Abstrak
Telah dilakukan praktikum mengenai tekanan hidrostatik. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kedalaman dan massa jenis terhadap tekanan hidrostatik serta memahami
prinsip praktikum tekanan hidrostatik. Praktikum ini menggunakan beberapa alat dan bahan yakni
bahan berupa aquades, gliserin, minyak goreng, dan tissu serta alat berupa pipa berbentukk U,
gelas kimia, selang plastik, corong, gelas ukur, mistar, dan neraca ohaus 310 gram. Praktikum ini
terbagi menjadi 2 kegiatan. Pada kegiatan pertama, kita akan melihat hubungan antara kedalaman
zat cair terhadap tekanan hidrostatik dengan memanipulasi kedalaman. Sedangkan pada kegiatan
kedua, kita akan melihat pengaruh antara massa jenis terhadap tekanan hidrostatik dengan
memanipulasi massa jenis. Praktikum dimulai dengan menimbang massa dari masing-masing jenis
zat cair yang digunakan dan juga volumenya yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan
massa jenis zat cair yang digunakan. Diperoleh massa jenis air sebesar |960 ± 49| kg/m3, massa
jenis gliserin sebesar |12,7 ± 0,6|102 kg/m3, dan massa jenis minyak sebesar |890 ± 46|
5 2
kg/m . Seluruh tekanan yang terhitung menjadi |1,0 ± 0,1|10 N/ m . Dari hasil analisis, dapat
3
dikatakan bahwa semakin besar nilai kedalaman dan massa jenis semakin besar pula tekanan yang
dihasilkan. Sehingga kedalaman dan massa jenis berbanding lurus dengan tekanan hidrostatik.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
Teori Singkat
Fluida berbeda dengan zat padat, yaitu tak dapat menopang tegangan
geser. Jadi, fluida berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk
bagaimanapun. Bila sebuah benda tercelup dalam fluida seperti air, fluida
mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus permukaan benda di setiap titik pada
permukaan. Jika benda cukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan tiap
perbedaan kedalaman fluida, gaya per satuan luas yang diadakan oleh fluida sama
di setiap titik pada permukaan benda. Gaya persatuan luas ini dinamakan tekanan
fluida P :
F
P=
A
dimana: P = tekanan (N/m2) atau Pascal (Pa)
F = gaya (N)
A = luas (m2)
Satuan SI untuk tekanan adalah newton per meter persegi (N/m 2), yang
dinamakan Pascal (Pa), untuk menghormati Blaise Pascal, yaitu :
1 Pa = 1 N/ m 2
Dalam sistem Satuan Amerika sehari-hari, tekanan biasanya diberikan
dalam pound per inci persegi (lb/in2 (kadang-kadang disingkat “psi”)). Satuan
tekanan lain yang biasaya digunakan adalah dyne/cm2, dan atmosfer (atm).
Satuan atmosfer (atmospheric pressure) adalah tekanan atmosfer bumi, tekana di
dasar “lautan udara” laut, dimana kita hidup. Tekanan ini berubah berdasarakan
perubahan cuaca dan ketinggian. . Sekarang atmosfer didefinisikan sebagai
101,325 kilopascal, yang hampir sama dengan 14,70 lb/in2 :
F ρAhg
P= = = ρgh
A A
Dengan demikian, takanan berbanding lurus dengan massa jenis zat cair, dan
dengan kedalaman di dalam zat cair. Pada umumnya, tekanan pada kedalaman
yang sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama. Persamaan diatas
menyatakan tekanan disebabkan oleh zat cair itu sendiri. Jika diberikan tekanan
eksternal di permukaan zat cair, maka tekanan ini harus diperhitungkan.
Banyak alat yang dibuat untuk mengukur tekanan. Yang palin sederhana
adalah monometer tabung terbuka, dimana tabung berbentuk U yang sebagian
diisi dengan zat cair, biasanya air raksa atau air. Tekanan P yang terukur
dihubungkan dengan perbedaan tinggi h dari dua ketinggian zat cair dengan
hubungan persamaan P = ρgh adalah
P = P0 + ρgh
Biasanya bukan hasil kali 𝜌gh yang dihitung, melainkan hanya ketinggian
h yang ditentukan. Pada kenyataannya, tekanan kadang-kadang dinyatakan dalam
orde “milimeter air raksa” (mmHg), dan kadang-kadang nilainya sekecil “mm air”
(mm-H2O). Satuan mm-Hg ekuivalen dengan tekanan 133 N/m 2, karena 1,00 mm
= 1,00 x 10-3 m dan massa jenis air raksa adalah 13,6 x 103 kg/m3 :
Adalah penting bahwa hanya N/m2 = Pa, satuan SI, yang digunakan dalam
perhitungan yang melibatkan besaran-besaran yang digunakan dalam perhitungan
yang melibatkan besaran besaran lain yang dinyatakan dalam satuan SI.
1. Alat
a. Pipa berbentuk U = 1 buah
b. Gelas kimia = 3 buah
c. Selang plastik = ± 60 cm
d. Corong = 1 buah
e. Mistar biasa = 1 buah
f. Tisu = Secukupnya
2. Bahan
a. Air Akuades = 1 botol
b. Gliserin = 1 botol
c. Minyak = 1 botol
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel bebas : Kedalaman zat cair ( cm )
2. Variabel kontrol: Massa jenis zat cair ( g / cm3 )
3. Variabel terikat : Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U ( cm )
Kegiatan 2
1. Variabel bebas : Massa jenis zat cair ( g / cm3 )
2. Variabel kontrol: Kedalaman zat cair ( cm )
3. Variabel terikat : Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U ( cm )
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel bebas : Kedalaman zat cair ( cm )
Dalam praktikum ini, kedalaman zat cair adalah hasil pengukuran jarak dari
permukaan air di dalam corong dengan permukaan air pada gelas kimia
dengan satuan ukur (cm). kedalaman zat cair menjadi variabel bebas, yaitu
variabel yang diubah – ubah. Perubahan kedalaman zat cair akan
berpengaruh pada variabel yang lain, yaitu pada ketinggian zat cair dalam
pipa U. Jika ketinggian zat cair dalam pipa U berubah, maka tekanan
hidrostatik juga akan berubah.
2. Variabel kontrol: Massa jenis zat cair ( g / cm3 )
Dalam praktikum ini, massa jenis zat cair menjadi variabel kontrol, karena
dalam praktikum ini jenis zat cair yang digunakan tetap ( tidak berubah –
ubah ) yaitu air. Massa jenis zat cair juga tidak ikut berubah jika ada
variabel lain yang diubah ( tidak ikut berubah ).
3. Variabel terikat : Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U ( cm )
Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U diukur dengan mengukur selisih
tiggi zat cair dalam pipa U dikiri dan dikanan, dengan satuan sentimeter
(cm), menjadi variabel terikat karena perbedaan ketinggian zat cair menjadi
variabel yang ikut berubah jika kedalaman zat cair yang digunakan diubah.
Di ukur dengan mengukur selisih tiggi zat cair dalam pipa U dikiri dan
dikanan, dengan satuan sentimeter (cm).
Kegiatan 2
1. Variabel bebas : Massa jenis zat cair ( g / cm3 )
Massa jenis diperoleh dari perhitungan massa dibagi dengan volume dengan
satuan gram per sentimeter kubik (gram/cm3). Massa jenis zat cair menjadi
variabel bebas karena massa jenis zat cair diubah sebanyak tiga kali, yaitu
dengan menggunakan air, oli, dan gliserin. Jika massa jenis zat cair ini
diubah maka akan mempengaruhi varabel lain, yaitu ketinggian zat cair
dalam pipa U
2. Variabel kontrol: Kedalaman zat cair ( cm )
Kedalaman zat cair adalah hasil pengukuran jarak dari permukaan air di
dalam corong dengan permukaan air pada gelas kimia dengan satuan
sentimeter (cm). Dalam praktikum ini, kedalaman zat cair menjadi variabel
kontrol, karena dalam praktikum ini kedalaman zat cair yang digunakan
tetap ( tidak berubah – ubah ) yaitu kedalaman 4,60 cm. Massa jenis zat cair
juga tidak ikut berubah jika ada variabel lain yang diubah ( tidak ikut
berubah ).
3. Variabel terikat : Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U ( cm )
Perbedaan ketinggian diukur dari permukaan zat cair dalam corong ke
permukaan zat cair pada gelas kimia dengan satuan sentimeter (cm).
Perbedaan ketinggian zat cair pada pipa U menjadi variabel terikat karena
perbedaan ketinggian zat cair menjadi variabel yang ikut berubah jika
kedalaman zat cair yang digunakan diubah.
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Spesifikasi Alat :
1. Alat Ukur Massa : Neraca Ohauss 310 gram
NST alat ukur : 0,01 gram
∆x : 0,01 gram
2. Alat ukur volume : Gelas ukur
NST : 2 ml
∆x : 1 ml
3. Alat ukur kedalaman : Mistar
NST : 0,1 cm
∆x : 0,05 cm
ANALISIS DATA
∆ρ V-1 × ∆m -V -2 × m × ∆V
ρ
= |
m × V-1
+
m × V-1 || |
∆ρ ∆m ∆V
ρ
= | || |
m
+
V
∆m ∆V
∆ρ = |
V |
+ ρ
m
1. Air
a. Massa Jenis Air
m air
ρair =
V air
19,19 × 10 -3 3 3 3 3
ρair = -6
kg/ m =0,9595 × 10 kg/ m =959,5 kg/ m
20 × 10
b. Kesalahan Relatif Hasil Pengukuran Massa Jenis Air
∆m ∆V
∆ρair =
| + ρ
|
m air Vair air
0,02 × 10 -3 1 × 10 -6
∆ρair = | 19,19 × 10
-3
+
20 × 10
-6|ρair
1. Kedalaman 1
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h1 + h 2 + h3
´h1 = cm
3
2. Kedalaman 2
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h1 + h 2 + h 3
´h = cm
2
3
Kesalahan Relatif :
∆h2 0,07 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 4,3 % = 3 AB
h2 1,63 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 4,3% = 95,7%
Hasil Pengukuran :
3. Kedalaman 3
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h1 + h 2 + h3
´h3 = cm
3
∂1 = |h 1 - ´h 3 | = |2,20 - 2,20| = 0 cm
∂2 = |h 2 - ´h 3 | = |2,20 - 2,20| = 0 cm
∂3 = |h 3 - ´h 3 | = |2,20 - 2,20| = 0 cm
Maka :
1 1
∆h 3 = × NST = × 0,1 cm = 0,05 cm = 0,05 × 10-2 m
N 2
Kesalahan Relatif :
∆h3 0,05 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 2,3 % = 3 AB
h3 2,20 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 2,3% = 97,7%
Hasil Pengukuran :
h3 = |h 3 ± ∆h 3 | =|2,20± 0,05|10-2 m
4. Kedalaman 4
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h 1 + h2 + h 3
´h 4 = cm
3
∂1 = |h 1 - ´h 4 | = |3,30 - 3,30| = 0 cm
∂2 = |h 2 - ´h 4 | = |3,30 - 3,30| = 0 cm
∂3 = |h 3 - ´h 4 | = |3,30 - 3,30| = 0 cm
Maka :
1 1
∆h 4 = × NST = × 0,1 cm = 0,05 cm = 0,05 × 10-2 m
N 2
Kesalahan Relatif :
∆h4 0,05 × 10 -2
KR = × 100 % = × 100 % = 1,5 % = 3 AB
h4 3,30 × 10 -2
DK = 100% - KR = 100% - 1,5% = 98,5%
Hasil Pengukuran :
h4 = |h 4 ± ∆h 4 | =|3,30 ± 0,05|10-2 m
5. Kedalaman 5
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h1 + h 2 + h3
´h5 = cm
3
Kesalahan Relatif :
∆h5 0,07 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 1,7 % = 3 AB
h5 4,13 × 10 -2
DK = 100% - KR = 100% - 1,7% = 98,3%
Hasil Pengukuran :
h5 = |h 5 ± ∆h 5 | =|4,13 ± 0,07|10-2 m
49 0,07 × 10-2
∆P5 = |
960
+
4,13× 10-2
P5|
∆P5 =|0,051 + 0,017 | P5
6. Kedalaman 6
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h 1 + h 2 + h3
´h6 = cm
3
´h6 = ( 5,20 + 5,20 + 5,30 ) c m = 5,23 cm = 5,23 × 10-2 m
3
Maka :
∆h 6 = ∂maks = ∂3 = 0,07 cm = 0,07 × 10-2 m
Kesalahan Relatif :
∆h6 0,07 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 1,3 % = 3 AB
h6 5,23 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 1,3% = 98,7%
Hasil Pengukuran :
7. Kedalaman 7
a. Ketinggian permukaan zat cair pada pipa U
h 1 + h 2 + h3
´h7 = cm
3
∂1 = |h 1 - ´h 7 | = |6,20 - 6,20| = 0 cm
∂2 = |h 2 - ´h 7 | = |6,20 - 6,20| = 0 cm
∂3 = |h 3 - ´h 7 | = |6,20 - 6,20| = 0 cm
Maka :
1 1
∆h 7 = × NST = × 0,1 cm = 0,05 cm = 0,05 × 10-2 m
N 2
Kesalahan Relatif :
∆h7 0,05 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 0,8 % = 3 AB
h7 6,20 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 0,8% = 99,2%
Hasil Pengukuran :
Data yang telah dianalisis ini dapat disajikan dalam tabel perbandingan antara
kedalaman dengan tekanan hidrostatik sebagai berikut :
Tabel 4. Perbandingan Kedalaman dengan Tekanan Hidrostatik
No Kedalaman : h (m) Tekanan Hidrostatik : P = P0 + ρgh (N/ m 2 ¿
1 |0,93 ± 0,07|10-2 |1,0 ± 0,1| 105
2 |1,63 ± 0,07|10-2 |1,0 ± 0,1|105
3 |2,20 ± 0,05|10-2 |1,0 ± 0,1|105
4 |3,30 ± 0,05|10-2 |1,0 ± 0,1|105
5 |4,13± 0,07|10 -2 |1,0 ± 0,1|105
6 |5,23 ± 0,07|10-2 |1,0 ± 0,1|105
7 |6,20 ± 0,05|10-2 |1,0 ± 0,1|105
C. Pengaruh Massa Jenis Terhadap Tekanan Hidrostatik
Dalam kegiatan ini, kedalaman yang digunakan adalah : | 4,60 ± 0,05 | cm
1. Air
a. Massa Jenis Air
m air
ρair =
V air
19,19 × 10 -3 3 3 3 3
ρair = -6
kg/ m =0,9595 × 10 kg/ m =959,5 kg/ m
20 × 10
Kesalahan Relatif Hasil Pengukuran Massa Jenis Air
∆m ∆V
∆ρair =
| + ρ
|
m air Vair air
0,02 × 10 -3 1 × 10 -6
∆ρair = | 19,19 × 10
-3
+
20 × 10
-6|ρair
h1 + h 2 + h 3
´hair = cm
3
Maka :
∆h air = ∂maks = ∂3 = 0,07 cm = 0,07 × 10-2 m
Kesalahan Relatif :
∆hair 0,07 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 1,7 % = 3 AB
hair 4,17 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 1,7% = 98,3%
Hasil Pengukuran :
-2
49 0,07 × 10
∆Pair = | 960
+
4,17 × 10
-2
Pair |
∆Pair =|0,051 + 0,017 |P air
h 1 + h 2 + h3
´hg = cm
3
Maka :
1 1
∆h g = × NST = × 0,1 cm = 0,05 cm = 0,05 × 10 -2 m
N 2
Kesalahan Relatif :
∆hg 0,05 × 10 -2
KR = × 100 % = × 100 % = 1 % = 3 AB
hg 5,00 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 1% = 99%
Hasil Pengukuran :
3. Minyak
a. Massa Jenis Minyak
m minyak
ρminyak =
V minyak
17,80 × 10-3 3 3 3 3
ρminyak = -6
kg/ m =0,89 × 10 kg/ m =890 kg/ m
20 × 10
Kesalahan Relatif Hasil Pengukuran Massa Jenis Minyak
∆m ∆V
∆ρ minyak =
| + ρ
|
m minyak V minyak minyak
h 1 + h 2 + h3
´h m = cm
3
Maka :
∆h m = ∂maks = ∂1 = 0,07 cm = 0,07 × 10-2 m
Kesalahan Relatif :
∆hm 0,07 × 10-2
KR = × 100 % = × 100 % = 1,9 % = 3 AB
hm 3,67 × 10-2
DK = 100% - KR = 100% - 1,9% = 98,1%
Hasil Pengukuran :
P m = 1 × 10 5 N/ m 2 + ( 890 × 10 × 3,67 × 10 -2 ) N/ m 2
P m = 1 × 10 5 N/ m 2 + 326,63 N/ m 2
P m = 1 × 10 5 N/ m 2 + 0,003266 × 10 5 N/ m 2
P m =1,003266 × 105 N/ m 2
Kesalahan relatif hasil pengukuran tekanan hidrostatik:
∆ρm ∆h
∆P m = | ρm
+ m Pm
hm |
46 0,07 × 10-2
∆P m = | 890
+
3,67 × 10
-2
Pm|
∆P m =|0,052 + 0,019 |Pm
Data yang telah dianalisis diatas dapat disajikan dalam tabel perbandingan
antara massa jenis dengan tekanan hidrostatik sebagai berikut :
Tabel 5. Perbandingan Massa Jenis Zat Cair dengan Tekanan Hidrostatik
Jenis Zat Cair Massa Jenis : ρ Tekanan Hidrostatik :
No
(kg/m3) P = P0 + ρgh (N/ m 2 ¿
1 Air |960 ± 49| |1,0 ± 0,1| 105
2 Gliserin |12,7 ± 0,6|102 |1,0 ± 0,1|105
3 Minyak |890 ± 46| |1,0 ± 0,1|105
100700
100600
Tekanan Hidrostatik (N/m^2)
Kedalaman (m)
PEMBAHASAN
|2,20 ± 0,05|10-2m, sebesar 1,002112 × 105 N/m2, pada kedalaman |3,30 ± 0,05|10-2
m, sebesar 1,002112 × 105 N/m2, pada kedalaman |4,13± 0,07|10 -2m, sebesar
-2
1,003965 × 10 5N/m2, pada kedalaman|5,23 ± 0,07|10 m, sebesar 1,005021 × 10 5
N/m2, dan kedalama|6,20 ± 0,05|10-2m, sebesar 1,005952 × 10 5 N/m2. Namun
ketika hasil perhitungan tekanan hidrostatik di atas memperhitungkan nilai
kesalahan relatif pada masing-masing perhitungan tekanan, maka akan diperoleh
tekanan yang semuanya sama besar, yakni |1,0 ± 0,1| 105 N/ m 2. Dari hasil diatas
dapat dikatakan bahwa semakin besar kedalaman maka semakin besar pula
tekanan hidrostatik yang dihasilkan. Jadi kedalaman berbanding lurus dengan
tekanan.
Pada kegiatan kedua didapat hasil pada jenis zat cair air yang massa
jenisnya sebesar |960 ± 49| kg/m3 didapat tekanan sebesar 1,004003 × 10 5N/m2,
pada jenis zat cair gliserin yang massa jenisnya sebesar |12,7 ± 0,6|102 kg/m3
didapat tekanan sebesar 1,006335 × 10 5 N/m2, pada jenis zat cair minyak yang
massa jenisnya sebesar |890 ± 46| kg/m3 didapat tekanan sebesar 1,003266 × 10 5
N/m2. Pada perhitungan KR, seluruh tekanan yang terhitung menjadi
|1,0 ± 0,1| 105 N/ m 2. Dari hasil diatas dapat dikatakan bahwa semakin besar
massa jenis maka semakin besar pula tekanan hidrostatik yang dihasilkan. Jadi
massa jenis berbanding lurus pula dengan tekanan.
Dari hasil analisis data, terlihat dengan jelas bahwa tekanan yang dialami
oleh benda yang berada dalam zat cair ( tekanan hidrostatik ) dipengaruhi oleh
massa jenis fluida dan kedalaman. Tekanan yang dialami oleh benda akan
berbanding lurus dengan massa jenis fluida dan tekanan hidrostatik. Semakin
besar massa jenis fluida, akan semakin besar pula tekanan yang dialami oleh
benda, sebaliknya semakin kecil massa jenis fluida akan semakin kecil pula
tekanan yang dialami oleh benda. Sama halnya dengan kedalaman, semakin besar
kedalaman maka tekanan akan semakin besar pula, sebaliknya semakin kecil
kedalaman maka tekanan akan semakin kecil pula. Rumus dari tekanan yang
dialami oleh benda di dalam zat cair dapat dituliskan : P = P0 + ρgh , dengan P0
adalah tekanan atmosfir yang besarnya 1 × 105 N/ m 2, ρ adalah massa jenis zat
yang memiliki satuan kilogram per meter kubik ( kg / m 3), g adalah percepatan
gravitasi yang besarnya konstan yaitu 10 m/ s 2, dan h adalah kedalaman yang
memiliki satuan meter (m). Karena tangent α =ρg, maka tekanan dapat pula
dihitung dengan rumus P = tangenα .h. untuk membuat tekanan sebanding dengan
massa jenis kali kedalaman, maka dibutuhkan dimensi lain yaitu percepatan,
dalam hal ini adalah percepatan gravitasi.
Dari seluruh hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
tekanan yang dialami oleh benda yang berada dalam zat cair atau yang disebut
dengan tekanan hidrostatik, dipengaruhi oleh dua hal yakni massa jenis dan
kedalaman. Tekanan selalu berbanding lurus dengan kedalaman dan massa jenis.
Semakin besar massa jenis, maka tekanan akan semakin besar pula, demikian
sebaliknya. Selain itu, semakin besar kedalaman maka tekanan akan semakin
besar pula, demikian sebaliknya.
DAFTAR RUJUKAN
Halliday, Resnick, dan Walker. 2010 (terjemahan Tim Pengajar Fisika ITB).
Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Herman dan Asisten LFD. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Universitas
Negeri Makassar: Makassar.
Young, dan Freedman. 2001 (terjemahan Ir. Endang Juliasti, M.S.). Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Erlangga: Jakarta.