Untuk proses optimasi fase gerak bisa memberikan gambarannya bu? atau ada advice
referensi yg bisa saya baca?
Jawab:
Optimasi itu seperti trial and error hingga diperoleh hasil terbaik. Agar trial and
errornya terarah, efektif dan efisien, bisa merujuk pada artikel penelitian, jadi browsing
artikel dengan kata kunci nama tanaman tersebut, kemudian bisa menggunakan fase
gerak yang digunakan oleh peneliti tersebut. Adakalanya hasil tidak selalu bagus atau
sama dengan yg dilaporkan di artikel, jd kita cari lagi artikel lain. Begitu, jadi tdk
ngarang dan nyoba asal
2. ibu ijin bertanya untuk menghindari tailing pada saat tahap standarisasi menggunakan
pola kromatografi bagaimana ya bu?
Jawab: Optimasi dulu Mbak. Tailing bisa terjadi karena fase gerak belum jenuh, atau
karena konsentrasi sampel yang terlalu tinggi. Jadi bisa optimasi dulu
Ijij bertanya bu, dulu waktu praktikum pda saat KLT bercaknya berekor (memanjang
sekitar 2cm), kenapa bisa seperti itu ya bu dan apakah hasil bercaknya bisa dianalisa
lebih lanjut? Dulu jka seperti itu diminta untuk mengulang klt kembali
Jawab:
Ini pertanyaannya mirip dengan Tias Eka ya? Jadi tailing (berekor) bisa disebabkan
oleh hal-hal tersebut di atas, dan diatasi dengan optimasi; pastikan fase gerak sudah
jenuh di dalam chamber dan konsentrasi sampelnya cukup
3. Bu, saya mau bertanya. Untuk simplisia yang nantinya akan dicampur dengan
macam2 simplisia, apakah akan ada standarisasi lagi ? atau langsung standarisasi
produk ?
Jawab:
Tergantung campuran simplisianya mau dibuat menjadi produk apa. Jika akan dibuat
menjadi OHT atau Fitofarmaka, maka semua bahan baku harus terstandar, sehingga
masing-masing simplisia juga harus distandardisasi
jadi proses standarisasi komprehensif ya bu. Terimakasih bu
5. Mau bertanya bu untuk parameter susut pengeringan itu bobot tetap selisih 2 kali
penimbangan tidak lebih dari 0,25%, ketika lebih itu harus di ulang atau gimana ya
bu?
Jawab: Ya betul, diulang hingga mencapai bobot tetap
jadi simplisia sebagai bahan dan produk siap harus memenuhi trilogi itu ya bu. quality-
safety-efficacy.
Jawab:
Ya, jika simplisianya akan dibuat menjadi OHT dan Fitofarmaka. Jika simplisia akan
dibuat menjadi jamu, menurut peraturan perundan-undangan, simplisia tidak harus
distandardisasi
Tapi banyak industri jamu besar, yang juga melakukan standardisasi simplisia bahan
baku produk jamunya. Jadi sifatnya untuk jamu "tidak wajib", tapi boleh saja dilakukan.
Untuk OHT dan Fitofarmaka, sifatnya "wajib"
8. acuan selain FHI untuk standarisasi bahan alam ? soalnya dulu saya standarisasi dan
karakterisasi pati bonggol pisang untuk bahan tambahan sediaan farmasi sulit
menemukan nya. saya waktu itu hanya mengacu Handbook of pharmaceutical exipient
dan standarisasi untuk estrak kering saja tidak ada spesifikasinya untuk bahan
tambahan obat.
Jawab: Bisa pakai yang standar WHO
9. pada suhu penentuan kada abu suhunya harus 450 derajat celcius itu plus minus?
Jawab: Menurut WHO, maksimal 600 derajat celsius
Oya, di materi tersebut, saya mengambil contoh simplisia biji pala ya, jadi tidak berarti yang
terstandar hanya biji pala. Simplisia lain banyak, silakan bisa melihat di file FHI, FHI edisi 1
berisi kurang lebih 30 simplisia, edisi berikutnya berisi tambahan tanaman/simplisia lain,
begitu seterusnya. Jadi FHI edisi 1, isinya beda dengan edisi berikutnya (tidak ada tanaman
yang monografinya double di FHI 1 dengan 2 misalnya)