyimpanan beku (freezer), suhu di ruang
penyimpanan ini sangatlah dingin yaitu sekitar (-10ᴼC),
dapat digunakan untuk menyimpan daging dalam
waktu lama. Pengecekan bahan makanan dilakukan
setiap hari. Penempatan di tempat terpisah dan telah
terbungkus plastik.
Kelembaban penyimpanan dalam ruangan: 80% – 90%.
Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik
Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu
± 10˚C.
Tidak menempel pada lantai, dinding atau langitlangit
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Jarak bahan makanan dengan lantai: 15 cm.
- Jarak bahan makanan dengan dinding: 5 cm.
- Jarak bahan makanan dengan langit-langit: 60 cm
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang
Higiene Sanitasi Jasaboga)
156
a. Penyimpanan Bahan Kering
a) Letak gudang kering didekat pintu penerimaan dan dekat
ruang persiapan dan pengolahan, hal ini ditujukan agar
distribusi makanan tidak terlalu jauh.
b) Bahan yang datang selalu di periksa oleh petugas melalui
form daftar pesanan kering
c) Bahan diberikan label sesuai tanggal kedatangan untuk
memudahkan sistem FIFO
d) Bahan yang tidak langsung digunakan dipindahkan
dalam gudang kering, jika ada sisa bahan yang ada di
dalam gudang maka penempatan bahan baru ada di
belakang bahan lama
e) Suhu ruangan gudang kering yang ideal berkisar 19 – 21
˚C, sedangkan kelembapan ruangan gudang kering yang
ideal berkisar 80% - 90% (Kemenkes RI, 2013). Berikut
adalah suhu ruangan dan kelembaban di RSUD
Kanjuruhan.
Tabel 3.34 Suhu Dan Kelembaman Gudang Kering
Hari Suhu Ideal Ket Kelembaban Ideal Ket
1 25,7 ˚C 19-21 TS 51% 80% - TS
˚C 90%
2 22 ˚C TS 55% TS
3 21,1 ˚C TS 54% TS
4 20,5 ˚C S 39% TS
5 20 ˚C S 39% TS
6 20,4 ˚C S 42% TS
7 20 ˚C S 45% TS
157
belum optimal, namun pada hari pengamatan ke 4 hingga
7 sudah memenuhi standart yaitu antara 19 – 21 ᴼC.
Kelembaban ruangan di gudang kering RSUD
Kanjuruhan termasuk dalam kategori rendah atau <50%.
Standart kelembaban gudang kering yaitu 80-90%.
Kelembapan ruangan dari hari pertama pengamatan
hingga hari terakhir pengamatan belum memenuhi
standar yang ada. Hal tersebut terjadi karena suhu
ruangan yang rendah membuat kelembapan ruangan juga
ikut rendah. Kerugian yang terjadi jika suhu dan
kelembaban gudang kering tidak stabil adalah
berkurangnya kualitas bahan makanan. Ketika
kelembaban ruangan semakin rendah maka jamur akan
mudah tumbuh dalam ruangan, sehingga dapat
menurunkan kualitas bahan makanan. Kerugian bagi
rumah sakit jika bahan makanan rusak adalah anggaran
dana yang dikeluarkan akan semakin banyak karena
harus mengganti persediaan bahan makanan yang
nantinya akan diolah.
Rekomendasi yang diberikan agar kelembapan
ruangan dapat tercapai standar adalah dengan
menggunakan kipas angin, tetapi hal tersebut tidak
memungkinkan untuk diterapkan di gudang kering
karena kipas angin yang bersifat menyedot udara dan
sulit mencapai suhu ideal gudang kering. Rekomendasi
lainnya adalah menggunakan alat humidifier. Humidifier
adalah alat pelembab udara yang bekerja dengan cara
menyemprotkan uap air ke udara sehingga kualitas udara
di ruangan tetap terjaga. Selain melembapkan udara
diruangan yang ber-AC, alat ini juga bersifat mengikat
bakteri dan virus penyebab penyakit.
158
f) Jarak antara dinding dan rak, lantai dalam gudang kering
di RSUD Kanjuruhan
Tabel 3.35 Jarak Antara Dinding, Rak, Lantai
di Gudang Kering
Instalasi Gizi
Standart PGRS (Kemenkes Ket.
RSUD Kanjuruhan
RI, 2013)
Jarak dengan lantai 15 cm 28 cm Sesuai
Jarak dengan
5 cm 16 cm Sesuai
tembok
Jarak dengan langit-
80 cm 100 cm Sesuai
langit
Pallete 15 cm 15,5 cm Sesuai
Jarak yang melebihi batas teori ini dimaksudkan
untuk menghindari kelembaban udara dan meminimalisir
kerusakan bahan makanan diakibatkan lembab. Jumlah
AC yang ada dalam gudang kering ada 2 buah, tetapi AC
yang digunakan hanya 1 buah. Hal ini terjadi
dikarenakan luas ruangan yang kecil sehingga 1 buah AC
saja sudah dapat mencapai suhu normal penyimpanan
bahan kering.
159
d) Penyimpanan bahan makanan ditempatkan dalam wadah
tertutup namun ada beberapa bahan makanan di
tempatkan di dalam kresek hitam dan tidak tertata rapi.
e) Buah-buahan tidak perlu disimpan dalam lemari
pendingin (pir, pisang, apel).
5) Extra Feeding
Extra feeding yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
adalah sebagai berikut.
a. Dinas Pagi
a) Setiap hari senin sampai dengan hari jumat mendapatkan
teh manis kecuali pada hari sabtu mendapatkan kacang
hijau
b) Khusus IRNA imam bonjol, radiologi, ISS, ISL,
laboratorium, bank darah, poli paru setiap hari senin
mendapatkan snack yang mana 1 kotak berisi 2,
sedangkan pada hari rabu dan minggu mendapat susu
botol yang mana per orang mendapat 1 botol, kemudian
pada hari selasa, kamis, jumat, sabtu mendapat 1 bungkus
roti per orang, disini karyawan akan mengambil ke
instalasi gizi setiap pada jam kerja.
160
b. Dinas Sore
a) Setiap 1 minggu sekali yaitu pada hari senin mendapat
teh.
b) Khusus ruangan IRNA imam bonjol, radiologi, ISS, bank
darah, laboratorium pada hari senin mendapat snack 1
ktk isi 2 untuk per orang, sedangkan pada hari rabu dan
minggu mendapatkan 1 susu botol untuk per orang,
kemudian pada hari selasa, kamis, jumat, sabtu
mendapatkan 1 bungkus roti yang mana diberikan setiap
sore hari
c. Dinas Malam
a) Setiap hari mendapat 1 bungkus roti dan 1 kotak susu
UHT untuk per orang
b) Khusus bagi pengawas keperawatan mendapatkan kopi
instant sachet.
c) Khusus bagi ruang direktur akan mendapatkan kopi instant
sachet, teh celup, dan gula pasir.
d) Bagi IBS (dokter) pagi akan mendapat 1 botol air mineral,
1 susu UHT/teh kotak dan 4 biji kue
e) Bagi IBS (dokter) akan mendapat 1 botol air mineral/susu
UHT/teh kotak, 1 cup noodle, 1 butir telur rebus
f) Bagi IBS (perawat) pagi setiap hari senin, selasa, kamis,
jumat akan mendapat 2 buah kue, sedangkan pada hari
rabu dan sabtu mendapat roti
g) Bagi dokter jaga (karyawan dan internship) dan pengawas
keperawatan akan mendapat 1 nasi kotak untuk per orang
dengan ketentuan menu yang diberikan harus sama dengan
pasien kelas VIP (makanan biasa/tanpa diet) dan diberikan
setiap waktu makan (pagi, siang, sore) oleh petugas
transporter gizi
Extra feeding diberikan kepada karyawan dengan prinsip
tinggi kalori dan tinggi protein, extra feeding diberikan kepada
161
perawat ruang rawat inap yang tinggi resiko terkena paparan
radiasi dan infeksi seperti ruang Imam bonjol, radiologi, ISS, ISL,
laborotrium, bank darah, poli paru dan IBS.
162
khusus bumbu giling, sedangkan bumbu potong dilakukan
setiap hari saat dibutuhkan saja.
b. Standar Pengolahan
Pengolahan bahan makanan adalah merupakan suatu kegiatan
memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang
siap dimakan, berkualitas dan aman dikonsumsi. Tujuan :
a) Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
b) Meningkatkan nilai cerna.
c) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan dan penampilan makanan.
d) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya bagi tubuh
Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses
penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan
institusi, prasyarat pengolahan bahan makanan adalah:
a) Tersedianya siklus menu.
b) Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan
pangan.
c) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
d) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.
e) Tersedianya aturan penilaian.
f) Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
Sistem pengolahan dibedakan menjadi 3 yaitu
pengolahan untuk pasien, karyawan, dan snack. Penjamah
makanan sudah memiliki perilaku yang baik, mayoritas
penjamah mencuci tangan sebelum mulai proses pengolahan,
dan melepas perhiasan tangan (cincin, gelang). Penggunaan
APD pada penjamah makanan di RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang saat pengolahan sudah lumayan baik,
semua tenaga memasak memakai apron dan juga masker.
Namun, penggunaanmasker pada beberapa orang dan
beberapa waktu masih belum baik karena masker tidak
163
ditutupkan pada hidung dan mulut, atau hanya ditutupkan
pada mulut tapi tidak di tutupkan pada hidung. Saat proses
pemasakan, panjamah juga diwajibkan untuk menggunakan
masker tetapi hal ini belum sepenuhnya terlaksana di RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang, ada beberapa yang tidak
menggunakan masker. Hal ini kemungkinan terjadi karena
suhu di ruangan pengolahan tinggi dikarenakan dapur gizi
masih pada tahap perbaikan sehingga belum dilakukan upaya
peminimalisir suhu tinggi sehingga penjamah merasakan
pengap.
Rekomendasi yang diberikan adalah dengan tetap
menggunakan masker jenis transparan atau masker plastic
(Gambar 3.17). Masker tersebut dapat memblok kuman yang
menyebar dari mulut atau nafas dan memudahkan untuk
bernafas dan komunikasi karena masker tidak menempel
langsung ke bagian mulut dan hidung sehingga tidak
membuat penajamah pengap. Penggunaan masker tersebut
sudah diterapkan di Negara-negara berkembang seperti Korea
Selatan.
c. Pengembangan Resep
Pengembangan resep adalah kegiatan untuk
meningkatkan menu sehingga lebih berkualitas dalam aspek
rasa, aroma, penampilan dan nilai gizi dengan tetap
memperhatikan prinsip dasar dari resep awalnya.
164
Pengembangan resep juga merupakan cara untuk menambah
variasi menu dan bertujuan untuk meningkatkan daya terima
pasien terhadap menu yang disajikan. Berdasarkan analisa
plate waste dan survey kepuasan konsumen yang telah
dilakukan, ada beberapa menu makanan yang memiliki plate
waste tinggi dibandingkan dengan menu lainnya di dalam
siklus 10 hari. Menu dengan sisa makanan yang paling tinggi
adalah bistik daging 33% (lauk hewani), opor tempe 66%
(lauk nabati), sup wortel jagung kacang polong 58% dan
tahu, labu siam 58% (sayur). Pengembagan menu yang bisa
dilakukan antara lain: (Resep menu dapat dilihat di lampiran)
1) Tongseng daging sapi
2) Stik tempe
3) Tumis sayur pelangi
4) Capcay
Rekomendasi pengembangan menu yang diberikan di
Instalasi Gizi adalah olahan dari bahan daging yaitu tongseng
daging sapi yang mana olahan ini mempunyai kandungan
protein yang tinggi sehingga cocok untuk diet TKTP.
Pengolahannya juga bisa dikatakan tidak terlalu sulit untuk
dilakukan dan jika menggunakan panci presto dapat
mempersingkat waktu masak, selain itu bahan yang
digunakan juga mudah didapatkan ditempat-tempat terdekat.
Pengembangan menu kedua yang direkomendasikan di
Instalasi Gizi adalah olahan lauk nabati berupa tempe yaitu
stik tempe yang mana olahan ini menyumbang sumber
protein sehingga cocok untuk diet TKTP. Pengolahannya
sangat mudah dilakukan dengan alat-alat sesuai ketersediaan
didapur, selain itu bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan stik tempe ini juga mudah didapat.
Pengembangan menu selanjutnya yang akan
direkomendasikan di Instalasi Gizi adalah tumis sayur
165
pelangi yang mana bahan yang digunakan terdiri dari 3 bahan
utama yaitu jagung, wortel, dan buncis olahan ini dapat
menyumbang karbohidrat sehingga cocok untuk diet TKTP.
Pengolahannya dapat dikatakan mudah jika menggunakan
alat-alat yang memadai. Bahan-bahan yang digunakan juga
sederhana yang mana tidak merangsang pencernaan.
Pengembangan menu terakhir yang akan direkomendasikan
di Instalasi Gizi adalah olahan dari sayur yaitu capcay yang
mana olahan ini dapat menyumbang kandungan protein yang
tinggi sehingga cocok untuk diet TKTP. Pengolahan capcay
ini mudah sekali dilakukan menggunakan alat-alat yang
tersedia didapur, bahan-bahan yang digunakan juga mudah
didapatkan ditempat-tempat terdekat.
d. Standar Resep
Standar resep adalah instruksi tertulis yang berisikan
berbagai informasi spesifik mengenai hal yang perlu
dipersiapkan, persiapan alat, dan ketentuan langkah-langkah
yang telah diberlakukan oleh tempat usaha (Suryadi, 2016).
Standar resep merupakan resep yang telah dilakukan proses
pengolahan berkali kali oleh panelis sehingga kualitasnya
seragam dan konsisten setiap waktu.
Dalam proses persiapan harus sesuai dengan standar
resep dari masing-masing hidangan yang akan diproduksi
yang mencakup ukuran atau berat bahan makanan, bumbu
yang diperlukan baik jenis maupun jumlahnya, urutan
pemasakan (harus sesuai dengan SOP Pengolahan jika ada),
suhu dan waktu pemasakan, ketepatan macam dan ukuran
alat yang digunakan, ketepatan standar porsi, jumlah porsi
yang dilayani, keseragaman bentuk, cara memotong bahan
makanan, cara membagi/ memorsi, cara penyajian makanan
dan taksiran atau perkiraan harga dalam porsi. Sehingga
166
dalam aspek ini yang diperlukan adalah standar resep dan
standar porsi dari hidangan yang akan diolah.
Penentuan standart resep di RSUD Kanjuruhan
dilakukan 1 tahun sekali bersamaan dengan perencanaan
siklus menu baru, tetapi penentuan standart resep belum
tertera dalam SPO. Setiap pengolahan menu sudah
menggunakan standar resep yang telah ditetapkan.
e. Standar Bumbu
Standar bumbu adalah ketetapan pemakaian ukuran
bumbu-bumbu sesuai dengan ketentuan dalam standar resep.
Tujuan dari standar bumbu adalah untuk menciptakan mutu
atau kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya
(Almatsier, 2004). Bumbu masak merupakan penggabungan
rempah-rempah dan bumbu dasar seperti bawang putih,
bawang merah dan garam yang ditambahkan pada bahan
makanan sebelum disajikan. Penggunaan bumbu dapat
meningkatkan tingkat penerimaan konsumen karena bumbu
dapat meningkatkan cita rasa alami dari bahan pangan,
sehingga bumbu yang dicampurkan ke dalam masakan akan
menimbulkan efek selera dan memberikan ciri khas tersendiri
pada masakan.
Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan sudah memiliki
standart bumbu. Standart bumbu di RSUD Kanjuruhan ada 5
macam yaitu bumbu A, B, C, D dan E. Standart bumbu
dibuat untuk 20 porsi. Pembuatan bumbu dibuat 1 kali
seminggu dan disimpan dalam bentuk matang untuk 100
porsi. Untuk bumbu yang sudah dimasak di beri label 2 jenis
bumbu, tanggal pembuatan untuk memudahkan pengambilan
bumbu menggunakan sistem FIFO. Penyimpanan bumbu
ditempatkan dalam wadah kontainer atau toples bertutup dan
disimpan dalam freezer.
167
Tabel 3.36 Standart Bumbu Untuk 20 Porsi
Bwg Bwg Cabe Daun Gula
Lengkuas Kemiri Kunyit Jahe Merica Ketumbar
Standar Bumbu Merah Putih Merah Salam Merah
(Ruas) (Gr) (Ruas) (Ruas) (Sdt) (Sdt)
(Gr) (Gr) (Gr) (Lbr) (Gr)
A (kalio, sbl goreng,
100 50 80 - 2 20 - - - - 50
bb bali, dll)
B (opor, kare,
100 50 - - - 10 2 - ½ ½ 50
gudeg, dll)
C (pindang, semur,
200 100 - - - - - - ½ - -
dll)
D (tumis, oseng-
80 40 10 4 2 - - - - - -
oseng)
E (sate, pecel, gado-
- 20 10 - - - - - - - 100
gado,dll)
168
f. Persiapan Bahan Makanan
Penyelenggaraan makanan merupakan kegiatan sistem
yang terintegritas, terkait satu dengan lainnya.
Penyelengaraan makanan institusi dan industri adalah
program terpadu yang terdiri atas perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pengolahan bahan makanan dan penyajian atau
penghidangan makanan dalam skala besar (Kemenkes RI,
2013). Kegiatan persiapan bahan makanan merupakan bagian
dari kegiatan pengadaan bahan makanan. Beberapa kegiatan
yang dilakukan pada persiapan bahan makanan diantaranya
adalah mengupas, memotong, mencuci, menghaluskan, dan
sebagainya.
Persiapan bahan makanan adalah jantungnya
penyelenggaraan makanan. Ada hubungan langsung dan
konstan antara metode persiapan dan nilai gizi, palatabilitas
dan daya tarik makanan. Menurut Kemenkes RI tahun 2013,
persiapan bahan makanan adalah kegiatan yang dilakukan
dalam rangka menyiapkan bahan makanan, alat, dan bumbu
sebelum dilakukan pemasakan. Atau dengan kata lain bahwa
persiapan adalah kegiatan dimana bahan makanan itu siap
untuk diolah. Kegiatan persiapan merupakan kegiatan paling
awal dari proses produksi yang sangat menentukan hasil
akhir dari produksi makanan. Mutu pelayanan makanan juga
ditentukan pada tahap persiapan, yaitu berkaitan dengan
ketepatan waktu atau jadwal produksi. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam menepati jadwal produksi yaitu:
a) Jumlah dan macam konsumen yang dilayani.
b) Jumlah dan macam menu/ resep yang akan diolah.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan alat,
bahan makanan dan bumbu.
d) Jumlah dan jenis peralatan yang dimiliki untuk proses
persiapan dan pengolahan.
169
e) Jumlah dan jenis tenaga penjamah makanan yang
dimiliki.
Berdasarkan hasil pengamatan, tahap persiapan di dapur
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah baik, tetapi
masih ada beberapa tahap yang kurang tepat. Hal tersebut
terjadi pada tahap persiapan sayur yang mana persiapannya
dimulai dengan mengupas atau memotong kemudian dicuci.
Menurut anonim, tahapan persiapan yang tepat adalah
mencuci terlebih dahulu baru kemudian dikupas atau
dipotong, hal tersebut dilakukan agar kandungan gizi bahan
makanan tidak hilang melalui proses pencucian.
170
3. Untuk mengembangkan dan meningkatkan rasa dan
daya tarik warna asli, bentuk dan tekstur.
4. Bahan makanan akan disesuaikan dengan resep yang
akan diolah sehingga dapat meningkatkan
palatabilitas (kemampuan mencerna, merasa,
mencicipi) terhadap makanan yang akan diolah.
5. Tersedianya Racikan Bahan Makanan dan Bumbu
Persiapan bahan makanan ini bertujuan agar
bahan makanan maupun bumbu yang disiapkan
sesuai untuk berbagai masakan/menu dalam jumlah
yang sesuai dengan standar porsi, menu yang diolah
dan jumlah konsumen yang dilayani.
6. Untuk Membebaskan Makanan dari Organisme dan
Zat Berbahaya
Bahan makanan harus ditangani dengan tepat
mulai dari pembelian sampai dengan dikonsumsi.
Kemanan makanan untuk konsumsi tergantung dari
kerusakan pada saat penanganan persiapan dan
pengolahan misalnya penanganan yang tidak tepat
sehingga menimbulkan perubahan rasa, warna,
pembusukan, kontaminasi bahan berbahaya dan
sebagainya. Bisa terjadi pula kontaminasi dari tenaga
penjamah makanan yang sedang sakit.
b. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam persiapan bahan
makanan
a) Standar Resep
Standar resep adalah resep yang sudah
dimodifikasi dan dibakukan untuk menciptakan
kualitas/mutu dan porsi makanan yang relatif sama
cita rasanya untuk setiap hidangan (Suryadi, 2016).
171
b) Alat Persiapan
Perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah
ketepatan peralatan persiapan yang akan digunakan.
Peralatan yang digunakan dalam keadaan utuh, baik,
kualitas terjamin, terbuat dari bahan yang aman,
ekonomis dan efektif. Misalnya talenan yang
digunakan terbuat dari bahan yang berkualitas baik,
kondisinya baik dan tidak menimbulkan kontaminasi
terhadap bahan makanan yang diolah. Cara yang bisa
dilakukan adalah dengan menggunakan talenan yang
terpisah untuk setiap bahan makanan sehingga “cross
contamination” atau kontaminasi silang antar bahan
makanan bisa dihindari. Jumlah alat juga harus
mencukupi untuk menghindari keterlambatan waktu
dalam mempersiapkan bahan makanan. Jika alat
yang tersedia tidak mencukupi bisa diantisipasi
dengan mengatur jadwal atau waktu persiapan bahan
makanan.
c) Jadwal Produksi dan Distribusi Makanan
Jadwal produksi dan distribusi makanan harus
diperhatikan karena ini menjadi patokan untuk
jadwal persiapan bahan makanan. Sehingga
perencanaan waktu harus dipertimbangkan dengan
matang.
d) Porsi
Porsi yang dimaksud disini adalah pengawasan
porsi. Pengawasan porsi dibagian persiapan penting
untuk dilakukan, supaya tersedia racikan bahan
makanan dan bumbu yang tepat untuk berbagai
masakan yang akan diolah sehingga jumlah makanan
yang akan disajikan ke konsumen juga tepat baik
jumlah maupun jenisnya. Pengawasan porsi ini bisa
172
dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari jenis
bahan makanan atau bumbu yang digunakan, yaitu:
Untuk bahan makanan atau bumbu berbentuk
padat dilakukan dengan penimbangan berat/porsi
masing-masing bahan makanan atau bumbu
tersebut sesuai standar resepnya.
Untuk bahan makanan atau bumbu berbentuk cair
menggunakan gelas ukur dan sendok ukur.
Untuk bahan makanan atau bumbu yang sudah
dibuatkan standar bisa menggunakan “portioning
model” misalnya porsi sayur dan nasi.
173
h. Penetapan Jumlah Produksi dan Faktor-Faktor dalam
Estimasi Produksi
Penetapan jumlah produksi adalah proses produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan
baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan
manusia.
Penetapan jumlah produksi yang dilakukan di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen dilakukan dengan cara menambahkan
cadangan produksi makanan dari data jumlah pasien dan
daftar pesanan diet dari masing-masing ruangan sebelum
proses produksi berlangsung. Penambahan cadangan porsi
tersebut bertujuan untuk menghindari kekurangan produksi
apabila sewaktu waktu terdapat pasien tiba-tiba masuk rumah
sakit, sehingga dilakukan pelebihan porsi makanan untuk
kelas I atau VIP sebanyak 5 porsi dan untuk kelas II dan III
masing-masing 5 porsi.
Keterangan
- Porsi cadangan = 10 porsi kelas II dan III (10 untuk
porsi cadangan pasien rawat inap baru)
Contoh:
Porsi hari ini kelas II dan III = 125 pasien + 10 pasien
= 135porsi
i. Metode Estimasi
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi
pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian
174
pelayanan rumah sakit menurut Irwandy (2007), diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Gross Death Rate (GDR)
Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah
pasien yang keluar, hidup atau meninggal. Kematian
merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian
dibedakan kematian secara keseluruhan atau gross death
rate, kematian yang telah disesuaikan dengan lebih dari
48 jam perawatan dikenal sebagai net death rate,
kemudian kematian bayi baru lahir atau yang dikenal
dengan newborn death rate, lalu kematian bayi lahir
meninggal atau fetal death rate, kematian atas ibu
melahirkan atau kematiannya yang berhubungan dengan
melahirkan atau selama masa kehamilan,
dikenal maternal death rate. Rumus :
175
3. Length Of Stay (LOS)
LOS menurut DepKes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk
mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat
dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan
interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan
pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang
ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes, 2005). Rumus:
176
6. Net Death Rate (NDR)
Net death rate adalah rate kematian yang telah
disesuaikan dengan menghitung kematian yang hanya
diatas 48 jam (dihitung apakah dewasa + anak-anak +
bayi baru lahir). Mengapa kematian di bawah 48 jam
tidak masuk pada perhitungan net death rate karena
waktu tersebut tidak cukup untuk mengukur perawatan
dari rumah sakit. Rumus:
177
kandungan gizi dalam makanan hilang secara berlebihan.
Tujuan dari pengolahan makanan meliputi
a) Mengurangi risiko kehilangan zat gizi bahan makanan
b) Meningkatkan nilai cerna dari bahan makanan
c) Meningkatkan dan mempertahankan warna, aroma, rasa,
tekstur, dan penampilan makanan
d) Membebaskan dari mikroorgaisme dan zat yang
berbahaya bagi tubuh sehingga aman untuk dikonsumsi
e) Meningkatkan atau menyeimbangkan zat gizi bahan
makanan bila bercampur dengan bahan makanan lain.
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan
makanan yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi yang baik yaitu:
a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus
memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk
mencegah risiko pencemaran.
b) Pemilihan bahan makanan (sortir) untuk menjaga mutu
dan keawetan makanan.
c) Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan
pengolahan, dan prioritas dalam memasak harus
dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua
bahan yang akan diolah harus dicuci dengan air
mengalir.
d) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari
bahan yang aman untuk makanan (food grade) yaitu
peralatan yang aman, tidak bereaksi dengan bahan
makanan dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
e) Higienis penanganan makanan
Memasak dapat diartikan sebagai proses mengolah
makanan dari bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi
masakan, dengan menggunakan api sebagai medianya.
Terdapat 12 metode dasar dalam 3 kelompok besar, yaitu:
178
a) Cooking by Dry Heat (tanpa atau sedikit pakai cairan):
Broiling atau Grilling: dipanggang di atas grill
dengan diolesi minyak dan penyedap.
Grenadinating: menggunakan salamander atau oven.
Baking: menggunakan oven pada suhu yang
diinginkan.
Roasting: menggunakan Roasting Plan dan sedikit
diolesi minyak.
b) Cooking by Moist Heat (menggunakan media air):
Boiling: merebus dengan air untuk mendapat kaldu
atau stock.
Steaming: mengukus, panas didapat dari steam atau
uap.
Blancing: memasukkan dengan cepat ke air
mendidih sebentar agar pangan matang sebagian
atau tidak rusak.
Poaching: memasak perlahan-lahan dengan air
dalam jumlah sedikit atau merebus dengan air
setelah mendidih dikecilkan.
Braising: makanan ditutup dan dipanaskan dalam
oven dengan menggunakan sedikit air.
Stewing: mengungkep atau memasak perlahan-lahan
dengan menggunakan api yang kecil dan sedikit
kaldu.
c) Cooking by Fat (menggunakan minyak)
Deep Fat Frying: menggoreng dengan banyak
minyak dan suhu tinggi.
Sauténing: menumis atau memasak dengan
menggunakan sedikit minyak.
Teknik pemasakan di RSUD Kanjuruhan tergolong
kategori standart, dimana tidak semua teknik pemasakan
digunakan. Teknik yang paling sering digunakan di RSUD
179
Kanjuruhan adalah Cooking by Moist Heat (menggunakan
media air) dan Cooking by fat (menggunakan minyak). Untuk
penyelenggaraan makanan banyak seperti di RSUD
Kanjuruhan, Kedua teknik tersebut cocok digunakan karena
teknik ini tergolong mudah dan sederhana.
180
disukai karena emisi buangan yang bersih dan hasil
pembakaran yang baik.
2 Dandang Dandang adalah alat untuk memasak nasi yang terbuat
dari tembaga yang bentuknya seperti topi tukang sulap
terbalik.
3 Langseng Langseng adalah alat untuk memasak yang memiliki
dua bagian terpisah yang kemudian digabung saat
memasak, di mana yang bawah berisi air, yang atas
berisi makanan yang mau dimasak.
4 Wajan atau Wajan bisa dibuat dari besi alumunium maupun
penggorengan stainless steel yang berfungsi untuk menggoreng atau
menumis makanan
5 Panci Panci adalah alat masak-memasak untuk merebus atau
memasak makanan yang mengandung air yang bisa
terbuat dari besi alumunium maupun stainless steel.
6 Presto cooker Presto cooker berfungsi untuk melunakkan dan
mengempukkan makanan yang keras dengan tekanan
tinggi. presto cooker biasanya berguna untuk
melunakkan duri ikan, tulang ayam, dan lain
sebagainya.
7 Centong Centong adalah alat untuk mengambil nasi yang terbuat
dari kayu. Centong kinu juga ditemui dalam bahan
plastik, besi alumunium, dan lain sebagainya
8 Telenan Talenan adalah alat sebagai alas bahan makanan yang
mau diiris.
9 Irus Irus adalah alat untuk mengaduk sayur atau masakan
berair yang terbuat dari tempurung kelapa, besi
alumunium, dan lain-lain
10 Blender Blender berasal dari kata blend adalah alat untuk
menghaluskan serta mencampur makanan basah.
Blender biasanya dipakai untuk membuat jus / juice
buah-buahan dan sayur-sayuran.
181
11 Kulkas atau Alat pendingin yang digunakan untuk penyimpanan
Refrigerator makanan dengan menurunkan tingkat reproduksi
bakteri menggunakan media suhu
12 Freezer Mesin pendingin yang menjaga suhu beberapa derajat
di bawah titik beku air. Memiliki suhu 0o C sampai 10
oC
13 Steamer nasi Alat untuk menanak nasi dengan jumlah sekali
produksi berkisar 4-5 kg beras
14 Pisau Alat yang digunakan untuk memotong bahan makanan.
Biasanya terbuat dari baja, namun saat ini banyak
ditemui pisau dari bahan stainles steal sehingga lebih
aman digunakan terhadap bahan makanan.
15 Saringan Alat yang digunakan untuk memisahkan zat cair dari
zat padat. Saat ini banyak digunakan saringan yang
terbuat dari bahan stainles steal karena mudah
dibersihkan dan lebih aman.
16 Celemek Kain penutup baju dari dada atau pinggang sampai ke
lutut untuk menjaga kebersihan (dipakai pada waktu
memasak, membersihkan peralatan masak atau makan).
17 Tempat Alat yang digunakan untuk menyimpan bumbu rempah
Bumbu ataupun bumbu basah, dapat berupa kontainer kecil,
toples plastik atau mangkok dengan penutup. Untuk
bumbu siap masak, wadah yang digunakan berupa
kantong plastik yang kemudian disimpan pada freezer
19 Serbet atau Sepotong kain semacam saputangan namun memiliki
kain lap ukuran yang lebih besar digunakan untuk
membersihkan tangan selama proses pengolahan atau
menyeka mulut sesudah makan.
182
telenan dan pisau, kedua alat tersebut hendaknya dibedakan.
Pisau untuk daging dan sayur harus dibedakan sesuai dengan
warna pada pisau. Untuk warna hitam digunakan untuk
daging, warna biru digunakan untuk memotong lauk nabati,
warna hijau digunakan untuk memotong sayuran, warna
oranye digunakan untuk memotong buah-buahan, warna
merah digunakan untuk mengupas bumbu-bumbu dan warna
silver digunakan untuk memotong makanan matang. Namun
pada saat pengolahan makanan pisau yang digunakan tidak
sesuai dengan kegunaannya dikarenakan para petugas
menggunakan pisau yang ada di sekitarnya. Disarankan agar
ada tempat pisau yang diletakkan di dinding atau ditempat
yang mudah terlihat supaya para petugas mudah memperoleh
pisau saat dibutuhkan.
183
listrik mati yang secara tiba-tiba. Jika terjadi hal tersebut
pengawas bertanggungjawab untuk melaporkan hal tersebut ke
kepala instalasi gizi yang mana nanti akan ditindaklanjuti ke
bagian ISL (air) dan IPS (listrik), hal tersebut juga berlaku
pada hari libur.
2) Manajemen Distribusi
a. Pengertian dan Tujuan Distribusi Makanan
Kegiatan distribusi makanan merupakan kegiatan akhir
dari proses penyelenggaraan makanan. Distribusi makanan
adalah serangkaian kegiatan penyampaian makanan sesuai
dengan jenis makanan dan jumlah porsi konsumen yang
dilayani.Distribusi makanan memiliki 2 kegiatan inti yaitu
pembagian (pemorsian) makanan dan penyampaian makanan
sampai ke konsumen. Pemorsian adalah suatu cara atau proses
mencetak makanan sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan.
Sedangkan penyampaian makanan perlu dipastikan bahwa
konsumen atau klien menerima sesuai dengan permintaan.
Tujuan dalam kegiatan distribusi makanan, yaitu:
a) Makanan sampai kepada konsumen sesuai yang dipesan.
b) Memelihara kualitas makanan, terutama suhu.
184
c) Menyajikan makanan ke konsumen dengan menarik dan
memuaskan.
d) Konsumen menerima makanan sesuai jumlah porsinya.
e) Untuk pasien, pasien menerima sesuai dengan jenis
diitnya.
185
bising peralatan maupun bau makanan yang muncul
karena ruang produksi dan distribusi jauh dari
jangkauan klien.
- Makanan dapat langsung disalurkan ke klien atau
pasien karena sudah langsung diporsikan untuk
masing-masing pasien.
Kelemahan sistem sentralisasi yaitu:
- Dibutuhkan ruang produksi maupun distribusi yang
luas karena pemorsian makanan dilakukan pada
tempat tersebut bukan ditempat lain. Hal ini bisa
berkembang ketika jumlah klien yang dilayani
dalam jumlah besar, jenis diet yang bermacam-
macam, menu yang diolah memerlukan teknik
khusus dan membutuhkan peralatan khusus, yang
tentu saja akan memerlukan tempat yang lebih luas.
- Memerlukan tenaga pengolah maupun distribusi
makanan yang terampil dan terlatih karena semua
kegiatan pemorsian dilakukaan ditempat produksi
makanan.
- Tingkat kepuasan konsumen bisa jadi menurun
terutama karena faktor suhu makanan yang
disebabkan jarak dan waktu.
- Ketidaksesuaian peralatan makan bisa saja terjadi
karena semua kegiatan, semua konsumen dilayani
pada satu tempat.
b) Metode Desentralisasi
System distribusi desentralisasi adalah kegiatan
pembagian atau pemorsian makanan pada porsi besar yang
dilakukan di tempat produksi dan pemorsian untuk setiap
klien dilakukan di pantry. Pantry adalah dapur-dapur kecil
diluar tempat produksi utama. Lokasi pantry biasanya dekat
186
dengan konsumen atau klien. Fungsi dari pantry adalah
sebagai tempat untuk:
Pemorsian untuk lingkup kecil konsumen
Menghangatkan kembali makanan
Membuat minuman
Menyimpan dan persiapan alat makan dan minum
Menyajikan makanan dan minuman sesuai permintaan
klien dan sesuai porsi.
Metode desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangan
juga.
Kelebihan sistem desentralisasi
- Kepuasan klien atau konsumen terhadap mutu
makanan terutama suhu lebih terjaga. Di dalam
pantry makanan dapat dihangatkan kembali dan
pemorsian dilakukan ditempat tersebut namun untuk
jumlah yang dilayani lebih sedikit.
- Inventarisasi peralatan lebih baik. Jumlah peralatan
yang digunakan tidak sebanyak jika pemorsian
dilakukan terpusat, sehingga pengawasan terhadap
alat lebih mudah dilakukan.
- Tingkat kesalahan pemberian diet pasien dapat
ditekan.
Kelemahan system desentralisasi antara lain:
- Alat-alat distribusi dibutuhkan dalam jumlah lebih
banyak (terutama untuk wadah makanan yang akan
diporsikan dan alat transportasinya).
- Penurunan mutu makanan dapat terjadi terutama
dalam hal kematangan dan kandungan gizi.
- Proses penghangatan kembali yang tidak tepat dapat
menurunkan mutu makanan terutama kematangan,
warna menjadi kurang menarik dan kemungkinan
penurunan kandungan gizi akibat suhu.
187
- Keterlambatan waktu pelayanan. Pada system
desentralisasi terjadi 2 proses pemorsian yaitu
pemorsian dalam jumlah besar di ruang produksi
utama dan pemorsian untuk setiap klien di pantry,
proses ini bisa menjadi penyebab ketelambatan
waktu pelayanan.
- Konsumen atau klien akan menjumpai kegaduhan,
suara dan bau yang ditimbulkan akibat kegiatan di
pantry.
- Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.
- Kesulitan dalam pengawasan.
188
agar meminimalisisr kesalahan dalam pemberian diet
kepada pasien. Pendistribusian makanan dilakukan oleh 3
petugas distribusi atau transporter. Setelah dilakukan
pengamatan pada saat pendistribusian makanan pasien
disimpulkan bahwa pendistribusian makanan di RSUD
Kanjuruhan sudah sesuai SPO yang telah ditetapkan.
c. Alat Distribusi
Alat yang digunakan untuk distribusi makanan di
Instalasi gizi RSUD Kanjuruhan adalah piring, mangkok
sayur, mangkok lauk, sendok, nampan, plato stainless bulat
bertutup, plato persegi melamin dan stainless. Pasien kelas
VIP dan kelas I mendapatkan makanan dalam wadah piring
keramik dan mangkok sayur, piring lauk dan nampan. Bagi
pasien kelas II menggunakan plato stainless bulat bertutup,
bagi pasien kelas III menggunakan plato persegi stainles dan
melamin. Perbedaan alat makan dilakukan berdasarkan kelas
perawatan dan biaya perawatan. Kereta makanan atau trolley
di RSUD Kanjuruhan menggunakan trolley makanan tanpa
pemanas. Trolley makanan di RSUD Kanjuruhan berjumlah 8
trolly dan digunakan untuk mengantar makanan di ruangan
pasien. Pembersihan trolley makanan seharusnya setiap hari
ketika setelah transporter mengantar makanan kepada pasien,
namun beberapa transporter tidak terlihat membersihkan
trolley setelah mendistribusikan makanan ke pasien.
Penjamah makanan di RSUD Kanjuruhan beberapa
sudah memenuhi standar higiene sanitasi perorangan, namun
ada beberapa orang yang belum memenuhi standar higiene
sanitasi. Pada saat pemorsian ada beberapa orang yang tidak
menggunakan sarung tangan, petugas yang
mepengennggunakan sarung tangan hanya petugas yang
mewadahi nasi.
189
3) Sistem Controlling
Pengendalian sistem distribusi di RSUD Kanjuruhan dilihat
dari waktu distribusi makanan kepada pasien. Pendistribusian
dilakukan sesegera mungkin setelah selesai pemorsian hal ini
dilakukan agar suhu makanan tetap hangat saat diterima oleh
pasien. Adapun jadwal pendistribusian makanan sebagai berikut :
makan pagi 06.30-07.30 WIB, makan siang 11.30-12.30 WIB dan
waktu sore 16.30-17.30 WIB. Sebelum makanan di distribusikan,
pengawas memeriksa makanan yang akan didistribusikan harus
sudah sesuai dengan etiket yang sudah ditentukan.
190
3.2.8 Menejemen Perhitungan Biaya Makan
1) Food Cost
Tabel 3.38 Food Cost
Kelas I Kelas II Kelas III
Menu
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Menu 1 Rp10.316 Rp17.261 Rp11.911 Rp 9.973 Rp16.918 Rp 11.568 Rp 9.514 Rp10.384 Rp 4.934
Menu 2 Rp 8.607 Rp20.740 Rp11.941 Rp 8.264 Rp20.397 Rp 11.598 Rp 7.805 Rp13.863 Rp 8.839
Menu 3 Rp15.130 Rp17.638 Rp12.590 Rp12.562 Rp17.295 Rp 12.247 Rp12.103 Rp10.136 Rp 9.488
Menu 4 Rp 8.102 Rp16.848 Rp 9.647 Rp 7.759 Rp16.505 Rp 9.304 Rp 7.300 Rp13.846 Rp 6.545
Menu 5 Rp 9.370 Rp16.368 Rp18.498 Rp 9.835 Rp16.025 Rp 18.155 Rp 9.376 Rp11.916 Rp11.521
Menu 6 Rp 8.566 Rp16.628 Rp 9.036 Rp 8.223 Rp16.285 Rp 8.693 Rp 7.764 Rp 9.126 Rp 5.934
Menu 7 Rp15.130 Rp18.111 Rp11.388 Rp 7.458 Rp17.768 Rp 11.045 Rp 6.999 Rp13.659 Rp 8.286
Menu 8 Rp14.752 Rp14.268 Rp14.706 Rp14.409 Rp14.025 Rp 14.363 Rp13.950 Rp 7.491 Rp 7.729
Menu 9 Rp 8.612 Rp20.194 Rp15.112 Rp 8.269 Rp22.251 Rp 14.769 Rp 7.810 Rp15.088 Rp 8.135
Menu 10 Rp12.988 Rp12.289 Rp14.102 Rp12.645 Rp11.937 Rp 13.759 Rp12.186 Rp 9.278 Rp 6.500
Menu 11 Rp 8.043 Rp12.606 Rp20.803 Rp 7.700 Rp12.263 Rp20.460 Rp 7.241 Rp 9.604 Rp13.826
Rata-Rata Rp10.874 Rp16.632 Rp13.612 Rp 9.736 Rp16.515 Rp 13.269 Rp 9.277 Rp11.308 Rp 8.340
191
Menurut Kemenkes (2013), perencanaan anggaran belanja
bahan makanan adalah suatu kegiatan penyusunan biaya yang
diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan
karyawan yang dilayani sehingga tersedianya anggaran belanja
makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan
jumlah bahan makanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Kenaikan atau penurunan harga bahan makanan terjadi setiap hari
secara signifikan, contohnya pada hari pertama menu 1 makan pagi
kelas 1 yaitu, harga bahan makanan pada hari pertama makan pagi
Rp 10.316 mengalami peningkatan pada makanan siang Rp 17.261
dan mengalami penurunan pada makanan sore hari yaitu Rp 11.91.
Kenaikan terjadi karena menu pada siang hari menggunakan tuna
dan mendapatkan snack serta buah, sedangkan mengalami
penurunan pada sore hari dikarenakan menu tidak ada lauk daging
atau ayam hanya telur dan tempe serta tidak mendapatkan snack.
Rata-rata Food cost dari kelas I, II, III memiliki sedikit
perbedaan yaitu di kelas I memiliki rata-rata Rp. 13.706, kelas II
memiliki rata-rata Rp. 13.174 dan kelas III memiliki rata-rata Rp.
9.642, hal ini dikarenakan kelas I mendapatkan menu yang sedikit
berbeda dengan kelas II dan III, serta mendapatkan snack 1x, buah
2x dan minum 3x/200ml, sedangkan kelas II juga mendapatkan
snack 1x dan buah 2x yang membedakan adalah dari segi menu
makanan yang sama dengan kelas III dan minum 3x/150ml. Kelas
III memiliki food cost lebih rendah dikarenakan tidak mendapatkan
snack dan minum, hanya mendapatkan buah 1x.
2) Labor Cost
Menurut Carter (2009) labor cost adalah biaya tenaga kerja
yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk
jadi dan dapat di bebankan secara layak ke produk tertentu. Biaya
tenaga kerja langsung meliputi upah tenaga kerja yang
192
dipekerjakan. Biaya tenaga kerja merupakan gaji / upah karyawan
bagian produksi. Biaya ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji/upah tenaga kerja
yang dipekerjakan untuk memproses bahan menjadi barang
jadi
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah gaji/upah tenaga
kerja bagian produksi yang tidak terlibat secara langsung
dalam proses pengerjaan bahan menjadi produk jadi.
Menurut Kemenkes RI (2013) labor cost merupakan
biaya yang terdiri dari gaji, tunjangan, lembur, honor, insentif
dan sebagainya. Biaya ini merupakan biaya tetap karena pada
batas tertentu tidak dipengaruhi oleh jumlah makanan yang
dihasilkan. Instalasi Gizi RSUD Kepanjen Kabupaten Malang,
total labor cost selama satu bulan untuk 33 karyawan adalah
sebesar Rp. 55.473.000 namun karena RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten Malang adalah rumah sakit milik
pemerintah maka rumah sakit hanya mengeluarkan gaji untuk
pegawai honorer yang berjumlah 15 orang dengan total biaya
adalah Rp 18.200.000.
3) Overhead Cost
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang
tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun dalam biaya tenaga
kerja. Susilawati (2009) menyatakan biaya overhead pabrik adalah
193
biaya bahan, tenaga kerja dan fasilitas produk selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut Carter (2009).
Biaya overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan
baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya
pabrik lainnya yang tidak dapat dengan mudah diidentifikasikan
dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek
biaya lain tertentu.
Menurut Kemenkes RI (2013), biaya overhead merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam rangka proses produksi (makanan),
kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead tersebut meliputi biaya barang dan biaya pemeliharaan.
Biaya barang yaitu seluruh biaya barang yang telah dikeluarkan
untuk operasional penyelenggaraan makanan misalnya alat tulis
kantor, alat masak, alat makan dan alat rumah tangga lainnya.
Biaya pemeliharaan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
pemakaian bahan bakar(listrik, gas, dll), pemeliharaan (gedung,
peralatan-peralatan, dsb), penyusutan(fisik, alat, furniture, dsb).
Tabel 3.40 Overhead Cost
No Bahan Isi Pemakaian Harga Jumlah Harga
Bakar (Kg) Perbulan Satuan (Rp)
(Buah)
1 LPG 50 16 Rp. 800.000 Rp. 12.800.000
TOTAL Rp. 12.800.000
Jumlah Pengeluaran Pertahun Rp. 153.600.000
194
overhead untuk 1 bulan adalah sebesar Rp. 12.800.000. Jumlah
pasien di bulan November 2019 adalah 365 orang. Overhead cost
yang dikeluarkan per pasien/ hari adalah Rp. 35.068. Overhead
cost pada tiap kelas perawatan dapat dihitung berdasarkan jumlah
pasien selama sebulan.
195
biaya variabelnya.Jenis biaya variable antara lain adalah: biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langusng, biaya tenaga listrik
mesin, dan sebagainya.
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi-variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi,
namun perubahannya tidak proporsional. Dalam analisis titk-
impas, biaya harus dikelompokkan menjadi dua kelompok
yakni biaya tetap dan biaya variabel.
Menurut Carter (2009:69) biaya semivariabel didefinisikan
sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik
dari biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya semacam itu
mencakup biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, beberapa
perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung,
biaya perjalanan, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya
pensiun, dan pajak penghasilan.Berikut adalah BEP dari tiap kelas
di rumah sakit RSUD Kepanjen Kabupaten Malang :
Berikut adalah harga jual tiap porsi di RSUD Kepanjen
Kabupaten Malang :
Tabel 3.41 Harga Jual Tiap Porsi
Kelas RSUD (Rp) Perhitungan (Rp)
Kelas 1 50000 41118
196
harga adalah 1075 sehingga RSUD mengalami keuntungan pada
harga jual kelas 1, 2 ,3.
1. Break Even Point (BEP) per unit Kelas I
- Fix Cost Per Hari = Rp. 103.923,77
- Variabel cost/unit = Rp. 50.000
- Harga pokok produksi kelas I = Rp. 41118
- BEP Unit =
= 23 unit
3. Break Even Point (BEP) per unit Kelas III
- Fix Cost Per Hari = Rp. 103.923,77
- Variabel cost/unit = Rp. 30.000
- Harga pokok produksi kelas III = Rp. 28.925
- BEP Unit =
197
laba dan juga tidak menderita kerugian atau impas dikarenakan
RSUD menggunakan jenis penyelengaraan non-komersil.
Dalam operasi institusi, harga jual dan biaya produksi
seringkali mengalami perubahan. Perubahan harga jual akan
mengakibatkan perubahan total penerimaan, sedangkan perubahan
biaya tetap atau biaya variabel akan mengakibatkan perubahan
total biaya. Perubahan total penerimaan ataupun total biaya yang
terjadi akan berakibat pada perubahan nilai BEP. Oleh karena itu,
apabila ada perubahan harga jual, biaya variabel ataupun biaya
tetap, perusahaan hendaknya menghitung kembali nilai BEP yang
disesuaikan dengan adanya perubahan-perubahan tersebut.
198
sanitasi jasa boga (Lampiran). Penilaian uji kelaikanpada dapur
gizi ddi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang dilakukan sampai
ke golongan B. Berdasarkan PMK RI No.
1096/Menkes/Per/VI/2011, jasaboga Golongan B melayani
kebutuhan khusus, dengan pengolahan yang menggunakan dapur
khusus dan memperkerjakan tenaga kerja. Jasaboga golongan B
merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat dalam
kondisi tertentu, meliputi:
- Asrama haji, asrama transito atau asrama lainnya;
- Industri, pabrik, pengeboran lepas pantai;
- Angkutan umum dalam negeri selain pesawat udara;
- Fasilitas pelayanan kesehatan.
2) HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu
sistem yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi
bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin
keamanan pangan (dalam Hermansyah dkk, 2013). Sistem HACCP
didasarkan pada 7 prinsip, yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan suatu analisis potensi bahaya.
2. Menentukan titik-titik pengendalian Kritis.
3. Menyusun batas-batas kritis.
4. Menyusun suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP.
5. Menyusun tindakan-tindakan perbaikan yang harus diambil
ketika suatu titik pengendalian kritis (CCP) berada diluar batas
6. Menyusun prosedur pengecekan ulang untuk memastikan
bahwa sistem HACCP bekerja efektif.
7. Menyusun dokumentasi yang berhubungan dengan semua
prosedur dan catatan-catatan yang sesuai untuk prinsip-prinsip
ini beserta aplikasinya.
Selama waktu PKL, kami telah membuat analisa HACCP pada
beberapa menu yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
199
diantaranya adalah menu sayur dan menu daging yang telah
dirokemendasikan oleh pembimbing lahan (Lampiran).
200
tampilan makanan terlihat pucat sehingga tidak mengguah selera.
Hal tersebut bisa terjadi dari penampilan nasi yang polos karena
berdasarkan ukuran nasi mendominasi dibandingkan lauk.
Rekomendasi yang diberikan adalah memberikan tambahan
garnish yang cukup sederhana dan bisa diterapkan di pasien
dengan perawatan kelas III, seperti penambahan bawang goreng
di atas nasi atau tim.
201
Grafik 3.3 Persentase Kepuasan Pasien terhadap Suhu Makanan
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa persentase
kepuasan pasien terhadap tekstur makanan cenderung “puas”. Hal
tersebut ditandai dengan hasil persentase pada tanggal 19
November 2019 sebesar 80%, pada tanggal 20 November 2019
sebesar 87%, pada tanggal 21 November 2019 sebesar 80%. Pada
tanggal 19 November 2019 hasil persentase “tidak puas” ada
sebanyak 7%. Alasan dari pasien adalah pasien tidak suka
makanan yang hangat sehingga perlu menunggu dahulu setelah
makanan diterima. Hal ini terjadi karena selera masing-masing
orang berbeda dan bisa juga karena kebiasan makan pasien
dirumah. Rekomendasi yang diberikan adalah tetap pertahankan
kondisi suhu makanan setelah pemorsian sehingga saat sampai
kepasien tetap dalam keadaan hangat.
202
November 2019 sebesar 87%, pada tanggal 20 November 2019
sebesar 87%, pada tanggal 21 November 2019 sebesar 87%. Pada
tanggal 20 November 2019 hasil persentase “tidak puas” ada
sebanyak 7%. Alasan dari pasien adalah pasien tidak suka dengan
menu yang diberikan. Hal ini terjadi karena berhubungn dengan
selera pasien tersebut dan juga karena kebiasan makan pasien
dirumah. Rekomendasi yang diberikan adalah tetap pertahankan
variasi makanan yang ada karena berdasarkan persentase “puas”
dan “sangat puas” yang stabil menandakan variasi menu sudah
baik.
203
Grafik 3.6 Persentase Kepuasan Pasien terhadap
Ketepatan Waktu Penyajian
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa persentase
kepuasan pasien terhadap tekstur makanan cenderung “puas”. Hal
tersebut ditandai dengan hasil persentase pada tanggal 19
November 2019 sebesar 67%, pada tanggal 20 November 2019
sebesar 60%, pada tanggal 21 November 2019
sebesar 80%. Hasil persentase “tidak puas” pada tanggal 20
November 2019 sebesar 7%. Alasan dari pasien adalah pasien
merasa sudah lapar sehingga memberikan nilai tidak puas. Hal ini
tergantung dari nafsu makan masing-masing pasien. Rekomendasi
yang diberikan adalah tetap pertahankan ketepatan waktu
penyajian makanan karena berdasarkan hasil persentase “puas”
dan “sangat puas” menggambarkan proses distribusi sudah baik.
204
%Sisa Makanan =
2. Faktor Eksternal
a) Penampilan Makanan
Beberapa faktor yang menentukan penampilan makanan
sewaktu disajikan di meja makan, yaitu :
Warna makanan
Konsistensi atau tekstur makanan
Porsi makanan
Penyajian makanan
b) Rasa Makanan
Rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari
makanan yang disajikan dan merupakan faktor kedua
yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan
makanan itu sendiri. Adapun beberapa komponen yang
berperan dalam penentuan rasa makanan yaitu :
Aroma makanan
Bumbu masakan
Tingkat kematangan
Temperatur makanan
3. Faktor Lingkungan
a) Jadwal/Waktu Penyajian Makan
Waktu makan yang diproteksi (protected meal
times) adalah periode pada ruang rawat rumah sakit
ketika semua aktivitas klinis yang tidak mendesak
berhenti selama waktu makan pasien, metode ini telah
direkomendasikan sebagai metode untuk meningkatkan
206
asupan makanan pada pasien rawat inap. Metode tersebut
dirancang untuk memastikan pasien diberikan bantuan
dan dukungan untuk makan dengan memastikan
lingkungan yang kondusif untuk makan. Tugas-tugas
seperti pembersihan, pemeliharaan dan aktivitas klinis
harus dilakukan di luar waktu makan yang direncanakan.
b) Makanan dari Luar Rumah Sakit
Penilaian pasien terhadap mutu makanan dari
rumah sakit kurang memuaskan, kemungkinan pasien
akan mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit Bila
hal tersebut selalu terjadi maka makanan yang
diselenggarakan oleh pihak rumah sakit tidak dimakan
sehingga mengakibatkan sisa makanan.
c) Alat Saji Makanan
Makanan yang disajikan di rumah sakit sebaiknya
memiliki alat makan yang sesuai dengan diitnya seperti
pada makanan biasa harus ada tempat nasi, lauk, sayur,
buah beserta sendok dan garpu. Penutup makanan juga
penting untuk disediakan karena tidak semua pasien
langsung menyantap makanan setelah disajikan.
Peralatan yang digunakan dalam penyajian makanan
mempengaruhi daya terima makanan pasien sehingga
pada penyajian makanan perlu diperhatikan kesesuaian
peralatan yang digunakan dengan jenis makanan dan
tingkat kualitas makanan.
d) Penyaji Makanan
Kurangnya rasa kepemilikan dengan lingkungan
berbasis tim selama waktu makan para petugas, layanan
makanan kurang dapat menyebkan kurangnya daya
terima makanan pasien. Penundaan waktu pelayanan
makanan pasien dapat mendorong pasien melihat
makanan rumah sakit secara tidak positif. Kurang
207
kepercayaan ini dapat menimbulkan masalah layanan
makanan yang kemudian menyebakan makanan dapat
terbuang.
208
Malang. Plate waste dilakukan mulai pada tanggal 19–22
November 2019. Pengamatan dilakukan selama 4 hari atas
keputusan dari pembimbing lahan, dikarenakan waktu PKL yang
singkat. Pengamatan dilakukan pada 65 pasien di ruang rawat
inap kelas III dan pada diet nasi atau tim TKTP. Berdasarkan
Kepmenkes No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM), sisa makanan yang tidak
termakan oleh pasien sebanyak-banyaknya 20%.
209
Grafik 3.8 Persentase Sisa Makanan Pokok (Tim)
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan persentase sisa
makanan pokok (tim) yang >20% ada disetiap hari pengamatan.
Tanggal 19 November 2019 yang melebihi 20% ada di makan
pagi dan sore (34% dan 26%). Tanggal 20 November 2019 yang
melebihi 20% ada di makan pagi (30%). Tanggal 21 November
2019 yang melebihi 20% ada di makan pagi, siang, dan sore
(45%, 25%, 38%). Tanggal 22 November 2019 yang melebihi
20% ada di makan pagi, siang, dan sore (29%, 36%, 43%). Hal
tersebut bisa terjadi karena kondisi fisik pasien yang sedang sakit
dan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien yang bisa
meningkat maupun menurun. Hal yang bisa dilakukan agar plate
waste pasien berkurang adalah memberikan motivasi agar pasien
mau makan dan mengajarkan prinsip makan sedikit tetapi sering
agar kebutuhan gizi bisa tercukupi walaupun hanya sedikit.
210
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan persentase sisal
auk hewani yang >20% ada pada tanggal 19, 20, dan 22
November 2019. Tanggal 19 November 2019 yang melebihi 20%
ada di makan pagi, siang, dan sore (31%, 33,% 24%). Tanggal 20
November 2019 yang melebihi 20% ada di makan pagi dan siang
(25% dan 29%). Tanggal 22 November 2019 yang melebihi 20%
ada di makan pagi dan sore (22% dan 29%). Hal tersebut bisa
terjadi karena kondisi fisik pasien yang sedang sakit dan dapat
mempengaruhi nafsu makan pasien yang bisa meningkat maupun
menurun. Bisa juga karena ketidaksukaan pasien terhadap menu
lauk hewani di hari tersebut. Hal yang bisa dilakukan agar plate
waste pasien berkurang adalah memberikan motivasi agar pasien
mau makan dan mengajarkan prinsip makan sedikit tetapi sering
agar kebutuhan gizi bisa tercukupi walaupun hanya sedikit. Jika
pasien tidak menyukai menu pada hari itu maka diberikan edukasi
terkait pentingnya mengkonsumsi lauk hewani bagi tubuh.
211
melebihi 20% ada di makan pagi, siang, dan sore (39%, 21%,
66%). Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi fisik pasien yang
sedang sakit dan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien yang
bisa meningkat maupun menurun. Bisa juga karena ketidaksukaan
pasien terhadap menu lauk nabati di hari tersebut. Hal yang bisa
dilakukan agar plate waste pasien berkurang adalah memberikan
motivasi agar pasien mau makan dan mengajarkan prinsip makan
sedikit tetapi sering agar kebutuhan gizi bisa tercukupi walaupun
hanya sedikit. Jika pasien tidak menyukai menu pada hari itu
maka diberikan edukasi terkait pentingnya mengkonsumsi lauk
nabati bagi tubuh.
213
Grafik 3.13 Persentase Sisa Buah
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan persentase yang
>20% ada disetiap hari pengamatan pada makan siang saja,
karena buah pisang hanya diberikan pada makan siang khusus
pasien dengan perawatan kelas III. Tanggal 19 November 2019,
hasil persentase sebesar 36%. Tanggal 20 November 2019, hasil
persentase sebesar 23%. Tanggal 21 November 2019, hasil
persentase sebesar 22%. Tanggal 22 November 2019, hasil
persentase sebesar 24%. Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi
fisik pasien yang sedang sakit dan dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien yang bisa meningkat maupun menurun. Bisa juga
karena ketidaksukaan pasien terhadap buah pisang. Hal yang bisa
dilakukan agar plate waste pasien berkurang adalah memberikan
motivasi agar pasien mau mengkonsumsi buah pisang. Jika pasien
tidak menyukai menu pada hari itu maka diberikan edukasi terkait
pentingnya mengkonsumsi buah bagi tubuh.
214
3.2.12 Pendidikan Gizi
Penyuluhan gizi adalah usaha yang terencana untuk
meningkatkan status gizi melalui perubahan perilaku. Perubahan dan
modifikasi perilaku berhubungan dengan produksi pangan, persiapan
makanan, distribusi makanan dalam keluarga, dan pencegahan
penyakit gizi (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan gizi dilakukan pada hari kamis 28 November 2019
kepada petugas masak, petugas transporter dan cleaning service.
Pendidikan gizi dilakukan diruang persiapan bahan makanan.
Pendidikan gizi dilakukan dua kali sebelum waktu pemorsian pada
jam 10.00 WIB untuk petugas yang bertugas shift pagi, sedangkan
yang kedua dilakukan pada pukul 14.30 untuk petugas shift siang.
Materi edukasi gizi yang diberikan yaitu keamanan pangan meliputi
pengertian keamanan pangan, ruang lingkup keamanan pangan,
perilaku higiene ,5 kunci keamanan pangan dan prinsip 5R (rapi,
ringkas, resik, rajin, rawat) untuk petugas penjamah makanan.
Edukasi gizi yang dilakukan dihadiri oleh 10 peserta yang
terdiri dari 2 transporter, 1 cleaning service, 7 pelaksana masak.
Edukasi gizi berjalan dengan lancar dan peserta memperhatikan materi
yang disampaikan. Peserta juga menjawab pertanyaan yang diberikan
penyuluh dengan antusias. Sebelum memberikan materi, para peserta
diberikan pre test dan diakhir penyuluhan para peserta juga diberikan
post test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan terkait materi yang telah diberikan oleh penyuluh.
Berdasarkan hasil pre test dan post test yang telah diberikan,
hasil pretest sebesar 70% sedangkan hasil postest meningkat menjadi
84%, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 14%.
Diharapkan materi yang telah disampaikan terkait keamanan pangan,
higiene sanitasi dan prinsip kerja dapat diterapkan para petugas dalam
melaksanakan pekerjaannya di Instalasi gizi RSUD Kanjuruhan.
215
Grafik 3.14 Peningkatan Pengetahuan Peserta Penyuluhan
216
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Kanjuruhan menggunakan
sistem kombinasi.
2. Kontruksi tempat pengolahan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
sudah cukup baik, tetapi ada yang tidak sesuai persyaratan yang
dikeluarkan PMK RI No. 78 Tahun 2013 yaitu langit-langit tidak
tertutup dan ventilasi tidak cukup.
3. Arus kerja kurang baik, ada karyawan yang masuk melalui pintu yang
salah dan seringkali melewati ruang persiapan. Alur penerimaan bahan
makanan juga kurang baik yaitu bahan makanan masuk melalui dua
pintu. Alur pembuangan sampah sudah baik, tidak ada jalur yang
melewati ruang pengolahan.
4. Type dapur di instalasi gizi RSUD Kanjuruhan termasuk jenis tipe
Island Kitchen. Layout dari dapur instalasi gizi RSUD Kanjuruhan
sebagian berbentuk L
5. Data inventaris RSUD Kanjuruhan sudah sesuai dengan Peraturan
Mentri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2013 Tentang “Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit” yaitu adanya uraian sarana dan prasarana
khususnya pelaratan penyajian makanan yang harus dimiliki Rumah
Sakit.
6. Ruangan di instalasi gizi yang sesuai dengan buku pedoman teknis
bangunan rumah sakit kelas B tahun 2012 adalah ruang penerimaan,
ruang penyimpanan bahan makanan basah dan kering, ruang
pengolahan, ruang pemorsian, dapur susu, ruang cuci, ruang
penyimpanan troli, ruang administrasi, ruang kepala instalasi gizi, ruang
nutrisionis.
7. Ruangan di instalasi gizi yang tidak sesuai dengan buku pedoman teknis
bangunan rumah sakit kelas B tahun 2012 adalah ruang persiapan, ruang
penyimpanan alat dapur, ruang ganti APD, ruang pertemuan gizi klinik,
217
ruang manifold uap, ruang panel listrik, ruang manifold gas elpiji,
gudang alat, ruang PKL, ruang petugas jaga dapur, KM/WC.
8. Total Kebutuhan energi di instalasi gizi sebesar Rp 43,4669/hari
9. Produktifitas kerja pada Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang 1 orang pegawai mampu memproduksi makanan 52 porsi
perjam yang membutuhkan waktu 1,15 menit untuk produksi.
10. Perhitungan kebutuhan kerja menggunakan metode WISN. Berdasarkan
hitungan kebutuhan tenaga ahli gizi ruangan rawat inap membutuhkan
penambahan 3 orang, petugas masak 4 orang dan transpoter 1 orang.
11. Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang
menggunakan jenis menu berdasarkan tipe yaitu menu siklus (cycle
menu).
12. Struktur menu yang ada di RSUD Kanjuruhan adalah 3 kali makan
utama dengan menggunakan siklus menu 10 hari plus satu. Selingan
yang diberikan pada pasien kelas VIP, I, dan II mendapatkan dua kali
buah dan tambahan snack
13. Hasil perhitungan kebutuhan zat gizi pasien dengan diet tim TKTP yaitu
energi 102,6% (baik), protein 126,6% (lebih), lemak 80,6% (baik),
karbohidrat 110,9% (lebih). Hasil perhitungan kebutuhan zat gizi pasien
dengan diet nasi TKTP yaitu energi 112,7% (lebih), protein 131,7%
(lebih), lemak 80,7% (baik), karbohidrat 127,7% (lebih).
14. Penentuan supplier di RSUD Kanjuruhan dilakukan dengan cara
ditunjuk langsung oleh direktur atau dipilih berdasarkan harga terendah
saat penawaran.
15. Metode penerimaan bahan makanan di RSUD Kanjuruhan secara
konvensional.
16. Sistem penyimpanan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
menggunakan sistem FIFO (First in first Out).
17. Penetapan jumlah produksi yang dilakukan di RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dilakukan dengan cara menambahkan cadangan produksi
makanan dari data jumlah pasien dan daftar pesanan diet dari masing-
masing ruangan sebelum proses produksi berlangsung.
218
18. Pendistribusian makanan di RSUD Kanjuruhan menggunakan metode
sentralisasi
19. Rata-rata food cost kelas I sebanyak Rp. 13.706, kelas II Rp. 13.174 dan
kelas III Rp. 9642.
20. Instalasi gizi di RSUD Kanjuruhan tidak memperoleh laba dan juga
tidak menderita kerugian atau impas dikarenakan RSUD menggunakan
jenis penyelengaraan non komersil.
21. Uji kelaikan yang telah dilakukan pada dapur gizi di RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang mendapatkan hasil 82 dengan persentase 89,1%
sehingga telah memenuhi persyaratan hygiene sanitasi jasa boga
22. Survey kepuasan pasien dilakukan untuk menilai kepuasan pasien
terhadap penampilan makanan, tekstur makanan, suhu makanan, variasi
makanan, kebersihan makanan, dan ketepatan waktu penyajian.
23. Plate wasteMenu dengan sisa makanan yang paling tinggi adalah bistik
daging 33% (lauk hewani), opor tempe 66% (lauk nabati), sup wortel
jagung kacang polong 58% dan tahu, labu siam 58% (sayur).
24. Pendidikan gizi yang dilakukan berhasil, ditandai dengan peningkatan
pengetahuan sebesar 14%.
4.2 Saran
1. Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan seharusnya memiliki SOP
mengenai kriteria rekanan yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 715/Menkes/SK/V/2003.
2. Alur karyawan dan alur bahan makanan diperbaiki sesuai persyaratan
yang ditentukan agar tidak terjadi kontaminasi makanan.
3. Berdasarkan hasil observasi rekomendasi tipe dapur RSUD adalah tipe
dapur L, hal ini untuk menjaga agar suhu dan kelembapan ruangan bisa
terjaga.
4. Beberapa kualifikasi jabatan belum sesuai dengan standart yang
ditentukan, misalnya Wakil Kepala Instalasi Gizi, Koordinator Unit
Produksi dan Distribusi Makanan, serta beberapa pada bagian pelaksana
masak dan transporter, agar dapat menunjang kinerja pegawai dengan
219
maksimal maka RSUD harus menyesuaikan kualifikasi jabatan dengan
yang telah di tentukan.
5. Berdasarkan perhitungan WISN jumlah ketenagaan di Intalasi Gizi
RSUD Kanjuruhan masih belum memadai sehingga harus disesuaikan
dengan standart yaitu penambahan ahli gizi ruangan rawat inap 3 orang,
transporter 3 orang, dan pelaksana masak 4 orang.
6. Untuk menjaga kelembapan digudang penyimpanan bahan kering, bisa
menggunakan alat humadifier.
7. Pengawas lebih memperhatikan penggunaan APD pelaksana masak pada
saat pengolahanan makanan hingga pendistribusian.
220
DAFTAR PUSTAKA
Adriyantti, A., W., 2018. Gambaran Keseuaian Siklus Menu, Besar Porsi, Tingkat
Kecukupan Energi dan Protein Remaja di Panti Asuhan Baitul Falah
Semarang. Artikel. Diakses 20 November 2019.
http://repository.unimus.ac.id/2655/
Almatsier, S., 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Aula Lisa, E., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011. Diakses pada tanggal 25 November 2019.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1812/1/LIZA%2
0ELLIZABET%20AULA-FKIK.PDF.
221
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Sistem-Penyelenggaraan-Makanan-
Institusi_SC.pdf
Carter. W.K. 2009. Akuntansi Biaya “Cost Accounting”. Jakarta: Salemba Empat.
Diakses pada tanggal 27 November 2019.
https://www.bukupedia.com/id/book/id-62-20230/ekonomi-
keuangan/akuntansi-biaya-cost-accounting-ed-13.html.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. Diakses pada tanggal 22 November 2019.
http://www.gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ped-ops-
Kadarzi.pdf.
Depkes RI. 2005. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Diakses 25
November 2019. Diakses pada tanggal 23 November 2019.
https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2005.pdf
Depkes RI. 2007. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI. Diakses pada
tanggal 26 November 2019. http://www.gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/ped-ops-Kadarzi.pdf.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Diakses 21
November 2019.
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
222
Drummond KE & Brefere LM. 2010. Nutrition for Food Service and Culinary
Profesisional’s. Seventh Edition. New Jersey.John Wiley & Sons, Inc.
Page 3-4. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
https://nutrition.bmj.com/?utm_source=bing&utm_medium=cpc&utm_ca
mpaign=BMJNPH&utm_term=%5BNutrition&utm_content=Brand.
Hermansyah, M., dkk. 2013. Hazard Analysis And Critical Control Point
(HACCP) Produksi Maltose Dengan Pendekatan Good Manufacturing
Practice (GMP). Jurnal Jemis. Vol. 1, No.1. Diakses 27 November 2019.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6
&ved=2ahUKEwjwzq2boIrmAhUBdCsKHUkwAAYQFjAFegQICRAK&
url=http%3A%2F%2Fjemis.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjemis%2Farticle%
2Fdownload%2F102%2F109&usg=AOvVaw0XSiWClhjYyzk5X2NKxC_
w
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan
2 Jakarta : Erlangga. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
223
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/30669/perilaku-dan-
manajemen-organisasi-edisi-7-jilid-1.html.
Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta: Kemenkes RI.
Dikases 26 November 2019.
https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/pedoman-pelayanan-
gizi-rs-2013.pdf
L. Mathis, Robert & H. Jackson, John. 2011. Human Resource Management (edisi
10). Diakses pada tanggal 23 November 2019.
https://books.google.co.id/books/about/Human_Resource_Management.ht
ml?id=SKqkQzyy-38C&redir_esc=y. Jakarta : Salemba Empat.
224
Manuntun, dkk. 2015. Manajemen Sistem Penyelenggaraa Makanan Institusi
Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Diakses 20 November
2019. https://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx
Putra, M., F., dkk. 2015. Model Dapur Masakan Tradisional Khas Kota Malang
Dengan Konsep Open Kitchen. Jurnal mahasiswa jurusan arsitektur.
Volume 3, Nomor 4. Diakses 20 November 2019.
225
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/156/15
0
Romney, Marshall B., dan Paul John Steinbart, 2015. Accounting Information
Systems, 13 th ed. England : Person Education Limited.
https://www.pearson.com/us/higher-education/program/Romney-
Accounting-Information-Systems-13th-Edition/PGM275950.html. Diakses
pada tanggal 25 November 2019.
Salimar, dkk. 2016. Besaran Defisit Energi Dan Protein Pada Anak Usia Sekolah
[6-12 Tahun] Untuk Perencanaan Program Gizi (Pmtas) Di Delapan
Wilayah Indonesia [Laporan Analisis Lanjut Tahun 2014. Jurnal
Penelitian Gizi dan Makanan. Vol. 39, No. 2. Diakses 12 Januari 2020.
https://media.neliti.com/media/publications/223568-besaran-defisit-energi-
dan-protein-pada.pdf
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
https://www.academia.edu/35364085/PENGARUH_GIZI_TERHADAP_
KESEHATAN_dan_KECERDASAN_ANAK.
226
Suryadi, T.M. 2016. Penerapan Standar Resep Di Dakken Coffee And Steak
Bandung. Tugas Akhir. Diakses Pada Tanggal 24 November 2019.
(http://repository.stpbandung.ac.id/bitstream/handle/123456789/176/TA%
20Taufiq%20Mufqi%20S-201319342-
2016.pdf?sequence=1&isAllowed=y)
Yulianti, Indah. 2013. Sisa Makanan dan Kepuasan pada Pasien Rawat Inap
Kelas III di Rumah Sakit Swasta di Gresik, Jawa Timur (Skripsi). Diakses
pada tanggal 12 Januari 2020.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63419/1/I13iyu.pdf
227