Anda di halaman 1dari 17

KHUTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Materi PAI SMA/SMK
Dosen Pengampu: Drs. Abdul Halim Nasution, M.Ag.

Disusun oleh:
Semester IV/PAI-1

LILI VIONIKA NIM 0301182082


NUR MAYA SARI NIM 0301181078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATERA UTARA MEDAN
2020
Khutbah, Tabligh dan Dakwah
Disusun Oleh: Lili Vionika dan Nur Maya Sari

ABSTRAK
Kehidupan manusia sangat membutuhkan komunikasi, karena dengan
komunikasi segala bentuk ide yang akan disampaikan seseorang dapat dipahami
oleh manusia lainnya. Salah satu unsur penting dalam komunikasi adalah
Khotbah, Tabligh dan Dakwah. Jika Khotbah, Tabligh dan Dakwah disampaikan
melalui tatap muka atau pun menggunakan media yang tepat, bahasa yang
dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, maka Khotbah,
Tabligh dan Dakwah itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh audiens atau
pendengarnya.
Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan untuk berkhutbah, tabligh dan
dakwah dengan singkat dan padat. Sebab semakin padat dan singkat, semakin
tampak kecerdasan penceramah. Diksi juga menentukan perhatian dan kesan
audiens. Hal ini yang harus dilakukan oleh seorang penceramah diusakan agar
menarik dan mudah diingat. Pesan khutbah, tabligh dan dakwah juga berisi
pemberian motivasi kepada audiens, tidak hanya untuk semangat beribadah
tetapi juga untuk semangat hidup
Setiap berkhutbah, tabligh dan dakwah hendaknya bertujuan untuk
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, serta
mendapat ridha dari Allah Subhanahu Wata’ala. Serta nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Maka dari itu didalam
makalah kali ini akan dibahas secara luas yakni tentang mengenalkan kepada
peserta didik bagaimana ketentuan-ketentuan dalam menyampaikan Khotbah,
Tabligh dan Dakwah agar kelak peserta didik akan mengetahui dan
mengaplikasikan apa saja ketentuan-ketentuan dan pentingnya Khotbah, Tabligh
dan Dakwah.
Kata Kunci: Ketentuan Khutbah, Tabligh, Dakwah.

i
PENDAHULUAN
Pembelajaran khutbah, tabligh dan dakwah ini merupakan materi
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK kelas XI kurikulum 2013
yang tertera pada Permendikmud Tahun 2018 yaitu KD 3.8 menganalisis
pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa Rasulullah SAW, telah berhasil


mengembangkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Dalam mengembangkan
agama Islam, beliau mendapat tantangan yang amat keras, akan tetapi kemudian
dunia menyaksikan bahwa dalam waktu yang relative singkat di dunia telah
menyaksikan agama Islam telah merambat ke wilayah Arab, Asia bahkan wilayah
Eropa. Pada kenyataannya melalui khutbah, tabligh dan dakwah yang
dikembangkan oleh Rasulullah SAW, dunia Arab yang pada waktu itu dalam
suasana kejahiliahan kemudian berubah menjadi masyarakat yang beriman kepada
Allah SWT. Kemudian mereka menjadi pengikut setia Rasulullah SAW.

Khutbah, tabligh dan dakwah merupakan aktivitas untuk mengajak umat


manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru umat manusia
berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Di samping itu, khutbah, tabligh dan
dakwah Islam juga dapat dimaknai sebagai usaha orang beriman dalam
mewujudkan ajaran agama Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu.
Berdasarkan uraian pengantar dan latar belakang penulisan makalah di atas,
yang menjadi pokok permasalahannya ialah:

1. Apa makna khutbah, tabligh dan dakwah?


2. Mengapa pentingnya khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan ini?
3. Apakah ketentuan-ketentuan khutbah, tabligh dan dakwah?
4. Bagaimana tatacara praktik dalam berkhutbah?
5. Apa saja ayat dan hadis terkait khutbah, tabligh dan dakwah?
6. Bagaimana hikmah dalam khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan
sehari-hari?

ii
PEMBAHASAN

A. KI 3 dan 4 dan KD

Kompetensi Inti:
KI-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, tekonologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar:
3.8 Menganalisis pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.
4.8 Menyajikan ketentuan khutbah, tabligh dan dakwah.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi KD KI 3


3.8.1 Siswa mampu menguraikan defenisi serta seberapa pentingnya
mempelajari berkhutbah, tabligh dan dakwah untuk dikehidupannya.
3.8.2 Siswa mampu mengemukakan ketentuan-ketentuan dalam berkhutbah,
tabligh dan dakwah.
3.8.3 Siswa mampu menerangkan ketentuan hukum dalam berkhutbah, tabligh
dan dakwah.
3.8.4 Siswa mampu melatih dirinya dalam berkhutbah, tabligh dan dakwah.
3.8.5 Siswa mampu menampilkan dirinya dalam berkhutbah, tabligh dan
dakwah.

1
C. Materi Pokok/ Sub Pokok Pembelajaran
1. Makna khutbah, tabligh dan dakwah.
2. Pentingnya khutbah, tabligh dan dakwah.
3. Ketentuan khutbah, tabligh dan dakwah.
4. Tatacara praktik dalam berkhutbah.
5. Ayat dan Hadis terkait khutbah, tabligh dan dakwah.
6. Hikmah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan sehari-hari.

D. Uraian Materi Pokok dan Sub Pokok


1. Makna Kutbah, Tabligh Dan Dakwah
a. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga,
khutbah dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam
kegiatan ibadah seperti : salat (salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan
nikah.
Sedangkan pengertian khutbah secara istilah yaitu kegiatan ceramah yang
disampaikan kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang
erat kaitannya dengan keabsahan dan kesunahan ibadah (misalnya khutbah Jumat
untuk solat Jumat, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah). Berdasarkan
penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa macam khutbah,
yaitu : khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, khutbah Istisqa’,
maupun khutbah dalam rangkaian salat Kusuf dan Khusuf.
b. Pengertian Tabligh
Tabligh secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-
tabligan yang artinya menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan. Adapun
menurut terminologi/istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran Islam baik dari
Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan kepada umat manusia.
Tabligh juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’
Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk
diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam

2
memerintahkan kepada sahabat di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat
kepada sahabat yang tidak hadir.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig
ini biasanya menyampaikan tablighnya dengan gaya dan retorika yang menarik.
Sobat pasti sering mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan
sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah
pendengar yang banyak.
c. Pengertian Dakwah
Dakwah dalam bahasa al-Qur’an terambil dari kata da’a (‫)دعا‬, yad’u (
‫دعو‬FF‫ )ي‬da’watan (‫وة‬FF‫ )دع‬yang secara etimologi memiliki makna menyeru atau
memanggil.1 Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk mengajak orang lain
ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan untuk kemudian
diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang hakiki baik
di dunia dan akhirat.
Sedangkan menurut terminologi adalah sebuah usaha baik perkataan
maupun perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima islam, mengamalkan
dan berpegang teguh terhadap prinsip-psinsipnya, meyakini aqidahnya serta
berhukum dengan syari’at-Nya.2 Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut
da’i. Adapun macam-macam dakwah berdasarkan bentuk penyampaiannya yaitu :
1) Dakwah dengan lisan (kultum, kajian, khutbah).
2) Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan
di majalah dinding atau diunggah ke internet).
3) Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar
berperilaku baik sesuai syariat Islam).
2. Pentingnya Khutbah, Tabligh, dan Dakwah
a. Pentingnya Khutbah
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak
mungkin khutbah ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 1.

2
Ilyas Ismail Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Perdaban Islam, (Jakarta: Kencana 2011), hlm 27.

3
sah) ibadah tersebut. Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada
khutbahnya, maka ibadahnya menjadi tidak sah.
Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah
menjadi saran untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu
Wata’ala. Khutbah juga memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga
sepatutnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

b. Pentingnya Tabligh
Tabligh merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul. Itulah sebabnya
mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-Nya bahwa
tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya,
pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in).
Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung
jawab untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut. Tidak mesti menjadi seorang
ulama dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran dimatanya, dan ia mampu
menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti
permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain siapa pun
mereka, walaupun itu hanya satu ayat. Nabi pernah bersabda yang
berbunyi :“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari)

c. Pentingnya Dakwah

Dakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam. Di antara pentingnya


dakwah yang disebutkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al Quran antara
lain :

ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ۚ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ِ‫َوأُو ٰلَئ‬

4
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang
munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran :104)

Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan


kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, serta mendapat rida dari Allah
Subhanahu Wata’ala. Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan. Ia memulai dakwahnya kepada istri, keluarga dan teman-temannya
hingga raja yang berkuasa pada saat itu.

3. Ketentuan Khutbah. Tabligh dan Dakwah


a. Ketentuan Khutbah
1) Syarat Seorang Khatib
a) Islam.
b) Ballig.
c) Berakal sehat.
d) Mengetahui ilmu agama.
2) Syarat Dua Khutbah
a) Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur.
b) Khatib duduk di antara dua khutbah.
c) Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
d) Tertib.
3) Syarat-syarat Khotbah Jumat
a) Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk
waktu dzuhur).
b) Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.
c) Khatib harus laki-laki.
d) Khatib duduk di antara dua khutbah.
e) Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
f) Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).
g) Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.

5
4) Rukun Khutbah
a) Membaca hamdallah.
b) Membaca syahadat.
c) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wassalam.
d) Berwasiat taqwa.
e) Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
f) Berdoa pada khutbah kedua.
5) Sunah-sunah Khutbah Jumat
a) Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.
b) Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah
dipahami, dan disampaikan dengan penuh semangat.
c) Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan
jangan terlalu panjang, sebaliknya solat Jumatnya yang
diperpanjang.
d) Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.
e) Menertibkan rukun-rukun khutbah.
f) Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
Tambahan pada Ketentuan khutbah :
 Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul
Fitri, Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu
pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali
dengan takbir.
 Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah
dan merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur
dan ahsar (di qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat,
bedanya pada waktu pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.

6
b. Ketentuan Tabligh
1) Syarat Muballig
a) Islam.
b) Ballig.
c) Berakal sehat.
d) Mendalami ajaran Agama Islam.
2) Etika dalam Menyampaikan Tabligh
a) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
b) Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.
c) Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh
kesepakatan bersama.
d) Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum
yang kuat, sumbernya juga harus jelas.
e) Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan
kondisi, psikologis dan sosiologi si penerima.
f) Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan,
berselisih, dan/atau mencari kesalahan orang lain.

c. Ketentuan Dakwah
1) Syarat Seorang Da’i
a) Islam.
b) Ballig.
c) Berakal sehat.
d) Mendalami ajaran Agama Islam.
2) Etika dalam Berdakwah
a) Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas,
tegas dan sikap yang bijaksana).
b) Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat
yang baik, yaitu cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif
(pengajaran).
c) Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.

7
d) Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau
bertukar pikiran yang berjalan dengan dinamis dan santun serta
menghargai pendapat orang lain.
e) Dakwah dilaksanakan dengan bersabar, Apabila seorang da’i
tidak memiliki kesabaran dan menahan diri, ia akan lebih
banyak merusak dari pada memperbaiki.3
3) Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata
lain orang yang diajak kepada agama Allah dan untuk kebaikan.
Objek dakwah mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si
pendakwah itu sendiri.
Cara penyampain pesan dari da’i kepada mad’u sangat
penting untuk pemahaman pesan yang ditangkap mad’u, sebab
apabila cara penyampaiannya tidak sistematis maka akan kurang
efektif di mata mad’u. Penguasaan materi dan metodologi juga
kemestian yang harus dimiliki seorang da’i.4
4) Materi Dakwah (Al Maudhu’)
Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan
kepada subyek dakwah kepada objek dakwah yang meliputi
seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran maupun
Hadist. Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu :
akidah (keyakinan), syariah (hukum), akhlak (perilaku), dan
muamalah (hubungan sosial).
5) Metode Dakwah (asalibud da’wah)
Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh
seorang da’i dalam berdakwah agar maksud dari dakwah tersebut
tercapai. Metode dakwah tersebut telah disebutkan dalam Al
Quran
Abdul Halim Ahmad, Di Medan Dakwah Bersama Dua Imam Ibnu Taimiyah Hasan Al-
3

Banna, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), hlm. 178-179.

4
Enjah AS dan Aliyah, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009),
hlm. 121

8
‫يل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
َ ‫َربَّكَ هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah


dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-
Nahl : 125)

Metode dakwah tersebut jika kita jabarkan menjadi :


a) Berdakwah dengan Hikmah
 Al Quran dan sunah.
 Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna.
 Manfaat serta rahasia setiap hari.
b) Berdakwah dengan Mau’idah Hasanah
 Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi
peringatan jika melakukan maksiat.
 Ucapan yang lemah lembut.
 Pengajaran yang mengandung pesan positif.
Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat
yang diucapkan dengan perkataan lemah lembut sehingga dapat
masuk ke dalam hati orang yang didakwahi dan dapat diterima
dengan penuh kesadaran.
6) Berdakwah dengan Mujadalah Ahsan
Mujadalah ahsan adalah melakukan diskusi, bertukar pikiran
ataupun membantah perkataan yang lembut dan tidak menggunakan
ucapan yang kasar sehingga dapat diterima oleh lawan dengan lapang
dada.
4. Tatacara praktik dalam berkhutbah
a. Khutbah Pertama
1) Khotib berdiri memberi salam
2) Khotib duduk mendengarkan adzan

9
3) Khotib berdiri kemudian membaca bacaan hamdallah, seperti
berikut :

ِ ‫أَ ْل َح ْم ُد ِهللِ الَّ ِذى أَ ْن َع َمنَا بِاْ ِإل ْي َم‬


ْ ‫ان َو ْا ِإل‬
‫سالَ ِم‬

4) Pada waktu memberi wasiat takwa, hendaklah dengan mengutip


minimal satu ayat Al-Qur’an.
5) Menutup khutbah pertama dengan bacaan sebagai berikut :

ْ ‫قُ ْو ُل قَ ْولِى َه َذا َوا‬


‫ستَ ْغفِ ُر هللاُ لِى َولَ ُك ْم‬

b. Khutbah Kedua
1) Setelah selesai khotbah pertama, khotib duduk sebentar, kemudian
berdiri lagi lalu membaca hamdalah, syahadatain, shalawat kepada
Nabi Muhammad saw, wasiat taqwa lalu mendoakan kaum
muslimin.

‫ت أَألَ ْحيَا ِء‬ ْ ‫سلِ ِميْنَ َوا ْل ُم‬


ِ ‫سلِ َما‬ ِ ‫أللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم ْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
ْ ‫ت َوا ْل ُم‬
ِ ‫ِم ْن ُه ْم َو ْاألَ ْم َوا‬
‫ت‬

2) Kemudian di tutup dengan bacaan : ِ‫ِعبَا َد هللا‬

‫َن‬ِ ‫َائ ِذى ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى ع‬ ِ ‫سا ِن َوإِ ْيت‬ َ ‫إِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِا ْل َع ْد ِل َو ْا ِإل ْح‬
‫اذ ُك ُروا هللاَ ا ْل َع ِظ ْي ِم‬ ْ َ‫ ف‬, َ‫ا ْلفَ ْحشَا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْون‬
ْ َ‫سئَلُ ْوهُ ِمنْ ف‬
‫ضلِ ِه يُ ْع ِط ُك ْم‬ ْ ‫ش ُك ُر ْوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا‬ ْ ‫يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا‬
‫َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ُر‬

5. Ayat dan Hadis terkait khutbah, tabligh dan dakwah


Pada dasarnya, setiap individu muslim diperintahkan untuk melaksanakan
khutbah, tabligh dan dakwah sesuai dengan kadar kemampuannya. Maka
kelak anak didik kita juga punya kewajiban itu. Apalagi Allah Swt memberi
predikat kepada kita sebagai khairu ummah (sebaik-baiknya umat). Predikat

10
ini akan sesuai jika kita selalu berusaha di barisan depan orang-orang yang
gemar berdakwah.
Sebagian ulama memberikan keputusan bahwa hukum khutbah, tabligh
dan dakwah yaitu fardhu kifayah, dan ada juga ulama lain yang menyatakan
bahwa hukum khutbah, tabligh dan berdakwah ialah fardhu ain. Banyak dalil
atau ayat dan hadis yang menyebutkan khutbah, tabligh dan dakwah bagi
setiap individu mukmin.5 Dalam hadis ṡahih, Rasulullah saw. bersabda:
ً‫سلَّ َم قَا َل بَلِّ ُغوا َعنِّي َولَ ْو آيَة‬ َ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو أَنَّ النَّبِ َّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬

Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr. dituturkan, bahwasanya Rasulullah


saw. bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari)

‫ستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬


ْ َ‫سانِ ِه فَإِنْ لَ ْم ي‬ ْ َ‫َمنْ َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا فَ ْليُ َغيِّ ْرهُ بِيَ ِد ِه فَإِنْ لَ ْم ي‬
َ ِ‫ست َِط ْع فَبِل‬
ِ ‫ض َعفُ اإْل ِ ي َم‬
‫ان‬ ْ َ‫َو َذلِكَ أ‬

Artinya: “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah


dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah
dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan
hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Dan juga ayat didalam Al-Qur’an :

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


َ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُون‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
َ‫ب لَ َكانَ َخ ْيرًا لَهُ ْم ۚ ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬
ِ ‫بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”(Q.S Al-Imran : 110)

Mustahdi, Mustakim, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta : Kemdikbud,
5

2014), hlm. 54

11
َ‫صالِحًا َوقَا َل إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬
َ ‫َو َم ْن أَحْ َس ُن قَوْ اًل ِم َّم ْن َدعَا إِلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬

Artinya : ” Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang


menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Q.S
Fushishilat : 33)

6. Hikmah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan sehari-hari


Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-
nilai khutbah, tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara
yang dapat dilakukan yaitu :
a. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah
yang disampaikan khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh,
diharapkan suatu saat nanti bisa tampil seabagi khatib pada waktu
salat Jumat.
b. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti
mencuri, tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus
mencegahnya dengan memberikan alasan yang logis, baik atas dasar
agama maupun sosial. Cara mencegahnya dapat kita lakukan dengan
perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan, dan jika tidak mampu juga
maka dengan hati.
c. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri,
dari tindakan yang kecil dimulai dari sekarang.
d. Lebih aktif mengikuti kegiatan keagamaan.

12
KESIMPULAN

Dari penjelasan pembahasan makalah diatas, maka pemakalah dapat


menyimpulkan bahwa Khutbah, tabligh dan dakwah memiliki kedudukan yang
agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seseorang melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang seperti penceramah harus memahami
aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan menyesatkan orang lain. Seorang
penceramah seharusnya memahami fiqh sehingga mampu membimbing manusia
dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus. Seorang penceramah harus
memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari
penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang
penceramah sepantasnya juga seorang yang salih, mengamalkan ilmunya, tidak
melanggar larangan sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para
audiens.

Banyak yang menyangka bahwa tugas pengkutbah, pendakwah hanyalah


tugas alim ulama saja. Hal itu tidak benar. Setiap orang yang mengetahui
kemungkaran yang terjadi di hadapan kita, kita wajib mencegahnya atau
menghentikannya, baik dengan tangan kita (kekuasaan yang kita miliki), mulut
kita (dengan nasihat), atau dengan hati kita (bahwa kita tidak ikut dalam
kemungkaran tersebut). Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa
pun yang melihat kemungkaran terjadi di depan matanya, dan kita mampu
menghentikannya, kita wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti suatu
permasalahan agama, kita mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun
itu.

Maka dari itu kita sebagai calon pendidik sudah kewajiban kita
membimbing kelak anak didik kita untuk mempelajari khutbah, tabligh dan
dakwah agar mereka dapat menjadi orang yang berguna bagi yang orang lain dan
tidak menjadi sampah masyarakat saat mereka lulus kelak dengan menanamkan
ajaran agama secara mendalam. Ajarkan mereka dalam tatacara berkhutbah,

13
tabligh, dan dakwah. Biasakan mereka ikut ekstrakurikuler disekolah dengan
melaksanakan khutbah, tabligh maupun dakwah di area sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Abdul Halim. Di Medan Dakwah Bersama Dua Imam Ibnu Taimiyah


Hasan Al-Banna. Surakarta: Era Intermedia. 2000.

Amir, Munir Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.  2009.

Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Bandung : Widya


Padjadjaran. 2009.

Ismail, ilyas & Prio Hotman. Filsafat Dakwah. Jakarta: Kencana. 2011.

Mustakim, Mustahdi. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta :


Kemdikbud. 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai