Lecture 10. Legal Aspects in Medical Practice
Lecture 10. Legal Aspects in Medical Practice
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
B. HIGHLIGHT
a. Medical Law
b. Aspects of Administrative Law : berhadapan dengan negara
c. Aspects of Criminal Law/ hokum perdata : membicarakan hubungan orang per orang
(hubungan px ke dr)
d. Aspects of Civil Law
D. HUKUM KESEHATAN
1. Definisi Hukum Kesehatan
Product hukum itu dibuat oleh DPR bersama dengan pemerintah khususnya lembaga
legislative.
Ada 2 mekanismenya
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
Dalam teori irisan himpunan. Hukum kedoteran kedudukannya paling gede dan
berintereraksi dengan peraturan perundang-undangan lain baik itu keperawatan, farmasi,
lingkungan kesehatan, RS. Ini menjelaskan kenapa dr selalu menjadi coordinator di
bidang layanan kesehatan?
Ada yang disebut dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) karena dr
tanggung jawabnya paling besar, dr yang memanajemen layanan, mengkordinir profesi-
profesi lain entah dari farmasi, perawat dsb. Bukan DPJP (dokter Penanggung Jawab
Pasien) yang artinya dr yang ngebayarin pasiennya. Jadi dalam arti luas bisa disamkan,
karena pointnya adalah dalam bidang kedokteran.
###kelihatan ujian
E. HUKUM MEDIS
Adalah Hukum Kesehatan dalam prospek yang lebih sempit.
a. Dalam arti luas : Semua ketentuan di bidang medis terkait layanan medis, baik dari
dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan laboratorium, tenaga kesehatan, tenaga gizi
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
G. HUKUM ADMINISTRASI
Tentang "Izin/ Permission
Perizinan/license untuk praktek memiliki dua arti, yaitu
1. Izin dalam memberi kewenangan dalam pengertian formal (formeele bevoegdheid)
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
2. Izin dalam memberi kewenangan dalam arti materiil (materieele bevoegdheid) *not
material yg bahan bangunan yaw
Izin dalam UU yang berkaitan dengan Praktik Kedokteran adalah, tahap-tahapnya :
1. Lulus uji kompetensi oleh organisasi profesi (dengan sertifikat kompetensi). Saat kita
UKDI, ada yang lisan dan praktik. Kalau lulus tentu akan dapat sertifikat kompetensi.
2. Sertifikat Pendaftaran (STR) oleh Dewan Medis Indonesia (KKI). Kalau udah punya
sertifikat kompetensi akan mendaftar ke KKI. Kalau sudah lengkap akan mendapat
Surat Tanda Registrasi (STR). Dengan adanya STR berarti negara mengakui kalau
kamu punya kompetensi/kemampuan sebagai seorang dr umum/sp.
3. Perizinan praktik (SIP). Lalu STR akan membawa kita dan bisa mengurus SIP (Surat
Izin Praktik). Kab/ kota memberikan kewenangan untuk berpraktik diwilayah tersebut
dalam bentuk SIP. Inilah sebabnya SIP dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kota/kabupaten.
Yg bersifat materiil : berasal dari kata materi, materi berarti isinya ijin dalam bentuk
materill. Kalau formiil itu : berarti formalitas registrasi dan SIP
Persyaratan Praktik Kedokteran
1. Sertifikat kompetensi :
Bukti pengakuan akan kemampuan disiplin ilmu.
“Lulus tes, tunjukkan bahwa kamu punya ilmu, punya kemampuan”
2. Sertifikat pendaftaran :
Bukti validasi kompetensi untuk melakukan praktik kedokteran.
“Memvalidasi bahwa kamu boleh melakukan”
3. Perizinan Praktek:
Bukti kewenangan dokter untuk melakukan praktik kedokteran
“Boleh berpraktek”
Violation of Administrative Law/denda jika praktik ga sesuai aturan
1. Praktik tanpa registration/STR (Fine IDR 100 M)*
2. Praktik tanpa perizinan (Fine IDR 100 M)**
3. RS yang mempekerjakan dr tanpa STR (Fine IDR 300 M)***
H. HUKUM PERDATA
Di Indonesia, pengaturan dr-px relationship belum ada. Walaupun kita punya UU tentang
praktik kedokteran tapi disana belum secara khusus mengatur bagaimana mekanisme dr-
px relationship. Sehingga bila terjadi sengketa kita masih mengacu ke hokum acara
perdata. Jadi mirip dengan orang janjian jual beli, sewa-menyewa dsb.masih bersifat lack
generalis dia yg hub dr-px. Sehingga dengan sedikit dipaksakan hub dr-px dari kaca mata
hokum disebut dengan “kontrak terapiutik” yg artinya kamu membuat suatu kontrak
dengan px meskipun gak tertulis gitu seperti kontrak pada umumnya. Kontrak itu bisa
tersirat (sepakat) maupun tersurat (ada ttd).
Dari kaca mata hokum meskipun gak ada ttd itu udah dianggap sebagai kontrak, kontrak
yg berisi tentang hub dr-px, dmna dr akan memberikan usaha yang maks untuk
kesembuhan dan merawat px secara hati-hati. Dari sana kita tahu nanti kalau terjadi
sesuatu yang gak diharapkan atau KTD (kejadian Tidak Diharapkan) nanti sebagai dr
yang akan dinilai di pengadilan dari segi usaha yang maksimal dan kehati-hatian. Usaha
yang maks diterjemahkan dalam bentuk dr nya sudah bekerja sesuai dengan standar
pelayanan dan standar prosedur. Kalau yang kehati-hatian ada 2 implementasinya bisa ke
perdata dan pidana. Ini pointnya sebagai dr dalam melakukan kontrak harus bekerja
dengan semaksimal mungkin dan dengan hati-hati.
Hubungan hukum antara dokter dan pasien tidak diatur secara khusus dalam Hukum
Acara Perdata
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
Pada dasarnya Hubungan Hukum antara dokter dan pasien merupakan upaya terbaik kita
untuk menyembuhkan pasien yang dilakukan dengan hati-hati dan hati-hati
Therapeutic Contract, terdiri dari
1. Examination : pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik
2. Diagnosis
3. Treatment
Pada malpraktek 3 hal ini akan dinilai. Apakah dr terlambat memeriksa, terlambat
mendiagnosis/tx.
Ada dua jenis kontrak terapeutik:
1. Inspaning Verbintenis
Berdasarkan upaya/usaha maksimal. Tetapi ada juga teman-teman sejawat/spesialis
bedah plastik, ortopedi pake yg resultaat
Ex : artis korea pasti operasi plastik bawa foto yg diinginkan. Kayak inul misalnya
ingin seperti krisdayanti agar hidungnya mirip krisdayanti, atau biar bibirnya seksi.
Drnya bilang kalau hub dr-px itu usaha yg max dy gabisa ngejanjiin hidung px jd
mancung malah pesek. Trs ditanya pxnya mau gak? Pasti px gak mau dya. Cth lain
juga sama di operasi payudara. Jadi kasus ini dia lebih memikirkan usaha yg
maksimal
2. Resultaat Verbintenis
Berdasarkan hasil. Sama kek cth tadi, tap bedanya ini dr mau melakukannya ya
intinya dr op plastik harus menerapkan ini.
Kewajiban hukum dokter hukum perdata akan dibahas dalam perkuliahan malpraktek
medis.
Doctor-Patient Relationship
a. Based on trust/ kepercayaan
Kenapa kepercayaan ? karena msl drnya akan beli hp dengan budget 6jt, layar 5,5,
bersifat anolet?, baterai diatas 33mmampere. Ternyata sales tau aspek yg diinginkan,
drnya gamau merk cina. Dikasi dah dr nya Samsung galaxy A9 pro. Drnya liat
barangnya dan aspeknya bener, lalu drnya ngeluarin uang. Drnya meriksa barang dan
salesnya ngitung uang. Kalo oke dibeli dan dibawa pulang. Kalau dr-px dy mau
berobat yg tau ilmu kedokteran kan dr, px yg merasakan sakitnya. Tetapi px percara
dgn dr kalo dr punya ilmu. Secara pengetahuan dr lebih tinggi artinya mungkin dr
bisa menipu pxnya. Kalo yg hp tadi salesnya bisa nipu drnya ga? Misa minta rom dan
ram 4 gb? Dan memori 32gb? Gak kan, karna drnya bisa ngecek. Kalo px kan gatau
apa jadi dia percaya pada drnya.
b. Explicit : oral / written or Implicit. Kejelasannya bisa tertulis/tersirat
c. There are rights and obligations : menimbulkan hak dan kewajibannya masing-
masing.
d. Background/latar belakang:
e. Ius delicto : legal obligations/kewajiban hokum.
Ex: sebagai dr yg jaga UGD tidak boleh menolak px. Artinya hub dr-px krna
kewajiban hokum. Secara normal kan conditional karna UGD kanisinya
kegawatdaruratan. Walaupun ada sih fast emergency ya intinya kalo dr lagi tugan di
UGD gak boleh nolak
f. Ius contracto : agreement/kesepakatan. Kalau disini semuanya boleh nolak
baik dr maupun px. Karena bersifat elective .
Ex : dr pengganti, ada dr A yg lagi seminar terus digantikan oleh dr pengganti terus
px tau. Haruskah px mau dgn dr pengganti? Tidak, dia bisa kok nolak. Dr gak boleh
nolak karna px kan punya hak juga. Terus drnya boleh gak menolak pxnya? Boleh,
kecuali dalam gawat darurat
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
Gak boleh nolak px hanya krna mukanya nyebelin wkwk, boleh nolak klo dr nya lagi
sakit misalnya, boleh nolak px yg terus membantah gitu
Model Doctor-patient relationship
1. Paternalistic/Priestly Model
Doctor > Patient
2. Partnership Model
Doctor = Patient
3. Engineering Model
Patient > Doctor
I. HUKUM PIDANA
Hokum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang, apabila dilanggar akan
mendapatkan sanksi pidana
Set legislasi dengan isi acara kriminal atau tindakan yang dilarang, jika dilanggar akan
dikenai sanksi pidana
*( Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Terpadu Indonesia)*
Kondisi utama Tindak Pidana Pidana:
1. Mens rhea: adanya niat. Niat buruk (bad intention), kesengsaraan (deliberateness)
2. Actus rheus: adanya tindakan
Tindak pidana (tindakan positif dan tindakan negatif), kecerobohan (carelessness),
kelalaian (negligence) kalo dr melakukan kelalaian bisa dituntut ganti rugi bisa juga
masuk penjara karena melanggar hokum pidana.
1. Kecerobohan (carelessness): Tindakan tanpa informed consent
2. Kelalaian/negligence (Culpa Lata): Kelalaian yang mengakibatkan luka ringan dan
berat (Pasal 360 UU Pidana), kelalaian yang mengakibatkan kematian (Pasal 359 UU
Pidana)
3. Tindakan dalam kedokteran yang bisa dianggap tindakn pidana :
Menipu pasien (Pasal 378 UU Pidana)
Tidak sopan santun (Pasal 290, 294, 285, 286 Hukum Pidana)
Aborsi Ilegal (Pasal 194 UU No. 36/2009)
Menelantarkan Pasien (Pasal 531 Hukum Pidana)
Mengungkapkan Kerahasiaan Medis (Pasal 322 Hukum Pidana)
Euthanasia (Pasal 344 UU Pidana)
J. CONCLUSSION
Hukum Kesehatan berfungsi untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi
penyedia layanan kesehatan dan penerima
Ada Aspek Hukum dalam Hubungan Dokter-Pasien
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)