(406192008)
Rizka Saffana Alinda Putri (406192017)
STROKE
KELOMPOK2 UNTAR
Stacia Andani (406192034)
Zamzammatun Nafiah (406192035)
Stefanus (406192031) Graciela Aprilia Djohan (406192036)
Jennefer (406192032) Rudi (406192037)
Felyn Gaputri (406192033 Arnolda Lepang Makin (406192038)
FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S TA R U M A N A G A R A
P J J S TA S E B E D A H
DEFINISI STROKE
• Stroke (WHO) → kumpulan gejala (sindrom) klinis
yang terdiri dari deficit neurologis, baik fokal ataupun
global secara mendadak dengan progesivitas cepat yang
berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan sebabkan oleh gangguan
vascular atau perdarahan.
Berdasarkan etiologi stroke dibagi menjadi:
• Stroke hemoragik akibat perdarahan pembuluh otak,
dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan
subarachnoid
• Stroke iskemik akibat gangguan aliran darah karena
hambatan vascular.
DATA WORLD STROKE ORGANIZATION
http://www.worldstrokecampaign.org,
2017
DATA AMERICAN
HEART
80 % STROKE ULANGAN
ASSOCIATION
1 DARI 6 ORANG DI DUNIA SETIAP 2 DETIK
AKAN MENGALAMI STROKE SESEORANG DI DUNIA AKAN AKIBAT SUMBATAN DAPAT
MENGALAMI STROKE DICEGAH
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/General/World-Stroke-Day, 2017
PREVALENSI STROKE DI
INDONESIA BERDASARKAN
KARAKTERISTIKNYA
Prevalensi Stroke di Indonesia
Menurut Kelompok Umur (‰) STROKE : 12,1‰
67.
70.
12 dari 1.000 orang
46.1 52.5
Indonesia
33.
35.
16.7
17.5
2.6 3.9
6.4
Prevalensi Stroke di
25-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 > 75 tahun
0.
Indonesia
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Menurut Jenis Kelamin
(‰)
12.1
12
Sumber Riskesdas 2013
Laki-Laki Perempuan
STROKE ISKEMIK
ETIOLOGI
1. Transient Ischemic Attack (TIA): Gejala neurologi yang timbul akan hilang dalam waktu
kurang dari 24 jam
2. Reversible Ishemic Neurological Deficit (RIND) : Gejala neurologi yang timbul akan
hilang dalam waktu lebih 24 jam, tetapi tidak lebih 1 minggu
3. Stroke in evolution
GAMBARAN KLINIS STROKE ISKEMIK
Perdarahan Subaraknoid
Trauma
DISLIPIDE HIPERURISE
MIA MIA
• GENETIK • PENYAK
IT
JANTUN
G
PATFIS STROKE HEMORAGIK
• Selama perdaraan intraserebral -> akumulasi darah yang cepat dalam parenkim otak -> peningkatan
tekanan lokal.
• Tergantung pada dinamika ekspansi hematoma (pertumbuhan), kerusakan primer terjadi dalam waktu
beberapa menit hingga jam setelah onset pendarahan.
• Kerusakan sekunder sebagian besar disebabkan karena adanya darah dalam parenkim dan juga tergantung
pada volume hematoma, usia dan volume ventricular. Hal ini dapat terjadi melalui jalur sitotoksisitas
darah, hipermetabolisme, eksitotoksisitas, depresi serta stress oksidatif dan peradangan.
• Pada akhirnya pathogenesis ini menyebabkan gangguan irreversible komponen unit neurovascular dan
diikuti oleh gangguan pada blood brain barrier dan edema otak. Sementara mediator inflamasi yang
dihasilkan secara lokal untuk merespon kematian otak atau cedera otak memiliki kapasitas untuk
menambah kerusakan yang disebabkan oleh cedera sekunder, keterlibatan sel-sel inflamasi
(mikroglia/makrofag) sangat penting untuk menghilangkan pecahan sel dari hematoma yang merupakan
sumber peradangan
KLASIFIKASI STROKE
HEMORAGIK
STROKE
HEMORAGI
K
Perdarahan Perdarahan
Intraserebral Subaraknoid
PERDARAHAN INTRASEREBRAL
(ICH)
• Pendarahan subaraknoid
– Tekanan intracranial tinggi yang menyebabkan disfungsi cerebral hipoperfusi
– Gejala sakit kepala lebih dominan dibandingkan dengan deficit neurologis
• Pendarahan intraserebral
– Disebabkan kerusakan atau penekanan pada jaringan otak
– Sakit kepala yang lebih berat dibandingkan stroke iskemik, terdapat perubahan kesadaran
DIAGNOSIS
• Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM)
dan penilaian skor Siriraj.
• Pada ASGM hal yang dinilai adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski.
• Menurut ASGM:
– jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.
– Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke perdarahan.
– Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat
ditegakkan diagnosis stroke iskemik.
– Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan
stroke perdarahan.
– Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun
negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat
ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan USG
• → baku emas untuk stroke hemoragik. • untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra
• Stroke iskemik, gambaran CT scannya kranial, menentukan ada tidaknya stenosis arteri
→gambaran hipodense karotis.
• Stroke perdarahan, gambaran CT-Scannya
Pungsi Lumbal
→gambaran hiperdense
• Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT
MRI scan atau MRI.
• mengidentifikasi malformasi vaskular yang • Pada stroke PIS didapatkan gambaran LCS seperti
mendasari atau lesi yang menyebabkan cucian daging atau berwarna kekuningan.
perdarahan.
• Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik
Angiografi Pemeriksaan lain
• untuk menentukan apakah lokasi pada sistem • untuk menentukan faktor resiko seperti darah rutin,
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada komponen kimia darah (ureum, kreatinin, asam
tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar),
elektrolit darah, Thoraks Foto, EKG,
pada pembuluh darah. Echocardiografi.
Angiografi
TATALAKSANA
5B : Breathing, Brain, Blood, Bowel, dan Bladder
Monitoring:
• Pulse oximetry Fase Pasca Akut :
• Blood pressure
• Pentoksifilin tablet: 2 x 400 mg
• Aspirin dengan dosis 80-325
Stroke Iskemik :
Fase Akut :
mg/hari
• Pentoksifilin infus dalam cairan ringer laktat dosis • Neuroprotektor
8mg/kgbb/hari
• Aspirin 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama
setelah onset
• Neuroprotektor: piracetam, cithicolin, nimodipin.
TATALAKSANA • Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan
lebih dari 20 – 25 % dari tekanan MAP. Bila
tekanan sistolik < 180 mmHg dan diastole <105
Stroke Hemoragik
mmHg, pemberian obat ditangguhkan. Tekanan
Pedoman pada Stroke Perdarahan Intraserebral perfusi dipertahankan >70 mmHg. Pada penderita
(PIS) dengan riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah
• TD Sistolik >220 mmHg dan TD diastolik >120 MAP harus dipertahankan 130 mmHg. Bila sistole
mmHg, tekanan darah harus diturunkan segera turun <90 mmHg, harus diberikan vasopresor untuk
-> mencegah edema vasogenik menaikkan tekanan darah.
• TD Sistolik >230 mmHg atau TD diastolik >140 Operasi pada Aneurisma yang rupture
mmHg, dapat diberikan nikardipin, dan
diltiazem.
• Operasi clipping sangat direkomendasikan untuk
mengurangi perdarahan ulang setelah rupture
• TD Sistolik 180 – 230 mmHg atau TD diastolik
aneurisma pada PSA (Perdarahan Sub Arachnoid).
105 – 140 mmHg atau MAP 130 mmHg :
• Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai
– Labetolol 10 – 20 mg IV selama 1- 2 menit,
ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai resiko yang tinggi untuk perdarahan ulang.
dosis maksimum 300 mg atau dosis awal bolus
diikuti labetolol drip 2 – 8 mg per menit /
Nikardipin/ Diltiazem
TATALAKSANA
• Pasien yang membutuhkan terapi adalah pasien
Pedoman Pada Stroke Perdarahan Subarachnoid
dengan MABP > 120 atau tekanan sistolik >
• Tirah baring total dengan posisi kepala 180 mmHg dan MABP dipertahankan antara
ditinggikan 15-200 paling sedikit 3 minggu 100-120.
• Monitoring tanda-tanda vital • Untuk perdarahan saluran cerna dapat dilakukan
• Phenobarbital 30-60 mg po/IV tiap 6 jam, lavage lambung dengan NaCl, tranfusi,
Untuk pasien yang gelisah pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.