Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KESEHATAN ANAK MORBILI

KELOMPOK 8:
Maria Suci Abdining G 010810088
Dwi Retno Wulandari 010810109
Ayunda Septi V 010810147
Irma Maya Puspita 010810177
Mely Dwitasari T 010810190

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas berkat dan rahmat-Nyalah pada hari
ini penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul, ”Asuhan Kesehatan Anak Morbili”
dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Utami, S.Kp selaku dosen pembimbing kami.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kesehatan
Anak Mahasiswa Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi
maupun penyusunannya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat terlaksana dan
berguna bagi penulis khususnya serta bagi pembaca pada umumnya serta dapat dipakai
sebagai dasar penentu kebijakan di Indonesia.

Surabaya, 24 November 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………..
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..
Bab 2 Tinjauan Teori…………………………………………………………………….
2.1 Definisi Morbili…………………………………..…………………………..
2.2 Etiologi Morbili………………………………………………………………
2.3 Epidemiologi Morbili………………………………………………………...
2.4 Patofisiologi Morbili…………………………………………........................
2.5 Manifestasi Klinik…………………………………………………………….
2.6 Komplikasi……………………………………………………………………
2.7 Pencegahan…………………………………………………………………...
2.8 Pengobatan……………………………………………………………………
2.9 Konsep Asuhan Kesehatan Terhadap Anak Morbili………………………….
Bab 3 Penutup……………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...
3.2 Saran………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak
koplik. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.
Morbili merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering terjadi
komplikasi yang serius. Hampir semua anak di bawah 5 tahun di negara berkembang
akan terserang penyakit ini, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia
remaja atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi.
Penyakit morbili sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang anak-
anak yang sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di negara di mana anak yang
menderita kurang gizi sangat banyak, morbili merupakan penyakit yang berakibat
fatal dan menyebabkan angka kematian meningkat sampai 12%. Anak-anak yang
bergizi kurang dan terserang morbili, biasanya akan diikuti dengan keadaan yang
disebut kwashiorkor. Keadaan ini dapat diterangkan oleh karena meningkatnya
kebutuhan kalori dan protein semasa proses infeksi yang disertai dengan demam,
nafsu makan menurun dan gangguan pada mulut anak yang rnenyebabkan kesulitan
menelan. Di samping itu terjadi perubahan pada mukosa usus yang menyebabkan
timbulnya protein losing enteropathy. Oleh karena itu, bidan perlu mengetahui
penyakit morbili pada anak dan tindakan pencegahan. Salah satu tindakan
pencegahan yang dinilai paling efektif adalah dengan cara imunisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep asuhan kesehatan bidan terhadap anak morbili?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep asuhan kesehatan bidan terhadap anak morbili.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Morbili


Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatann
Anak Edisi 2, th 1991. FKUI).

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).

2.2 Etiologi Morbili


Penyebab morbili adalah virus Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini
berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara
penularan dengan droplet infeksi.

2.3 Epidemiologi Morbili


Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,
maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
2.4 Patofisiologi Morbili
2.5 Manifestasi klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium:
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan
hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi
dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang,
mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan
karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam
waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi
demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah
tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum
durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher
belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

2.6 Komplikasi
a. Otitis media akut
b. Pneumonia / bronkopneumoni
c. Encefalitis
d. Bronkiolitis
e. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

2.7 Pencegahan
1. Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston
B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa
perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung
lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin
tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15
bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena
masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara
endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau
melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin
dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah
pemaparan atau sesegera mungkin.
2.8 Pengobatan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat di tempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan
humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik
mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Darah
Penatalaksanaan medis:
a. Pemberian vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.
b. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.
c. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik. Antipiretik:
parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam.
d. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi.
e. Pemberian obat batuk (ekspektoran) gliseril guaiakolat anak 6 – 12 tahun : 50-100
mg tiap 2 – 6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.

2.9 Konsep Asuhan Kesehatan Terhadap Pasien Morbili


I. Pengkajian
A. Identitas diri
B. Riwayat Imunisasi
C. Kontak dengan orang yang terinfeksi
D. Pemeriksaan Fisik :
1. Mata: terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala: sakit kepala
3. Hidung: Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
(pada stad eripsi)
4. Mulut & bibir: Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
5. Kulit: Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada
leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
6. Pernafasan: Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7. Tumbuh Kembang: BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi
8. Pola Defekasi: BAK, BAB, Diare
9. Status Nutrisi: intake – output makanan, nafsu makanan
E. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

II. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
5. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

III. Perencanaan
1. Perluasan infeksi tidak terjadi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif
3. Anak dapat mempertahankan integritas kulit
4. Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi
5. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.

IV. Implementasi
1. Mencegah peluasan infeksi
a. Tempatkan anak pada ruangan khusus
b. Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit
c. Gunakan prosedur perlindugan infeksi jika melakukan kontak dengan anak
d. Mempertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)
e. Berikan antibiotik sesuai dengan order
2. Mempertahankan pola nafas yang efektif
a. Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas, penggunaan
otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)
b. Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan frekuensi)
c. Memberikan posisi tempat tidur semi fowler / fowler
d. Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
kemampaunnya
e. Menganjurkan anak untuk banyak minum
f. Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi
g. Memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas
(seperti Bronkodilator, antikolenergik, dan anti peradangan)
3. Mempertahankan integritas kulit
a. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk
tidak menggaruk rash
b. Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal
c. Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya
d. Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah
infeksi
e. Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di
kamar klien
f. Memeriksa kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
a. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
b. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
c. Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
d. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui
oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
e. Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar
lengan, membran mukosa)
f. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
g. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala
yang sama
h. Mempertahankan kebersihan mulut anak
i. Menjelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit
5. Mempertahankan kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
keterampilan tangan, nonton televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulasi yang
bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan

V. Perencanaan Pemulangan
a. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
b. Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur
c. Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
d. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.
2. Dengan berkolaborasi atau merujuk ke dokter, seorang bidan dapat melakukan
pertolongan pertama dengan memenuhi kebutuhan serta mengatasi masalah anak
morbili.

3.2 Saran
1. Diperlukan pengetahuan tentang penanganan dini morbili pada anak.
2. Diperlukan kolaborasi ataupun rujukan dengan dokter yang berwenang dalam
penanganan morbili pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI


Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000
http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/campak-morbili/morbili
http://rieskar.multiply.com/journal/item/98
http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/morbili/
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-morbili/

Anda mungkin juga menyukai