Anda di halaman 1dari 4

JawaPos.

com – Kondisi pasar kosmetik yang sedang menurun tahun ini membuat
produsen berstrategi untuk mempertahankan performa. PT Vitapharm, misalnya,
terus agresif memasarkan produknya agar bisa bersaing dengan brand lain, baik
impor maupun dalam negeri.

Selain inovasi produk, terus hadir dalam kegiatan yang menampilkan kecantikan
menjadi upaya yang terus dilakukan produsen Viva tersebut.

Direktur Distribusi Vitapharm Indonesia Timur Yusuf Wiharta menyatakan, kondisi


pasar kosmetik tahun ini menurun akibat ekonomi dalam negeri yang melemah.
Meski begitu, pihaknya mengklaim masih mencatatkan pertumbuhan walaupun tidak
setinggi tahun-tahun sebelumnya. ”Yang terpenting, kami harus terus tumbuh, tidak
menurun drastis,” tegasnya.

Pertumbuhan bisnis perusahaan setiap tahunnya berada di kisaran angka 15


persen. Namun, sampai saat ini, pertumbuhannya masih single digit. Hingga akhir
tahun, pertumbuhan tersebut ditargetkan bisa mencapai maksimal 10 persen.

Yusuf menyebutkan, pihaknya telah memiliki strategi lain untuk dapat


mempertahankan pangsa pasar di tanah air. Yaitu, menjaga kualitas produk dan
memperluas wilayah penjualan sehingga produk Viva mudah didapat. Serta menjaga
harga agar tetap terjangkau masyarakat.

Pasar baru yang dibidik Viva adalah Papua. Di provinsi paling timur Indonesia itu,
pihaknya menangkap peluang yang positif. ”Papua menjadi pasar yang cukup
potensial. Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang digenjot, pendistribusian
produk kami ke sana menjadi lebih mudah, murah, dan bisa dijangkau masyarakat
sana,” terang Yusuf.

Saat ini pihaknya mengklaim produk Viva menguasai 50 persen pasar kosmetik di
tanah air atau market leader dengan konsentrasi masih di Pulau Jawa. Untuk pasar
ekspor, dia melanjutkan, hanya sedikit porsi produk yang dikirim ke luar negeri.
Sebab, Viva merupakan produk kosmetik yang dikhususkan negara tropis. Dengan
demikian, negara dengan empat musim kurang cocok menggunakan Viva.

Sampai saat ini, Viva memiliki sekitar 500 varian produk kosmetik. Setiap tahun
perusahaan mengeluarkan 5 hingga 10 produk baru. Rangkaian produk yang
dimiliki, antara lain, Viva White dan Viva Queen.
Untuk kalangan remaja, Viva mengeluarkan brand tersendiri, yaitu RedA. Untuk
kontribusi terbesar berasal dari jenis produk bedak sak dengan produksi mencapai 8
ton per hari.

Kadiv Pemasaran Vitapharm Danny Wibisono mengungkapkan, kunci


mempertahankan perusahaan hingga berhasil mencapai usia 55 tahun terletak pada
konsistensi menjaga kualitas produk. ”Hal itu ditunjukkan melalui operasional pabrik
yang bersih, higienis, serta rapi,” tandasnya.

Persaingan bisnis industri kosmetik di Indonesia yang sangat ketat tidak


membuat produsen kosmetik Viva, PT Vitapharm pesimis, bahkan
sebaliknya. Dengan kualitas produk dan pengalamannya sebagai produsen
kosmetik lebih dari 50 tahun,  menyambut tahun 2018, PT Vitapharm
memasang target pertumbuhan bisnis konservatif.

Seperti dikatakan Direktur Distribusi Indonesia Timur Vitapharm Yusuf


Wiharto menuturkan, Itu tidak lepas dari melemahnya kondisi ekonomi
global saat ini. Apalagi, industri kosmetik merupakan kebutuhan sekunder
namun tetap dibutuhkan khususnya wanita tetap perlu kosmetik.
“Dengan 500 item produk yang dimiliki perusahaan, kami tetap optimistis
bertumbuh dan menguasai pasar kosmetik di Indonesia.  Banyak produk
kami yang tetap bertahan dan masih diminati, salah satunya Viva bedak
tabor,” jelas Yusuf Wiharto kepada media dalam visit factory di pabrik Viva
kemarin.

Direktur Distribusi Indonesia Timur Vitapharm Yusuf Wiharto menuturkan,


biasanya setiap tahun pertumbuhan bisnis perusahaan berkisar di angka
15%. Namun, karena kondisi saat ini targetnya diubah menjadi satu digit.
Maksimal 10%.

“Yang terpenting kita harus terus tumbuh apapun kondisinya . Jangan


pernah stuck, atau malah menurun, kuncinya dengan inovasi produk dan
penetrasi pasar. Saat ini scara keseluruhan industry kosmetik dalam negeri
turun, ” jelasnya.

Menurutnya, perusahaan tidak hanya menghadapi tantangan perlambatan


ekonomi global maupun nasional, namun juga harus bertahan dalam
menghadapi gempuran produk kosmetik dari luar negeri.

“Pihaknya memiliki strategi untuk dapat mempertahankan pangsa pasar di


Tanah Air, yakni dengan menjaga kualitas produk dab memperluas wilayah
penjualan sehingga produk Viva mudah didapat, serta menjaga harga supaya
tetap terjangkau oleh masyarakat,” ujarnya.

Hal itu seperti yang dilakukan Yusuf pekan lalu saat mengunjungi Papua. Di
provinsi paling timur Indonesia itu Yusuf menangkap peluang. Apalagi,
kondisi infrastruktur di sana sudah jauh membaik.

“Kami juga banyak ikut kegiatan, baik dari pemerintah, lembaga khusus
kecantikan, maupun exhibiton supaya penata rias papan atas memakai
produk Viva,” ujarnya.

Sementara itu, Danny Wibisono Kadiv Pemasaran PT. Vitapharm


menambahkan untuk pasar kosmetik dalam negeri  Viva menguasai 50%
pasar kosmetik di Tanah Air dengan konsentrasi di Pulau Jawa. Untuk pasar
ekspor, dia mengatakan hanya sedikit porsi produk yang dikirim keluar
negeri.

“Hal ini dikarenakan Viva merupakan produk kosmetik yang dikhususkan


bagi negara tropis, sehingga negara dengan empat musim kurang cocok
menggunakan Viva,” jelasnya.

Viva sendiri memiliki sekitar 500 varian produk kosmetik. Tiap tahunnya,
perusahaan mengeluarkan produk baru sebanyak 5 hingga 10 produk.
Rangkaian produk perusahaan yang berkantor pusat di Surabaya ini
antaranya Viva White dan Viva Queen. Untuk kalangan remaja, Viva
mengeluarkan brand tersendiri, yaitu RedA

Dunia kosmetik semakin berkembang. Saat ini semakin banyak produk baik
dalam negeri maupun luar negeri yang bersaing di pasar. Sebagai pemain
lama, Viva Cosmetic mengunggulkan mutu dan kualitas yang selalu terjaga
sehingga masih bisa tetap bersaing

Yusuf Wihanto, Direktur Distribusi Viva Cosmetic mengungkapkan tahun ini


Viva Cosmetic berusia 57 tahun. Menurutnya, hal itu membuktikanViva
merupakan kosmetik tertua di Indonesia dan menjadi pelopor di dunia
kosmetik dalam negeri. Sebagai pelopor, Viva dituntut untuk tetap bisa
mempertahankan mutu dan menyajikan produk yang mengikuti
perkembangan kebutuhan konsumen. Hal itulah yang menjadikan Viva tetap
bisa mendominasi untuk market share.

"Kami ada beberapa golongan produk misalnya skin care, dekoratif dan body


care. Untuk skin care, market share kami lebih dari 55 persen se-Indonesia,"
ujar dia ketika ditemui di Plaza Ambarrukmo, Sleman pekan lalu.

Yusuf mengungkapkan selain skin care, beberapa produk dekoratif Viva juga


bisa mendominasi pasar hingga lebih dari 80%. Produk tersebut misalnya
pensil alis.

Ia mengakui dunia kosmetik saat ini sangat kompetitif. Oleh karena itu
pihaknya terus menjaga mutu dan kualitas. "Kalau kualitas dan mutu kami
sampai menurun, otomatis pelanggan akan lari. Tetapi, kalau bisa
menjaganya pasti akan setia. Meskipun mereka coba-coba produk lain, tetapi
kalau sudah cocok pasti akan kembali ke kami.

Yusuf mengungkapkan konsumen terbesar Viva ada di Pulau Jawa. DIY juga
merupakan salah satu pasar potensial Viva lantaran banyaknya pelajar dan
mahasiswa yang merupakan young fresh blood untuk produk kosmetik.
"Potensi itulah yang harus kami tangkap dan dipupuk," jelas dia.

Viva tak hanya merambah pasar domestik, tetapi juga luar negeri. Produk
Viva juga diekspor ke beberapa negara Asia seperti Hongkong, Taiwan,
Singapura, dan Malaysia. Selain itu, Viva tak hanya memanfaatkan jalur
komersial untuk mengenalkan produknya. Viva juga mengikuti peragaan
busana sebagai pendukung di sisi make up para model.

"Kami juga pernah terlibat dalam fashion show di Paris," kata dia.

Anda mungkin juga menyukai