PENDAHULUAN
Bencana adalah suatu gengguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian
secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material, dan lingkungan (alam)
dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan
sumber daya yang ada. Menurut Parker (1992) bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa
terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas
dari kesalahan teknologin memicu respons dari masyarakat, komunitas, imdividu, maupun
lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan
bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta,
2006)
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel
Perubahan tataguna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang
lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan yang berada dalam suatu daerah aliran
sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit puncak sungai akan meningkat antara 6
sampai 20 kali. Angka 6 dan 20 ini tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman
(Kodotie dan Sjarief, 2008). Dalam penelitian Satriawan (2010), penutupan lahan
menentukan laju infiltrasi air hujan yang secara langsung berpengaruh terhadap aliran
permukaan (run-off). Semakin besar aliran permukaan artinya infiltrasi rendah, akibatnya
potensi banjir semakin besar. Jenis-jenis penutupan lahan yang mempunyai pengaruh
besar terhadap banjir adalah pemukiman, sawah ataupun tambak.
B. DAMPAK BANJIR
1. Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya,
dankanal.
2. Sekunder
Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka. Penyakit -
Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air. Pertanian dan
Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.
C. Penanggulangan Banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau
orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk
menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar. Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan itu antara lain:
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki
oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan bencana,
haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut perawat akan mampu
memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
BAB III
DISASTER PLAN &
ANALISA KASUS PENANGANAN BANJIR DI KOTA KENDARI
Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi
Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh sungai-sungai yang
bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya.
Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian
besar terdapat di daratan, mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau, yaitu Pulau
Bungkutoko, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada di antara
3º54’30” - 4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23’ - 122º39’ Bujur Timur.
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata.
Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau peralihan antara musim hujan dan musim
kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal
dari benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya
curah hujan di daerah ini, sehingga terjadi musim kemarau.
Pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air
yang berasal dari benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada
bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim hujan.
Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2005 terjadi 205
hari hujan dengan curah hujan 2.850 mm.
Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun
2005 suhu udara maksimum 32,83 °C dan minimum 19,58 °C atau dengan rata-rata 26,20 °C.
Tekanan Udara rata-rata 1.010,5 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,67 persen.
Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2005 pada umumnya berjalan normal,
mencapai 12,75 m/detik.
Topografi wilayah Kota Kendari pada dasarnya berfariasi antara datar dan berbukit. Daerah
datar terdapat di bagian Barat dan Selatan Teluk Kendari. Kecamatan Kendari yang terletak
di sebelah Utara teluk sebagian besar terdiri dari perbukitan (Pegunungan Nipa-Nipa)dengan
ketinggian ± 459 M dari permukaan laut, sedangkan kearah Selatan tingkat kemiringan antara
4% - 30%, bagian Barat Kecamatan Mandonga) dan Selatan (Kecamatan Poasia) terdiri dari
daerah perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. Dilihat
berdasarkan ketinggian wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut, kecamatan Mandonga
merupakan Wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut.
Selanjutnya wilayah kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter
diatas permukaan laut.
Sebagai akibat dari tindakan tersebut, Kota Kendari menjadi wailayah yang rentan terhadap
banjir. Berdasarkan data historis kejadian banjir Kota Kendari, pada tahun 2007 terjadi dua
kali kejadian, tahun 2008 terjadi dua kali keadian, tahun 2009 terjadi dua kali kejadian, tahun
2010 terjadi lima kali, tahun 2011 terjadi dua kali, tahun 2012, terjadi dua kali, tahun 2013,
terjadi satu kali (BPS Kota Kendari, 2014). Sedangkan kejadian banjir dengan kerugian
terbesar terjadi pada tahun 2013 dimana banjir menyebabkan sebesar 70% dari luas wilayah
terendam air (Basarnas Daerah, 2013). Selain itu, data kerugian akibat banjir tersebut
mencapai angka miliaran rupiah (BNPB daerah, 2013).
Wilayah rawan banjir yang ada di Kota Kendari, merupakan kawasan yang berada pada
kondisi kerendahan (bantaran kali) dengan akumulasi muara pengaliran air dari kawasan
punggungan yang lebih tinggi. Untuk daerah yang berpotensi rawan banjir terdiri dari 9
Kecamatan dan tersebar pada 33 kelurahan di Kota Kendari (Anonymous, 2012)
keterangan:
TBB : Tingkat bahaya banjir
CH : Curah hujan (mm)
PL : Penggunaan lahan
L : Lereng
JT : Jenis tanah
BL : Bentuk Lahan
G : Tipe Geologi
Analisis data akan dilakukan menggunakan GIS yang terdiri dari 4 tahap
yaitu:
1. tahap overlay data spasial,
2. tahap editing data atribut,
3. tahap analisis tabuler, dan
4. presentase grafis hasil analisis
(c−b)
i
n
Dimana :
i = lebar interval
c = jumlah skor tertinggi b = jumlah skor terendah
Dari persamaan tersebut diatas, maka hasil perhitungan interval di konvers menjadi tingkat
kerawanan banjir
Perhitungan interval masing-masing kelas tingkat bahaya banjir disajikan pada Tabel serta
panjang interval berdasarkan rumus (2) diperoleh sebagai berikut:
Dimana;
jumlah skor tertinggi (c) adalah 48, dan
jumlah skor terendah (b) adalah 18.
I 18 - 27,67 Aman
Kelas Rawan
Rawan Luas
Kecamatan Aman Potensi Banjir Banjir ha
ha % ha % ha %
Kec. Kendari Barat 1.623 80,03 253 12,48 152 7,49 2.028
Hal ini biasa dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan sepert RT/RW untuk
menyampaikan peringatan dini melalui pengeras suara
b. Bencana
Bencana adalah periode penanggulangan bencana saat kejadian/krisis, tanggap
darurat menjadi kegiatan paling penting.
Yang harus dilakukan saat kejadian bencana banjir terjadi adalah :
1. Tanggap darurat (Response)
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbilkan. Yang dilakukan
adalah :
Melakukan evakusasi terhadap masyarakat
Penyelamatab berupa korban dan harta benda
Membangun tenda pengungsian/Shelter
Membangun dapur darurat
c. Pascabencana
Pascabencana adalah pemulihan dan rekonstruksi yang menjadi proses terpenting
setelah bencana. Dengan kegiatan manajemennya :
1. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkenan bencana
dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula
Upaya yang dilkukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan
dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain
2. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah langkah upaya yang diambil setelah kejadian bencana
untuk membantu masyarakat memperbaiki rumhanya, fasilitas umum dan
faslitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian
3. Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah dan jangka panjang guna
perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik lagi dari sebelumnya
B. PERMASALAHAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
1. Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang turut andil dalam bencana
2. Kurangnya SDM yang memiliki keahlian dalam bidang bencana dan kesehatan
3. Pendistribusian yang kurang dari segi kauntitas.
4. Kurangnya dana untuk melakukan sosialiasi kepada masyarakat terhadap bahaya
bencana
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banjir perkotaan merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia termasuk Kota
Kendari. Dampak dari peristiwa banjir tersebut dapat menyebabkan kerugian ekonomi
maupun nilai sosial pada suatu wilayah.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat, kita
berharap berkurangnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Hal ini terpenting dari
managemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkret dalam mengendalikan
bencana sehingga korban yang tidak kita harapkan dapat terselamatkan dengan cepat
dan tepat dan upaya untuk peulihan pascabencana dapat dilakukan secepatnya
Hal dapat dilakukan perawat adalah melakukan pemulihan secara fisik dan juga
mental kepada masyarakat yang terdampak bencana, melakukan planning terhadap
sistem tanggap bencana dimasyarakat, melakukan kesiapsiagaan jika terjadi KLB,
serta melakukan salah satu tujuan perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat.
B. Saran
Tanggap darurat sampai saat ini memang penting dilakukan dan memang dibutuhkan
oleh masyarakat terdampak bencana. Namun tidak cukup hanya berhenti disini
semata. Ada bencana, ada proses pertolongan, kemudian selesai.
Namun, yang lebih penting adalah bagaimana menyiapkan masyarakat untuk lebih
cerdas dalam menghadapi bencana, mengurangi dampak resiko yang akan
dihadapinya, serta mengelola pengetahuan menjadi kesadaran kolektif di dalam
masyarakat sehingga tahan/tangguh dalam menghadapi bencana yang menimpa
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2014. Kota Kendari Dalam Angka
2014. Badan Pusat Statistik Kota Kendari: Kendari
Hamdani, A., M.Y.J. Purwanto, B. Kartiwa. 2013. Analisis Wilayah Rawan Banjir
dan Genangan DAS Citarum Hulu Berdasarkan Aplikasi Model
Hidrodinamik dan Sistem Informasi Geografis (Tesis). Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencna.Penerbit
ANDI.Yogyakarta
Jaya, FS. 2015. Analisis Perubahan Tutupan Lahan terhadap Kerawanan Banjir
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu Hilir Kota Kendari (Tesis).
Kendari: UHO
Kustamar. 2013. Strategi Pengendalian Banjir Berbasis Konservasi Sumber Daya
Air di Das Sungai Nangka, Lombok Timur (227A). Konferensi Nasional
Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,
24-26 Oktober 2013
Sadtim. 2011. Pemanfaatan Lahan dan Potensi Banjir Perkotaan. Poli Rekayasa,
volume 7( 1): 39-45
https://pemkomedan.go.id/artikel-18051-beberapa-dampak-banjir-bagi-masyarakat.html