Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN LANJUTAN

PENGELOLAAN LIMBAH ANORGANIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Lanjutan

Dosen Pengampu: Forman Novrindo Sidjabad, S.KM., M.Kes (Epid)

Disusun Oleh:

Thalithadea Valeda (10317064)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2020
A. GAMBARAN UMUM
Masker dan sarung tangan plastik di masa pandemic virus corona seperti saat ini telah
menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Dari sekadar berbelanja dari pedagang yang melintas
di depan rumah hingga saat berpergian, dua barang tersebut menjadi lumrah dikenakan.
Bahaya dari penggunaan masker sekali pakai secara berulang yang bisa menimbulkan
infeksi kerap diabaikan masyarakat. Apalagi terkait dengan kepedulian orang untuk
melakukan cara yang benar saat membuang limbah masker sekali pakai. Baru-baru ini,
beredar video pendek truk pengangkut barang bekas tengah menjadi perbincangan di media
sosial. Diunggah di akun Instagram @lambenyinyir_official, para pekerja diduga sedang
mengangkut tumpukan masker bekas yang sudah disimpan di dalam beberapa karung. Meski
belum bisa dipastikan kebenaran informasi tersebut, para warganet saling mengingatkan
agar tidak lupa menggunting masker sebelum dibuang ke tempat sampah.Sebelumnya,
Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian Environmental Scientists
Association/IESA) memperingatkan akan terjadi penambahan limbah infeksius di tengah
pandemi Covid-19. Studi kasus berdasarkan data dari China, yang lebih dahulu menghadapi
wabah yang disebabkan virus corona jenis baru itu, memperlihatkan terjadi penambahan
limbah medis dari 4.902,8 menjadi 6.066 ton per hari. Hal yang sama bisa terjadi di
Indonesia seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19. Limbah masker medis dan
benda penyerta, seperti sarung tangan plastik sekali pakai yang diperkirakan jumlahnya
sangat besar, kelak akan menjadi ancaman tersendiri bagi lingkungan apabila sejak dini
tidak segera ditangani secara baik. Limbah masker sekali pakai saat ini mudah ditemui
dibuang orang di sembarang tempat dalam kondisi utuh. Masker sekali pakai yang dibuang
sembarang tersebut telah menimbulkan kekhawatiran para pegiat lingkungan. Ketika orang
membuang masker secara sembarangan, yang terjadi sulit untuk bisa membedakan
penggunaan masker oleh orang dengan kondisi kesehatan baik atau pun sedang berpenyakit.
B. KONDISI SEKARANG
Masker yang telah digunakan oleh anda bisa menjadi media penularan virus dan agen
penyebab penyakit, dan tentu hal ini menjadi sangat berbahaya. Namun penggunaan masker
di lingkungan masyarakat tidak dikategorikan sebagai limbah medis yang diperlakukan
seperti limbah medis di Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Hal ini karena masker
tersebut tidak digunakan dalam pelayanan kesehatan atau pasien di Fasyankes. Limbah
masker seperti ini masuk kedalam kategori limbah domestic
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut jumlah sampah dari Jakarta
menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bantargebang, Bekasi, berkurang signifikan
yaitu rata-rata 620 ton per hari saat pandemic Virus Corona sejak penerapan work from
home (WFH) atau bekerja dari rumah pada 16 Maret akibat Virus Corona. Kepala DLH DKI
Jakarta Andono Warih menyatakan penurunan itu rata-rata mencapai 620 ton per hari.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Daerah Lampung meminta masyarakat


untuk melakukan pemilahan limbah masker secara mandiri. Hal ini penting dilakukan demi
mencegah pencemaran lingkungan di tengah pandemi Covid-19 karena masker bekas
merupakan limbah berbahaya.Walhi mendorong masyarakat mengantisipasi bercampurnya
limbah masker dengan limbah rumah tangga dengan cara memilah limbah masker secara
mandiri di rumah. Pemilahan limbah masker menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) untuk mengantisipasi risiko penyalahgunaan limbah masker.Limbah masker sekali
pakai sebagai dampak merebaknya virus corona telah menjadi ancaman baru yang harus
dicarikan solusinya. Di tingkat daerah, Dinas Lingkungan Hidup seperti Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) DKI Jakarta menerapkan protokol pengelolaan masker bekas dari rumah
tangga. Protokol pengelolaan limbah B3 rumah tangga ini untuk mencegah penyebaran
Covid-19.
DLH DKI Jakarta meminta masyarakat dapat memilah dan melakukan proses disinfeksi
sederhana pada bekas masker. Caranya dengan merendam atau melakukan penyemprotan
disinfektan, kemudian masker sekali pakai digunting untuk menghindari penyalahgunaan
sebelum dibuang ke tempat sampah.Langkah pencegahan dari ancaman limbah masker turut
direspons kalangan masyarakat dengan menawarkan solusi pengolahan limbah masker sekali
pakai. Hal demikian seperti dilakukan Archie Satya Nugroho dari Golimbah. Kini ia tengah
melakukan riset untuk mengolah limbah masker sekali pakai menjadi bahan
bermanfaat.Archie bersama Golimbah akan melakukan riset untuk menggabungkan
teknologi hidrotermal dan pirolisis. Kemudian akan dilakukan beberapa kali tes untuk
melihat sampah masker tersebut dapat berpotensi menjadi bahan yang lebih bernilai
guna.Melalui proses pengolahan dengan temperatur sangat tinggi, mulai 150 hingga 500
derajat celsius, bakteri ataupun virus yang menempel pada masker tersebut akan mati. Riset
sampah masker sekali pakai ini sudah dimulai sejak Maret 2020 seiring dengan merebak
virus corona. Riset ditargetkan selesai dalam waktu dua hingga tiga bulan ke depan.
C. UNDANG-UNDANG YANG BERKAITAN
Berdasarkan UU nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:
a. Sampah rumah tangga;
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
c. Sampah spesifik
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. Sampah yang timbul akibat bencana;
d. Puing bongkaran bangunan;
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup.

D. PENGOLAHAN
Ada beberapa tahapan dan cara bagaimana mengelola masker yang telah anda pakai,
agar tidak menjadi media penularan virus, terutama virus penyebab COVID-19. Langkah-
langkah berikut ini dapat mengurangi risiko kesehatan akibat cara pembuangan masker
bekas pakai.

TAHAPAN KETERANGAN

Kumpulkan Masker bekas  Saat ini penggunaan masker oleh masyarakat semakin
pakai tinggi. Hal ini terkait kewaspadaan dengan isu COVID-
19, secara positif juga menandakan kesadaran
masyarakat untuk proteksi risiko yang cukup baik.
 Namun demikian peningkatan penggunaan masker juga
dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,
dan di khawatirkan masker bekas pakai dilakukan daur
ulang dan dijual kembali di pasar.
 Kita semua harus berperan dengan mengelola masker
bekas pakai.

Disinfeksi Lakukan desinfeksi dengan cara rendam masker yang telah


digunakan pada larutan disinfektan/klorin/pemutih.

Rubah Bentuk  Kumpulan masker dengan wadah/plastik yang aman.


 Untuk masker individu rusak talinya dan robek tengah
sehingga tidak dapat digunakan ulang.

Buang ke tempat sampah Buang ke tempat sampah domestic.


domestic

Cuci Tangan Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir/gunakan


handsanitizer jika tidak ada sarana cuci tangan.

Terlepas dari dampak WFH dan Corona, pihaknya tetap memiliki tiga strategi untuk
mengurangi timbunan sampah yang diangkut ke Bantargebang. Program tersebut
menekankan aktivitas kurangi, pilah, dan olah sampah atau "KuPiLah" yang dilakukan oleh
masyarakat.
Tiga strategi itu, pertama, strategi pintu depan pada tahap sebelum mengonsumsi.
Misalnya, membawa kantong belanja ramah lingkungan sebelum belanda dan memakai
masker kain yang bisa digunakan ulang.
Kedua, strategi pintu tengah, dimana semua sisa barang tidak buru-buru dibuang ke
tempat sampah. Misalnya, dengan mengambil makanan tidak berlebihan yang berpotensi
menjadi sampah.
Ketiga, strategi pintu belakang, yaitu disiplin memilah sampah. Andono
mencontohkannya dengan memilah sampah organik untuk dimasukkan ke komposter atau
lubang biopori, sampah anorganik didaur ulang.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, jumlah sampah dari
Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bantargebang, Bekasi, berkurang
signifikan yaitu rata-rata 620 ton per hari sejak penerapan Work From Home (WFH) atau
bekerja dirumah saja pada 16 Maret akibat Virus Corona. Dinas Lingkungan Hidup DKI
Jakarta memiliki tiga strategi untuk mengurangi timbunan sampah yang diangkut ke
Bantargebang. Program tersebut menekankan aktivitas kurangi, pilah, dan olah sampah atau
“KuPiLah” yang dilakukan oleh masyarakat.
F. DAFTAR PUSTAKA
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/begini-cara-kelola-
limbah-masker-di-masyarakat-untuk-cegah-penularan-covid-19/#.XrkR6nduLIV

https://m.antaranews.com/berita/1437736/limbah-masker-polusi-baru-di-tengah-pandemi

https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/undang-undang-nomor-18-tahun-2008-
tentang-pengelolaan-sampah.pdf

https://m.liputan6.com/news/read/4223217/dampak-corona-sampah-di-jakarta-berkurang-
620-ton-per-hari

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/masa-psbb-
masyarakat-bisa-tetap-produktif-di-rumah-dengan-kupilah/

Anda mungkin juga menyukai