Disusun oleh:
Graciela Aprilia Djohan
406192036
Pembimbing:
dr. Herman Widjaja Hadiprodjo, Sp.Rad
Referat :
FRAKTUR COLLES DAN ASPEK RADIOLOGISNYA
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah hasil dari tekanan pada tulang. Fraktur dapat terjadi
karena berbagai penyebab, jenis yang paling umum adalah fraktur traumatis, fraktur
insufisiensi, dan fraktur stres. Fraktur traumatis merupakan penyebab fraktur yang paling
umum dan hasil tidak disengaja, misalnya jatuh yang hebat, kecelakaan kendaraan bermotor
atau penyebab yang tidak disengaja atau disengaja seperti kekerasan. Fraktur insufisiensi
terjadi ketika kualitas tulang tidak cukup untuk menangani tekanan normal dari tumpuan
berat, misalnya osteoporosis. Fraktur stres (atau kelelahan) dikaitkan dengan tekanan beban-
beban yang berulang pada tulang yang sehat, biasa terjadi pada atlet misalnya penari, pelari
jarak jauh dan personel militer.1,2
Fraktur pada daerah ekstremitas atas merupakan fraktur yang sering terjadi. Radius
dan ulna bagian dari tulang- tulang antebrachii yang sering mengalami trauma. 3 Fraktur
radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Fraktur colles
merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius. Prevalensi
kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang
umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka
kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun. 4
Pemeriksaan penunjang terhadap kecurigaan terhadap fraktur dilakukan dengan foto rongent
dengan sinar X (x-ray). X-ray dapat memberikan gambaran patah tulang halus, termasuk
yang terjadi pada anak-anak, tetapi beberapa patah tulang yang disebabkan tekanan mungkin
tidak segera terlihat pada sinar-X.1 Pemeriksaan radiologi pada os antebrahcii dilakukan tanpa
menggunakan media kontras. Pemeriksaan radiografi yang sering dijumpai meliputi fraktur,
dislokasi, corpus alienum, dan lain-lain. Proyeksi pemeriksaan radiografi antebrachii yang
digunakan adalah proyeksi Anteriorposterior (AP) dan lateral.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis,
garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5 cm proximal garis sendi, bagian distal
beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.7
Fraktur Colles paling sering disebabkan oleh jatuh dengan tangan pronasi dengan
posisi pergelangan tangan dorsofleksi. Tingkat keparahan cedera biasanya ditentukan oleh
posisi pergelangan tangan saat cedera serta jumlah kekuatan trauma. Ketegangan pada volar
pergelangan tangan menyebabkan kekuatan lentur dan tekan. 8 Pada saat terjatuh sebagian
energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian diteruskan
ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara
batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.4
2.5 Epidemiologi
Fraktur radius dapat terjadi pada orang dari segala usia. Fraktur ini paling sering
terjadi pada atlet muda dan orang tua. Orang dengan rentang usia 19 hinggan 49 tahun
merupakan kelompok usia yang jarang sekali mengalami cedera ini.9 Pada individu lanjut
usia, lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Osteoporosis terkait dengan penuaan
meningkatkan risiko patah tulang pada orang tua dan juga meningkatkan risiko pada wanita.10
2.6 Patofisiologi
Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan pada tulang sehat baik secara langsung
maupun tidak langsung mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang
mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan
terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan
disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang
mengelilinginya.11
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa Fraktur distal radius dapat terjadi,
jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsoflexi 40 – 900 dengan beban gaya tarikan
sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria.Pada bagian dorsal radius Frakturnya sering
comunited, dengan periosteum masih utuh, sehingga jarang disertai trauma tendon
extensor.Sebaliknya pada bagian volar umumnya fraktur tidak komunited, disertai oleh
robekan periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon flexor dan jaringan lunak
lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris.Fraktur pada radius distal ini dapat disertai dengan
kerusakan radiocalpar joint dan radio ulna distal berupa luksasi atau subluksasi.Pada
radioulnar distal joint umumnya disertai dengan robekan dari triangular fibrocartilago.13
2.7 Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius
distal.14 Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman.
Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu dengan tanpa fraktur distal ulna dan dengan
fraktur distal ulna. di. Frykman terdiri dari 8 tipe, dimana tipe dengan angka genap
menunjukkan adanya fraktur styloideus ulna. Tipe I ialah fraktur ekstraartikular, tipe III
fraktur radiokarpal, tipe V fraktur radioulnar, dan tipe VII fraktur radiokarpal dan radioulnar.
12
Gambar 5. Klasifikasi Frykman Fraktur Radial Distal
Dari klinis pasien dengan fraktur colles biasanya terlihat dengan deformitas berupa
dinner fork deformity, dengan gambaran seperti garpu makan, dimana distal dari radius
displaced (bergeser) kearah dorsal. Jika berupa garden space merupakan fraktur smith dimana
distal dari radius displaced (bergeser) kearah volar. Pada saat terjadi Fraktur, terjadi
kerusakan cortex, arteri maupun vena, sumsum tulang dan soft tissue. Akibat dari hal
tersebut yaitu terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitar. Pergelangan tangan
biasanya juga bengkak dengan hematoma, nyeri tekan dan terdapat keterbatasan gerak.
Pemeriksaan kulit menyeluruh diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan fraktur terbuka.
Pemeriksaan pada siku ipsilateral dan bahu juga dilakukan untuk cedera terkait. Penilaian
terhadap neurovaskular juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus pada fungsi saraf
median.16
Untuk pemeriksaan radiografi patologis yang sering dijumpai meliputi fraktur, dislokasi,
corpus alienum, dan lain-lain. Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini proyeksi yang
digunakan adalah proyeksi AP dan lateral.
2.10. Tatalaksana
Fraktur yang dipindahkan biasanya dapat minimalisir dengan traksi tangan dan traksi
balik pada siku dengan menerapkan gaya volar / medial ke fragmen fraktur radial distal.
Pronasi juga mungkin diperlukan untuk mengatasi kelainan bentuk supinasi. Setelah itu untuk
semetara, cidera harus diimobilisasi dengan sugar tong splint. Pergelangan tangan akan perlu
dilakukan radiograf ulangi pasca reduksi, dan penilaian status neurovaskular tangan setelah
imobilasasi dengan sugar tong splint diterapkan. Perawatan definitif dilakukan setelah sugar
tong splint dilepas kemudian digunakan gips lengan. Setelah splinting atau casting, pasien
perlu diinstruksikan dengan hati-hati pada gejala "red flag" yang harus diwaspadai, yang
meliputi nyeri yang parah, perubahan warna jari atau kuku, edema, mati rasa / kesemutan
pada jari, atau penurunan rentang jari.
Mayoritas fraktur Colles dapat dikelola dengan casting dan manajemen konservatif.
Fraktur yang tidak stabil dengan perpindahan yang signifikan telah menunjukkan hasil yang
lebih baik dengan manajemen bedah. Fraktur yang tidak terhubung dengan tepat
menggunakan reduksi mungkin membutuhkan pin perkutan untuk mencapai posisi ideal.
Fiksasi eksternal mungkin diperlukan untuk fraktur kominutif yang tidak dapat dipertahankan
pada posisi yang sesuai dengan gips. Fraktur dengan perpindahan signifikan dan dislokasi
palmar pada karpal sangat tidak stabil dan kadang-kadang membutuhkan fiksasi internal
dengan pin dan / atau pelat. Setelah penyembuhan dan pelepasan gips, terapi fisik dapat
membantu meningkatkan rentang gerak dengan penguatan otot dan ligamen tangan dan
pergelangan tangan yang cidera.19
2.11. Komplikasi
Komplikasi fraktur Colles dapat diklasifikasikan sebagai awal dan terlambat dan
dapat berkisar dari efek ringan hingga kecacatan jangka panjang yang signifikan. Komplikasi
dini yang berbahaya termasuk sindrom kompartemen, cedera saraf median, dan cedera
pembuluh darah. Komplikasi yang kurang akut dan jangka panjang termasuk sindrom carpal
tunnel dan osteoarthritis. Malunion dapat terjadi ketika pengurangan sukses tidak berlaku. Ini
dapat menyebabkan cedera tendon dan menyebabkan nyeri pergelangan tangan kronis.20
2.12. Prognosis
Prognosis fraktur Colles tergantung pada tingkat keparahan cedera dan tingkat komplikasi
yang timbul sebagai akibat dari cedera. Komplikasi dapat dihindari melalui pengurangan
yang cepat dan memadai diikuti dengan splinting dan casting dan tindak lanjut dengan ahli
ortopedi. Cedera berat seperti fraktur terbuka atau cedera dengan gangguan neurovaskular
atau bukti sindrom kompartemen memerlukan konsultasi ortopedi yang mendesak. Cedera
parah sering membutuhkan perbaikan bedah. Prognosis juga tergantung pada usia pasien,
karena pasien yang lebih muda memiliki potensi yang sangat baik untuk remodeling tulang,
sementara pasien usia lanjut cenderung memiliki hasil yang positif.21
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur Colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami
osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5 cm proximal garis sendi,
bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus
styloideus ulna.
Pemeriksaan penunjang terhadap kecurigaan terhadap fraktur dilakukan dengan foto
rongent dengan sinar X (x-ray). X-ray dapat memberikan gambaran patah tulang halus,
termasuk yang terjadi pada anak-anak, tetapi beberapa patah tulang yang disebabkan tekanan
mungkin tidak segera terlihat pada sinar-X
Dari klinis pasien dengan fraktur colles biasanya terlihat dengan deformitas berupa
dinner fork deformity, dengan gambaran seperti garpu makan, dimana distal dari radius
displaced (bergeser) kearah dorsal. Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan
hematoma, nyeri tekan dan terdapat keterbatasan gerak. Pemeriksaan kulit menyeluruh
diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan fraktur terbuka. Pemeriksaan pada siku
ipsilateral dan bahu juga dilakukan untuk cedera terkait. Penilaian terhadap neurovaskular
juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus pada fungsi saraf median.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray SR, Reeder MT, Udermann BE, Pettitt RW. High-risk stress fractures:
pathogenesis, evaluation, and treatment. Compr Ther. 2006;32(1):20–25
2. Fredericson M, Jennings F, Beaulieu C, Matheson GO. Stress fractures in athletes.
Top Magn Reson Imaging. 2006 Oct;17(5):309–325.
3. Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions
and Radiologic Prosedures, Tenth Edition, Volume Three. Saint Louis : Mosby: 2003.
4. Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta
5. Apley Graham and Louis Solomon. Buku Ajar Ortopedi dan Fracture Sistem Apley.
Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC;2012.
6. Faiz O, Moffat D. At a Glance Anatomi. Erlangga; 2004.
7. Caldwell RA, Shorten PL, Morrell NT. Common Upper Extremity Fracture Eponyms:
A Look Into What They Really Mean. J Hand Surg Am. 2019 Apr;44(4):331-334.
8. Summers K, Fowles M S, Colle’s Fracture. StatPearls Publishing LLC. 2020.
9. Porrino JA, Maloney E, Scherer K, Mulcahy H, Ha AS, Allan C. Fracture of the distal
radius: epidemiology and premanagement radiographic characterization. AJR Am J
Roentgenol. 2014 Sep;203(3):551-9.
10. MacIntyre NJ, Dewan N. Epidemiology of distal radius fractures and factors
predicting risk and prognosis. J Hand Ther. 2016 Apr-Jun;29(2):136-45
11. Long, B.C. . 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran : Bandung
12. Zenke Y, Furukawa K, Furukawa H, Maekawa K, Tajima T, Yamanaka Y, Hirasawa
H, Menuki K, Sakai A. Radiographic Measurements as a Predictor of Correction Loss
in Conservative Treatment of Colles' Fracture. J. UOEH. 2019;41(2):139-144.
13. Koval J Kenneth. Handbook of Fracture. Second edition. Lippincott Williams and
Wilkins: 2002
14. Stanley hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
15. Miller MD. Review of orthopaedics. 4th ed. Philadelphia : Saunders : 2004
16. Meena S, Sharma P, Sambharia AK, Dawar A. Fractures of distal radius: an
overview. J Family Med Prim Care. 2014 Oct-Dec;3(4):325-32
17. Suhartono BP, Hidayat EPS. Teknik Radiografi Tulang Ektremitas Atas. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2002.
18. Wu Shengnan et al. A Precise Analytical Model of Stator Core Vibration Due to
Magnetostriction for Radial Flux Motors. Transactions of Chine Electrotechnical
Society, 2019.
19. Altizer LL. Colles' fracture. Orthop Nurs. 2008 Mar-Apr;27(2):140-5; quiz 146-7.
20. Murase T, Hiroshima K. Rupture of the flexor tendon after malunited Colles' fracture.
Scand J Plast Reconstr Surg Hand Surg. 2003;37(3):188-91.
21. Barai A, Lambie B, Cosgrave C, Baxter J. Management of distal radius fractures in
the emergency department: A long-term functional outcome measure study with the
Disabilities of Arm, Shoulder and Hand (DASH) scores. Emerg Med Australas. 2018
Aug;30(4):530-537.