Anda di halaman 1dari 8

SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)

(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

LECTURE 10. LEGAL ASPECTS IN MEDICAL PRACTICE


A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Untuk memahami
1. Legal aspects in medical practice 
2. Aspects of Administrative Law
3. Aspects of Criminal Law 
4. Aspects of Civil Law

B. HIGHLIGHT
a. Medical Law
b. Aspects of Administrative Law : berhadapan dengan negara
c. Aspects of Criminal Law/ hokum perdata : membicarakan hubungan orang per orang
(hubungan px ke dr)
d. Aspects of Civil Law 

C. MENGAPA KITA PERLU MEMPELAJARI ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK


MEDIS?
 Berikan pandangan/wawasan tentang ketentuan hukum yang berkaitan dengan praktik
kedokteran, sehingga akan memberikan kepercayaan diri dalam melakukan profesi
kedokteran dengan kualitas dan selalu berada di pihak yang "aman", dalam artian aman
ini adalah tidak melanggar peraturan etika dan hukum.
 Kenapa seperti itu? Karena dimasa seperti ini, menjadi dr tidak cukup Cuma punya ilmu
kedokteran saja, tidak cukup hanya punya keterampilan di bidang kedokteran saja, tapi
juga harus paham  dan mengerti tentang hukum-hukum yang mengatur di bidang
kedokteran.
 Contohnya Inform consent, itu ada peraturannya tidak boleh sembarang. Seperti kapan
kita meminta, siapa yang boleh diminta itu ada peraturannya dalam menteri kesehatan
 Contoh lain adalah Rekam Medis, diatur di UU Praktik Kedokteran dan Peraturan
Menteri Kesehatan. Missal kalau RM yang kita buat itu tidak boleh dikasi ke px (emang
ada aturannya dalam menteri kesehatan dikatakan bahwa : berkas RM milik RS/sarana
pelayanan kesehatan, tetapi isinya milik px). Terus bagaimana kalau ada px yg meminta
isinya itu? Yg merupakan rahasia kedokteran. Walaupun di fotocopy, di foto pake
kamera, disalin di kertas itu tetap tidak diperbolehkan mesikpun tu isinya punya saya
sebagai px, dan meskipun dr nya mengisi setelah memeriksa px sbgai px. Segala hal yang
ditemukan dalam diri px, tes laboratorium px, rontgen px, dsb dari px semua dituangkan
dalam bentuk rekam medis. Kan semua isinya punya px kenapa gak dikasi minta?
Coming soon ya nanti saat kuliah pembahasan rekam medis, kalo sekarang dikasi tau
enggak seru katanya nanti hehe
 Lagi masalah Inform Consent, anak umur dibawah 19 tahun untuk melakukan suatu
tindakan siapa yang ngasik inform consent? Anaknya / ortunya? Anak itu dibawah 18
tahun. Lalu yg 19 tahun? Kita yang mahasiswa aja gak bisa jawab, gimana yg belum
kuliah?  Kalo umur 20 th siapa yang inform consent? Sendiri kan, karena sudah bukan
anak-anak. Tapi dewasa itu diatas 21 tahun/ sudah pernah menikah lhoo -_- jadi gimana
bingung kan. Tanya kone dosennya haha

D. HUKUM KESEHATAN
1. Definisi Hukum Kesehatan
 Product hukum itu dibuat oleh DPR bersama dengan pemerintah khususnya lembaga
legislative. 
Ada 2 mekanismenya 
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

1. Pemerintah ngusul ke dpr


2. Atau pemerintah yg buat langsung? Gak jelas rekamannya -_-
Tujuannya apa?
Produk hokum ada 2 yaitu :
a. Lack spesialis : peraturan perundang-undangan dibuat khusus untuk mengatur
hal-hal tertentu/ profesi tertentu. Ex : UU kesehatan tentu dibuat untuk bidang
layanan kesehatan, UU praktik Kedokteran khusus untuk mengatur dr, ada UU
tentang Keperawatan : untuk mengatur perawat dsb. Tiap RS punya ini, gak
mungkin RS buat UU gimana caranya buat mall di perempatan sana hehe, tapi
kalau untuk mendirikan RS beserta persyaratannya diatur disini. 
b. Lack Generalis : UU yang bersifat umum/general artinya bisa diterapkan untuk
semua orang yang tinggal di Indonesia, gak harus WNI kok WNA juga bisa
asalkan dia tinggalnya di Indo. 

- Ex :kejadian pembunuhan polisi di Kuta oleh warga negara Inggris dan


Australia, dia bukan WNI tapi pake hokum pidana KUHP Indo.
- Ada px dari Belanda berobat di Indonesia, merasa ada malpraktek dan px
minta diganti rugi, ini juga pake hokum perdata Indonesia. 
- Kalau ada orang asing merasa ditipu oleh orang Indo itu juga pake UU Indo. 
- Intinya dia bersifat umum, berlaku untuk semua orang yang ada di Indonesia.
Tetapi ada beberapa pasal di UU yang bersifat umum bisa juga diterapkan di
bidang kesehatan. Contohnya : Pasal 322 KUHP mengatur tentang
pembukaan rahasia kedokteran, jadi kalo ada dr/perawat/bidan/koas atau sypa
je yang membuka rahasia kedokteran tanpa hak kemudian px nya gak terima
dia kan melapor ke polisi, yg membuka rahasia tadi akan dikenakan penjara 9
bulan. Jadi pasal ini bersifat general, namun bisa dibawa ke bidang
kedokteeran kalau ada dr yang membuka kerahasiaan medis. Apakah yg
punya kewajiban menjaga kerahasian px tadi hanya dr saja? Tidak kan? Ada
contoh profesi lain seperti pengacara, KUHP tadi tidak hanya di bidang d raja
pengacara juga bisa nah ini yang disebut berlaku untuk umum. 
- Hukum Kesehatan mencakup semua hukum yang menentukan/ mengatur
yang berhubungan langsung dengan perawatan / perawatan kesehatan dan
aplikasinya 
*Articles of the Law Society of Indonesia Health (PERHUKI)
**in the field of Civil Law, Administrative Law and Criminal Law in relation
to(Leenen)

- Langsung/Directly (dibuat khusus untuk mengatur kesehatan)


- Hukum yang berkaitan langsung dengan Kesehatan. Contoh:
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 berkaitan dengan Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Dll 

- Tidak langsung/Indirect (bersifat umum). Terkait bidang Hukum Spesialisasi.


- Contoh: Hukum Perdata, Pidana atau Administratif yang dapat diterapkan
dalam kaitannya dengan Pelayanan Kesehatan. 

2. Tujuan Hukum Kesehatan


SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

a. Legal Protection/perlindungan hokum


 Memberikan perlindungan hokum baik kepada dr maupun px, artinya dr maupun px
gak bisa bertindak semena-mena, tidak bisa melakukan tindakan yang tidak perlu
secara hokum dan px juga gak bisa menuntut dr tanpa alasan yang jelas (by pande
yoga kamayana)
 Perlindungan hokum boleh untuk dr maupun px. Jadi semuanya dilindungi. Px juga
perlu perlindungan dari tindakan dr yang semena-mena. Dr yg tidak sesuai standar, dr
gak sesuai prosedur. 
 Pada pasal 50 UU Kedokteran menyebutkan dr akan mendapat perlindungan hokum
apabila bekerja sesuai standar profesi, standar layanan, dan standar prosedur
operasional. Artinya kalau terjadi kejadian yang tidak diharapkan, dan dr nya sudah
bekerja sesai dengan standar tadi (berupa panduan praktek klinik, SPO/Standar
Prosedur Operational. Maka itu dr nya gak bisa dihukum ganti rugi kenapa? Karena
hal ini murni merupakan kejadian resiko medis. Demikian juga dengan px yg ada
dibawah perlindungan hokum akan merasa aman karena ada pasal yang mengatakan
tp drny lupa yg jelas bunyinya : dr wajib memberikan pelayanan kepada px sesuai
dengan standar, artinya disini px dilindungi dan px akan merasa nyaman aman, gak
takut lagi krna drnya udah punya kewajiban bekerja dengan baik. Sehingga kalo gak
bekerja dengan baiksesuai standar, px bisa melaporkan dr ke polisi/ nuntut ganti rugi.

b. Legal Certainly/kepastian hokum


 Ada tata cara, prosedur, tidak semena mena, ada mekanismenya, gak boleh main
hakim sendiri, gak boleh dr dijelek-jelekkna di media massa kan belum tentu salah,
jangan menjudge di medsos, paling penting adalah dr gak boleh disekusi, tidak boleh
diintimidasi. Karena sekarang udah ada UU yang ngatur itu
###Keluar saat ujuan

c. Scope of Health Law /ruang lingkup hokum kesehatan :


a. Medical Law
b. Nursing Law
c. Clinical Pharmacy Law
d. Hospital Law
e. Public Health Law
f. Environment Health Law
g. Etc

 Dalam teori irisan himpunan. Hukum kedoteran kedudukannya paling gede dan
berintereraksi dengan peraturan perundang-undangan lain baik itu keperawatan, farmasi,
lingkungan kesehatan, RS. Ini menjelaskan kenapa dr selalu menjadi coordinator di
bidang layanan kesehatan? 
 Ada yang disebut dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) karena dr
tanggung jawabnya paling besar, dr yang memanajemen layanan, mengkordinir profesi-
profesi lain entah dari farmasi, perawat dsb. Bukan DPJP (dokter Penanggung Jawab
Pasien) yang artinya dr yang ngebayarin pasiennya. Jadi dalam arti luas bisa disamkan,
karena pointnya adalah dalam bidang kedokteran.
###kelihatan ujian

E. HUKUM MEDIS
 Adalah Hukum Kesehatan dalam prospek yang lebih sempit. 
a. Dalam arti luas : Semua ketentuan di bidang medis terkait layanan medis, baik dari
dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan laboratorium, tenaga kesehatan, tenaga gizi
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

dsb pokoknya siapapun yang memberikan layanan kesehatan sesuai profesinya


masing-masing. 
b. Dalam arti sederhana : Bagian dari undang-undang medis yang mencakup ketentuan
hukum hanya mencakup bidang profesi. Berarti hanya ngomongin dr. aja. 
###kelihatan ujian
c. Scope of Medical Law :
a. Medical Malpractice
b. Doctor-Patient Relationship
c. Medical Record and Medical Confidentiality
d. Informed Consent
e. Euthanasia
f. Etc

F. ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK MEDIS


 Definisi Hukum menurut drnya yang sudah disederhanakan pengertiannya yaitu :
peraturan yang dibuat untuk mengatur dan menyelesaikan jika ada permasalahan. Missal
bicara tentang dr-px relationship itu ada pengaturannya. Demikian juga kalau ada
malpraktek. Kenaa begitu? Karena dr-px relationship itu bagaikan 2 manusia beda
kelamin bertemu dan menikah itu kan endingnya gak selalu happy bisa aja ada
permasalahan dan berakhir sad ending. Begitulah dr-px relationship yang mungkin akan
berakhir dengan sad gak selalu every body happy alayy -_- maybe px kecewa, keluarga
nuntut dll, gimana menyelesaikannya? Maka dibuatlah peraturan dalam hokum gitu. 
 Hukum dalam bentuk praktis 'peraturan' adalah mengatur atau mengatasi masalah yang
terjadi.
 Praktik Medis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Dokter dan Dokter Gigi
terhadap pasien dalam menerapkan tindakan/upaya kesehatan. 
*(Article 1 paragraph 1 of Law no. 29 Year  2004 related to  Medical Practice)* 
 Penerapan hokum dalam praktik kedoteran meliputi :
 Administrative Law / hukum formalitas/hokum formiil/klegalitas/keabsahan 
 Criminal Law / hokum pidana : ada hokum dalam bidang kedokteran yang dianggap
melakukan tindak pidana. Ex : aborsi tanpa indikasi, meraba-raba payudara px,
membohongi px, menelantarkan px
 Civil Law  / hokum perdata : hokum yang mengatur orang dengan orang.
Jadi bersepakat membuat suatu perjanjian/sewa menyewa gitu. Ex : ngekos gitu, ka nada
perjanjian misalnya kamarnya kosongan atau ada isinya terus kita berkewajiban
membayar itu tiap bulan atau gmna kesepakatannya. Termasuk juga nanti kalo sudah jadi
dr kita melakukan pemeriksaan fisik, diagnosis, mengobati atau mengoperasi yang
merupakan perbuat-perbuatan hokum dibidang dr-px
Karena ada penerapan hokum-hukum dalam praktik kedokteran maka dari itu sebagai dr
punya tanggung jawab menurut hokum administrasi, krimindal dan perdata.
 Giving to legal liability of :
- Administrative Law 
- Criminal Law 
- Civil Law 

G. HUKUM ADMINISTRASI
 Tentang "Izin/ Permission
 Perizinan/license untuk praktek memiliki dua arti, yaitu
1. Izin dalam memberi kewenangan dalam pengertian formal (formeele bevoegdheid)
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

2. Izin dalam memberi kewenangan dalam arti materiil (materieele bevoegdheid) *not
material yg bahan bangunan yaw
 Izin dalam UU yang berkaitan dengan Praktik Kedokteran adalah, tahap-tahapnya :
1. Lulus uji kompetensi oleh organisasi profesi (dengan sertifikat kompetensi). Saat kita
UKDI, ada yang lisan dan praktik. Kalau lulus tentu akan dapat sertifikat kompetensi.
2. Sertifikat Pendaftaran (STR) oleh Dewan Medis Indonesia (KKI). Kalau udah punya
sertifikat kompetensi akan mendaftar ke KKI. Kalau sudah lengkap akan mendapat
Surat Tanda Registrasi (STR). Dengan adanya STR berarti negara mengakui kalau
kamu punya kompetensi/kemampuan sebagai seorang dr umum/sp. 
3. Perizinan praktik (SIP). Lalu STR akan membawa kita dan bisa mengurus SIP (Surat
Izin Praktik). Kab/ kota memberikan kewenangan untuk berpraktik diwilayah tersebut
dalam bentuk SIP. Inilah sebabnya SIP dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kota/kabupaten. 
 Yg bersifat materiil : berasal dari kata materi, materi berarti isinya  ijin dalam bentuk
materill. Kalau formiil itu : berarti formalitas  registrasi dan SIP
 Persyaratan Praktik Kedokteran
1. Sertifikat kompetensi :
Bukti pengakuan akan kemampuan disiplin ilmu.
“Lulus tes, tunjukkan bahwa kamu punya ilmu, punya kemampuan”
2. Sertifikat pendaftaran :
Bukti validasi kompetensi untuk melakukan praktik kedokteran.
“Memvalidasi bahwa kamu boleh melakukan”
3. Perizinan Praktek:
Bukti kewenangan dokter untuk melakukan praktik kedokteran 
“Boleh berpraktek”
 Violation of Administrative Law/denda jika praktik ga sesuai aturan
1. Praktik tanpa registration/STR (Fine IDR 100 M)*
2. Praktik tanpa perizinan (Fine IDR 100 M)**
3. RS yang mempekerjakan dr tanpa STR (Fine IDR 300 M)***

H. HUKUM PERDATA
 Di Indonesia, pengaturan dr-px relationship belum ada. Walaupun kita punya UU tentang
praktik kedokteran tapi disana belum secara khusus mengatur bagaimana mekanisme dr-
px relationship. Sehingga bila terjadi sengketa kita masih mengacu ke hokum acara
perdata. Jadi mirip dengan orang janjian jual beli, sewa-menyewa dsb.masih bersifat lack
generalis dia yg hub dr-px. Sehingga dengan sedikit dipaksakan hub dr-px dari kaca mata
hokum disebut dengan “kontrak terapiutik” yg artinya kamu membuat suatu kontrak
dengan px meskipun gak tertulis gitu seperti kontrak pada umumnya. Kontrak itu bisa
tersirat (sepakat) maupun tersurat (ada ttd). 
 Dari kaca mata hokum meskipun gak ada ttd itu udah dianggap sebagai kontrak, kontrak
yg berisi tentang hub dr-px, dmna dr akan memberikan usaha yang maks untuk
kesembuhan dan merawat px secara hati-hati. Dari sana kita tahu nanti kalau terjadi
sesuatu yang gak diharapkan atau KTD (kejadian Tidak Diharapkan) nanti sebagai dr
yang akan dinilai di pengadilan dari segi usaha yang maksimal dan kehati-hatian. Usaha
yang maks diterjemahkan dalam bentuk dr nya sudah bekerja sesuai dengan standar
pelayanan dan standar prosedur. Kalau yang kehati-hatian ada 2 implementasinya bisa ke
perdata dan pidana.  Ini pointnya sebagai dr dalam melakukan kontrak harus bekerja
dengan semaksimal mungkin dan dengan hati-hati.
 Hubungan hukum antara dokter dan pasien tidak diatur secara khusus dalam Hukum
Acara Perdata
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

 Pada dasarnya Hubungan Hukum antara dokter dan pasien merupakan upaya terbaik kita
untuk menyembuhkan pasien yang dilakukan dengan hati-hati dan hati-hati 
 Therapeutic Contract, terdiri dari
1. Examination : pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik
2. Diagnosis
3. Treatment
Pada malpraktek 3 hal ini akan dinilai. Apakah dr terlambat memeriksa, terlambat
mendiagnosis/tx. 
 Ada dua jenis kontrak terapeutik:
1. Inspaning Verbintenis 
Berdasarkan upaya/usaha maksimal. Tetapi ada juga teman-teman sejawat/spesialis
bedah plastik, ortopedi pake yg resultaat
Ex : artis korea pasti operasi plastik bawa foto yg diinginkan. Kayak inul misalnya
ingin seperti krisdayanti agar hidungnya mirip krisdayanti, atau biar bibirnya seksi.
Drnya bilang kalau hub dr-px itu usaha yg max dy gabisa ngejanjiin hidung px jd
mancung malah pesek. Trs ditanya pxnya mau gak? Pasti px gak mau dya. Cth lain
juga sama di operasi payudara. Jadi kasus ini dia lebih memikirkan usaha yg
maksimal
2. Resultaat Verbintenis 
Berdasarkan hasil. Sama kek cth tadi, tap bedanya ini dr mau melakukannya ya
intinya dr op plastik harus menerapkan ini.
 Kewajiban hukum dokter hukum perdata akan dibahas dalam perkuliahan malpraktek
medis.
 Doctor-Patient Relationship
a. Based on trust/ kepercayaan
Kenapa kepercayaan ? karena msl drnya akan beli hp dengan budget 6jt, layar 5,5,
bersifat anolet?, baterai diatas 33mmampere. Ternyata sales tau aspek yg diinginkan,
drnya gamau merk cina. Dikasi dah dr nya Samsung galaxy A9 pro. Drnya liat
barangnya dan aspeknya bener, lalu drnya ngeluarin uang. Drnya meriksa barang dan
salesnya ngitung uang. Kalo oke dibeli dan dibawa pulang. Kalau dr-px dy mau
berobat yg tau ilmu kedokteran kan dr, px yg merasakan sakitnya. Tetapi px percara
dgn dr kalo dr punya ilmu. Secara pengetahuan dr lebih tinggi artinya mungkin dr
bisa menipu pxnya. Kalo yg hp tadi salesnya bisa nipu drnya ga? Misa minta rom dan
ram 4 gb? Dan memori 32gb? Gak kan, karna drnya bisa ngecek. Kalo px kan gatau
apa jadi dia percaya pada drnya. 
b. Explicit : oral / written or Implicit. Kejelasannya bisa tertulis/tersirat
c. There are rights and obligations : menimbulkan hak dan kewajibannya masing-
masing. 
d. Background/latar belakang:
e. Ius delicto    : legal obligations/kewajiban hokum. 
Ex: sebagai dr yg jaga UGD tidak boleh menolak px. Artinya hub dr-px krna
kewajiban hokum. Secara normal kan conditional karna UGD kanisinya
kegawatdaruratan. Walaupun ada sih fast emergency ya intinya kalo dr lagi tugan di
UGD gak boleh nolak
f. Ius contracto    : agreement/kesepakatan. Kalau disini semuanya boleh nolak
baik dr maupun px. Karena bersifat elective . 
Ex : dr pengganti, ada dr A yg lagi seminar terus digantikan oleh dr pengganti terus
px tau. Haruskah px mau dgn dr pengganti? Tidak, dia bisa kok nolak. Dr gak boleh
nolak karna px kan punya hak juga. Terus drnya boleh gak menolak pxnya? Boleh,
kecuali dalam gawat darurat
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Gak boleh nolak px hanya krna mukanya nyebelin wkwk, boleh nolak klo dr nya lagi
sakit misalnya, boleh nolak px yg terus membantah gitu
 Model Doctor-patient relationship
1. Paternalistic/Priestly Model
Doctor > Patient
2. Partnership Model
Doctor = Patient
3. Engineering Model
Patient > Doctor

I. HUKUM PIDANA
 Hokum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang, apabila dilanggar akan
mendapatkan sanksi pidana
 Set legislasi dengan isi acara kriminal atau tindakan yang dilarang, jika dilanggar akan
dikenai sanksi pidana
*( Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Terpadu Indonesia)* 
 Kondisi utama Tindak Pidana Pidana:
1. Mens rhea: adanya niat. Niat buruk (bad intention), kesengsaraan (deliberateness)
2. Actus rheus:  adanya tindakan
 Tindak pidana (tindakan positif dan tindakan negatif), kecerobohan (carelessness),
kelalaian (negligence) kalo dr melakukan kelalaian bisa dituntut ganti rugi bisa juga
masuk penjara karena melanggar hokum pidana. 
1. Kecerobohan (carelessness): Tindakan tanpa informed consent
2. Kelalaian/negligence (Culpa Lata): Kelalaian yang mengakibatkan luka ringan dan
berat (Pasal 360 UU Pidana), kelalaian yang mengakibatkan kematian (Pasal 359 UU
Pidana) 
3. Tindakan dalam kedokteran yang bisa dianggap tindakn pidana : 
 Menipu pasien (Pasal 378 UU Pidana)
 Tidak sopan santun (Pasal 290, 294, 285, 286 Hukum Pidana)
 Aborsi Ilegal (Pasal 194 UU No. 36/2009)
 Menelantarkan Pasien (Pasal 531 Hukum Pidana)
 Mengungkapkan Kerahasiaan Medis (Pasal 322 Hukum Pidana)
 Euthanasia (Pasal 344 UU Pidana) 

4. Consequences of Unlawful Medical Practice/ bagaimana konsekuensinya jika


melakukan itu?
Menurut prosedur dalam Hukum Acara Pidana.
Melalui proses peradilan pidana:
a. Investigasi
b. Penuntutan
c. Sidang pengadilan
d. Eksekusi
e. Sanksi: denda dan atau hukuman pidana (penjara)
f. Tanggung jawab: individu, tidak bisa diwakili

J. CONCLUSSION
 Hukum Kesehatan berfungsi untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi
penyedia layanan kesehatan dan penerima
 Ada Aspek Hukum dalam Hubungan Dokter-Pasien
SGD KUA 3 (PSPD’16 SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Anda mungkin juga menyukai