Disusun oleh:
Semester IV/PAI-1
ABSTRAK
Kehidupan manusia sangat membutuhkan komunikasi, karena dengan
komunikasi segala bentuk ide yang akan disampaikan seseorang dapat dipahami
oleh manusia lainnya. Salah satu unsur penting dalam komunikasi adalah
Khotbah, Tabligh dan Dakwah. Jika Khotbah, Tabligh dan Dakwah disampaikan
melalui tatap muka atau pun menggunakan media yang tepat, bahasa yang
dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, maka Khotbah,
Tabligh dan Dakwah itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh audiens atau
pendengarnya.
Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan untuk berkhutbah, tabligh dan
dakwah dengan singkat dan padat. Sebab semakin padat dan singkat, semakin
tampak kecerdasan penceramah. Diksi juga menentukan perhatian dan kesan
audiens. Hal ini yang harus dilakukan oleh seorang penceramah diusakan agar
menarik dan mudah diingat. Pesan khutbah, tabligh dan dakwah juga berisi
pemberian motivasi kepada audiens, tidak hanya untuk semangat beribadah
tetapi juga untuk semangat hidup
Setiap berkhutbah, tabligh dan dakwah hendaknya bertujuan untuk
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, serta
mendapat ridha dari Allah Subhanahu Wata’ala. Serta nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Maka dari itu didalam
makalah kali ini akan dibahas secara luas yakni tentang mengenalkan kepada
peserta didik bagaimana ketentuan-ketentuan dalam menyampaikan Khotbah,
Tabligh dan Dakwah agar kelak peserta didik akan mengetahui dan
mengaplikasikan apa saja ketentuan-ketentuan dan pentingnya Khotbah, Tabligh
dan Dakwah.
Kata Kunci: Ketentuan Khutbah, Tabligh, Dakwah.
i
PENDAHULUAN
Pembelajaran khutbah, tabligh dan dakwah ini merupakan materi
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK kelas XI kurikulum 2013
yang tertera pada Permendikmud Tahun 2018 yaitu KD 3.8 menganalisis
pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.
ii
PEMBAHASAN
A. KI 3 dan 4 dan KD
Kompetensi Inti:
KI-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, tekonologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar:
3.8 Menganalisis pelaksanaan khutbah, tabligh dan dakwah.
4.8 Menyajikan ketentuan khutbah, tabligh dan dakwah.
1
C. Materi Pokok/ Sub Pokok Pembelajaran
1. Makna khutbah, tabligh dan dakwah.
2. Pentingnya khutbah, tabligh dan dakwah.
3. Ketentuan khutbah, tabligh dan dakwah.
4. Tatacara praktik dalam berkhutbah.
5. Ayat dan Hadis terkait khutbah, tabligh dan dakwah.
6. Hikmah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan sehari-hari.
2
memerintahkan kepada sahabat di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat
kepada sahabat yang tidak hadir.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig
ini biasanya menyampaikan tablighnya dengan gaya dan retorika yang menarik.
Sobat pasti sering mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan
sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah
pendengar yang banyak.
c. Pengertian Dakwah
Dakwah dalam bahasa al-Qur’an terambil dari kata da’a ()دعا, yad’u (
دعوFF )يda’watan (وةFF )دعyang secara etimologi memiliki makna menyeru atau
memanggil.1 Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk mengajak orang lain
ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan untuk kemudian
diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang hakiki baik
di dunia dan akhirat.
Sedangkan menurut terminologi adalah sebuah usaha baik perkataan
maupun perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima islam, mengamalkan
dan berpegang teguh terhadap prinsip-psinsipnya, meyakini aqidahnya serta
berhukum dengan syari’at-Nya.2 Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut
da’i. Adapun macam-macam dakwah berdasarkan bentuk penyampaiannya yaitu :
1) Dakwah dengan lisan (kultum, kajian, khutbah).
2) Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan
di majalah dinding atau diunggah ke internet).
3) Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar
berperilaku baik sesuai syariat Islam).
2. Pentingnya Khutbah, Tabligh, dan Dakwah
a. Pentingnya Khutbah
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak
mungkin khutbah ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak
1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 1.
2
Ilyas Ismail Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Perdaban Islam, (Jakarta: Kencana 2011), hlm 27.
3
sah) ibadah tersebut. Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada
khutbahnya, maka ibadahnya menjadi tidak sah.
Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah
menjadi saran untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu
Wata’ala. Khutbah juga memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga
sepatutnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
b. Pentingnya Tabligh
Tabligh merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul. Itulah sebabnya
mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-Nya bahwa
tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya,
pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in).
Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung
jawab untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut. Tidak mesti menjadi seorang
ulama dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran dimatanya, dan ia mampu
menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti
permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain siapa pun
mereka, walaupun itu hanya satu ayat. Nabi pernah bersabda yang
berbunyi :“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari)
c. Pentingnya Dakwah
ِ َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر
ۚ ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر
َك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون َ َِوأُو ٰلَئ
4
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang
munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran :104)
5
4) Rukun Khutbah
a) Membaca hamdallah.
b) Membaca syahadat.
c) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wassalam.
d) Berwasiat taqwa.
e) Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
f) Berdoa pada khutbah kedua.
5) Sunah-sunah Khutbah Jumat
a) Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.
b) Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah
dipahami, dan disampaikan dengan penuh semangat.
c) Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan
jangan terlalu panjang, sebaliknya solat Jumatnya yang
diperpanjang.
d) Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.
e) Menertibkan rukun-rukun khutbah.
f) Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
Tambahan pada Ketentuan khutbah :
Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul
Fitri, Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu
pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali
dengan takbir.
Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah
dan merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur
dan ahsar (di qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat,
bedanya pada waktu pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.
6
b. Ketentuan Tabligh
1) Syarat Muballig
a) Islam.
b) Ballig.
c) Berakal sehat.
d) Mendalami ajaran Agama Islam.
2) Etika dalam Menyampaikan Tabligh
a) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
b) Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.
c) Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh
kesepakatan bersama.
d) Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum
yang kuat, sumbernya juga harus jelas.
e) Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan
kondisi, psikologis dan sosiologi si penerima.
f) Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan,
berselisih, dan/atau mencari kesalahan orang lain.
c. Ketentuan Dakwah
1) Syarat Seorang Da’i
a) Islam.
b) Ballig.
c) Berakal sehat.
d) Mendalami ajaran Agama Islam.
2) Etika dalam Berdakwah
a) Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas,
tegas dan sikap yang bijaksana).
b) Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat
yang baik, yaitu cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif
(pengajaran).
c) Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.
7
d) Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau
bertukar pikiran yang berjalan dengan dinamis dan santun serta
menghargai pendapat orang lain.
e) Dakwah dilaksanakan dengan bersabar, Apabila seorang da’i
tidak memiliki kesabaran dan menahan diri, ia akan lebih
banyak merusak dari pada memperbaiki.3
3) Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata
lain orang yang diajak kepada agama Allah dan untuk kebaikan.
Objek dakwah mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si
pendakwah itu sendiri.
Cara penyampain pesan dari da’i kepada mad’u sangat
penting untuk pemahaman pesan yang ditangkap mad’u, sebab
apabila cara penyampaiannya tidak sistematis maka akan kurang
efektif di mata mad’u. Penguasaan materi dan metodologi juga
kemestian yang harus dimiliki seorang da’i.4
4) Materi Dakwah (Al Maudhu’)
Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan
kepada subyek dakwah kepada objek dakwah yang meliputi
seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran maupun
Hadist. Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu :
akidah (keyakinan), syariah (hukum), akhlak (perilaku), dan
muamalah (hubungan sosial).
5) Metode Dakwah (asalibud da’wah)
Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh
seorang da’i dalam berdakwah agar maksud dari dakwah tersebut
tercapai. Metode dakwah tersebut telah disebutkan dalam Al
Quran
Abdul Halim Ahmad, Di Medan Dakwah Bersama Dua Imam Ibnu Taimiyah Hasan Al-
3
4
Enjah AS dan Aliyah, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009),
hlm. 121
8
يل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن
ِ ِع إِلَ ٰى َسب ُ ا ْد
َض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين
َ َربَّكَ هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
9
3) Khotib berdiri kemudian membaca bacaan hamdallah, seperti
berikut :
b. Khutbah Kedua
1) Setelah selesai khotbah pertama, khotib duduk sebentar, kemudian
berdiri lagi lalu membaca hamdalah, syahadatain, shalawat kepada
Nabi Muhammad saw, wasiat taqwa lalu mendoakan kaum
muslimin.
َنِ َائ ِذى ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى ع ِ سا ِن َوإِ ْيت َ إِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِا ْل َع ْد ِل َو ْا ِإل ْح
اذ ُك ُروا هللاَ ا ْل َع ِظ ْي ِم ْ َ ف, َا ْلفَ ْحشَا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْون
ْ َسئَلُ ْوهُ ِمنْ ف
ضلِ ِه يُ ْع ِط ُك ْم ْ ش ُك ُر ْوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا ْ يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا
َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ُر
10
ini akan sesuai jika kita selalu berusaha di barisan depan orang-orang yang
gemar berdakwah.
Sebagian ulama memberikan keputusan bahwa hukum khutbah, tabligh
dan dakwah yaitu fardhu kifayah, dan ada juga ulama lain yang menyatakan
bahwa hukum khutbah, tabligh dan berdakwah ialah fardhu ain. Banyak dalil
atau ayat dan hadis yang menyebutkan khutbah, tabligh dan dakwah bagi
setiap individu mukmin.5 Dalam hadis ṡahih, Rasulullah saw. bersabda:
ًسلَّ َم قَا َل بَلِّ ُغوا َعنِّي َولَ ْو آيَة َ عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو أَنَّ النَّبِ َّي
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
Mustahdi, Mustakim, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta : Kemdikbud,
5
2014), hlm. 54
11
َصالِحًا َوقَا َل إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين
َ َو َم ْن أَحْ َس ُن قَوْ اًل ِم َّم ْن َدعَا إِلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل
12
KESIMPULAN
Maka dari itu kita sebagai calon pendidik sudah kewajiban kita
membimbing kelak anak didik kita untuk mempelajari khutbah, tabligh dan
dakwah agar mereka dapat menjadi orang yang berguna bagi yang orang lain dan
tidak menjadi sampah masyarakat saat mereka lulus kelak dengan menanamkan
ajaran agama secara mendalam. Ajarkan mereka dalam tatacara berkhutbah,
13
tabligh, dan dakwah. Biasakan mereka ikut ekstrakurikuler disekolah dengan
melaksanakan khutbah, tabligh maupun dakwah di area sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
14