SGD KU A-01
Disusun oleh:
Lecturer:
Agung Nova Mahendra, dr., M.Sc. (087861030195)
Scenario
Mr. Cristopher Ardio (nickname: Mr. Cardio), an executive at the local city hall,
has been admitted to the coronary care unit of the hospital after an apparent
myocardial infarction (MI) on the tennis course. On physical examination, his
blood pressure is 130/70 mm Hg; there is no evidence of congestive heart failure.
His pain, which was severe when he was admitted, has subsided since morphine
was administered 50 minutes ago. Mr. Cardios' ECG, however, shows episodes of
sustained VT. The severity and frequency of these arrhythmias warrant immediate
therapy.
Cristopher Ardio (nama panggilan: Mr. Cardio), seorang eksekutif di balai kota
setempat, telah dirawat di unit perawatan koroner rumah sakit setelah infark
miokard (MI) di lapangan tenis. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darahnya
130/70 mm Hg; tidak ada bukti gagal jantung kongestif. Rasa sakitnya, yang
parah ketika ia dirawat, telah mereda sejak morfin diberikan 50 menit yang
lalu. EKG Pak Cardios menunjukkan episode VT berkelanjutan. Tingkat
keparahan dan frekuensi aritmia ini memerlukan terapi segera.
4. What side effects should you watch for during administration of these
drugs?
- Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan procainamide
adalah hipotensi terutama apabila pemberiannya parenteral selain itu
juga ada lupus like syndrome
5. Please explain (you can do a roleplay) about the medication(s) to the
patient! Make sure that essential informations regarding the therapy
are not missed during the communication (“KIE”)!
Jadi obatnya ini akan di berikan melalui infus. Namun apabila timbul
tanda tanda reaksi alergi nanti bisa di beritahukan ke dokter. serta apabila
nanti Bapak merasa pusing (tanda hipotensi) juga bisa segera mengatakan
kepada dokter. Nanti untuk ke depannya boleh berolahraga, tetapi
usahakan olahraga yang ringan.
Tn. Cardio sekarang telah menghabiskan 2 minggu di rumah sakit dan telah
mencapai tingkat pemulihan maksimum. Sayangnya, EKG-nya terus
menunjukkan ekstrasistol ventrikel yang sering terjadi setiap kali pengobatan
dihentikan. Ini menempatkannya dalam kelompok pasien pasca-MI yang
"berisiko" meninggal mendadak karena fibrilasi ventrikel.
6. Should continued antiarrhythmic drug therapy be recommended
following his release from the hospital? If so, which agents should be
considered?
- Jadi, pengobatan sebelumnya tidak perlu dilanjutkan. Obat yang
dipertimbangkan untuk diberikan yaitu obat antiaritmik kelas 1B
(Lidocaine IV/IM, Mexiletine, Tocainide PO). Adapun kerja obat
golongan 1B yaitu dengan menghambat sodium current dan membuka
potassium channel sehingga APD lebih pendek dan prolong ERP
(Effective Refractory Period) sehingga baik digunakan untuk aritmia
tipe takikardia. Golongan obat 1B terutama bekerja pada berkas
Purkinjee dan ventrikel serta terdapat efek ke atrium namun minimal.
Golongan obat 1B juga baik diberikan pada pasien dengan post AMI
dan kurang aritmogenik dibandingkan dengan obat kelas 1A.