PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain “usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah,
maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang
sejarahnya.”
Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan.Studi keislaman pun
semakin berkembang.Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis dan
doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks.Islam tidak hanya terdiri dari
rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seorang individu harus memaknai
kehidupannya.Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik,
ekonomi dan bagian sah dari perkembangan dunia.Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi
mungkin hanya dari satu aspek, karenanya dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner.
Semua aspek kehidupan tidak lepas dari faktor sejarah, sejarah merupakan bukti yang nyata
untuk melangkah lebih maju, karena dengan sejarah, manusia bisa belajar kesalahan-
kesalahan yang telah lalu dan mengetahui data-data yang bisa di pertanggung jawabkan.
Dalam metologi islam, diperlukan sejarah untuk mengetahui kebenaran yang valid yang tidak
dicampuri oleh orang-orang terdahulu, untuk itu sangatlah urgan dalam penelitian sejarah.
Ibnu khaldun berkata dalam bukunya muqaddimah sejarah merupakan hasil upaya penemuan
kebenaran, eksplansi kritis tentang sebab dan genesis kebenaran sesuatu, serta kesalaman
pengetahuan tentangbagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa terjadi. Dalam upaya
menumukan kebenaran tersebut, Ibnu khaldun meniscayakan telaah filosif dan kritik
informasi sebagai langkah metodologis yang cukup menentukan dalam penulisan sejarah
kritisnya.
Untuk itu dalam proses penulisan sejarah, harus melalui empat proses, yaitu heurestik
(teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah), kritik, interprestasi, dan
historiografi (teknik penulisan hasil penelitian sejarah). Dan agar pembahasan dalam makalah
ini lebih terfokus dan terarah, maka penulis akan membatasinya pada pentingnya pendekatan
sejarah dalam studi Islam dan eksistensinya dalam sejarah Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sejarah?
2. Bagaimana periodesasi sejarah dalam studi Islam?
3. Bagaimanakah metode dan pendekatan dalam studi Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian sejarah.
2. Untuk mendeskripsikan periodesai sejarah dalam studi Islam.
3. Untuk mendeskripsikan metode dan pendekatan sejarah dalam studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Studi Sejarah
1. Pengertian sejarah Islam
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan tentang asal usul kata sejarah. Sebagian ada
yang berpendapat bahwa kata sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarah yang berarti pohon.
Namun tidak dijelaskan alasannya. Boleh jadi karena sebagai seuah pohon iasanya terdiri dari
akar, batang, ranting, dahan, daun, dan buah yang secara keseluruhan terikat pada proses
tumbuh, mulai dari kecil kemudian membesar, tegak berdiri, berkembang, kemudian berbuah,
tua, layu, dan mati. Sebagaimana sebuah pohon, sejarah juga mengalami proses tumbuh,
berkembang, berbuah, dan kemudian mati, bahkan ada yang sebelum berbuah sudah keburu
mati. Sejarah terdiri dari unsur peristiwa atau kejadian (what), waktu (when), tempat (where),
pelaku (who), mengapa (why), dan apa (how), yang selanjutnya disingkat menjadi 5W 1H.
dari keenam unsur sejarah ini, yang paling menonjol biasanya aspek waktu atau tanggal dan
tahun. Hal ini antara lain sering terlihat pada penggunaan kata tarikh untuk arti sejarah, yang
biasa diartikan sebagai kronologi waktu. Hal ini tidak mengherankan, karena pada mulanya,
buku-buku sejarah di masa klasik sering menggunakan pendekatan dalam memaparkan
berbagai peristiwa sejarah di masa lalu[1].
Zuhairi (1995) dalam bukunya Yatimin Abdullah (2006) mengatakan bahwa sejarah
Islam menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu tarikh artinya ketentuan masa. Menurut
istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih
ada[2].
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa inggris
disebut history. Dari segi bahasa, al-Tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedangkan
ilmu tarikh yakni ilmu yang membahas penyebutan peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian, masa atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa
tersebut[3].
Sejarah seperti yang dipahami sekarang ini, dalam bahasa Arab Islam adalah al-
tarikh. Seperti hal nya “sejarah” kata al-tarikh sudah mengalami perkembangan makna.
Kalau ingin menelusuri asal usul dan arti katanya maka adalah tidak mudah
mendefinisikan tarikh. Dalam kitab-kitab kamus bahasa Arab dan kitab sejarawan klasik,
kata itu dipandang sebagai kata bahasa Persia atau Siryani yang diarabkan atau bahkan
berasal dari bahasa Arab selatan, dan mempunyai arti yang banyak dan berbeda-beda. Akan
tetapi, yang umum diterima adalah bahwa kata tarikh berasal dari kata Arab. Kata ini
digunakan juga oleh bahasa-bahasa Semit. Kata tarikh itu berdekatan dengan
kata yarikh yang berarti bulan/di langit yang berarti “bulan/tigapuluh hari” dalam bahasa
Ibrani. Dan diketahui bahwa bangsa-bangsa Semit menentukan kalender mereka berdasarkan
bulan, bukan matahari, sebagaimana kalender hijriyah sekarang. Dari sini dapat diketahui
bahwa kata tarikh pada mulanya berarti “penetapan bulan” kemudian meluas menjadi
kalender dalam pengertian umum.
Kata tarikh dalam pemahaman umat Islam di masa lalu, di samping itu, mempunyai
banyak arti ayng berdekatan, diantaranya: sejarah umum seperti sejarah al-Thabari dan tarikh
ibnu al-Atsir; bawliyat yaitu pembukuan peristiwa-peristiwa tahun demi
tahun, khabar, pembukuan berita-berita secara kronologis; biografi, silsilah, dan lain
sebagainya. Menurut bahasa, tarikh berarti: (1) penentuan awal berita khusus berdasarkan
masa, (perhitungan zaman), (3) penentuan waktu terjadinya peristiwa secara cepat.
Namun kata tarikh dalam sifat umumnya, menunjukkan ilmu yang berusaha menggali
peristiwa-peristiwa masa lalu agar tidak dilupakan, sepadan dengan pengertian “history” yang
menunjukkan ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa masa lalu, dan dalam pengertian
itulah kata tarikh.
Hasil dari penulisan sejarah atau tarikh inilah yang disebut historiografi. Dengan
demikian, historiografi berarti penulisan sejarah, yang didahului oleh penelitian (analisis)
terhadap peristiwa-peristiwa di masa silam.penelitian dan penulisan sejarah itu berkaitan pula
dengan latar belakang teoritis, latar belakang wawasan, latar belakang metodologis penulisan
sejarah; latar belakang sejarawan/ penulis sumber sejarah; aliran penulisan sejarah yang
digunakan; dan lain sebagainya[4].
Selanjutnya terdapat pula teori yang mengatakan, bahwa kata sejarah merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris history yang berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti
ilmu. Kata istoria, oleh filsuf Yunani seperti Aristoteles diartikan sebagai penelaahan secara
sistematis mengenai seperangkat gejala alam, dan dalam penggunaannya,
kata history diartikan sebagai masa lampau umat manusia[5].
Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description of past
events (uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau). Sejarah sebagai
cabang ilmu pengetahuan mengungkapkan peristiwa masa silam, baik peristiwa politik,
sosial, maupun ekonomi pada suatu Negara, bangsa, benua, atau dunia. Peristiwa atau
kejadian masa silam tersebut merupakan catatan yang diabadikan dalam laporan-laporan
tertulis dan dalam lingkup yang luas[6].
Selanjutnya, dalam kamus besar bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, mengemukakan
bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) kesustraan lama; silsilah dan asal usul;
(2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; dan (3) ilmu
pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau[7].
Bila ditilik dari sisi dalamnya, maka sejarah adalah suatu penalaran kritis dan usaha yang
cermat untuk mencari kebenaran;suatu pencelasan yang cerdas tentang sebab-sebab dan asal
usul segala sesuatu; sesuatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengaa
peristiwa-peristiwa itu terjadi, oleh karena itu, sejarah berakar dalam filsafat dan ia pantas
dipandang sebagai filsafat ilmu. Ibnu Khaldun, sejarah mempunyai tujuan praktis, yaitu untuk
menangkap isyarat-isyarat yang dipantulkan oleh ‘ibar (contoh moral) dalam kejadian
sejarah. Tetapi untuk menangkap isyarat-isyarat itu tidak akan berhasil tanpa bantuan ilmu
lain, yaitu ‘ilm al-umran (ilmu kultur). Ilmu ini bertugas mencari pengertian tentang sebab-
sebab yang mendorong manusia bertindak, disamping melacak pemahaman tentang akiat-
akibat dari tindakan itu, yaitu seperti yang tercermin dalam peristiwa-peristiwa sejarah.
Sejarah memang berbeda dengan hikayat, kisah, legenda, dan sebagainya. Sejarah harus
dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena itu, semua cerita yang tidak masuk akal
apalagi tidak bisa dibuktikan kebenarannya, tidak bisa dibuktikan dengan sejarah. Dalam
sejarah berlaku hukum sebab akibat, walaupun tidak semua sebab yang sama melahirkan
akibat yang sama, demikian pula tidak selamanya akibat yang sama itu melahirkan mesti
dilahirkan oleh sebab yang sama.[8]
Secara lebih terinti, Hugiono dan P.K. Poerwantana mendefinisikan sejarah sebagai
rekonstruksi peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah,
meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan dianalisis kritis, sehingga mudah untuk dimenegerti
dan dipahami.
Sejalan dengan pengertian di atas, Kuntowijoyo membuat sebuah kiasan menarik
berkaitan dengan sejarah dan sejarawan. Kata Kuntowijoyo, sejarawan itu ibarat orang naik
kereta api dengan melihat ke belakang. Ia dapat menoleh ke kanan dan ke kiri. Yang tidak
bisa dikerjakannya adalah melihat ke depan. Oleh karena itu, ada banyak hal yang dapat
dilihat oleh sejarawan berkaitan dengan objek yang dikajinya. Namun demikian, tidak setiap
pandangan atau penglihatan terhadap masa lalu bisa disebut sebagai sejarah.[9]
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa
masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada
masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada
masa lampau. Dengan demikian, unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa,
adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu manusia dan daya kritis dari
peneliti sejarah.[10]
Dari beberapa pengertian sejarah di atas, ilmu sejarah dapat dikatakan sebagai upaya
mengkontruksi peristiwa atau kejadian di masa lampau dengan menggunakan berbagai
sumber, yaitu berupa data dan fakta yang dapat dipercaya dan di susun secara sistematis
dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu. Data dan fakta ini berhubungan
dengan objek kejadian, waktu, tempat, pelaku, latar belakang dan tujuan kejadian peristiwa
tersebut.
BAB III
PENUTUP
Dalam bahasa Indonesia, sejarah sebagai istilah diangkat dari tema bahasa Arab
’syajaratun’ yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pertumbuhan peradaban
manusia dengan ”pohon”, yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan
berkesinambungan. Pengertian sejarah ini yang dikaitkan dengan masalah syajarah (pohon)
juga tertuang dalam ayat-ayat A1 Quran.
AA Hasymy menyatakan bahwa periodisasi sejarah Islam adalah sebagai berikut:
1. Permulaan Islam (610-661 M)
2. Daulah Ammawiyah (661-750 M)
3. Daulah Abbasiah I (750-847 M)
4. Daulah Abbasiyah II (847-946 M)
5. Daulah Abbasiyah III (946—1075 M)
6. Daulah IV (1075-1261 M)
7. Daulah Mughal (1261-1520 M)
8. Daulah Utsmaniah (1520-1801 M)
9. Kebangkitan (1801-sekarang)
Adapun prosedur dalam melaksanakan penelitian sejarah agama adalah; pertama,
persiapan sebelum penelitian. Kedua, pengumpulan sumber sejarah (heuristik). Ketiga, kritik
terhadap sumber sejarah. Langkah ini dilakukan setelah sumber dikumpulkan. Keempat,
interpretasi sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abd Hakim & Jaih Mubarok. 2006. Metodologi Studi Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Atho Mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Badri Yatim. 1997. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Misri A. Muchsin. 2002. Filsafat Sejarah dalam Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Press.
Muhaimin dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana.
Ngainun Naim. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Teras.
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Yatimin Abdullah. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.