Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

EMIA MURSIDAH BR SEMBIRING ( 0301181009 )

PAI – 1/ SEMESTER III

DOSEN PENGAMPU :

PROF. DR. AL – RASYIDIN, MA.

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2019/2020
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Falsafah Pendidikan Islami membangun kerangka ontologi epistemologi


dan aksiologi praktik pendidikan

Nama Penulis : Dr. Al Rasyidin, M.Ag

Tempat Terbit : Bandung

Tahun Terbit : 2008

Cetakan : Pertama

Penerbit : Citapustaka Media Perintis

Penata Letak : Rahmat Ismail Nasution

Perancang Sampul : Aulia Grafika


Ringkasan Isi Buku
Esensi Kurikulum Dalam Prespektif Falsafah Pendidikan Islami
1. Hakekat Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya pelari dan
curure yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya
digunakan dalam dunia olahraga yang berarti a little racecourse (suatu jarak yang harus
ditempuh dalam pertandingan olahraga). Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa
kurikulum merupakan sebuah arena pertandingan tempat pelajar bertanding untuk
menguasai pelajaran guna mencapai gelar. Berdasarkan pada istilah ini, maka dalam
konteks pendidikan kurikulum dapat diartikan sebagai circe of instruction yakni suatu
lingkungan pengajaran dimana guru dan peserta didik terlibat di dalamnya.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kurikulum sebagai produk (hasil
pengembangan kurikulum), kurikulum sebagai program (alat yang dilakukan sekolah
untuk mencapai tujuan), dan kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari
oleh peserta didik (meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu).
Kurikulum menurut Ali Muhammad alKhawli adalah seperangakat perencanaan dan
media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan.
Sedangkan menurut Muhammad Omar Muhammad al Thoumy al Syaibany, kurikulum
pendidikan Islam dikenal dengan istilah manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap mereka.
Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketiga pengertian ini
merupakan konsep dasar dari kurikulum pendidikan yang mempunyai tujuan pendidikan
yang sama.
Adapun secara terminologis, kurikulum adalah a plan for learning yang disiapkan dan
direncanakan oleh para ahli pendidikan untuk pelajaran anak didik baik berlangsung di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan Islam pada
hakekatnya merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik
yang terperinci berupa bentuk-bentuk materi pendidikan, saran-saran strategi belajar
mengajar dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang
diinginkan dengan mengacu pada nilai-nilai ajaran Islam.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode
dan tehniknya yang bercorak agama.
2. Memperhatikan dan membimbing segala pribadi peserta didik baik dari sisi
intelektual, psikologis, sosial maupun spiritualnya.
3. Memperhatikan keseimbangan berbagai aspek ilmu pengetahuan.
4. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan denganb bakat dan minat peserta didik.
5. Bersifat dinamis dan fleksibel yakni sanggup menerima perkembangan dan
perubahan apabila dipandang perlu.
2. Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum tak terkecuali kurikulum pendidikan Islam harus mengandung beberapa
unsur utama, seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar dan penilaian.Kesemua
unsur tersebut harus tersusun dan mengacu pada sumber kekuatan yang menjadi landasan
dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-asas
pembentuk kurikulum pendidikan.
Muhammad al Thoumy al Syaibany mengemukakan asas-asas pembentuk kurikulum
sebagai berikut:
1. Asas religius/agama
Kurikulum pendidikan Islam yang diterapkan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah sehingga
dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan dapat menolong peserta didik untuk
membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW yang artinya “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk
kamu, yang jika kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat
selama-lamanya yaitu kitabullah dan sunnah nabi-Nya” (HR. Hakim).
2. Asas falsafah
Asas ini memberikan arah tujuan pendidikan Islam. Dengan dasar filosofis maka
kurikulum akan mengandung suatu kebenaran terutama kebenaran di bidang nilai-nilai
sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
3. Asas Psikologis
Asas ini mempertimbangkan tahapan kejiwaan peserta didik, yang berkaitan dengan
perkembangan jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi dan lain-lain, sehingga dengan
landasan ini kurikulum bisa memberikan peluang belajar bagi anak-anak dan bagaimana
belajar itu berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu bisa memberikan hasil
yang sebaik-baiknya.
4. Asas Sosiologis
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap peserta didik,
penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran yang akan
menambah produktifitas dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya.
Selanjutnya perlu ditekankan bahwa satu asas dengan asas lainnya merupakan suatu
kesatuan yang integral sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan Islam yang
terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anak didik
dalam unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan pribadinya sebagai individu dan
pengembangannya dalam kehidupan sosial.
3. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Pada tingkat dasar, penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifat mendasar,
umum, terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya.Untuk menentukan
isi kurikulum pendidikan Islam dibutuhkan syarat yang perlu diajukan dalam
perumusannya, yaitu;
1. Materi yang tersusun tidak menyalahi fitrah manusia.
2. Adanya Relevansi Dengan Tujuan Pendidikan Islam.
3. Sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
4. Perlunya membawa anak didik kepada objek empiris, praktik langsung, dan
mempunyai fungsi pragmatis. Sehingga mereka mempunyai ketrampilan- ketrampilan
yang riil.
5. Penyusunan kurikulum yang bersifat integral, terorganisir dan terlepas dari segala
kontradiksi antara materi satu dengan materi yang lain.
6. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan masalah- masalah yang mutakhir,
yang sedang dibicarakan dan relevan dengan tujuan negara setempat.
7. Adanya metode yang mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan
memperhatikan perbedaan masing- masing individu.
8. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta
didik.
9. Memperhatikan aspek - aspek sosial.
10. Materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap peserta didik.
11. Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat dan
refresing untuk menikmati suatu kesenian.
12. Adanya ilmu alat untuk mempelajari ilmu- ilmu lain.
Adapun mengenai penyusunan kurikulum pendidikan Islam sendiri harus menganut
prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum pendidikan Islam harus memiliki pertautan sempurna dengan agama.
Oleh karena itu, setiap hal yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk filsafat, tujuan,
kandungan, metode pembelajaran serta hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada agama dan akhlak Islam serta terisi dengan
jiwa ajaran Islam. Prinsip ini harus tetap dijaga bukan hanya terhadap ilmu syariat
melainkan pada segala hal yang terkandung dalam kurikulum termasuk ilmu akal dan
segala macam kegiatan dan pengalaman.
2. Menyeluruh pada tujuan-tujuan kurikulum yang meliputi segala aspek pribadi
peserta didik. Oleh karena itu apabila segala tujuan harus meliputi harus meliputi segala
kepribadian peserta didik, maka segala kandungannya harus meliputi segala yang berguna
untuk membina pribadi peserta didik.
3. Keseimbangan relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum. Jika kurikulum
memberi perhatian besar kepada perkembangan spiritual dan ilmu-ilmu syariat, maka
aspek spiritual itu tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan.
4. Kurikulum berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
Bahkan tidak hanya itu, kurikulum pendidikan Islam juga berhubungan dengan alam
sekitar, fisik dan sosial di mana peserta didik hidup dan berinteraksi untuk memperoleh
pengetahuan, kemahiran, pengalaman dan sikapnya.
5. Pemeliharaan perbedaan individu diantara para peserta didik dalam bakat, minat,
kemampuan, kebutuhan dan segala masalahnya. Di samping itu juga menjaga perbedaan
jenis kelamin, karena semua itu dapat membuahkan kesesuaian kurikulum dengan segala
hal yang dibutuhkan peserta didik.
6. Menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
tempat. Islam menjadi sumber falsafah, prinsip-prinsip dan dasar kurikulum. Oleh karena
itu yang berperan dalam pengembangan dan merubah kurikulum pendidikan Islam ini
adalah semua umat Islam, jika dipandang adanya kemaslahatan bagi masyarakat apabila
perubahan dilakukan.
7. Berkaitan dengan berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan
aktifitas yang terkandung dalam kurikulum. Kurikulum pendidikan Islam sangat tidak
setuju terhadap kurikulum yang tidak tersusun mata pelajaran dan pengalamannya.
4. Isi Kurikulum Pendidikan Islam
Materi pembelajran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Islam pada masa sekarang
nampaknya semakin luas. Hal ini karena dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
dan budaya, selain juga semakin beratnya beban yang ditanggung oleh pihak sekolah sebagai
penyelenggata pendidikan. Oleh karena tuntutan perkembangan yang demikian pesatnya
maka para perancang kurikulum pendidikan Islam juga dituntut untuk memperluas cakupan
yang terkandung dalam kurikulum pendidikan Islam, antara lain berkaitan dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
Sebagaimana dikutip oleh alAbrasyi, bahwa Kurikulum Pendidikan Islam terbagi dalam dua
tingkatan, yaitu:Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i) yang mencakup materi kurikulum
pemula difokuskan pada pembalajaran al Qur’an dan as Sunnah, dan tingkatan atas (manhaj
‘ali) yakni kurikulum yang mempunyai dua kualifikasi, yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan dzatnya sendiri , seperti ilmu syari’ah yang mencakup fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam
dan ilmu- ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan dzatnya
sendiri, seperti, ilmu bahasa, matematika dan mantiq (logika).
AlGhazali membagi isi Kurikulum Pendidikan Islam dengan empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu : 1). Ilmu- ilmu Al-Qur’an
dan ilmu-ilmu agama, misalnya fiqh, tafsir dan sebagainya, 2). Ilmu bahasa sebagai alat
untuk mempelajari ilmu al Qur’an dan ilmu agama. 3). Ilmu-ilmu yang fardlu kifayah, seperti
matematika, kedokteran, industri, pertanian dan lain-lain. 4). Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu
filsafat.
Sedangkan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mengambil isi Kurikulum Pendidikan Islam
yang berpijak pada QS.Fushshilat ayat 53 yang artinya:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaa) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa alQur’an itu
adalah benar.Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagikamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?”
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa alQur’an itu
adalah benar.Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagikamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?”
Dalam ayat ini terkandung tiga isi Kurikulum Pendidikan Islam, yaitu:
1. Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”
Ilmu ini meliputi ilmu kalam, fiqh, akhlaq/tasawuf, ilmu-ilmu tentang al Qur’an dan lain-
lain.
2. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”.
Ilmu ini berkaitan dengan perilaku manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sosial,
berbudaya dan berakal.Ilmu ini meliputi ilmu sejarah, politik, bahasa, filsafat, psikologi dan
lain-lain.
3. Isi kurikulum yang berorientasi pada“kealaman”.
Ilmu ini berkaitan dengan alam semesta, seperti : ilmu fisika , kimia, pertanian, perikanan,
biologi danlain-lain.

5. Al-Quran dan Sunnah Sebagai Kurikulum Pendidikan Islami


Bila kurikulum dalam Islam dikatakan manhaj berarti Al-Qur’an dan sunnah adalah
adalah esensinya. Sebab keduanya merupakan pedoman kehidupan, penjelas, pembeda dan
peringatan mengenai jalan amna saja yang harus dilalui mana kala ia ingin sampai pada
tujuan yang tertinggi yakni ber-syahadah kepada Allah. Dalah falsafah pendiidkan Islam,
Allah SWT pada hakikatnya adalah Al-Alim dan Mu’allim yang mendidik semua makhluk
ciptaanNya. Baik mendiidk secara langsung mapun mendiidk secara tidak langsung. Dalam
presfektif penddikan islami, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen
atau mendiidk peserta diidk dalam mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya. Agar
mereka mampu kembali menegakkan syahadahnya.
6. Kurikulum Pendidikan Islami
Secara umum, cakupan kurikulum pendidikan Islami meliputi seluruh kawasan
kehidupan manusia Muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun
pengabdiannya kepada Allah Swt sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam konteks
wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum pendidikan Islami harus memuat tentang:

a. Hakikat manusia sebagai: (a) kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah Swt, (b)
makhluk yang dianugerahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehinga berkemampuan
membelajarkan diri, dan (e) makhluk yang dipilih sebagai khalifah di muka bumi yang
diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan di dalamnya.
b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat
Ketuhanan yang tersimpul dalam al-asma al-husna ke dalam dirinya.
c. Adab atau Akhlaq al-Karimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata kehidupan diri
sendiri, masyarakat, dan alam semesta yang sejahtera, anggun, dan mulia.
d. Al-Ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutukan manusia untuk mampu menjalankan
tugas kekhalifahannya, baik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah Swt melalui nabi dan
rasul-Nya, maupun ilmu-ilmu yang dihamparkan-Nya di alam semesta dan dalam diri
manusia, yang dapat didekati manusia lewat penginderaan, pemikiran, dan
eksperimentasi ilmiah.
e. Sunnah Allah, yaitu perubalhan dan perkembangan alam ser kehidupan manusia di mana
mereka dipersyaratkan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut ke arah yang
lebih baik.

Kemudian dalam konteks wilayah pengabdian diri kepada Allah Swt sebagai 'abd
Allah, maka kandungan kurikulum pendidikan Islam harus berisikan tentang:

a. Hakikat manusia sebagai 'abd Allah yang merupakan: 1) makhluk spiritual yang
memiliki perjanjian suci dengan Tuhan, 2) makhluk yang diperintahkan untuk berserah
diri dan menyembah kepada-Nya, 3) makhluk yang diperintahkan untuk tidak
mensyarikatkan ibadah yang dilakukan kepada sesuatu, kecuali hanya Allah Swt semata,
dan 4) makhluk yang diperintahkan untuk bersikap tulus ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.
b. Tugas-tugas pengabdian manusia yang berdimensi luas, baik dalam dimensi vertikal
maupun horizontal (habl min Allah wahabl min al-nás). Dalam dimensi vertikal, tugas-
tugas pengabdian itu mencakup pelaksanaan ibadah mahdlah secara kontinum sepanjang
kehidupan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan dalam dimensi horizontal,
pengabdian itu meliputi semua 'amal shalih atau perbuatan baik yang berhubungan
dengan kehidupan antar sesama manusia dan makhluk ciptaan Allah Swt.
c. Al-‘IIm, yakni semua ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk berkemampuan
merealisasikan fungsinya sebagai makhluk ibadah ('abd Allah), yakni makhluk yang
diperintahkan untuk secara kontinum mengabdi kepada Allah Swt dengan tulus dan
ikhlas.

Relevansi dengan topik pembelajaran


Adapun relevansi topik pada pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam. Hal ini
berhubungan dengan point “pendidikan Islam” dimna dlam pendidikan Islam terdapat
unsur kurikulum, yang mengatur, menetapkan akan kegiatan belajar mengajar selama
waktu yang telah ditetapkan. Kurikulum ini juga kita sebut pedoman dalam belajar
mengajar. Maka dengan memahami topik ini maka akan membentu para
pendidik/calon pendidik dalam proses mendidik, sehingga sudah mengatahui ilmu-
ilmu dasar mengenai kurikulum ini, tinggal ditambah inovasi-inovasinya. Dengan
memahami kurikulum dengan baik maka akan turut serta mengikuti aturan pemerintah
tentang kurikulum pendidikan sehingga tercpainya tujuan pendiidkan.

Kesimpulan

Dalam bahasa Arab, Istilah kurikulum pendidikan adalah manhaj yang berarti jalan
terang yang harus dilalui pendidik untuk mengembangkan pengetahuan, dan sikap-sikap
mereka. Dalah falsafah pendiidkan Islam, Allah SWT pada hakikatnya adalah Al-Alim dan
Mu’allim yang mendidik semua makhluk ciptaanNya. Baik mendiidk secara langsung mapun
mendiidk secara tidak langsung. Secara umum, cakupan kurikulum pendidikan Islami
meliputi seluruh kawasan kehidupan manusia Muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah
kekhilafahan maupun pengabdiannya kepada Allah Swt sebagai makhluk ibadah. Al-
Syaibany mengemukakan bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan pembantukan
kurikulum dalam pendidikan Islam adalah: Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus
meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi
aqidah, ibadah, muamalah dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat. (1)
Asas Falsafah (2) Asas Psikologis (3) Asas Sosial (4) Asas Agama. Menurut al-Syaibany,
diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah: (1) Mementingkan tujuan agama dan
akhlak (2) Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan
serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi (3) Adanya prinsip keseimbangan antara
kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, (4) Menekankan konsep menyeluruh dan
keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik
yang bersifat aqly maupun naqly, (5) Ketertarikan antara kurikulum pendidikan Islami
dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antara peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai