Anda di halaman 1dari 99

10

darah, perkawinan, adopsi yang biasanya hidup bersama dalam satu

rumah.

2. Tipe Keluarga

Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan

yang berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan

perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.

Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan

derajat kesehatan maka perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Tipe keluarga diantaranya (Nadirawati, 2018):

a) Keluarga Tradisional

1) The Nuclear Family (Keluarga inti)

Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orangtua

atau kelahiran. Keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik

dari sebab biologis maupun adopsi. Tipe keluarga inti di

antaranya:

a. The Dyad Family (Keluarga Tanpa Anak)

Keluarga terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu rumah.

b. The Childless Family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan

mengejar karier atau pendidikan yang terjadi pada wanita.

c. Keluarga Adopsi
11

Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung

jawab secara sah dari orangtua kandung ke keluarga yang

menginginkan anak.

2) Extended Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam

satu rumah, seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua

(kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.

3) The Single-Parent Family (Keluarga Orang Tua Tunggal)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan

anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian,

atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

4) Commuter Family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah

satukota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang

bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada

saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.

5) Multigenerational Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

6) Kin Network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan


12

yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan

lain-lain.

7) Keluarga Campuran (Blended Family)

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan

sebelumnya.

8) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan, seperti perceraian atau ditinggal mati.

9) Foster Family

Foster Family merujuk pada pelayanan yang diberikan kepada

suatu keluarga di mana anak ditempatkan di rumah terpisah dari

orangtua aslinya. Anak-anak biasanya ditempatkan “Foster

Home” jika orangtua dinyatakan tidak bisa merawat anak-anak

mereka dengan baik karena sesuatu hal. Pada kebanyakan kasus,

penempatan anak di rumah penampungan bersifat sementara dan

jika dinyatakan orangtua sudah mampu merawat anaknya maka

anak-anak tersebut akan dikembalikan kepada orangtua aslinya. 10)

Keluarga Binuklir

Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai di

mana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua

rumah tangga inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja
13

sama antara keduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap

rumah tangga.

b) Keluarga Non Tradisional

Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga

yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional

yang paling umum saat ini adalah:

1) The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak

dari hubungan tanpa nikah.

2) The Step Parent Family

Keluarga dengan orangtua tiri

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,

dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, serta sosialisasi

anak melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak

bersama.

4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family (Keluarga

Kumpul Kebo Heteroseksual)

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5) Gay and Lesbian Families


14

Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama

sebagaimana “marital partners”.

6) Cohabitating Family

Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu.

7) Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan barang-

barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya.

8) Foster Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

9) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam

kehidupannya.

3. Fungsi Keluarga

Friedman (2002) dalam Abi Muhlisin (2012) mengidentifikasi lima

fungsi dasar keluarga:

a) Fungsi Afektif dan Koping


15

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksana kan

fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh

anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mem- pertahankan

iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui

interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga

yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga

dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang

mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain

maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan

meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat

dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga

merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang

lain diluar keluarga atau masyarakat.

2) Saling menghargai

Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu memper

tahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.


16

3) Ikatan dan identifikasi

Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup

baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui

proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan

proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru

perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber “energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi. b)

Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial (Friedman, 2000).

Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku

melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga. Karena fungsi ini

semakin banyak diberikan di sekolah, fasilitas rekreasi dan perawatan

anak, serta lembaga lain di luar keluarga, peran sosialisasi yang

dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting. Orang


17

tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya

ke anak-anak mereka.

c) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

d) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup seperti finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang

sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

Suatu pengkajian mengenai sumber ekonomi keluarga memberikan

perawat, data yang relevan dengan kemampuan keluarga untuk

mengalokasikan sumber yang sesuai guna memenuhi kebutuhan

keluarga seperti sandang, pangan, dan papan.

e) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan


18

berarti sanggup menyelesaikan tugas kesehatan berarti sanggup

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut (Friedman, 2014):

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Kelima kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui

sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut

dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan

terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut

(Padila, 2012).

4. Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural

fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun

atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain.

Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk atau tipe keluarga, namun

ada juga yang memandang struktur keluarga menggambarkan subsistem-


19

subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga menurut

Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018):

a) Pola dan proses komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, tradisional

untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan

sarana penting untuk mengembangkan makna diri. Komunikasi dalam

keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa

disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen

komunikasi, seperti: sender, channel-media, massage, environment,

dan receiver.

Komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1) Karakteristik pengirim yang berfungsi

Karakteristik pengirim yang berfungsi ketika menyampaikan

pendapat. Pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas,

meminta feedback dan mau menerima feedback.

2) Pengirim yang tidak berfungsi adalah:

Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar

atau data yang objektif)

a. Ekspresi yang tidak jelas, contoh marah yang tidak diikuti

ekspresi wajahnya
20

b. Jugmental expressions, yaitu ucapan yang memutuskan atau

menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang

matang

c. Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

d. Komunikasi yang tidak sesuai

3) Karakteristik penerima

a. Mendengar

b. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)

c. Memvalidasi

4) Penerima yang tidak berfungsi adalah:

a. Tidak bisa mendengar dengan jelas atau gagal mendengar

b. Diskualifikasi

c. Offensive (menyerang bersifat negatif)

d. Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

e. Kurang memvalidasi

5) Komunikasi fungsional

Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan

keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga

merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga tercipta

interaksi fungsional.

a. Menggunakan emosional: marah, tersinggung, sedih, gembira

b. Komunikasi terbuka dan jujur

c. Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga


21

d. Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:

a. Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu

b. Semua menyetujui tanpa adanya diskusi

c. Kurang empati

d. Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

e. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

f. Komunikasi tertutup

g. Bersifat negative

h. Mengembangkan gosip

b) Struktur kekuatan

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit bergantungan pada

kemampuan keluarga tersebut untuk merespons stresor yang ada

dalam keluarga.

Struktur di dalam keluarga yang sangat kaku dan fleksibel dapat

merusak fungsi di dalam keluarga. Sifat struktur di dalam keluarga

adalah:

1) Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak

yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

2) Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

3) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka: mendorong

kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity)


22

4) Struktur yang kaku: suka melawan dan bergantung pada

peraturan

5) Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan yang memaksakan

6) Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)

7) Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

8) Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stres emosional)

Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial atau

aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau

mengubah perilaku orang lain (anggota keluarganya). Beberapa

macam struktur kekuatan:

1) Legitimate power atau authory (hak untuk mengontrol) seperti

orang tua terhadap anak

2) Referent power (seseorang yang ditiru)

3) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain)

4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima)

5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai

keinginannya)

6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuasi)

7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

dengan cinta kasih, misalnya hubungan seksual)


23

c) Struktur peran

Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen

dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial.

Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status

atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.

d) Struktur nilai

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah

pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem

nilai keluarga dianggap sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.

Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam

menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini

akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan

dan stresor-stresor lain.

5. Peran Keluarga

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status

adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri

atau suami atau anak. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-

masing antara lain (Nadirawati, 2018):

a) Ayah
24

Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan

sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.

b) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-

anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.

c) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat.

Masing-masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan,

sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum

keluarga mencapai tahap yang selanjutnya.

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu

yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda

dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers dalam (Friedman,

20014), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama.

Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar

dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Dibawah ini akan diuraikan
25

perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (1986)

dalam Nadirawati (2018):

a) Tahap I: Pasangan Baru (Begining Family)

Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan yang baru menikah

berawal dari perkawinan sepasang anak Adam menandai bermulanya

sebuah keluarga baru-keluarga yang menikah atau prokreasi dan

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru

yang intim. Dua orang yang membentuk keluarga perlu

mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena keduanya

membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-

hari. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan

kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur,

bangun pagi, dan sebagainya.

Tugas perkembangan tahap ini di antaranya:

1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan

2) Menciptakan jaringan persaudaraan secara harmonis (membina

hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, saudara ipar, dan

lain-lain).

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak (menjadi orang tua)

b) Tahap II: Keluarga”Child-Bearing” (Kelahiran Anak Pertama)

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai

anak pertama berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-


26

perubahan bagi anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan.

Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan

suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,

hubungan seksual dan kegiatan

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan

c) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh

dengan baik dalam jumlah serta kompleksitas fungsi dan

permasalahannya.

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa aman

2) Membantu anak bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di

luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga


27

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak

d) Tahap IV: Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga

sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak

memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang

mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Menurut Erikson

(1950), orang tua berjuang dengan tuntutan ganda, yaitu berupaya

mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas

perkembangan generativitas) dan memperhatikan perkembangan

mereka sendiri sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk

mengembangkan sense of industry, kapasitas untuk menikmati

pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah

diri. Oleh karena itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai

tugas perkembangan.

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah, dan lingkungan

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya yang sehat

2) Mempertahankan keintiman dengan pasangan


28

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga

e) Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja

Periode remaja dianggap penting karena terjadi perubahan fisik yang

diikuti dengan perkembangan mental yang cepat. Tak jarang,

perkembangan mental pada remaja yang merupakan masa transisi dari

anak-anak menuju dewasa menimbulkan dampak negatif pada mental

anak remaja sehingga diperlukan penyesuaian mental dam

pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap ini dimulai saat anak

pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian,

yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan

keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung

jawab pada tahap-tahap sebelumnya.

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,

menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga
29

f) Tahap VI: Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak

yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan

utama tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap

berperan melepas anak untuk hidup sendiri.

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g) Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat seorang anak terakhir kali meninggalkan

rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena

masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal

sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu

melakukan tugas-tugas perkembangan berikut:

1) Mempertahankan kesehatan
30

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan suami

istri fokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai

aktivitas, pola hidup yang sehat, diet seimbang, olahraga rutin,

menikmati hidup dan pekerjaan, dan sebagainya. Pasangan juga

mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga

anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar

generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan

kebahagiaan sebagai kakek nenek. Hubungan antar pasangan perlu

semakin dieratkan dengan memperhatikan kebergantungan dan

kemandirian masing-masing pasangan.

h) Tahap VIII: Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal

sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun

merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stresor

dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut adalah

berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,

kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan

fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas perkembangan pada fase


31

ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stresor

tersebut.

Tugas perkembangan pada tahap ini:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik, dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat social

5) Melakukan life review

6) Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut

umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri dari

pada tinggal bersama anaknya. Menurut riset Day and Day

(2012), wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan

adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya

dibandingkan dengan wanita yang tinggal dengan teman-teman

sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan “life review” dengan

mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal

ini berguna agar orang tua merasakan, bahwa hidupnya

berkualitas dan berarti.

7. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan,


32

mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi atau

penyebab masalah bila ditemui data maladaptif pada keluarga.

Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat

dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan

keluarga. Lima tugas yang dimaksud adalah (Achjar, 2012):

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga

terhadap masalah yang dialami keluarga.

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk

sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau

tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap

akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah

kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Keluarga harus

mengetahui mengenai dampak atau akibat dari kanker payudara

apabila tidak diatasi sesegara mungkin agar keluarga dapat

mengambil keputusan dan membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan

agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut.

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada


33

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. Peran

perawat dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang

terkena kanker payudara dapat berupa pendidikan kesehatan

(educator) yang mampu memberikan informasi kesehatan yang

dibutuhkan keluarga.

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti

pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap

kesehatan keluarga. Memberikan penjelasan bahwa dengan

mempertahankan dan memelihara lingkungan serta rumah yang sehat

dapat menguntungkan bagi kesehatan terutama bagi anggota keluarga

yang terkena rematik.

e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga. Perawat

juga dapat memberikan penjelasan bahwa dengan adanya pelayanan

kesehatan keluarga dapat mengontrol kondisi kesehatannya serta

mendapat pengobatan.
34

A. KONSEP DASAR REMATIK

1. Definisi Rematik

Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan

struktur di sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis

dari penyakit reumatik adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2016).

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan

inflamasi kronik yang menyerang system muskuloskeletal namun dapat

melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai

dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang

disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur

(Mclnnes,2016).

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit kronis sistemik yang

menyebabkan inflamasi synovial sehingga menyebabkan kerusakan

progresif dari kartilago articular dan deformitas (Elmujaddid 2017)

Penyakit rematik memiliki dampak yang sangat mengganggu aktivitas

sehari-hari. Penyakit rematik dapat mengalami komplikasi sehingga

menurunkan produktifitas kerja dan kualitas hidup pada orang dewasa,

nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit rematik semakin mempengaruhi

aktivitas penting seperti aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain sehingga

diperlukan adanya pembangunan kesehatan (Rengganis,2015).

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang

terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri)

yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.


35

Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi,

yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur

sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang

2. Klasifikasi Rematik (Smeltzer & Bare, 2013)

a) Osteoartritis

Gambar 2.1 Osteoartritis

Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, dengan jumlah

pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien artritis. Terutama

menyerang orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini

pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insiden

bertambah dengan meningkatnya usia.

Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif

dimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak,

disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkhondrial

yang menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak.


36

Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara

klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan

hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung bebas

Gambaran klinis Osteoartritis :

1) Umur lebih dari 50 tahun

2) Distribusi sendi mono atau oligoartritis

3) Jari, sendi coxa, lutut,servikal, lumbal

4) Sendi yang biasa dipakai, pergelangan tangan, siku, glenohumeral,

tumit

5) Ciri rasa tak enak sendi memburuk dengan banyak gerak dan reda

waktu istirahat. Pada penyakit yang berat dapat pula nyeri waktu

istirahat. Tidak ada kaku di pagi hari atau kurang dari 30 menit

6) Pemeriksaan sendi nyeri setempat, pembengkakan tulang dan atau

jaringan lemak, krepitasi, adakalanya efusi

7) Ciri cairan sinovia viskositas normal, tes musin normal, leukosit <

2000/mm3, terbanyak mononuclear


37

b) Arthritis Remathoid

Gambar 2.2 Remathoid Artritis

Artritis rematoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai

sistem organ penyakit ini adalah salah satu dari kelompok penyakit

jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui

penyebabnya. Pada pasien biasanya terjadi destruksi sendi progresif,

walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.

Artritis rematoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

dengan manifestasi utama poliartritis dan melibatkan seluruh organ

tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah

penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat

progresifitasnya.

Kriteria untuk mendiagnosis RA :

1) Kaku pada pagi hari


38

2) Artritis pada 3 daerah misalnya pada pergelangan tangan, sikut,

dan pergelangan kaki

3) Keterlibatan artritis simetris pada tangan kanan dan kiri

4) Nodul rheumatoid atau penonjolan tulang

5) Gambaran radiologi: menunjukan adanya perubahan erosi

c) Arthritis gout

Gambar 2.3 Artritis Gout

Arthritis gout adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan

metabolik, sekurang-kurangnya ada sembilan gangguan yang ditandai

oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia)

Arthritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran

khusus, yaitu artritis akut. Arthritis gout lebih banyak terdapat pada

pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,

sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

Biasanya sebagai akibat dari kerusakan sistem kimia tubuh. Kondisi

ini paling sering menyerang sendi kecil, terutama ibu jari kaki.
39

Arthritis gout hampir selalu dapat dikendalikan oleh obat dan

pengelolaan diet.

Kriteria diagnostik arthritis gout berdasarkan (ARA) :

1) Kristal urat dalam cairan sendi

2) Tofus yang mengandung kristal urat

3) Inflamasi pada hari pertama

4) Artritis monoartikuler

5) Nyeri

6) Hiperurikemia

7) Kemerahan sekitar sendi

3. Anatomi Fisiologi Rematik

a) Tulang

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat

lainnya yang terdiri atas hampir 50% air dan bahan padat selebihnya

dari bahan mineral terutama kalsium kurang lebih 67 dan bahan

seluler 33%

b) Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :

1) Mendukung jaringa tubuh dan memberikan bentuk tubuh

2) Melindungi organ tubuh (jantung, paru, otak dan jaringan lunak)

3) Memberikan pergerakan otot berhubungan dengan kontraki dan

pergerakan
40

4) Membentuk sel darah merah di dalam sumsum tulang

5) Menyimpan garam-garam mineral seperti kalsium, fosfor,

magnesium dan flour

c) Struktur tulang

Tulang diselimuti oleh membrane fibrus padat disebut periosteum.

Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan

tulang tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament.

Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan

yang terdekat mengandung osteoblast di bagian dalamnya terdapat

endosteum yaitu membrane vaskuler tipis menutupi tulang panjang

dan menutupi rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak di

dalam endosteum dan dekat lakunakousif (cekungan pada permukaan

tulang) sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga

sumsum batang dalam tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum

tulang merah terutama terletak di sternum, ileum, dan rusuk pada

orang dewasa, bertanggung jawab dalam memproduksi sel darah

merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh

sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi

yang baik tulang kanselus menerima asupan darah dari pembuluh

metafis dan epafis. Pembuluh peristeum mengangkut darah ke tulang

kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient

yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui

lubang-lubang kecil. Arteri nutrient memasok darah ke tulang, system


41

vena ada yang keluar sendiri da nada yang mengikuti arteri.

d) Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

1) Osteoblast

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan

mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98%

kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam

polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan

kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama

calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

2) Osteosit

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai

pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik

tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa

yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat

matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat

osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut

kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan

dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).

3) Osteoklast

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan

remodeling tulang.
42

Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan

peralihan tulang (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium

dalam tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.

Gambar 2.4 struktur tulang’

Faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan

reabsorbpsi tulang :

a. Vitamin D

Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan

meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit

mineralisas, deformitas dan patah tulang

b. Hormon parathyroid dan kalsitonin

Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium.

Hormon parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam

darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahankalsium

dari tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah yang rendah,

peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat


43

mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan

kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan

penimbunan kalsium dalam tulang.

c. Peredaran darah

Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang.

Dengan menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti)

akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami

osteoporosis (berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan

terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.

Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan

absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa

pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak terjadi

pembentukan dari pada absorpsi tulang.

Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini

membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang

meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang.

Perubahan tesebut membantu mempertahankan kekuatan

tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah tua

berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative menjadi

lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan

matrik organic baru, sehingga memberi tambahan kekuatan

tulang.
44

e) Klasifikasi bentuk tulang

1) Tulang panjang/ Tulang pipa

Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya

sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak.

Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang

panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang

kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan diafisis dan

merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-anak. Yang

pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada

tulang humerus dan femur.

Gambar 2.5 Struktur tulang panjang

2) Tulang pendek

Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan

dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak pada

pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari konselus

(spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.


45

3) Tulang Pipih

Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa, sternum,

dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya sebagai

pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas untuk

kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk hematopoesis.

Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara 2 tulang

kortikal.

4) Tulang Tak Beraturan

Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak

teratur, terdiri dari tulang kanselous di antara tulang kortikal.

Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.

5) Tulang Sesamoid

Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan

persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial. Contoh :

tulang patella (Kap lutut).

Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan fungsi dan gaya yang

bekerja padanya.

f) Kerangka

Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan

kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh.

Kerangka dibagi menjadi :


46

1) Kerangka aksial

Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah

yaitu :

Gambar 2.6 Tengkorak

a. Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )

Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2),

temporal (2),frontal, oksipital, stenoid, dan etmoid.

Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2),

zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal (2), palatinum (2),concha

inferior (2),mandibula dan vomer.

b. Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk kuda

teratur, terbentang antara toraks dan pelvis. Juga merupakan

tempat melekatnya iga dan otot punggung. Kolumna

vertebralis dibagi menjadi 7 vertebra servikalis, 12 vertebra


47

torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum, 4 vertebra

koksigeus.

c. Thoraks tulang

Terdiri tulang dan tulang rawan, thoraks merupakan sebuah

rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12 vertebra thorakalis

dan 12 pasang iga yang melingkar dari tulang belakang sampai

ke sternum. Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu

suprasternal dan annulus sterni yaitu tempat bertemunya

manubrium dan corpus sterni. Bagian tersebut merupakan

penunjang kepala, leher dan badan serta melindungi otak,

medulla spinalis dan organ dalam thoraks.

Gambar 2.7 Tulang Dada

d. Kerangka apendikular

Kerangka apendikular terdiri atas :

1. Bagian bahu (singulum membri superior)

Singulum membri superior terdiri atas clavikula dan


48

skavula. Clavikula mempunyai ujung medial yang

menempel pada manubrium dekat suprasternal notch dan

ujung lateral yang menempel pada akronion

2. Bagian panggul (singulum membri inferior)

Bagian panggul terdiri atas ileum, iskeum, pubis yang

bersatu menjadi tulang koksae. Tlang koksae bersama

sacrum dan koksigeus bersatu membentuk pelvis tulang

yang membentuk ekstremitas bawah yaitu femur, patella,

tibia, fibula, tarsus dan metatarsus.

e. Cartilage (tulang rawan)

Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada

gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi

melaui proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang

berada pada perichondium (serabut yang membentuk kartilago

melalui cairan sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di

cartilage menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas,

fibrous (fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan

memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage menyusun

discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih,

mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian

dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang

elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian

luar.
49

Gambar 2.8 Tulang rawan

f. Ligamen (simplay)

Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari

jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament

mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan

stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari lutut

yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta

ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut

yang mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil.

Ligament pada daerah tertentu melengket pada jaringna lunak

untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium

yang melalui ujung tuba ke peritoneum

g. Tendon

Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang

merupakan ujung dari otot yang menempel pada tulang.


50

Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada

tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang

bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk

selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu

terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini

bersambungn dengan membrane sinovial yang menjamin

pelumasan sehinggga mudah bergerak.

h. Fascia

Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar

yang didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia

superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan

penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan

pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.

i. Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat

dimana digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya

antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae

dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial.

Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang

bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus

olekranon dan kulit.


51

j. Persendian

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-

tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan

kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.

Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu

berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan

penyambung yang disebut persendian. Pada persendian

terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat

pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan,

jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut

ligamen. Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa,

kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi

dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.

Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan

atas:

1. Sendi Fibrosa/ sinartrosis

Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka

tidak mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi

fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang

yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan

penyambung fibrosa.
52

Contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan

sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi

dihubungkan oleh membran).

2. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis

Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian-

persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya

mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung

tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh

ligament dan hanya dapat sedikit bergerak.

Ada dua tipe kartilago yaitu Sinkondrosis, Sendi yang

seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin

simfisis, dan sendi yang tulangnya memiliki hubungan

fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang

menyelimuti permukaan sendi.

Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang

mempersatukan kedua tulang pubis), sendi antara

manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer / sendi

tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan

epifisis.

3. Sendi Sinovial/ diarthroses

Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki

rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan

hialin.
53

Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa

padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan

penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium

yang membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi

dan membungkus tendon-tendo yang melintasi sendi.

Tulang rawan memegang peranana penting, dalam

membagi organ tubuh. Tulang rawan sendi terdi dari

substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan

proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan.

Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi

sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut

mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima

beban berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan

proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia

bertambah.

Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya.

Berbagai jenis sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi

geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi

berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.

Gerak pada sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan

meluncur, gerkan bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi

adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi,


54

sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi,

pronasi, inversion, eversio, protaksio.

Sendi diartrosis terdiri dari:

1) Sendi peluru

Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan

gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung

tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk

ke ujung tulang lain yang berbentuk cekungan. Contoh

sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan

tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.

2) Sendi engsel

Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah,

Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah

karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh

sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut,

dan jari-jari.

3) Sendi pelana

Sendi pelana adalah persendian yang membentuk

sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya,

terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan.

Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak

lurus misal persendian dasar ibu jari yang merupakan

sendi pelana 2 sumbu.


55

4) Sendi pivot

Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk

memutar pegangan pintu, misal persendian antara

radius dan ulna.

5) Sendi peluncur

Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah.

Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di

pergelangan tangan

k. Jaringan Penyambung

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang

berdekatan terutama adalah jaringan penyambung, yang

tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang

ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang tidak

dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung, seperti sel

mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear.

Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi

imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit

reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini

adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast,

kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam

serat dan proteoglikan dari substansi dasar dan membuat tiap

jenis jaringan pemyambung memiliki susunan sel yang

tersendiri.
56

Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah

kolagen dan elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis

yang penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding

pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim

yang disebut elastase.

l. Otot

Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh

bergerak. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik

untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan

temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan

kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari

seluruh bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :

1. Otot rangka (striadted / otot lurik).

Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan

pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan

menghasilkan panas.

2. Otot polos (otot visceral).

Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh

darah. Otot ini mendapat rangsang dari saraf otonom yang

berkontraksi di luar kesadaran

3. Otot jantung.

Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar


57

pengendalian.

Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid,

menurut jurusan serabutnya seperti rektus abdominis,

menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor,

menurut fungsinya seperti fleksor dan ekstensor. Otot

rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata,

membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi

bila ada rangsang. Energi kontaraksi otot diperoleh melalui

pemecahan ATP dan kegiatan calsium.

Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu Origo

merupakan tempat yang kuat dianggap sebagai tempat

dimana otot timbul, isersio lebih dapat bergerak dimana

tempat kearah mana otot berjalan.

Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang.

Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan ATP dan

kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara

adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan

dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan akibat tarikan

otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan

sendi berperan sebagai tumpuan atau penopang.

Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai

semua kelompok usia, masalah pada system


58

musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi berdampak

pada kativitas dan produktivitas penderita.

4. Etiologi

Ada beberapa faktor untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :

a. Pola makan yang tidak sehat

b. Sering melakukan aktivitas berat saat muda

c. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor

ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis

semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis

hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

d. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki

lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan

leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis

kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun

frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal

ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis

osteoartritis.
59

e. Genetic

Factor herediter juga berperan dalam osteoatritis pada ibu dari

seorang wanita penderita pada sendi-sendi distal dua kali lebih

sering menderita osteoarthritis

f. Obesitas

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada

pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis

pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis

sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Beban yang berlebihan

akan meningkatkan tekanan pada sendi.


60

5. Patofisiologi

obsesitas Usia (lansia) autoimun F.metabolik

Timbunan lemak di tubuh Perubahan fungsi dari sistem Peningkatan populasi Proses fagositosis
bisa membebani sel T menghasilkan enzim-
muskuloskeletal
persendian enzim di dalam sendi
(panggul,pinggang dan
terutama lutut) Mengalami kerusakan pada Aktif sel B
tulang rawan Memecah kolagen

Kerusakan kartilago sendi Sel T bermigrasi kejaringan


sinovial (sel T meningkat Edema, poliferasi
Timbul usaha untuk
memperbaiki proses dan aktifasi sel B) membran sinovial

Erosi kartilago

Degenerasi lebih cepat Sinovial menebal


Antibodi seperti RA dan
melebihi proses perbaikan
Ankilosis fibrosa anticitrolinated protein
antibodi (ACPA)

Tulang rawan akan


kehilangan kandungan
Sel T (monosit, makrofag
proteoglikan dan kondrosif dan sinovial fibroblas) Menimbulkan erosi
kartilago
Erosi kartilago
IL 1, IL 6 dan TNF.a
Adhesi pada
Adhesi fibrosa permukaan kartilago
IL 1, (prostaglandin, TNF.a aktifasi
61

Ankilosis fibrosa Jaringan sinovial berpoliferasi dan Ankilosis fibrosa


menginvasi tulang rawan dan tulang
yang bersifat sebagai tumorinvasif
local

Kerusakan sendi tersebut akibat


kadar IL I dalam plasma dan cairan
sinovial dan No. Matriks metaprotase

Degradasi sendi

REUMATIK

Osteoatritis Artritis gout Rheumatoid artritis

Tulang sendi akan Pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan Peradangan pada
menyempit atau penurunan sekresi asam urat persendian
62

Tulang rawan menjadi tipis Terbentuk kristal-kristal Organ-organ tubuh Kerusak Peradangan Perada
(terpecah-pecah dan terlepas monosodium urat akan terganggu an pada ngan
dari tempatnya monohidrat pada sendi- bahkan rusak, tulang selaput pembul
sendi dan jaringan sekitar terutama ginjal paru-paru uh
darah
Tulang-tulang Kelaina (vaskuli
Kristal-kristal terbentuk Saringan pada n Nyeri tis)
disekitar akan
seperti jarum ginjal tersumbat bentuk dada/
bereaksi menjadi
lebih tebal sendi batuk
Mengga
Batu ginjal nggu
Bertumbuh tulang nyeri Endapan kristal Nodul suplai
baru atau pengapuran Kekakuan
pada sendi rematik darah ke
(spurs)
berkemba jaringan
Kerusakan yang hebat
ng dalam
pada sendi
paru-paru
Kematia
Selaput Menipisnya n
pembungkus bantalan pada jaringan
sendi (synovium) tulang (nekrosis
meradang dan )
menebal

Nyeri bila digerakan

Cairan sendi sinovitis


bertambah
Hambatan
Sumber : Nanda Nic Noc 2012
Nyeri akut mobilitas fisik
Pembekakan, kemerahan
63

6. Tanda dan gejala

a. Nyeri pada anggota gerak

b. Kelemahan otot

c. Peradangan dan bengkak pada sendi

d. Kekakuan sendi

e. Sendi berbunyi(krepitasi)

f. Sendi goyah

g. Timbunya perubahan bentuk

h. Timbulnya benjolan (nodul)

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis :

1) Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk

osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat

yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,

meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-

obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan

sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki

atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

2) Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,

yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan

yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum


64

latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi

yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok

jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat

dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,

inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan

memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi

osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena

mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang

yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena

berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh

karena otot-otot periartikular. memegang peran penting terhadap

perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot

tersebut adalah penting

3) Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan

kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan

kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy

untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,

debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan

sendi, pebersihan osteofit.

Pertimbangan diet pasien rematik :


65

a. Batasi asupan makanan tinggi purin menjadi 100 - 150 mg/hari

jika kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl

Asupan purin di dalam tubuh :

1) Purin Tinggi (150 - 1.000 mg purin/100g) : jeroan (otak,

paru, jantung, hati, usus, babat, ginjal), udang, remis,

kerang, cumi, sarden, kaldu daging, ragi, alkohol, dan

makanan dalam kaleng.

2) Purin Sedang (50 - 100 mg purin/100g): ikan, daging,

kacang-kacangan kering, kembang kol, brokoli, bayam,

asparagus, buncis, kerang, jamur, daun singkong, daun

pepaya, kangkung.

3) Purin Rendah (kurang dari 50 mg purin/100g) sumber

karbohidrat (kecuali havermout), gula, telur, keju, susu

serta buah dan sayur.

Makanan yang tidak diperbolehkan :

1) Sumber Protein : Sarden, Kerang, Jantung, Hati, Usus,

Limpa, Paru-paru, Otak, Bebek, Angsa, Burung, dan

Sosis

2) Soft Drink (minuman ringan) dan minuman beralkohol

3) Ragi
66

b. Makanan yang harus dibatasi

1) Sumber Protein Hewani : Daging, Ayam, Ikan Tongkol,

Tenggiri, Bawal, Bandeng (paling banyak 50gram/hari),

Protein hewani kadar purinnya sangat tinggi asupan protein

dianjurkan 50 gr/hari.

2) Sumber Protein Nabati : Kacang-kacangan (kacang hijau,

kacang tanah, kedelai) maksimum 25gr/hari Tempe,

Oncom, dan Tahu (maksimal 50 gr/hari). Sumber protein

dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

3) Sayuran : Kacang Polong, Buncis, Kembang Kol, Bayam,

Jamur, Labu Siam, Melinjo, Kapri, dan Kacang

Panjang..(maksimal 50 gr/hari)

4) Makanan yang Berlemak dan penggunaan santan kental,

makanan yang digoreng

5) Teh Kental atau Kopi

6) Makanan yang dianjurkan

7) Sumber Karbohidrat: Nasi, Nasi Tim, Bubur, Roti,

Gandum, Makaroni, Pasta, Jagung, Kentang, Ubi dan Talas,

Sereal

Manfaat sumber karbohidrat

a) Untuk meningkatkan pengeluaran asam urat

b) Tidak kurang 100gr/hari


67

c) Hindari karbohidrat sederhana : permen, gula, sirop dan gulali

karena dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah

Penatalaksanaan Non Medis :

a. Perawatan

1) Hindari aktivitas yang berlebih pada sendi yang sakit

2) Tongkat digunakan untuk meringankan kerja sendi

3) Olahraga seimbang :latihan gerak sendi dan senam remati

4) Taat terhadap pantang makanan

5) Berat badan ideal

6) Waspada terhadap tanda-tanda radang

7) Pada saat fisioterapi, obat-obat gososk jangan dipakai sebelum

pemanasan

8) Berbagai sumber panas dapat dipakai misal mandi dari pancuran

panas

9) Bila terjadi bengkak dan merah kompres dengan air dingin dan

hanya nyeri dengan kompres hangat

b. Senam rematik

Memberikan gerakan-gerakan aktif dalam senam rematik bertujuan

untuk meningkatkan stabilitas sendi dan kekuatan otot-otot sekitar

lutut yaitu Quadriceps terutama pada otot vastus medialis karena

gerakan ini berguna untuk mengurangi iritasi yang terjadi pada

permukaan kartilago artikularis patella, memelihara dan

meningkatkan stabilitas aktif pada sendi lutut juga dapat memelihara


68

nutrisi pada synovial menjadi lebih baik. Dengan gerakan yang

berulang pada senam rematik ini akan terjadi peningkatan kerja otot-

otot sekitar sendi sehingga mempercepat aliran darah sehingga

metabolisme juga ikut meningkat sehingga sisa metabolisme akan

ikut terbawa aliran darah sehingga nyeri berkurang.

c. ROM (Range Of Motion)

Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis

yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh

kerusakan dan poliferasi membran sinovial yang menyebabkan

kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Penderita

artritis rheumatoid tidak hanya dilakukan dengan metode

farmakologis saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara

nonfarmakologi. Salah satu pengobatan nonfarmakologi bagi

penderita Artritis Rheumatoid adalah dengan terapi ROM.

Terapi nonfarmakologi merupakan metode latihan-latihan seperti

latihan Range Of Motions (ROM) untuk menggerakkan tubuh dan

untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi (Potter & Perry, 2010).

Latihan Range Of Motions (ROM) adalah latihan-latihan yang

diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi

yang berkurang. Latihan ROM ini memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-

masing persendiannya sesuai dengan gerakan normal baik secara

aktif maupun pasif. Terapi ROM yaitu latihan yang dilakukan untuk
69

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan masa otot dan tonus (Potter & Perry, 2010).

d. Terapi Herbal Compress Ball

Pada penelitian yang dilakkukan oleh Faery, et all (2018), peneliti

menjelaskan bahwa penggunaan Herbal Compress Ball sangat baik

dianjurkan kepada lansia sebagai terapi alternatif dalam

menurunkan nyeri otot. Penggunaan terapi Herbal Compress Ball

kepada lansia bermanfaat dalam mengurangi dampak negatif

penggunaan terapi farmakologi.

Lansia sangat rentan terhadap komplikasi dari obat-obatan karena

telah mengalami penurunan fungsi organ tubuh untuk merespon

dengan baik obat-obatan yang masuk kedalam tubuh. Salah satu

dampak negatif penggunaan farmakologi pada lansia adalah

konstipasi. Dengan penggunaan terapi Herbal Compress Ball nyeri

otot pada lansia dapat menurun tanpa menimbulkan komplikasi lain

yang dapat memperburuk keadaan lansia.

e. Latihan keseimbangan

Pelatihan balance strategy exercise dan pelatihan 12 balance

exercise memiliki kesamaan mekanisme dalam meningkatkan

keseimbangan dinamis pada lansia dengan mempertahankan limit of

stability, mengaktifkan sistem feedback pada movement strategies,

serta meningkatkan dynamic stability. Pelatihan 12 balance exercise


70

memiliki kelebihan dalam meningkatkan keseimbangan dinamis

sehingga menjadikan pelatihan ini lebih efektif daripada balance

strategy exercise. Pelatihan 12 balance exercise mengaktifkan

mekanisme feedforward pada strategi gerakan, serta tercapai

integrasi sensoris berupa sensory strategies dan sensory re-

weighting (Murtiyani, 2019).\

8. Komplikasi

Beberapa kondisi yang mungkin dapat diderita oleh penderita rheumatoid

atritis adalah sebagai berikut:

a. Peradangan menyebar luas

Peradangan dapat menjangkiti jaringan tubuh lain, seperti

hati, pembuluh darah, paru-paru, dan mata. Kondisi ini jarang

terjadi dengan perawatan dini.

b. Cervical myelophaty

Saraf tulang belakang tertekan akibat dislokasi persendian

tulang belakang bagian atas. Walaupun jarang terjadi, jika tidak

segera dioperasi konsi ini bisa menyebabkan kerusakan saraf tulang

belakang permanen dan akan berdampak pada aktivitas sehari-hari.

c. Sindrom lorong kapal

Kondisi ini terjadi karena saraf median, yaitu saraf yang

mengendalikan gerakan dan sensi dipergelangan tangan tertekan

dan menimbulkan gejala kesemutan, nyeri dan mati rasa. Kondisi


71

ini dapat diringankan dengan suntikan steroid. Namun, umunya

operasi dilakukan untuk melepaskan tekanan pada saraf median.

d. Penyakit kardiovaskuler

Penyakit seperti stroke dan serangan jantung bisa terjadi

akibat dampak rhematoid artitis yang mempengaruhi pembuluh

darah dan jantung. Resiko terkena penyakit ini bisa dikurangi

dengan mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur

dan berhenti merokok.

e. Kerusakan sendi

Kerusakan sendi akibat radang bisa menjadi permanen jika

tidak ditangani dengan baik. Pada beberapa masalah yang dapat

mempengaruhi persendian, seperti kelainan bentuk persendian,

penipisan tulang atau osteoporosis, kerusakan pada tulang dan

tulang rawan, serta tendon diarea sekitar terjadinya peradangan.

f. Kerusakan sendi

kerusakan sendi akibat radang bisa menjadi permanen jika

tidak ditangani dengan baik. Ada beberapa masalah yang dapat

mempengaruhi persendian, penipisan tulang atau osteoporosis,

kerusakan pada tulang dan tulang rawan, serta tendon diarea sekitar

terjadinya peradangan.
72

g. Sindrom sjogren

Penderita remathoid artitis rentan mengalami sindrom

sjogren, yakni kondisi dimana kelembapan pada mata dan mulut

berkurang.

h. Limfoma

Limfoma merupakan jenis kanker darah yang menyerang

getah bening didalam tubuh.


73

B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMATIK

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan

keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga. (Nadirawati,

2018).

Keperawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang

rumit sehingga memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis pada

keluarga dan setiap anggotanya.

Menurut Marilyn Friedman (2014) langkah-langakah proses keperawatan

keluarga yaitu:

1. Pengkajian yang terdiri dari pengkajian keluarga dan pengkajian

individu atau anggota keluarga, yang termasuk pada pengkajian

keluarga adalah:

a. Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural

b. Data lingkungan

c. Sruktur dan fungsi keluarga

d. Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga

e. Perkembangan keluarga

2. Perumusan diagnosa keperawatan

3. Rencana asuhan keperawatan

Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,

mengidentifikasi sumber daya keluarga, mendefinisikan pendekatan

alternatif, memilih intervensi keperawatan.


74

4. Pelaksanaan asuhan keperawatan

Perencanaan yang sudah dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-

sumber daya yang ada dikeluarga, masyarakat.

5. Evaluasi keperawatan

Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan.

Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga

yang dibinanya. Proses pengkajian dimulai dengan mengumpulkan

informasi secara terus menerus, dalam hal ini data dikumpulkan secara

sistematis kemudian diklasifikasikan dan dianalisis.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara,

pengamatan, dan studi dokumentasi, dan pemeriksaan fisik (Effendi

(1998) dalam Nadirawati, 2018).

Wawancara adalah suatu pertemuan tatap muka dengan satu atau

lebih anggota keluarga, sangat diperlukan sekali dalam proses

wawancara bisa mewawancarai seluruh anggota keluarga. Hal ini bisa

meminimalkan distorsi informasi, dan bisa memberikan kesempatan

kepada setiap orang atau anggota keluarga untuk mengemukakan

persepsinya, dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk

melihat interaksi di antara para anggota keluarga (Andarmoyo, 2012).

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengetahui hal yang

secara langsung bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll)


75

atau benda lain (data objektif). Pemeriksaan fisik dilakukan pada

anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan

keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik. Studi dokumentasi

ini dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya

catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, literatur, catatan

pasien, dan lain-lain (Ali, 2010).

Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan

saling percaya. Menciptakan hubungan saling percaya adalah di mana

adanya saling terbuka, saling menghormati dan komunikasi berjalan

dengan efektif. Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan

menyampaikan tujuan kunjungan, menerima dan mengakui hak-hak

keluarga pada perasaan dan keyakinan mereka sendiri tanpa keluar dari

tujuan, nilai-nilai dan harapan perawat. Diawali dengan memberi

kesempatan keluarga mengungkapkan persoalan dan masalahnya

sendiri kemudian perawat memahami persoalan berdasarkan

pengalamannya, pada akhirnya bersama-sama keluarga mendalami

persoalan dan dilanjutkan dengan pemecahan persoalan secara

bersama-sama.

Ketika mengunjungi keluarga di rumah perlu ada persiapan

sebelum melakukan kunjungan yang sesungguhnya, karena sering

perawat hanya berada di rumah keluarganya sendiri tanpa membuat

akses langsung ke sumbernya. Aspek persiapan kunjungan ke rumah


76

merupakan hal penting bagi keberhasilan pengkajian keperawatan

keluarga.

Dalam pelaksanaan kunjungan keluarga sasaran yang dilaksanakan

antara lain (Abi Muhlisin, 2012):

1. Menciptakan suasana atau hubungan yang baik dengan semua

anggota keluarga

2. Menggunakan bahasa yang sederhana

3. Memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah

4. Menginformasikan tujuan kunjungan serta meyakinkan keluarga

bahwa kedatangan perawat adalah untuk membantu keluarga

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah proses

keperawatan:

1. Pengkajian Keluarga

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan

keperawatan. Model pengkajian keluarga yang digunakan

adalah model yang dikembangkan oleh M. Friedman. Menurut

Friedman, pengkajian keluarga meliputi enam kategori, yaitu

mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data

lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres, koping

dan adaptasi keluarga, serta harapan keluarga (Nadirawati,

2018).
77

Pengkajian keperawatan keluarga merupakan suatu tahapan di

mana perawat mengambil informasi dengan pendekatan

sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisis.

Metode yang dapat digunakan perawat dalam melakukan

pengkajian keluarga diantaranya wawancara, observasi fasilitas

dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga,

juga bisa didapatkan dari data sekunder, misalnya hasil lab,

ronsen, dan sebagainya.

Model Friedman menguraikan beberapa hal yang dapat dikaji

dalam keluarga. Pengkajian ditekankan pada pengkajian

keluarga seutuhnya dan pengkajian terhadap anggota keluarga.

Beberapa hal yang dikaji dalam keluarga antara lain demografi,

sosial kultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga,

stres dan koping yang digunakan keluarga, serta perkembangan

keluarga. Pengkajian terhadap anggota keluarga ditekankan

pada aspek fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual

(Nadirawati, 2018).

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga (Model Friedman):

1) Data umum

2) Nama kepala keluarga diisi tentang kepala keluarga inti

3) Alamat dan nomor telepon diisi tentang jalan, RT, RW,

kelurahan, wilayah kerja Puskesmas dan nomor telepon jika ada


78

4) Pekerjaan kepala keluarga diisi tentang pekerjaan utama kepala

keluarga

5) Pendidikan kepala keluarga diisi tentang pendidikan terakhir

kepala keluarga

6) Komposisi keluarga diisi tentang semua data keluarga yang

tinggal serumah saat ini

7) Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga.

Genogram yang diisikan minimal tiga generasi. Genogram juga

dapat menentukan tipe dari keluarga.

8) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.

9) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

10) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat me- mengaruhi kesehatan.

11) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan,

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.


79

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki keluarga.

12) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

namun dengan menonton TV dan men- dengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.

a. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai asal mula terbentuk keluarga

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak suami dan istri, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit

(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa


80

digunakan keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

b. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank, dan

jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan

serta denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan atau kesepakatan penduduk setempat, dan budaya

setempat yang memengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga


81

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang keluarga. Fasilitas mencakup

fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga, dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

c. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota

keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

memengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga, baik

secara formal maupun informal

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji, yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga


82

terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan

tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya, dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, pelindung serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

Menurut Maglaya (2010) terdiri dari lima tugas perawatan

keluarga, yaitu:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga

mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi:

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor

yang mempengaruhi, serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah

pengetahuan keluarga terhadap dampak atau konsekuensi


83

penyakit. Jika tidak mampu mengambil keputusan dikaji

lagi penyebab ketidak mampuan tersebut.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah, baik fisik maupun fisiologis

yang sehat.

e) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan

fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat. Hal yang

perlu dikaji:

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan

jumlah anggota keluarga, dan metode apa yang digunakan

keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan, dan papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan

keluarga
84

e. Stres dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan

b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6

bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi atau stresor

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan fisik, tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik (Head To Toe).

Tabel 2.1 Pemeriksaan fisik (Padila, 2013)

Aspek yang dikaji

Kepala  Inspeksi: rambut hitam, coklat, pirang, berbau.


85

 Palpasi: mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara

umum menunjukan tingkat higiene seseorang, bekas

trauma, benjolan.

Mata  Inspeksi: bisa terlihat penumpukan cairan atau edema

pada palpebrae, selain itu bisa terlihat juga cekung pada

pasien dehidrasi, apakah menggunakan kacamata, air

mata perlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater,

diplopia, kabur, dan fotofobia.

 Palpasi: dengan cara meraba menggunakan tiga jari

pada kelopak mata untuk merasakan apakah ada

penumpukan cairan, atau pasien dehidrasi bila teraba

cekung, ada tidak nyeri tekan.

 Sclera: Putih dan jernih

 Congjungtiva: Merah muda, lembab

Telinga  Inspeksi: alat-alat prostesa, kesimetrisan, keluaran.

 Palpasi: nyeri didaun telinga, massa.

 Tanyakan perubahan pendengaran, riwayat infeksi,

lakukan tes rinne dan swabach.

Hidung  Inspeksi: hidung simetris, pada rongga dikaji apakah

ada kotoran hidung, polip, pembengkakan, rinorea,

epistaksis, obstruksi, atau drip postnasal.

 Palpasi: apakah ada keluhan nyeri pada sinus.


86

 Tanyakan riwayat alergi

Mulut  Inspeksi rongga mulut: diperiksa bau mulut, radang

mukosa (stomatitis), dan adanya lesi, sakit tenggorokan.

 Gigi-Geligi: diperiksa adanya makanan, karang gigi,

karies, sisa akar, gigi yang tanggal, abses, keadaan gusi,

meradang, alat-alat prostesa, perdarahan gusi.

 Lidah: kotor/coated, akan ditemui pada keadaan:

higiene mulut yang kurang, demam thypoid, tidak suka

makan, pasien koma, perhatikan pula tipe lidah yang

hipertermi yang dapat ditemui pada pasien thypoid

fever.

 Tonsil: tonsil diperiksa apakah ada pembengkakan atau

tidak

Leher  Inspeksi: ada tidak keterbatasan gerak

 Palpasi: getah bening: pembesaran getah bening,

pembesaran dapat menandakan adanya infeksi

toxoplasmosis memberikan gejala pembesaran getah

bening leher, nyeri/nyeri tekan.

Kelenjar Tyroid

 Inspeksi: bentuk dan besarnya bila pembesarannya telah

nyata

 Palpasi: satu tangan dari arah samping atau dua tangan


87

dari arah belakang, jari-jari meraba permukaan kelenjar

dan pasien diminta menelan rasakan apakah terasa ada

pembengkakan pada jarngan sekitar.

Dada/punggung dan 
Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan
payudara
nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya perna

fasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),warna

kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan.



Palpasi: simetris, pergerakan dada, massa dan lesi,

nyeri, tractile fremitus. (perawat berdiri dibelakang

pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka

“tujuh-tujuh” atau “Sembilan-sembilan” sambil

melakukan perabaan dengan kedua telapk tangan pada

punggung pasien..

Perkusi: paru, diafragma (konsistensi dan bandingkan

satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama

dengan pola berjenjang sisi ke sisi).



Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru,

(dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang

paru kiri kanan, di RIC1 dan 2, di atas manubrium dan di

atas trachea).

Tanyakan: riwayat hemoptisis, sesak napas,

dispneupada aktivitas, dispneu nonkultural paroksimal,

ortopnea, dada berdebar-debar.


88

 Perhatikan: nyeri, bengkak, flebitis, ulkus

 Inspeksi kemerahan dan gatal, eritema

 Perhatikan pigmentasi kulit

 Kaji batuk non produktif atau tidak

Jantung  Inspeksi: Adanya denyutan ictus cordis

 Auskultasi: S1 (penutupan mitral) Dup, S2 (Penutupan

katup aorta) Lup

Abdomen  Inspeksi: warna ikterik atau tidak, pada inspeksi perlu

disimak apakah abdomen membusung atau membuncit

atau datar saja, benjolan atau massa, tapi perut menonjol

atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, , amati juga

apakah didaerah abdomen tampak benjolan-benjolan

massa. Laporkan bentuk dan letaknya

 Auskultasi: Mendengar suara peristaltic usus

 Palpasi: sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih

dahulu kepada pasien apakah daerah yang nyeri apabila

ada maka harus dipalpasi terakhir, palpasi umum

terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk

mengetahui apakah ada nyeri umum (peritonitis,

pancreatitis). Kemudian mencari dengan perabaan ada

atau tidaknya massa atau benjolan (tumor). Periksa juga

turgor kulit perut untuk menilai hidrasi pasien. Setelah


89

itu, Palpasi hepar dilakukan dengan telapak tangan dan

jari kanan mulai dimulai dari kuadrant kanan bawah

berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan

cembungan perut. Rasakaan apakah ada pembesaran

hepar atau tidak. Hepar membesar biasanya pada

keadaan:

 Malnutrisi

 Gangguan fungsi hati atau radang hati (hepatitis,thyroid

fever, malaria,dengue, tumor hepar)

 Tanyakan: ada tidak disfagia, nyeri ulu hati, mual

muntah, hematemesia, perubahan nafsu makan,

intoleran makanan, ulkus, nyeri, perubahan kebiasaan

defekasi, konstipasi, melena, polofagia.

 Kaji frekuensi, berat ringannya mual dan muntah setelah

pemberian kemoterapi

 Observasi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

 Kaji diare dan konstipasi

 Kaji anoreksia

 Kaji jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

Ekstremitas atas dan  Inspeksi: bagaimana pergerakan tangan dan kekuatan

bawah otot, deformitas.

 Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa atau benjolan


90

 Motorik: untuk mengamati besar dan bentuk otot,

melakukan pemeriksaan tonus kekuatan otot, dan tes

keseimbangan

 Reflex: memulai refleks fisiologi seperti biseps, dan

triseps

 Sensorik: apakah klien dapat membedakan nyeri

sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan tekanan

 Tanyakan: nyeri persendian, kekuatan, pembengkakan

sendi, spasme, kram, nyeri punggung, dan prostesa yang

digunakan

 Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

g. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

Pengkajian Rematik sesuai data fokus

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan.

Perubahan pada pola istirahat dan jam

kebiasaan tidur pada malam hari, adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi tidur,

misalnya nyeri, ansietas berkeringat malam.

Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan


91

karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah

c. Integritas Ego

Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan,

perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(misalnya meroko, minum alkohol,

Menunda mencari pengobatan, keyakinan

religius atau spiritual).

Masalah tentang perubahan dalam

penampilan misalnya lesi, cacat, perasaan

tidak berdaya, putus asa, tidak bermakna,

depresi

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pada pola defekasi misalnya

darah pada feses, nyeri pada defekasi.

Perubahan eliminasi urinarius misalnya

nyeri atau rasa terbakar pada saat

berkemih,

hematuria sering berkemih.

Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi


92

abdomen

e. Makanan atau Cairan

Gejala : Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah

serat, tinggi lemak, aditif, bahan

pengawet).

Anoreksia, mual atau muntah.

Intoleransi makanan.

Perubahan pada berat badan, penurunan

berat badan hebat

Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor

kulit, edema

f. Neurosensori

Gejala : Pusing

g. Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi

misalnya ketidaknyamanan sampai nyeri

berat

h. Pernafasan

Gejala : Meroko (tembakau, hidup dengan seorang

yang meroko).

i. Keamanan

Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.

Pemajanan matahari lama atau berlebihan.


93

Tanda : Demam

Ruam kulit

j. Seksualitas

Gejala : Masalah seksual misalnya dampak pada

hubungan, perubahan pada tingkat

kepuasan

k. Interaksi sosial

Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem

pendukung

l. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu

atau bibi dengan kanker payudara

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga, dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan

dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan di mana perawat

bertanggung jawab melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga

dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap

perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,

fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual,

resiko, maupun sejahtera (Nadirawati, 2018).


94

Setelah merumuskan diagnosa tahapan berikutnya adalah

menentukan diagnosa yang menjadi prioritas dengan menggunakan

skoring.

Tabel 2.2 Skoring prioritas masalah

No Kriteria Skala Bobot Pembenaran

1 SIFAT MASALAH

Tidak atau kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2 1

Keadaan sejahtera 1

2 KEMUNGKINAN

MASALAH DAPAT

DIUBAH

Mudah 2

Sebagian 1 2

Tidak dapat 0

3 POTENSIAL MASALAH

UNTUK DICEGAH 3

Tinggi 2 1

Cukup 1

Rendah
95

4 MENONJOLNYA

MASALAH 2

Masalah berat, harus segera

ditangani 1 1

Ada masalah, tetapi tidak

perlu ditangani 0

Masalah tidak dirasakan

Sumber:Maglaya, 2010

Kemudian skor yang tertera dijumlahkan, skor dengan nilai tertinggi

merupakan masalah utama yang harus di atasi terlebih dahulu. Adapun

dibawah ini rumus perhitungan skor yang digunakan :

ܿ‫݋‬
‫݋݋‬
ܶ

Menurut NANDA dalam Nurarif (2015) diagnosa yang mungkin muncul

berkaitan dengan masalah rematik adalah :

a. Nyeri akut b.d agen cedera

b. Hambatan mobilitas fisik b.d

deformitas skeletal dan nyeri

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi merupakan langkah ketiga dalam sebuah proses

keperawatan keluarga. Tahap perencanaan merupakan suatu proses

penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk


96

mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien dan

keluarga. Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan

tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran

keluarga untuk dilaksanakan sehingga masalah kesehatan dan

masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan

(Susanto, 2012).
97

4. Intervensi yang terkait dengan rematik menurut (Nadirawati, 2018):

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi


No Rencana int
keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

1. Nyeri akut Setelah Setelah dilakukan Respon - Keluarga dapat 1. Anjurkan

berhubungan dilakukan kunjungan rumah psikomotor menjelaskan tentang untuk

dengan kunjungan rumah dalam 1 x 30 menit, cara merawat Ny. U mengguna

ketidakmampu dalam 6 x 60 keluarga mampu : dengan rematik yaitu teknik no

an keluarga menit, dalam 3 1. Merawat anggota dengan membuat farmakolo

merawat minggu nyeri akut keluarga yang sakit pengobatan dengan ca

anggota dapat teratasi. alternative dengan nafas dala

keluarga yang cara air rebusan jahe distraksi

sakit. - Keluarga dapat 2. Demonstr


98

mendemonstrasikan di depan k

dengan benar : Cara mengenai

membuat rebusan air pembuata

jahe untuk rebusan ja

pengobatan rematik untuk me

nyeri

3. Beri kesem

dan motiv

keluarga u

mecoba

melakuka

demonstr

pembuata

rebusan ja
99

4. Berikan

reinforme

positif ter

perilaku y

benar

2. Memelihara Respon - Keluarga dapat 1. Anjurkan

lingkungan rumah verbal memodifikasi memberi

yang sehat lingkungan yang lingkunga

sehat nyaman u

klien sehi

dapat men

rasa nyeri

2. Anjurkan

untuk
100

memperta

lingkunga

bersih dan

3. Menggunakan Respon - Menggunakan 1. Anjurkan

fasilitas kesehatan verbal fasilitas kesehatan untuk kon

secara ter

fasilitas k

2 Hambatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon - Keluarga dapat 1. Anjurkan

mobilitas fisik kunjungan rumah kunjungan rumah psikomotor menjelaskan tentang untuk mengg

pada keluarga dalam 6 x 60 dalam 1 x 30 menit, cara merawat Ny. U teknik non

Tn. S menit, dalam 3 keluarga mampu : dengan rematik yaitu farmakologi

khususnya Ny. minggu, 1. Merawat anggota dengan membuat cara tarik naf

U b.d Ketidak kerusakan keluarga yang sakit pengobatan dan distraksi

mampuan mobilitas fisik alternative dengan 2. Demonstra


101

keluarga dapat teratasi cara air rebusan jahe depan keluar

merawat - Keluarga dapat mengenai tat

anggota mendemonstrasikan pembuatan a

keluarga yang dengan benar : Cara rebusan jahe

sakit membuat rebusan air mengurangi

jahe untuk 3. Beri kesem

pengobatan rematik dan motivasi

sehingga nyeri keluarga untu

teratasi dan tidak mecoba mela

terjadi hambatan re-demonstra

mobilitas fisik pembuatan a

rebusan jahe

4. Berikan

reinforment p
102

terhadap peri

yang benar

a. Memelihara Verbal - Keluarga dapat 1. Anjurkan

lingkungan memodifikasi memberi ling

rumah yang lingkungan yang yang nyaman

sehat sehat klien untuk

mengurangi

hambatan mo

fisik

2. Anjurkan

untuk

mempertahan

lingkungan y

bersih dan se
103

b. Menggunakan Respon - Menggunakan 1. Anjurkan

fasilitas verbal fasilitas kesehatan kontrol se

kesehatan teratur ke

kesehatan

- - 1.

a. Memelihara Respon - Keluarga dapat 1. Anjurkan

lingkungan verbal memodifikasi memberi ling

rumah yang lingkungan yang yang nyaman

sehat sehat klien untuk

mengurangi

jatuh
104

2. Anjurkan

untuk

mempertahan

lingkungan y

bersih dan se

b. Menggunak Respon - Menggunakan 1. Anjurkan

an fasilitas verbal fasilitas kesehatan kontrol secar

kesehatan ke fasilitas k
105

5. Implementasi

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan. Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan

dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat beserta

keluarga. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan mem

fasilitasi koping (Nursalam (2008) dalam Nadirawati, 2018).

Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah (Friedman (2003) dalam Nadirawati, 2018):

a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan

yang tepat dengan cara:

1) Diakui tentang konsekuensi tidak

melakukan tindakan

2) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan

langkah-langkah serta sumber yang

dibutuhkan

3) Diakui tentang konsekuensi tiap

alternatif tindakan

b. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:

1) Memperluas informasi
106

2) Membantu untuk melihat dampak akibat

situasi yang ada

3) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan

sasaran keluarga

4) Dorongan sikap emosi yang sehat dalam

menghadapi masalah

c. Memberi kepercayaan diri dalam merawat keluarga

yang sakit dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada

di rumah

3) Mengawasi keluarga melakukan

perawatan

d. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis

dengan cara:

1) Meningkatkan hubungan yang terbuka

dan dekat, meningkatkan pola

komunikasi atau interaksi, meningkatkan

peran dan tanggung jawab

2) Memilih intervensi keperawatan yang

tepat
107

3) Memilih metode kontak yang tepat,

kunjungan rumah, konferensi di klinik

atau puskesmas, pendekatan kelompok

e. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara:

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan

keluarga seoptimal mungkin

f. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada dengan cara:

1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang

ada di lingkungan ke luarga

2) Membantu keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan yang ada

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh pelaksanaan dari

implementasi sudah berhasil dicapai. Evaluasi keperawatan juga

merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan yang dilakukan

dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap tindakan yang

dilakukan dengan indikator yang ditetapkan (Nadirawati, 2018).


108

Evaluasi merupakan proses berkesinambunagn yang terjadi setiap

kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan.

Sebelum perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi perawat

bersama keluarga perlu melihat tindakan-tindakan keperawatan

tertentu, apakah tindakan perawatan tersebut benar-benar membantu

(Andarmoyo, 2012).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui:

Perubahan fungsi tubuh (keadaan fisik)

a. Afektif atau psikologis

b. Kognitif (pengetahuan)

c. Psikomotor (perilaku kesehatan)

Untuk menilai keberhasilan tindakan, selanjutnya dilakukan

penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin

saja tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu

dilakukan secara bertahap, demikian halnya dengan penilaian.

Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP

(Subjektif, Objektif, Analisis, Planning).

Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah

keluarga sudah dapat dilepas dari pembinaan atau asuhan pada

tingkat kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak

lanjut.

Anda mungkin juga menyukai