Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

1. Shodaqoh
a. Pengertian Sodaqoh
Secara bahasa sodaqoh berasal dari bahasa arab “shodaqotun” yang
berarti tindakan yang benar. Dan untuk secara istilah sodaqoh adalah
sebuah pemberian secara ikhlas kepada seseorang yang berhak menerima
dan diiringi pahala dari Allah.1
Dalam kitab Fiqih Wadhih menjelaskan bahwa sodaqoh adalah
sebuah pemberian kepada fakir tanpa mengharap imbalan semata.
Sedangkan secara istilah dalam buku paket fiqih kelas VIII
sodaqoh ialah pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan
dan semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah.2
Dari ketiga pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa shodaqoh
adalah sebuah pemberian secara ikhlas kepada fakir miskin atau seseorang
yang berhak memberi yang dimana hanya mengharap ridho Allah dan
tidak mengharap imbalan dari manusia semata.
b. Dasar Hukum Shodaqoh
Dari berbagai sumber, dasar hukum shodaqoh adalah sunnah seperti
yang tertera dalam buku Fiqih Muamalat.3

Sedangkan dalam buku paket kelas VIII hukum dari shodaqoh


adalah sunnah muakkad dan wajib. Berikut adalah penjelasannya.

1. Sunnah muakkad
Sunnah yang dianjurkan sebagai wujud partisipasi untuk
menolong seseorang yang membutuhkan.
2. Wajib
1
Abduk rohman ghazali, ghufran ihsan dan shapiudin shidiq, fiqih muamalat, (Jakarta: kencana, 2010)
hal 149.
2
Buku paket fiqih kelas viii
3
Ibid, 149

1
Bisa dikatakan wajib dalam keadaan tertentu.4

Jadi, dari berbagai sumber di atas dapat di ketahui hukum dari


shodaqoh yaitu sunnah muakkad dan wajib dalam keadaan tertentu.

c. Rukun dan Syarat Shodaqoh


1.) Orang yang memberi.
Syaratnya, orang tersebut adalah orang yang memiliki barang.
2.) Orang yang diberi
Syaratnya, orang tersebut adalah orang yang membutuhkan dan berhak
memiliki sesuatu.
3.) Ijab dan qobul
Ijab ialah pernyataan dari orang yang bersodaqoh.
Qobul ialah pernyataan dari orang yang menerima.
4.) Barang yang diberikan adalah barang milik sendiri dan memiliki nilai
jual.
2. Hibah
a. Pengertian Hibah
Dari berbagai sumber hibah berasal dari bahasa arab “wahaba-yahibu-
hibatan” yang artinya adalah pemberian. Sedangkan secara istila hibah
adalah suatu pemberian secara Cuma-Cuma tanpa mengharapkan
imbalan.5
Menurut KBBI hibah adalah pemberian secara sukarela dengan
mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain.
Sedangkan menurut kamus ilmu al quran pemberian sesuatu kepada
orang lain disemasa hidupnya tampa mengharap balasan atau ikatan baik
secara tertulis maupun non tertulis.6
Jadi, dari berbagai sumber diatas dapat dikatakan hibah adalah suatu
pemberian secara sukarela dengan mengalihkan hak kepemilikan kepada
orang lain tanpa mengharapkan imbalan baik secara tertulis maupun non
tertulis.
4
Buku paket fiqih kelas viii
5
Muhammad ajib, fiqih hibah dan waris, (Jakarta: rumah fiqih publishing,2019) hal 8
6
Ibid, 8

2
b. Dasar Hukum Hibah
Untuk menemukan dasar hukum hibah secara langsung di dalam Al
Qur’an sangatlah sulit. Namun para Ulama telah membuat kesepakatan
mengenai dasar hukum hibah sebagai berikut:
1.) Wajib
Hibah suami kepada istri dan anak, hukumnya wajib sesuai dengan
kemampuan.
2.) Haram
Hibah menjadi haram apabila barang yang diberikan merupakan
barang yang haram misalkan khamr, narkoba dll. Haram apabila
menghibahkan sesuatu lalu memintanya kembali setelah ijab dan
qobul, kecuali hibah yang diberikan orangtua kepada anaknya.
3.) Makruh
Hibah akan makruh ketika si pemberi mengharapkan imbalan dari
seseorang yang diberi.7

Demikian pendapat para ulama dalam buku paket fiqih kelas


VIII. Dan di dalam buku lainnya ditemukan hukum hibah yaitu
sunnah.

1.) Sunnah
Menurut pendapat ulama ahli fiqh, hukum dasar hibah adalah
sunnah. Islam mensyari’atkan hibah karena hibah dapat
menjinakkan hati dan dapat mengukuhkan kecintaan terhadap
sesame serta mempererat silaturahmi.8
Jadi, dari sekian banyak referensi, dapat diketahui bahwa dasar hukum
hibah adalah sunnah, wajib, haram dan makruh.

c. Rukun Dan Syarat Hibah

7
Buku paket fiqih kelas vii
8
Ibid,

3
Dari berbagai sumber, dapat diketahui bahwa rukun dan syarat
hibah adalah sebagai berikut:
1.) Wahib (orang yang memberi)
Syaratnya:
- Pemilik barang
- Baligh
- Memiliki wewenang untuk melakukan tindakan
- Tidak ada paksaan
2.) Mauhub lahu (orang yang diberi)
Syaratnya:
- Baligh
- Memiliki wewenang atau hak dalam kepemilikan
- Tidak ada paksaan
3.) Mauhub (barang yang akan diberikan)
- Bernilai jual (maksudnya adalah kondisi layak untuk diberikan
dan bermanfaat)
- Milik sang pemberi
- Bukan barang yang haram
- Ada disaat ijab dan qabul
- Barang yang bisa dipindah tangankan
4.) Shighat (ijab dan qabul)
3. Hadiah
a. Pengertian Hadiah
Hadiah bisa diartikan suatu pemberian dengan tujuan memuliakan
ataupun memberikan penghargaan.9
b. Hukum hadiah
Hukum dari hadiah adalah mubah seperti yang tertera dalam buku
paket fiqih kelas VIII. Nabi sendiri sering menerima dan memberi hadiah
kepada sesama muslim. Seperti yang telah diriwayatkan oleh Al Bazzar
sebagai berikut: ”Rasulullah menerima hadiah dan beliau selalu
membalasnya” (HR. Al Bazzar)
9
Buku paket fiqih kelas vii

4
c. Rukun Dan Syarat Hadiah
Rukun dari shodaqoh, hibah dan hadiah sebenarnya sama. Jadi, yang
merupakan rukun dan syarat dari shodaqoh dan hibah juga menjadi rukun
dan syarat hadiah.
4. Kesamaan Dan Perbedaan Antara Shodaqoh, Hibah Dan Hadiah
Kesamaan dari ketiga sub tersebut adalah sama-sama memberi dan
yang membedakannya adalah tujuan dari kegiatan tersebut. Apabila pemberian
itu yang dimaksudkan hanya untuk mengharap pahala dan ridho Allah, maka
itu dinamakan shodaqoh. Sedangkan segala pemberian dengan tidak
mengharapkan imbalan apapun dinamakan hibah. Dan segala pemberian yang
dimaksudkan untuk memuliakan seseorang dan sebagai penghargaan itu
disebut dengan hadiah.

BAB III
PENUTUP

5
A. Kesimpulan
1. shodaqoh adalah sebuah pemberian secara ikhlas kepada fakir miskin
atau seseorang yang berhak memberi yang dimana hanya mengharap
ridho Allah dan tidak mengharap imbalan dari manusia semata.
2. hukum dari shodaqoh yaitu sunnah muakkad dan wajib dalam keadaan
tertentu.
3. hibah adalah suatu pemberian secara sukarela dengan mengalihkan hak
kepemilikan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan baik
secara tertulis maupun non tertulis.
4. dasar hukum hibah adalah sunnah, wajib, haram dan makruh.
5. Hadiah bisa diartikan suatu pemberian dengan tujuan memuliakan
ataupun memberikan penghargaan.
6. Hukum dari hadiah adalah mubah.
7. Kesamaan dari ketiga sub tersebut adalah sama-sama memberi dan
yang membedakannya adalah tujuan dari kegiatan tersebut.
B. Saran
Setiap materi yang kami bahas masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kami saran kepada pembaca untuk membaca dan mencari
referensi yang lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

6
Ghazali Abduk Rohman, Ihsan Ghufran dan Shidiq Shapiudin, fiqih
muamalat, (Jakarta: kencana, 2010).

Ajib Muhammad, fiqih hibah dan waris, (Jakarta: rumah fiqih


publishing,2019).

Buku paket fiqih kelas viii

Anda mungkin juga menyukai