Chapter II-dikonversi
Chapter II-dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai
sebagai dasar penelitian yakni teori tentang ronde keperawatan, Watson’s theory
mewujudkan kualitas pelayanan sebuah rumah sakit yang excellent. Salah satu
sistematis (Studer Group, 2007). Berikut akan dijelaskan konsep terkait ronde
keperawatan
Secara bahasa ronde keperawatan terdiri dari 2 kata yaitu ronde dan
keperawatan. Ronde berasal dari Bahasa Inggris yaitu “round” yang memiliki
makna sama dengan around. Sebagai kata keterangan, jika round digunakan untuk
menjelaskan objek atau tempat, memiliki makna bahwa tempat dan objek tersebut
dikelilingi atau berada disemua sisi. Sebagai preposisi, round memiliki makna
melewati atau mengelilingi orang demi orang dalam satu grup (Collins, 2013).
masalah kesehatan aktual maupun potensial (ANA, 2003). Dari pengertian diatas
keperawatan secara bahasa adalah suatu kegiatan mengelilingi orang demi orang
dalam suatu grup dengan tujuan untuk mendiagnosis dan menangani respon
menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih
kepada pasien. Tea, Ellison dan Fadian (2008) mendefenisikan ronde keperawatan
sebagai proses yang dilakukan perawat secara proaktif untuk memenuhi
kunjungan kepada pasien secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik
perawatannya.
pasien pelayanan yang berkualitas, ronde keperawatan yang bertujuan agar pasien
kondisi rapi, melakukan dan melakukan pijatan pada area yang mengalami
tekanan (Bates, 2011). Ronde keperawatan ini dilakukan secara rutin setiap hari
oleh perawat senior pada awal shift dan pada saat jam kunjungan dokter. Perawat
tindakan medis serta memberi kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk
berisi baskom air panas, sabun, handuk, sprei, bedak, zinc dan minyak jarak.
pasien untuk memeriksa dan melakukan massage pada area tekan, merubah posisi
mengganti sarung bantal dan sprei pasien. Pada “Back Rounds” juga terjadi proses
perawat terkait aspek perawatan pasien. (Castledine, Grainger & Close, 2005).
2.1.3.2. Ronde Keperawatan Modren (setelah tahun 1970 M)
modern yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds
prioritas tindakan yang dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada
proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
utama yang diperlukan pasien dirumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini
adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan pada
malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur yang nyaman untuk pasien.
siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa
perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung
pada pasien.
2.1.4. Komponen Ronde Keperawatan
spesifik untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Umumnya tindakan ini dibagi
perhatian dan obat-obatan. Hal lain terkait rasa nyaman juga dinilai seperti
mandi?” waktu toileting diatur oleh perawat bersama dengan pasien dengan
caranya agara anda lebih merasa nyaman?”. Jadwal reposisi diobservasi terumata
bertanya “apakah anda ingin kami memindahkan call light, telepon, meja dan
Protokol”. Protokol tersebut terdiri dari 12 tindakan yang dimulai sejak perawat
nyeri dan melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri baik tindakan keperawatan
maupun tindakan medikasi. Setelah nyeri teratasi perawat akan mengontrol obat-
obatan pasien apakah sudah diberikan sesuai jadwal. Lalu kemudian perawat
Setelah itu perawat memberikan posisi yang nyaman bagi pasien serta
remote TV, switch lampu, meja, kotak tisu, air minum dan tong sampah. Sebelum
meninggalkan ruangan, perawat kembali menanyakan apakah ada hal lain yang
diinginkan oleh pasien dan memberitahu pasien bahwa akan ada ronde selanjutnya
peneliti lainnya seperti Blakley, Kroth dan Gregson (2011); Olrich, Kalman dan
Nigolian (2012); Berg, Sailors, Reimer, O’Brien dan Ward-Smith (2011); Kessler,
“The
distandarisasi untuk semua pasien pada bangsal yang dilakukan penelitian. Pada
protokol ini ronde keperawatan dilaksanakan oleh asisten perawat yang sudah
toilet, control nyeri, reposisi dan selimut. Kemudian asisten perawat akan
meletakkan telefon, kotak tissue, meja dan remote TV di tempat yang mudah
dijangkau oleh pasien. Setelah itu asisten perawat akan melakukan perawatan
apakah pasien membutuhkan hal lain yang dapat membuatnya merasa nyaman.
penggunaan call light, penurunan angka pasien jatuh, penurunan angka luka tekan
kepuasan perawat.
waktu lebih banyak untuk melakukan asuhan keperawatan bukannya berjalan dari
kamar ke kamar memenuhi panggilan yang diberikan oleh pasien. Hasil penelitian
Meade et al. (2006), menemukan bahwa penggunaan lampu panggil yang paling
ronde keperawatan. Saat perawat melakukan ronde terhadap pasien setiap jam dan
pribadi maka resiko jatuh akan berkurang. Meade et al. (2006), menemukan
kasus.
secara regular terhadap pasien sehingga angka decubitus pada pasien dapat
diturunkan. Pada pasien dengan kasus luka, reposisi secara regular juga
keperawatan hingga mencapai 91,9 dari 100 skala yang diberikan. Saleh et al.
menjadi lebih efisien dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan
meningkatkan kepuasan kerja dari perawat (Meade et al., 2006). Survey kepuasan
pada tahun 2007, 2009 (sebelum implementasi ronde keperawatan) dan tahun
terdapat peningkatan kepuasan kerja perawat dari 3.78 pada tahun 2007 dan 3.77
pada tahun 2009 menjadi 3.83 pada tahun 2011. Selain itu angka kepuasan pasien
ini lebih tinggi 0.18 poin dari angka kepuasan perawat secara nasional. (Kessler et
al., 2012).
Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga
dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun
ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan
seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran
konteks penelitian maka peneliti hanya akan membahas teori tentang Carative
perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika
sikap yang diberikan saat interaksi. Congruence dapat juga disamakan dengan
genuineness yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan
Kemampuan perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar
dalam emphaty. Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan
perawat akan akan mempunyai hubungan emosional yang baik. Perawat yang
emphaty akan mampu mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa
tidak nyaman, takut, marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan
menghakimi.
trust relationship yang sejalan dengan congruence dan empthaty. Perawat yang
efektif akan memberikan pelayanan yang tidak mengancam, aman, terpercaya
posesif. Beberapa sikap non verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam
kontak mata selama interaksi, menggunakan volume suara yang sesuai, terlihat
nyaman dan santai, bertatap muka dengan orang lain, menunjukkan sikap fostur
tubuh yang terbuka, mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara dan memberikan
2.2.2. Menciptakan lingkungan mental, fisik, social budaya dan spiritual yang
mendukung.
pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling
kondisi sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan
fisiologis akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya
dikendalikan oleh perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses
dan penempatan obat-obatan yang rapi. Cara lain yang dapat dilakukan perawat
dapat dinterpretasikan kedalam beberapa pengertian yaitu : hak pasien untuk tidak
penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk
tempat, masalah dan sejumlah informasi; dan upaya untuk menjauhkan pasien dari
tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa bahaya yang
dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien jatuh, luka
bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan kurangnya
imunisasi.
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling
didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan
informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharapkan untuk
mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian (Polit &
Beck, 2008).
solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti. Strategi pengumpulan data
yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti wawancara dan observasi,
tetapi bisa juga dilakukan bercerita, drama komedi, menggambar dan melukis,
bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong partisipan mengenali kekuatan
permasalahan yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi,
yaitu mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap
ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan
pada tahap ini. Selain menentukan masalah yang akan diteliti, tahap ini juga
proyek penelitian.
dengan partisipan. Pada tahap ini peneliti harus memutuskan bersama dengan
hambatan dalam penelitian. Peneliti merumuskan apa yang dapat dilakukan pada
manusia dan organisasi, dan merencanakan hasil yang di inginkan. Tahap ini akan
menjawab pertanyaan : Apa yang akan dilakukan, oleh siapa, kapan dan
bagaimana?
antara manusia dan organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang
telah di lakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh peneliti pada tahap ini adalah,
setelah peneliti melakukan kegiatan maka peneliti harus segera memonitor apa
sintetis, interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi
berfokus pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan
McTaggart (1988) :
dan carative factor yang ke 9 (bantuan pemenenuhan kebutuhan dasar terdiri dari
menggunakan 4P’s Rounding protokol yang terdiri dari Pain, Personal Needs,
menggunakan penelitian action research yang terdiri dari tahap planning, acting
& observing dan reflecting (Kemmis & Taggart, 1988). Pelaksanaan program
teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gbr 2.2.
Input Proses Output Outcomes
Carative Factor:
Membangun helping-trust relationship
Congruence
Proses action
Empathy
research Program Ronde Klinis Keperawatan
Non-possesive warmth
R P
Siklus 1
menciptakan lingkungan yang mendukung
Comfort Tingkat Kepuasan pasien
Privacy Tingkat
Safety A&O kepuasan perawat
Clean-esthetics surrounding
Kemmis &
Taggart (1988)
(Watson, 1979)