Anda di halaman 1dari 15

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

April 2nd, 2009 posted by support


Add comments

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam
memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu
menjadikan ia dikenal dan isenangi teman dan tetangganya.

Pygmaliondikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari
sudut yang baik.
* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata,
“Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.”
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion
berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu perlu
mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu”.
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba,
“Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.”

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru
dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba
membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung
itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia
betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan
isterimu.”

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu
ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu
mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu
menjadi manusia betul.. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon
adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif.
Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul
menjadi positif.

Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap
kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi
cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat
merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi,
baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka
akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi
tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali
kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu
keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif
seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga
yang jahat tentang orang lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang
buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik.
Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba
membujuk,” atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir
seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan
syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi
kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak
cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga
dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang
diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik
tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi
bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi
ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people
only…….. ….how nice!!!!
Eksekutif bergaji Rp 8,8 M bangkrut, kini jadi pengantar
Pizza
June 22nd, 2009 posted by support
Add comments

Selama 45 tahun, hidup Ken Karpman tampaknya nyaris sempurna. Lulus dengan gelar sarjana
S-1 dan MBA (Master of Business Administration) dari universitas bergengsi UCLA
( University of California ), Karpman langsung mendapat kerjaan dengan gaji yang menggiurkan
sebagai pialang saham. Dia pun bisa menikahi perempuan idamannya, Stephanie dan dikarunai
dua anak. Mereka pun rutin berlibur ke tempat-tempat mahal di penjuru dunia.

Setelah 20 tahun meniti karir sebagai pialang, Karpman pun naik jabatan menjadi eksekutif
perusahaan. Gajinya pun naik menjadi US$750.000 (sekitar lebih dari Rp 8,8 miliar) per tahun.
“Saat itu hidup begitu indah. Kami bisa cetak banyak uang. Entah mengapa situasi itu kok tidak
berlanjut?” kata Karpman dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi
ABC.

Dari segala sisi, Karpman dan keluarga saat itu hidup dalam “Impian Amerika” (American
Dream). Mereka tinggal di sebuah rumah besar di kota Tampa , Florida . Rumah mereka pun
dilengkapi lapangan golf. “Saat itu saya sudah tidak tahu berapa harga barang-barang di toko.
Pokoknya, tinggal bawa troli dan ambil saja,” kata Karpman.

Dia pun begitu percaya diri dengan kemampuannya mencetak banyak uang. Maka, tahun 2005
dia meninggalkan perusahaan tempat dia bekerja dan membuat usaha sendiri yang sejenis.Untuk
mendirikan perusahaan sendiri sekaligus meningkatkan taraf hidup, dia Karpman dengan enteng
mengeluarkan dana US$500.000 dari tabungannya. . Seperti kebiasaan orang-orang Amerika,
Karpman juga mengajukan kredit dalam jumlah besar dengan jaminan rumah.

Namun, badai krisis keuangan menerpa Amerika Serikat (AS). Karpman tak mampu menarik
investor, sehingga perusahaannya bubar. Sejak saat itu, dia menjadi penganggur dan sulit
mendapat kerja. Padahal, di masa lalu, Karpman tak perlu pusing mencari kerja. “Dulu, saat
menjalani tes wawancara kerja, saya bisa jadi bersikap kurang ajar, karena justru sayalah yang
sering menanyai si pewawancara, apakah perusahaannya cukup layak mempekerjakan saya,”
kata Karpman dalam wawancara yang ditayangkan di laman stasiun televisi ABC. “Sekarang,
justru saya yang kini berharap-harap minta kerja sambil memegang topi di tangan,”

Saat dia susah mendapat kerja, tabungannya ludes untuk keperluan hidup sehari-hari dia dan
keluarga. Bahkan, keluarga Karpman kini harus menanggung utang ratusan ribu dolar dan rumah
mewah terancam
disita pihak kreditur. Mereka pun tak mampu menanggung biaya pendidikan anak-anak di
sekolah swasta yang mencapai US$30.000 (Rp 352,3 juta). Namun mereka bersyukur ada
seorang dermawan yang membantu membiayai uang sekolah anak-anak mereka hingga tahun
depan.
Maka, Karpman sudah bertekad, kerja apapun akan dia lakukan, asalkan mendapat uang. Dia pun
bersedia turun derajat. Karpman tak lagi mencari posisi-posisi yang tinggi, maka dia sempat
melamar sebagai bartender (peramu minuman), namun ditolak. Istrinya, Stephanie, kini juga
akan menjual baju-bajunya yang bertumpuk-tumpuk di lemari pakaian di toko-toko loak.

Akhirnya Karpman mendapat kerjaan baru. Namun, bukan lagi sebagai eksekutif, melainkan
sebagai pengantar pizza (roti isi khas Italia) di restoran Mike’s Pizza Deli di kota Clearwaer.
Pemilik restoran, Mike Dodaro, bingung saat melihat Karpman datang ke tempatnya untuk
wawancara kerja dengan mengendarai mobil mewah Mercedes Benz. Dodaro pun terkejut saat
membaca CV (riwayat pendidikan dan pekerjaan) Karpman. Untuk menjadi pengantar pizza dari
rumah ke rumah tak perlu harus bergelar MBA dan berpengalaman sebagai manajer pialang
saham. Dengan kata lain, Karpman tergolong over-qualified (bobot pendidikan dan pengalaman
kerja terlalu tinggi untuk posisi kerja yang dia lamar). Namun, Karpman tetap mengambil
lowongan itu. Dia rela kini digaji US$7,29 atau sekitar lebih dari Rp.85.000,- per jam - belum
termasuk tips.

Karpman pun tak peduli dengan reaksi istrinya yang kaget dengan profesi suaminya saat ini.
>”Menurut saya, yang paling buruk adalah saat datang ke teman sambil berkata, ‘ boleh pinjam
uangmu? Menjadi pengantar pizza pun sudah kemajuan,” lanjut Karpman.

Sekali lagi menyadarkan para PEKERJA apapun PANGKATNYA agar selalu mawas diri, ingat
nanti. PHK itu bisa muncul kapan saja, maka jangan terlena dengan fasilitas yang saat ini
MASIH Anda pinjam.

untuk pelajaran kita semua.. apapun yang kita miliki sebenarnya cuma titipan dr-NYa.

Cinta Seorang Ibu


February 25th, 2009 posted by support
Add comments

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan
banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon
kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi

Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia
keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan
berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini
yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni,
dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman
tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali
perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan
suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak
ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal
dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas
menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan
susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng
untuk menghindari hukuman pancung anaknya
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya Betapapun jahat si anak, ia tetap
mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu
karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini

Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita..

Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang t ida k bisa dinilai dengan apapun

There is a story living in us that speaks of our place in the world

It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan


Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan

Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

Perbedaan Persepsi
February 19th, 2009 posted by support
Add comments

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2
anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal
anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :


“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang
kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang
kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.
“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya
tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal
sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku
bertambah banyak”.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak
menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan
sehingga dengan demikian modal tidak susut”.

“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh
terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah
matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”

“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena
mempunyai jam kerja lebih lama”.

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah
perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena
rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.

‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’

Rahasia si Untung
May 11th, 2008 posted by support

Add comments

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang
selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu
menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si
Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan
Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung.
Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada
ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal
yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang
yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang
kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata
memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk
menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2
dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini.
Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil
berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial
melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2
koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang
ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan
pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang
membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap
adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana
hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap
pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang
yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang
sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak
menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia
mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas
yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir
lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor
terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka
Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet.
Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren
Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun
kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-
keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas
dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka
akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit
bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing
dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda
untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental
yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering
digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada
suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak
seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh
pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk,
misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet
rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus
Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai
saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat
atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya
suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun
kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa
kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan
terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang
lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal,
bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi
kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof
Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank
tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi
mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2
perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada
disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya
orang yg beruntung pokoknya untung terus.
Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi
keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck
Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau
keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka
bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak
keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin
sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka
memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada
hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk
termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

172 comments

1. Okto says:

May 11th, 2008 at 10:38 pm

Cerita ini sgt memotivasi untuk selalu berpikiran positif.

Memecahkan Rekor
May 2nd, 2008 posted by support
Add comments

Setiap orang yang berhasrat besar untuk menjadi manusia yang lebih baik perlu merenungkan
kata-kata Stuart B. Johnson berikut
ini: “Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk
melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari
kemarin dengan hari ini.”
Dalam era hiper kompetisi dewasa ini, bagaimana kita memahami kalimat yang demikian itu?
Bukankah kita harus bersaing dengan orang lain, dengan siapa saja yang berusaha mengalahkan
kita? Jika demikian cara berpikir kita, maka cerita yang dikirim seorang kawan berikut ini
mungkin menarik untuk menjadi bahan renungan.

LOMPATAN SI BELALANG…. .

Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang
yang lompatannya paling tinggi di antara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini
sangat membanggakan kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat
dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada
di atas pohon tersebut. Dari atas pohon tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan
yang kelihatannya indah
dan sejuk. Timbul satu keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi ke sana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati,
mengajaknya untuk terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap,
kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan
melihat keindahan desa itu. Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi,
yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing, “Siapakah kamu, dan
apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing
terbaik di desa ini,” jawab anjing dengan
sombongnya.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi, “Hmm, tidak
semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa
mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi
diantara kita.”

“Baik,” jawab si anjing. “Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah
yang bisa melompati pagar tersebut.”

Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing.
Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan
berhasil melompati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempatan berikutnya
adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun, ternyata
kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan kemudian
belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat
lagi, namun ternyata gagal pula.

Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata, “Nah, belalang, apa lagi yang
mau kamu katakan sekarang? Kamu sudah kalah.”
“Belum,” jawab si belalang. “Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu
sekarang jika saya yang menentukan
tantangan kedua?”

“Apa pun tantangan itu, aku siap,” tukas si anjing.

Belalang lalu berkata lagi, “Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di
tempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur dari
lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya.”

Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil
melompat setinggi empat kali tinggi
tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi setengah dari
lompatan anjing, namun ketinggian
lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun
menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan
rasa kagum.

“Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada.
Kita masih harus mengadakan lomba ketiga,” kata si anjing.

“Tidak perlu,” jawab si belalang. “Karena, pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang
kita adakan adalah mereka yang menentukan standar perlombaannya. Pada saat lomba pertama
kamu yang menentukan standar perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba
kedua saya yang menentukan, saya pula yang menang.” “Intinya adalah, kamu dan saya
mempunyai potensi dan standar yang berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana
membandingkan potensi kita dengan
yang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa
melampaui standar dirimu sendiri. Iya nggak sih?”

Cerita sederhana di atas pernah membuat saya malu pada diri sendiri. Ketika masih berumur
awal 30-an tahun, betapa sering saya membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain.
Membandingkan antara profesi saya dengan profesi si Anu, antara pendapatan saya dan
pendapatan si Banu, antara mobil saya dengan mobil si Canu, antara kesuksesan saya dengan
kesuksesan si Danu, dan seterusnya. Hasilnya? Ada kalanya muncul perasaan-perasaan negatif,
seperti iri hati atau kecewa pada diri sendiri, yang menganiaya rasa syukur atas kehidupan.
Namun kala yang lain muncul juga semacam motivasi untuk bisa lebih maju dan
berusaha lebih tekun agar bisa melampaui orang lain (pesaing?).

Belakangan, saya menemukan cara bersaing yang lebih cocok untuk diri sendiri. Saya mulai
mengukur kemajuan saya tahun ini berdasarkan prestasi saya tahun kemarin. Saya tetapkan
bahwa tahun ini saya harus lebih sehat dari tahun kemarin; pendapatan dan sumbangan tahun ini
diupayakan lebih tinggi dari tahun lalu; pengetahuan yang disebarkan tahun ini ditingkatkan dari
tahun silam; relasi dan tali silahturahmi juga direntangkan lebih lebar; kualitas ibadah
diperdalam; perbuatan baik dipersering; dan seterusnya. Dengan cara ini, saya ternyata lebih
mampu mengatasi penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, dan rasa kecewa pada diri.
Berlomba untuk memecahkan rekor pribadi yang baru, melampaui rekor yang tercapai di masa
lalu, ternyata
menimbulkan keasyikan dan rasa syukur yang membahagiakan.

Mungkin benar kata orang bijak dulu: kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain,
melainkan kemenangan atas hawa nafsu diri sendiri. Setujukah?

Sumber: Memecahkan Rekor oleh Andrias Harefa.

4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup


January 16th, 2008 posted by support
Add comments

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John
Gray)

Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern
ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman
kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan
cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan
bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan
memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas
satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang
macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini
gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis,
minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani
menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time
mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa
menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega.
Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping
mereka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada
awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks,
ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi
tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang
tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang
masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba,
orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti
tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali
ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk
memulai lagi.

Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali
menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja
lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan,
justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia
Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak
memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan
tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang
performance- nya bagus sekali.

Bangun network

Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya
yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi,
bukannya mengeluh seperti
rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara
kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil
masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia
meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya,
dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak
berhasil membungkam kreativitasnya.

Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead.
Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa
dipanggil Paman Ho
ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia
berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya
kondangnya.

Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda
menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi
persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya,
bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak
lagi menjadi
suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?

Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin

Anda mungkin juga menyukai